Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
DAYU PERMATASARI HARYONO PUTRI (2012430004)
DEPPI PUJI LESTARI
(2012430005)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri kimia merupakan salah satu sektor industri yang sedang dikembangkan di
Indonesia. Alasan pengembangan industri kimia ialah adanya peningkatan kebutuhan
dalam negeri akan berbagai bahan penunjang dalam industri. Untuk itu perlu adanya
pendirian pabrik-pabrik baru yang bukan hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri juga
berorientasi ekspor. Salah satunya ialah pabrik Hexamethylenetetramine (HMTA) atau
sering disebut sebagai hexamine, selama ini Indonesia masih mengimpor hexamine
untuk memenuhi kebutuha dalam negeri.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pendirian pabrik hexamine dengan bahan baku
formaldehid dan amonia akan dapat memberikan solusi bagi dunia industri kimia di
Indonesia. Dengan adanya pabrik hexamine maka kebutuhan untuk industri salah bahan
peledak hexamine banyak digunakan dalam bidang kedokteran (bahan baku antiseptik),
industri resin (curing agent), industri karet (accelerator yaitu agar karet menjadi elastis),
industri tekstil (shrink-proofing agent dan untuk memperindah warna), industri serat
selulosa (menambah elastisitas), dan pada industri buah digunakan sebagai pestisida
pada tanaman jeruk untuk menjaga tanaman dari serangan jamur. (Kent, 1974).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian
Perindustrian Republik Indonesi kebutuhan hexamine di Indonesia rata rata
pertahunnya sebesar 28.166 ton sedangkan Indonesia sampai saat ini baru memiliki 1
pabrik hexamine dengan total kapasitas produksi sebesar 8.000 ton/tahun. Melihat data
tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan melebihi kemampuan produksi pabrik
hexamine sehingga setiap tahunnya Indonesia terus mengalami kekurangan sehingga
harus impor dari negara lain. Oleh karena itu, perlu didirikan pabrik hexamine baru,
untuk memenuhi kebutuhan hexamine didalam negeri.
Melihat prospek yang cukup bagus maka direncanakan didirikan pabrik hexamine
yang merupakan komoditi yang perlu dipertimbangkan pembuatannya di Indonesia,
terutama dengan makin ketatnya persaingan dalam dunia industri.
Jika hexamine bisa diproduksi di dalam negeri, hal ini tentunya akan mengurangi
ketergantungan kita pada produk luar, menghemat pengeluaran devisa negara,
meningkatkan ekspor dan membangkitkan penguasaan teknologi.
1.2 Maksud dan Tujuan Prarancangan Pabrik
Maksud dan tujuan pendirian pabrik Hexamine ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan hexamine nasional baik untuk industri kimia maupun industri lainnya. Selain
itu, pendirian pabrik hexamine memiliki arti penting dari berbagai segi, antara lain:
1) Memanfaatkan potensi dalam negeri, mengingat bahan baku hexamine yaitu
formaldehid dan amonia yang di produksi di Indonesia.
2) Mengurangi impor hexamine dan memenuhi kebutuhan hexamine di dalam negeri
3) Meningkatkan pendapatan negara dalam ekspor hexamine
4) Mengurangi angka pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan
5) Meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitar pabrik
6) Mengaplikasikan ilmu teknik kimia khususnya bidang perancangan, analisa proses,
dan operasi teknik kimia sehingga memberikan gambaran kelayakan perancanagan
pabrik pembuatan formaldehida.
Tahun
2008
Dalam Negeri
8.000
2009
Kebutuhan
Import
23.241
Total
31.241
8.000
15.825
23.825
2010
8.000
16.828
24.828
2011
8.000
18.577
26.577
2012
8.000
21.441
29.441
2013
8.000
25.089
33.089
Jumlah
169.001
(Badan Pusat Statistik, 2014)
Dari tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa, kebutuhan hexamine yang terus
meningkat maka untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor, maka didirikanlah
pabrik ini. Meningkatnya kebutuhan hexamine pada tahun-tahun mendatang
diprediksikan belum bisa terpenuhi oleh industri dalam negeri.
