HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN HIPERTENSI DI DESA BATU KECAMATAN LIKUPANG SELATAN KABUPATEN MINAHASA UTARA Koyongian, Agnes Stella Kundre, Rina Lolong, Jill Article Info ABSTRACT Published date: Abstract : Chronic disease defined as a medical condition or health 23 Jun 2015 issue related with the symptoms or defections which are need a long term management. Hypertension become one of the stern diseases and categorize as an illness that might kill someone quietly because commonly the patient do not realize that himself or herself is suffering the hypertension before he or she check the blood pleasure. The purpose of this study was to investigate the correlation between family roles and medical treatment compliance of hypertension patients in Batu South Likupang North Minahasa. The research method used cross sectional analytic survey and chi square test for the statistical test. The population in this study was hypertension patients who attended a medical treatment at the health centre clinic of Batu. This study did in Batu on March 18 to April 18 2015. The sample taken in this research was 64 respondents and used purposive sampling technique. The Questionnaires used as the instruments of this study. The result was pvalue = 0.000. In conclusion there is any significant correlation between family roles and the medical treatment compliance of the hypertension patient. Suggestion the result of this study could give more information and knowledge for those who want to do the research related to this study and developed by correlating it with other variables such as self motivation and medical treatment of hypertension patient. Key Words : Family roles, compliance of medical treatment, hypertension patient. Abstrak : Penyakit kronik di definisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Hipertensi menjadi salah satu penyakit yang sangat serius dan dikategorikan sebagai penyakit yang dapat membunuh seseorang secara diam-diam karena pada umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.Tujuan penelitian untuk mengetahui Hubungan Peran Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Pasien Hipertensi Di desa Batu Kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa Utara. Metode penelitian survey analitik dengan desain cross sectional dan uji statistik yang digunakan uji chi square. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Batu. Penelitian ini dilakukan di Desa Batu pada tanggal 18 maret-18 april 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah 64 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling yang
memenuhi kriteria inklusi. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner. Hasil diperoleh p-value =0,000. Kesimpulan ada hubungan peran keluarga dengan kepatuhan berobat pasien hipertensi. Saran Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat melakukan penelitian serta dapat mengembangkan dengan meneliti variabel lainnya seperti motivasi diri dengan kepatuhan berobat pasien hipertensi. Kata Kunci : Peran Keluarga, Kepatuhan Berobat, Pasien Hipertensi Copyrights 2015 Original source: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/8781 JournUniversitas Sam RatulangiNursing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Lansia akan mengalami Proses penuaan, yang merupakan proses terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Mulai dari lahir sampai meninggal dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup. Menua (menjadi tua) ditandai dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi (Nugroho, 2000). Penurunan juga terjadi pada panca indra yang akan mempengaruhi persepsi lansia. Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang diri yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas yang integrated pada dalam diri individu yang merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera, proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, apabila waktu individu menerima stimulus melalui alat indera seperti mata, telinga, hidung, pengecap dan peraba yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu (Walgito, 2003). Seiring dengan penurunan yang dialami oleh lansia maka akan mempengaruhi persepsi lansia dalam menginterpretasikan stimulus yang diterima. Kemunduran yang dialami lansia mendorong pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional khususnya pembangunan di bidang medis. Untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya lansia, kebijakan pelayanan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia, yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia maka lansia akan mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat (Erfandi, 2008). 1 2 Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional khususnya di bidang medis maka kualitas kesehatan hidup manusia lebih meningkat, akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, pada tahun 1980 jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%), tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%), tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 %. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % (Hamid, 2007). Data awal di ketahui jumlah penduduk di Kota Kudus sebesar 752.921 jiwa dengan jumlah penduduk di Kecamatan Jekulo 96.243 jiwa terdapat 1.238 jiwa lansia, dan 117 jiwa lansia di Dukuh Kauman yang paling tinggi jumlah lansianya di bandingkan dukuh lain di Desa Jekulo (BPS Kab Kudus, 2008). Meningkatnya jumlah lansia akan mempunyai dampak positif dan negatif, dampak negatif yang mungkin muncul pada lansia terkait aspek biologis atau fisik, aspek sosial dan aspek psikologis atau emosional. Salah satu masalah dari aspek psikologis adalah
penurunan konsep diri karena kemunduran-kemunduran pada lansia. Tugas
perkembangan lansia diantaranya dapat menerima perubahan dalam penampilan dan ketahanan. Lansia yang memiliki konsep diri rendah tidak menghargai perawatan dan cenderung tidak akan mencari bantuan untuk kesehatan fisik atau emosional (Perry & Potter, 2005). Konsep diri dapat mempengaruhi kemunduran pada lansia, karena konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamanya dengan tubuhnya sendiri, yang sering mempengaruhi adalah perubahan fisik pada lansia. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia luar dirinya (Suliswati, dkk, 2005). Menurut penelitian Nurussofa (2007) tentang Hubungan Proses Menua Dan Gambaran Diri Di Desa Kangkung Mranggen Demak menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi lansia tentang proses menua dengan gambaran diri lansia di Desa Kangkung Mranggen Demak. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kader di Dukuh 3 Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus bahwa lansia di dukuh kauman berjumlah 117 lansia dan 20 lansia yang mengikuti posbindu cenderung sehat di bandingkan lansia yang tidak mengikuti posbindu. Perbedaan ini akan mempengaruhi konsep diri pada lansia terkait persepsi proses penuaan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti berkeinginan untuk meneliti tentang Perbedaan persepsi proses penuaan dan konsep diri lansia yang mengikuti posbindu dan tidak mengikuti posbindu di Dukuh Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.