Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Arif Baswantara
C54080027
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pembesaran ikan lele
(Clarias gariepinus) dan menghasilkan ikan ukuran siap konsumsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan:
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir penelitian (ekor)
No = jumlah ikan yang hidup pada awal penelitian (ekor)
3.4.2 Konversi Pakan
Konversi pakan atau FCR adalah jumlah pakan yang dihabiskan untuk
menghasilkan 1kg daging. Nilai konversi pakan berujung pada kualitas dari pakan
yang kita berikan.
Rumus :
Keterangan:
FCR = feed conversion rate/ konversi pakan
Pt = pakan total (kg)
Bt = bobot total (kg)
Bo = bobot awal penebaran benih (kg)
Keterangan :
SGR = Pertumbuhan spesifik (%)
Wt = Berat pada akhir penelitian (g)
Wo = Berat pada awal penelitian (g)
t = Waktu yang dibutuhkan dari berat awal hingga berat akhir (hari)
Keterangan:
GR = pertumbuhan mutlak (gr/hari) Wo = berat awal saat penebaran benih (gr)
Wt = berat rata-rata pada waktu ke t (gr)
t = waktu pemeliharaan (hari)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat Kelangsungan Hidup dapat kita ketahui dari jumlah ikan yang kita
panen. Jumlah tersebut kita bandingkan dengan jumlah benih yang kita tebar. Dari
lima departemen, diperoleh data Tingkat Kelangsungan Hidup sebagai berikut.
Dari tabel di atas dapat kita ketahui keuntungan yang diperoleh dari setiap
departemen. Tanda minus pada kolom keuntungan berarti bahwa departemen
tersebut mengalami kerugian.
Kelas
Parameter
BDP MSP THP PSP ITK
7.1-7.2 6.9-7 6.6
DO mg/L mg/L 6.6 mg/L 6.6 mg/L mg/L
6.81-
pH 6.63-6.64 6.85-6.93 6.84-6.92 6.61-6.99 7.76
37.79- 42.52- 47.25- 89.76-
CaCo3 47.25 47.25 70.87 94.49 94.49
Alkalinitas 160-176 172-200 60-172 76-104 72-80
0.28-
Amoniak 0-0.12 0.05-0.08 0.29-0.32 0.15-0.4 0.29
0.039- 0.03- 0.039- 0.044- 0.05-
Nitrit 0.043 0.034 0.066 0.059 0.055
4.2 Pembahasan
Tingkat kelangsungan hidup adalah jumlah ikan yang mampu bertahan
hidup hingga akhir pemeliharaan. Dari data yang diketahui, terdapat perbedaan
nilai tingkat kelangsungan hidup dari masing-masing departemen. Departemen
BDP memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dengan 88.7%, dan
departemen THP memiliki tingkat kelangsungan hidup yang rendah dengan
79.6%. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan kualitas air dan cara
pemeliharaan dari setiap departemen. Kualitas air yang sesuai dengan kadarnya
akan sangat berpengaruh dengan tingkat kelangsungan hidup ikan. Semakin besar
nilai tingkat kelangsungan hidup, maka pembesaran ikan berlangsung lebih baik.
Laju pertumbuhan harian adalah pertumbuhan biomassa harian dari awal
penebaran hingga panen. Juga terdapat perbedaan laju pertumbuhan harian dari
setiap departemen. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan ketelitian saat
pemeliharaan dan pemberian pakan. Perbedaan ketelitian inilah yang
mengakibatkan pertumbuhan ikan tidak sama dari setiap departemen.
Pertumbuhan mutlak adalah pertumbuhan dari bobot rata-rata ikan saat
awal penebaran hingga panen. Terdapat perbedaan pertumbuhan mutlak dari
setiap departemen karena perbedaan yang terjadi pada laju pertumbuhan harian.
Semua faktor yang mempengaruhi perbedaan laju pertumbuhan harian juga dapat
mempengaruhi perbedaan pertumbuhan mutlak.
Pertumbuhan ikan terkait dengan pertambahan bobot. Pada masa
pembesaran, bobot akan terus bertambah. Namun ada waktu dimana bobot ikan
tidak lagi bertambah atau pun laju pertumbuhannya menurun. Meskipun
pembesaran terus dilanjutkan, pertumbuhan ikan pun tidak akan bertambah lagi.