1.3.2 Perencanaan Kapasitas Produksi
Tabel 1.2 Data untuk perhitungan proyeksi kebutuhan hexamine di Indonesia
Tahun
x2
y2
Xy
2008
31.241
976.000.081
31.241
2009
23.825
567.630.625
47.650
2010
24.828
616.131.684
74.466
2011
26.577
16
706.336.929
106.308
2012
29.441
25
866.772.481
147.205
Tahun
x2
y2
Xy
2013
33.089
36
1.094.881.921
198.534
Jumlah
21
168.995
91
4.827.753.721
605.404
(Mill
er, 2010)
Dimana:
y = kebutuhan hexamine
a = axis intersept
b = slope or regesium live
x = periode (tahun)
x = periode (tahun)
y = rata-rata proyeksi hexamine
n = jumlah periode yang diobservasi
605.404 b=
91=
21 x 168.995
6
212
6
13.921,5
17,5
= 795,514
a = 28.165
Dari perhitungan persamaan di atas diperoleh persamaan:
y = 28.165+ 795,514 (x - 3,5)
y = 795,514x + 25.380,701
Sehingga proyeksi konsumsi hexamine di Indonesia mendatang dapat diketahui
dengan perhitungan sebagai berikut:
Tahun
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
Kebutuhan Impor
Hexamine (Ton)
30.949,299
31.744,813
32.540,327
33.335,841
34.131,355
34.926,869
35.722,383
36.517,897
37.313,816
38.108,925
38.904,439
39.699,953
40.495,467
41.290,981
42.086,495
Nama Pabrik
New Tech Polymers India P.Ltd.
Jinan Samhoos Trase Co.Ltd
Jian Xingxing Auxiliary Agent Factory
Wuhan Chujiang Chemical Co. Ltd
Kanoria Chemicals & Ind. Ltd
Sina Chemical Industrial
Jian Xiangrui Chemical Co. Ltd
PT Intan Wijaya Internasional, Tbk
Lokasi
India
China
China
China
India
Iran
China
Indonesi
Kapasitas
(ton/tahun)
18.000
12.000
1.200
5.000
20.000
25.000
50.000
8.000
a
Sumber: Nurul Kurniawati, 2010
Berdasarkan Tabel 1.5 maka prancangan yang akan didirikan pada tahun 2017 dan
akan berproduksi ada tahun 2020 dengan kapasitas sebesar 25.000 ton/tahun dengan
alasan sebagai berikut:
1. Peluang pasar
Berdasarkan data dari tahun 2008-2013, bahwa hasil dari kebutuhan impor dikurangi
dengan PDN menghasilkan sebesar 27.722,383 ton. Sehingga sangat berpeluang bila
ingin membangun pabrik hexamine di Indonesia.
2. Data kapasitas produksi yang sudah ada
Berdasarkan kapasitas produksi pabrik Hexamine yang sudah ada di Indonesia dan
luar negeri, maka kami mengambil kapasitas tersebut karena berada pada rentang
antara kapasitas maksimum dengan kapasitas minimum sehingga dapat mengurangi
kebutuhan impor pada tahun 2020 yaitu sebesar 70% dan masih ada peluang utnuk
mengembangkan kapasitas produksi di tahun-tahun mendatang.
