Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Bermain
2.1.1 Definisi Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan
bermain, anak belajar berbagai hal. Bermain merupakan bagian
yang amat penting dalam tumbuh kembang anak untuk menjadi
manusia seutuhnya. Bermain bagi anak adalah salah satu hak
anak yang paling hakiki. Melalui kegiatan bermain ini, anak bisa
mencapai perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan sosial
(Prasetyono, 2007).
Masa anak-anak sangat identik dengan masa bermain,
karena perkembangan anak mulai diasah sesuai kebutuhannya
disaat tumbuh kembang. Bermain merupakan suatu aktivitas
dimana
anak-anak dapat
keterampilan,
memberikan
melakukan
ekspresi
atau mempraktikan
terhadap
pemikiran,
11
kapasitas
mereka,
dan
menguatkan
menghadapi
masalah
kehidupan.
Permainan
emosi
yang
tertahan,
yang
meningkatkan
secara
fisik dapat
dilihat
saat
bermain,
12
sosial,
perkembangan
kreativitas,
13
dengan
lingkungannya.
Melalui
kegiatan
dengan
orang
lain
akan
membantu
anak
14
d. Perkembangan Kreativitas
Bermain dapat meningkatkan kreativitas yaitu anak
mulai menciptakan sesuatu dan mewujudkannya kedalam
bentuk objek atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui
kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya, misalnya dengan membongkar
dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan Kesadaran Diri
Anak
yang
bermain
akan
mengembangkan
belajar
mengenali
membandingkannya
dengan
kemampuannya
orang
lain
dan
dan
menguji
mempelajari
nilai
benar
dan
salah
dari
aktivitas
bermain,
akan
mendapatkan
15
juga
dapat
membantu
anak
belajar
adalah
nilai
media
moral
yang
efektif
dibandingkan
untuk
dengan
16
dengan
tahapan
pertumbuhan
dan
dasarnya
permainan
adalah
alat
stimulasi
17
melakukan
aktivitas
bermain
tidak
perempuan
untuk
mengembangkan
daya
pikir,
18
akan
mengajarkan
anak
untuk
aktif
dalam
permainan,
selalu
memberikan
19
sense pleasure
play,
20
terampil
memegang
benda-benda
kecil,
21
dan
mengenal
kehidupan
sosial.
22
secara
mandiri
dan
berpusat
pada
23
perasaan
dalam
kebersamaan
sehingga
24
dan
melatih
anak
pada
peraturan
Tahap Eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainan
mereka terutama terdiri atas melihat orang dan benda
serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda
yang diacungkan dihadapannya.
Bayi dapat mengendalikan tangan sehingga cukup
memungkinkan
bagi
mereka
untuk
mengambil,
25
Tahap Permainan
Bermain barang mainan dimulai pada tahun
pertama dan mencapai puncaknya pada usia antara 5 dan
6 tahun. Anak semula hanya mengeksplorasi mainannya.
Usia antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkan
bahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat bergerak,
berbicara
dan
merasakan,
dengan
semakin
Tahap Bermain
Tahapan usia masuk sekolah, jenis permainan
mereka sangat beragam, semula mereka meneruskan
bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian,
26
Tahap Melamun
Mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan
minat dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan
banyak menghabiskan waktunya dengan melamun.
Melamun yang merupakan ciri khas anak remaja
adalah saat berkorban, saat mereka menganggap dirinya
tidak diperlukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh
siapapun.
beberapa
macam
permainan
anak
usia
27
sekolah-sekolahan,
perangan,
dagang-dagangan,
dokter-dokteran,
robot-robotan,
perangtembak-
28
29
tidak
boleh
bertentangan
dengan
30
Permainan
reseptif
atau
apresiatif
seperti
2.2
Kecemasan
2.2.1 Definisi Kecemasan
Kecemasan atau ansietas adalah reaksi yang normal
terhadap stres dan ancaman bahaya. Ansietas merupakan
reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang
nyata
maupun
yang
hanya
dibayangkan.
Ansietas
dan
31
juga
berkaitan
dengan
tingkat
mengumpat,
berbicara
atau
bercanda
secara
prasekolah
secara
khas
mengembangkan
32
usia
sekolah
berhenti
mengkhayalkan
ketakutan
secara
33
34
Fase Protes
Selama fase protes, anak-anak bereaksi secara
agresif terhadap perpisahan dengan orang tua yang
mereka tunjukkan dengan cara mereka menangis dan
berteriak memanggil orang tua mereka, menolak
perhatian dari orang lain dan kedukaan mereka tidak
dapat ditenangkan.
Perilaku lain yang diobservasi selama masa todler
sampai prasekolah yaitu: menyerang orang asing
secara verbal (mis, pergi), menyerang orang asing
secara fisik (mis: menendang, menggigit, memukul,
mencubit), mencoba kabur untuk mencari orang tua,
mencoba menahan orang tua secara fisik agar tetap
tinggal bila ada perawat yang akan melakukan
tindakan berupa infus, suntik.