3. Pemasaran
Pemasaran produk hexamine akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri yang tersebar didaerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan daerah lain di
Indonesia. Pemasaran dalam negeri dapat langsung didistribusikan ke PT Pindad
(Jawa Barat), PT Dahana sebagai pabrik pembuat bahan peledak dan PT Erela
(Semarang) sebagai pabrik pembuatan obat. Jika kebutuhan dalam negeri akan
pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang. Hal ini
dikarenakan letak geografis pabrik akan berpengaruh pada kegiatan pabrik , mulai dari
proses produksi sampai proses distribusi. Pemilihan lokasi pabrik yang tepat harus
memberikan perhitungan biaya produksi dan distribusi yang ekonomis. Selain itu perlu
dipertimbangkan pula faktor sosiologi dari lokasi pabrik, keadaan sosial yang bersahabat
tentu saja akan sangat membantu kelangsungan dari suatu industri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka lokasi pabrik hexamine ditetapkan di
Palembang, Sumatera Selatan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Bahan Baku
Suatu pabrik sebaiknya didaerah yang dekat dengan sumber bahan baku dan daerah
pemasaran, sehigga transportasi dapat berjalan lancar.
Bahan baku pembuatan hexamine yaitu amonia akan diperoleh dari PT Pupuk
Sriwijaya di kota Palembang dengan rata-rata kapasitas produksi amonia 4,0 juta
ton/tahun dan formaldehyde akan diperoleh dari PT Korindo Abadi, Kepulauan Riau
dengan kapsitas produksi 50.000 ton/tahun, PT Perawang Perkasa Indah, Kepulauan
Riau dengan kapasitas produksi 50.000 ton/tahun.
2. Pemasaran
Pemasaran produk hexamine akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri yang tersebar didaerah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan daerah lain di
Indonesia. Pemasaran dalam negeri dapat langsung didistribusikan ke PT Pindad
(Jawa Barat), PT Dahana sebagai pabrik pembuat bahan peledak dan PT Erela
(Semarang) sebagai pabrik pembuatan obat. Jika kebutuhan dalam negeri akan
hexamine telah terpenuhi maka pemasaran diarahkan ke internasional yaitu sebagai
komoditi eksport.
3. Utilitas
Utilitas merupakan unit pendukung dalam pabrik yang meliputi listrik, air, udara
tekan, dan bahan bakar. Untuk penyediaan air diperoleh dari Sungai Musi.
Sedangkan bahan bakar sebagai sumber energi dapat diperoleh dari Pertamina.
Kebutuhan listrik didapat dari PLN dan penyediaan generator sebagai cadangan.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan banyak tersedia di Palembang baik tenaga ahli,
menengah, maupun sebagai buruh. Sehingga kebutuhan tenaga kerja dapat dipenuhi.
5. Transportasi
Palembang merupakan salah satu kawasan industri, sehingga transportasi darat, laut
maupun udara telah tersedia. Dengan adanya transportasi yang baik diharapkan arus
bahan baku dan produk dapat berjalan dengan lancer.
6. Kebijakan Pemerintah
Palembang merupakan kawasan industri yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan
berada dalam territorial negara Indonesia sehingga secara georafis pendirian pabrik
dikawasan tersebut tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah yang berlaku.
7. Kondisi Iklim dan Cuaca
Kondisi iklim di Palembang seperti iklim di Indonesai pada umumnya dan tidak
berdampak besar terhadap jalannya proses produksi.
8. Keadaan Masyarakat
Masyarakat di daerah industri akan lebih mudah menerima pendirian suatu pabrik di
daerahnya, selain itu masyarakat sekitar juga dapat mengambil keuntungan dengan
pendirian pabrik hexamine ini, keuntungan yang dapat diperoleh antara lain adanya
lapangan kerja baru bagi masyrakat sekitar, selain itu masyarakat sekitar juga dapat
membuka usaha kecil disekitar lokasi pabrik.
Berdasarkan dari pertimbangan diatas, bahwa bahan baku amonia dan formaldehyde
mudah didapat di kota Palembang, untuk pemasaran lebih dekat dengan pelabuhan
sehingga untuk pemasaran produk hexamine lebih mudah dilakukan dan juga untuk
meningkatkan efektivitas kerja dan menekan biaya produksi maka dipilih di kota
Palembang sebagai lokasi pendirian pabrik dinilai tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang diolah dalam proses produksi menjadi
produk jadi. Bahan-bahan baku yang digunakan dalam pembuatan hexamine antara lain
formaldehyde dan amonia.