Perilaku-perilaku tersebut dapat berlangsung dari
beberapa jam sampai beberapa hari. Protes seperti
menangis dapat terus berlangsung, hanya berhenti
bila
lelah.
Pendekatan
orang
asing
dapat
35
b.
jari,
mengompol,
menggunakan
dot,
Fase Pelepasan
Fase pelepasan disebut juga penyangkalan. Pada
tahap ini, secara superficial tampak bahwa anak
akhirnya menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Anak tersebut menjadi tertarik terhadap lingkungan
sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak
membentuk hubungan baru, akan tetapi perilaku ini
merupakan
hasil
dari
kepasrahan
dan
bukan
menghilangkan
nyeri
emosional
karena
36
2.
Kehilangan Kendali
Satu faktor yang mempengaruhi jumlah stres
akibat dirawat di rumah sakit adalah jumlah kendali yang
orang tersebut rasakan. Wong (2009:773) mengatakan
bahwa
perasaan
kehilangan
kendali
terjadi
akibat
37
akan
meningkatkan
persepsi
ancaman
dan
dapat
kemampuan
mereka
untuk
memahami
dari
sudut
pandang
mereka
sendiri
yang
tidak
dikenal
atau
pengalaman,
penjelasan fantasi anak prasekolah untuk peristiwaperistiwa semacam itu biasanya lebih berlebihan, aneh
dan lebih menakutkan dari kejadian sebenarnya.
Respon terhadap pemikiran semacam itu membuat
anak biasanya merasa malu, bersalah dan takut. Anak
prasekolah juga menyimpulkan dari sesuatu yang khusus
ke sesuatu yang khusus lagi, bukan dari spesifik ke umum
atau sebaliknya, misalnya jika konsep anak prasekolah
tentang perawat adalah mereka yang menyebabkan nyeri,
maka anak sekolah akan berpikir bahwa setiap perawat
38
3.
menjadi
jelas,
misalnya,
respon
anak
39
prosedur
agar
menjauh,
mencoba
yang
aman.
Anak
prasekolah
juga
bisa
fisik,
meminta
agar
prosedur
dihentikan,
gelisah
dan
peka
terhadap
nyeri
yang
berkelanjutan.
40
2.2.3
Teori Kecemasan
Ada beberapa teori yang menjelaskan predisposisi dari
cemas dalam Hilgards introduction to psychology (Atkinson,
1996), antara lain:
1.
Teori Psikoanalitik
Teori ini berasumsi penyebab utama dari kecemasan
adalah konflik internal dan faktor lain yang tidak diketahui.
Freud membedakannya antara kecemasan objektif dengan
kecemasan neurotik. Pada kecemasan objektif, respon yang
timbul terjadi akibat seseorang berada dalam situasi yang
mengancam sedangkan pada kecemasan neurotik, respon
yang terjadi bukan karena seseorang berada dalam situasi
mengancam yang nyata. Hal ini terjadi lebih karena adanya
konflik individu antara id dan superego, karena konflik antara id
dan superego merupakan hal yang tidak nyata, maka
seseorang cenderung tidak mengetahui mengapa mereka
merasakan ketakutan.
2.
Teori Perilaku
Menurut teori ini kecemasan lebih dipicu oleh kejadian
eksternal yang spesifik dari pada konflik internal. Kecemasan
dirasakan bila seseorang tidak dapat berhadapan dengan
banyak situasi dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini
menimbulkan cemas sepanjang waktu.
41
3.
Teori Kognitif
Teori ini berfokus pada bagaimana seseorang berpikir
tentang kecemasan pada situasi tertentu dan potensi bahaya
yang mungkin dihadapi. Seseorang yang cemas biasanya
cenderung membuat penilaian yang tidak realistis.
4.
Teori Biologi
Kecemasan dapat ditemui dalam satu keluarga. Lima
belas persen orang tua dan saudara kandung yang mengalami
kecemasan akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
2.3
Yusuf
(2002:162)
anak
usia
prasekolah
adaptasi
sosial
dapat
bermain
dengan
42
kecemasan
terhadap
perpisahan,
mengenali
perkembangan
manusia
bermacam-macam.
43
dan
benda.
Konsep
praoperasional dibatasi
oleh
44
masuk
dalam
tahap
oedipal/phalik
yaitu
dalam
perkembangannya
selalu
dipengaruhi
oleh
dari
kebaikan
yang
khusus.
Kesuksesan
45
inisiatif
pada
saat
46
2.4
pengaruh
terapi
bermain
puzzle
terhadap
dampak
47
Sakit
Popus
R.S
www.garuda.dikti.go.id
Sukanto
yang
mendapatkan
dipublikasi
hasil
penelitian
melalui
yaitu
ada
2.5
Kerangka Konseptual
Variabel Independen
Variabel Dependen
Frekuensi bermain
Waktu bermain
Lamanya dirawat
Usia anak
Jenis kelamin
48
Keterangan:
: diteliti
: tidak diteliti
2.6
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan
penelitian. Hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis
diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji (Noor, 2011).
49