2.1.1 Formaldehyde
Formaldehida merupakan senyawa yang sangat penting di
industri kimia dan memberikan peranan penting dalam manufaktur
berbagai industri dan barang-barang konsumer. Lebih dari 50 cabang
industri saat ini menggunakan formaldehida, khususnya dalam bentuk
larutan dan resin yang mengandung formaldehida. Produk kimia
menggunakan formaldehida sebagai bahan baku untuk pembuatanya
adalah pentaeritrol, resin formaldehida fenol, resin formaldehida
melamin, resin dan konsentrat formaldehida, bahan antiseptik,
heksamin,
dan
lain-lain.
Pada
tahun
1995,
permintaan
untuk
1889.
Firma
Jerman
lainnya,
Hugo
Blank
mematenkan
: Cair (20C)
: Tidak Berwarna
: Tajam
Titik lebur
: < 15C
: 93 96C
: > 62C
: 1,3 hPa
: Larut (20C)
Viskositas, dinamis
Densitas
Titik Beku
: 0,8153 g/ml
: 1560 K
Titik Kritis
Tekanan Kritis
: 408 0K
: 65,9 bar
dapat
Sianohidrin
bereaksi
dengan
merupakan
HCN
suatu
menghasilkan
senyawa
yang
atau
dapat
tereduksi
menjadi
suatu
-hidroksi
aldehida.
b. Adisi oleh Natrium Bisulfit
Pada umumnya, senyawa aldehida dan keton dapat bereaksi
adisi dengan natrium bisulfit menghasilkan senyawa adisi bisulfit
yang berbentuk padatan berwarna putih.
HCHO + NaHSO3
H2(SO3H)CONa
H2(SO3Na)COH
produk
adisi
yang
dapat
terhidrolisis
dalam
adisi
formaldehida
menggunakan
pereaksi
Grignard
(NH2
(NH2NHC6H5)
(NH2OH)
NH2)
menghasilkan
menghasilkan
menghasilkan
formaldehida
hidrazon,
fenilhidrazon,
oksim,
fenilhidrazin
semikarbazida
menghasilkan
alkohol
formaldehida
membentuk
hemiasetal
2,4yang
Formaldehida
dapat
direduksi
menjadi
metana
dengan
lainnya
dapat
bereaksi
dengan
pereaksi
ini
Pereaksi
Benedict,
larutan
ini
mengandung
ion
kompleks
tembaga (II) dengan ion natrium kalium sitrat. Hasil reaksi sama
dengan hasil reaksi Fehling.
i. Klorinasi
Gas klorin dapat bereaksi dengan formaldehida (aldehida)
menghasilkan trikloroaldehida. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
substitusi.
HCHO + 2Cl2 Cl2C=O + 2 HCl
j. Reaksi Cannizzaro
Formaldehida dapat bereaksi dengan basa kuat (NaOH atau
KOH) pekat dan panas membentuk natrium metanoat dan
metanol.
HCHO + NaOH NaCOOH + CH3OH
H-N-H
..
H
Gambar 2.2 Rumus Bangun Amonia
: Cair
: Tidak Berwarna
: Tajam
Titik lebur
: 63,13 K
: -33,350C
: 110C
: 8,88 bar
: Larut
Viskositas, dinamis
: 0,000098 poise
Densitas
Titik Beku
: 0,86 kg/m3
: -77,70C
: 132,40C
: 112,8 bar
Titik Kritis
Tekanan Kritis
Sifat Kimia Amonia
NH4OH
NH4+ + OH-
NH4Cl
2NH3 + H2SO4
( NH4)2SO4
( Krik and Othmer, 1998)
2.2 Hexamine
Hexamine merupakan bahan baku untuk bahan peledak RDX komponen utama
untuk blockdusters pada akhir perang dunia kedua RDX digunakan secara luas sebagai
pengganti TNT, sedangkan selama perang korea digunakan dalam bazooka. Selain dapat
dipakai sebagai bakhan baku untuk bahan peledak, dalam masa damai, hexamie dipakai
untuk bahan utama phenolic resin, sebagaian kecil digunakan dalam pengobatan dan
sebagainya.
Reaksi kimia untuk pembentukkan hexamine,yaitu antara formaldehyde dan
amonia terjadi pada suhu sekitar 450C dalam suasana larutan dalam air tanpa bantuan
katalisator. Reaksi yang terjadi direaktor sebagai berikut:
H2O
: Kristal
: Putih
: Tajam
Titik lebur
: 63,13 K
: 2800C
: 2500C
: 3900C
: 874 g/l
Viskositas, dinamis
:-
Densitas
Titik Beku
Titik Kritis
Tekanan Kritis
::-
C6H12N4 + 6H2O
Formaldehid dan amonia dengan rasio 3:2 dan 3:3 dialirkan dari tangki
formaldehid dan tangki amonia masuk kedalam raktor dengan suhu reaksi 40 0C. Reaksi
yang terjadi sangat cepat sehingga yang mengontrol kecepatan reaksi ialah kecepatan
pembentukan Kristal hexamine. Pada proses ini panas reaksi yang terjadi pada reactor
digunakan untuk menguapkan air hasil reaksi. Produk yang keluar dari reaktor masuk
kedalam evaporator. Di dalam evaporator terjadi penguapan sisa-sisa reaktan dan mulai
terjadi proses pengkristalan. Setelah produk keluar dari evaporator produk dimasukkan
ke dalam centrifuge dan di keringkan di dryer, setelah itu produk dikemas. Dengan
proses ini dapat diperoleh yield overall sebesar 95% berdasarkan reaktan formaldehid.
Konversi dari proses ini adalah 97% dan yield ini mencapai 95%. (European Patent,
2013)
CH2O
CH3OH
NH3
H2O
Reaktor
Amonia
Evaporaive-Cristalizer
Formaldehid
Dyer
Produk
(CH2)6N4 + 6H2O
Reaksi berlangsung pada suhu 30-500C dengan pH 7-8. Untuk menjaga suhu
digunakan air pendingin. Larutan formaldehid yang mengandung methanol kurang dari
2% diumpankan bersama dengan amonia cair ke dalam reaktor. Produk yang keluar dari
reaktor masuk kedalam evaporator. Di dalam evaporator terjadi penguapan sisa-sisa
reaktan dan muali terjadi proses pengkristalan. Setelah produk keluar dari evaporator
produk dimasukkan ke dalam centrifuge dan di keringkan di dryer, setelah itu produk
dikemas. Dengan proses ini dapat diperoleh yield overall sebesar 94-95% berdasarkan
reaktan formaldehid (Kent, 1974). Konversi dari reaksi pembuatan hexamine dari
formaldehid dan amonia pada proses ini adalah 96%. (Kormade and steven, 1965).
H2O
H2O
H2O
Evaporator 1
Evaporator
2
Centifuge
Formaldehid
Amonia
Reaktor
Dyer
Produk
C6H12N4 + 6H2O
Formaldehid
Reaktor
H2O
Centrifuge
Amonia
Produk
Proses Meissner
Proses Leonard
Proses AGF
Lefebvre
40oC
1 atm
30-50oC
1 atm
20-30oC
0,1 atm
97%
95%
96%
94-95%
97%
95%
Gas-Gas
99,8%
Air
Cair-Cair
99,7%
Air
Gas-Cair
99,8%
Air
Reaktor,
Reaktor,
Reaktor, Vacuum
EvaporativeEvaporator (2),
Evaporator,
Cristalizer, Dryer Centrifuge, Dryer
Centrifuge
Utilitas
Air
Air
Air
Dari ketiga macam proses di atas makan dalam prarancangan pabrik hexamine
ini dipilih proses Messeiner dengan 5 pertimbangan:
1. Reaksi yang berlangsung merupakan reaksi homogen, fase gas sehingga
penanganannya lebih mudah jika dibanding kan dengan reaksi fase heterogen yaitu
gas dan cair.
2. Jika panas yang dihasilkan kecil maka kebutuhan pendingin lebih sedikit dengan
demikian dapat menghemat biaya operasi reaktor.
3. Alat yang digunakan proses Meissener lebih sedikit.
4. Produk yang dihasilkan mempunyai konversi tinggi mencapai 97%.
5. Kemurnian proses Messeiner sebesar 99,8%.
CH2O
NH3
CH3OH
H2O
H2O
Reaktor
Flash Drum
C6H12N4
CH2O
C6H12N4
H2O
NH3
CH3O
99,5% NH3
0,5% H2O Amonia
37%CH2O
60% H2O
Formaldehid3% CH3O
Kristalizer
Centrifuge
Dryer
H2O
Kristal hexamine
H2O
H2O
Kristal
hexamine
H2O
BAB III
KONSEPSI PRANCANGAN
3.1 Deskripsi Proses
Pembuatan Hexamine dengan proses Messeiner melalui tahapan proses sebagai
berikut:
1. Persiapan bahan baku
2. Tahap pembentukan produk
3. Tahap pemurnian dan penyimpanan produk
3.1.1. Persiapan Bahan Baku
Amonia disimpan dalam tangki penyimpan (TT-101) pada tekanan 11 atm dan
pada suhu 350C sehingga amonia dalam kondisi cair. Kemudian amonia cair dirubah
fasanya menggunakan expander (EX-101) menjadi gas pada tekanan 8,88 atm lalu
dialirkan kedalam reaktor. Larutan formaldehyde disimpan dalam tangki penyimpanan
(TT-102) pada suhu 350C dan tekanan 11 atm. Dari tangki ini larutan formaldehyde
diubah fasa menjadi gas lalu dialirkan kedalam reaktor menggunakan kompresor (C102) pada tekanan tinggi yaitu 11 atm.
Kedua bahan baku diumpankan dalam reaktor dengan perbandingan mol
formaldehyde : amonia 3:2. Reaksi berlangsung dalam fasa gas dan merupakan reaksi
eksotermis. Konversi yang dapat dicapai pada reaksi ini sebesar 97% berdasarkan
reaktan formaldehyde. Reksi dijalankan dalam reaktor fixed bed (R) pada keadaan
isothermal 350C.
3.1.2 Tahap Pembentukan Produk
Produk luar dari reaktor yang mempunyai suhu 80 0C dan tekanan 11 atm kemudian
dialirkan kedalam expander (EX-101) untuk menurunkan menjadi 1 atm sebelum masuk
ke evaporative-crystalizer. Suhu produk keluar expander sebesar 350C. Produk
hexamine dan sisa reaktan yang berupa amonia dan formaldehyde keluar expander
kemudian
diumpankan
kedalam
evaporative-crystalizer
(CR-101).
Di
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2015. Statistic Indonesia, www.bps.go.id, Indonesia
Nurul Kurniawati.,2010, Prarancangan Pabrik HEXAMINE Dari Amonia Dan
Formalin Dengan Proses Leonard Kapasitas 25.000 Ton/Tahun.,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
European
Patent
Office,
no.
0468353b
Continuous
Production
of
Hexamethylenetetramine
Grupta, R.K.,1987, Industrial Chemical Hanbook, Small Business Publication
Roop Nagar, Delhi, India
Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1998, Encylopedia of Chemical Technology, 4thed.,
John Wiley and Sons, Singapore
Kent, J.A., 1974, Riegels Handbook of Industrial Chemistry, 7th edition, Litton
Educational Publishing, Inc., USA
Klein, David R., 2010,Organic Chemical, John Willey and Sons,
United States
KERMODE, R.I. and Stevens, W.F., 1965, Canadian Journal Chemical
Engineering, vol 43, no 63
Miller,
James
N.,
Jane
C.
Miller,
2010,
Statistics
and