Konversi pakan ditentukan dari hasil sampling, yaitu pertambahan bobot
dan jumlah pakan yang dihabiskan. Terjadi perbedaan konversi pakan dari tiap
departemen karena adanya perbedaan bobot rata-rata ikan saat sampling dari
setiap departemen. Konversi pakan menunjukan kualitas suatu pakan, karena
setiap nilai konversi pakan berarti banyaknya pakan yang dihabiskan untuk
menghasilkan 1kg daging. Semakin kecil nilai suatu konversi pakan, maka
semakin bagus mutu pakan tersebut.
Hasil panen adalah total bobot yang didapatkan pada saat akhir
pembesaran. Departemen MSP memiliki hasil panen terbesar yaitu 521 kg dan
departemen BDP yaitu 391 kg. Perbedaan hasil panen terjadi karena adanya
perbedaan pertumbuhan ikan pada masing-masing departemen. Semakin besarnya
hasil panen tidak menentukan semakin besarnya pendapatan, karena hasil panen
ini dibagi lagi menjadi hasil sortir, ukuran konsumsi dan over size.
Analisis usaha merupakan perhitungan pendapatan hasil panen,
pengeluaran untuk benih dan pakan, serta keuntungan ataupun kerugian yang
dialami. Dari analisis usaha ini, kita dapat memperhitungan biaya yang kita
habiskan untuk melakukan pembesaran di waktu selanjutnya.
Selanjutnya kita lihat kembali pada tingkat kelangsungan hidup. Nilai
tingkat kelangsungan hidup yang paling tinggi adalah departemen BDP dengan
88.7%. Dari nilai itu dapat kita ketahui bahwa jumlah ikan yang mati cukup
banyak. Hal tersebut biasa terjadi pada awal penebaran, karena kesalah pada
aklimatisasi ataupun kondisi kesehatan benih. Pada masa pemeliharaan, kematian
terjadi karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan, ruang hidup, dan
sumber penyakit.
Untuk waktu pemanenan, kita dapat mengetahuinya dari grafik
pertumbuhan mutlak. Dari grafik pertumbuhan mutlak dapat kita lihat bahwa
pemanenan baik dilakukan saat pertumbuhan ikan telah mencapai puncak.
Pertubuhan ikan akan menurun pada saat mencapat bobot tertentu, sehingga pada
saat itu jumlah pakan yang kita berikan tidak begitu berpengaruh besar pada
pertambahan bobot ikan. Pada saat seperti itulah ikan lebih baik untuk dipanen.
Waktu panen juga dapat kita tentukan pada saat sampling. Pada saat
sampling kita tidak hanya menimbang bobot ikan, namun juga melihat keadaan
kesehatan ikan. Jika saat sampling tersebut kita menemukan banyak ikan yang
terserang penyakit, maka pemanenan lebih baik kita lakukan lebih awal sebelum
semua ikan tertular penyakit tersebut. Pemanenan ikan juga dapat kita tentukan
jika bobot ikan kita telah memenuhi ukuran konsumsi yaitu kurang lebih
berukuran size 8.
Untuk analisis usaha, kita melihat pengeluaran dan pendapatan yang
diperoleh. Dari kedua data itu kita dapat menetapkan data keuntungan. Dari tabel
analisis usaha, kita dapat melihat bahwa dana yang kita dapatkan dari hasil panen
yang berukuran daging lebih tinggi dibandingkan dengan hasil panen yang
berukuran sortir dan Over size. Hal tersebut berarti bahwa pemanenan yang tepat
waktu jauh lebih baik daripada lebih awal atau pun lebih lama. Dengan
pemanenan yang tepat waktu, maka kita akan mendapatkan hasil panen dengan
ukuran daging dalam jumlah yang lebih banyak, dengan seperti itu maka
pendapatan yang kita peroleh juaga akan semakin tinggi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Praktikum pembesaran lele yang dilakukan telah membantu kita untuk
mengetahui tata cara dari pembesaran lele yang dimulai dari penyiapan wadah,
penebaran, pemeliharaan, hingga pemanenan. Kita juga telah mengetahui
parameter-parameter yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembesaran seperti
tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak,
konversi pakan, dan kualitas air. Dalam proses panen, kita telah mengetahui tata
cara menyortir ikan lele mulai dari yang berukuran kecil, big size, dan ukuran
daging atau konsumsi.
5.2 Saran
Pelaksanaan pembesaran ikan lele kali ini telah dilaksanakan dengan baik.
Untuk pelaksanaan kegiatan pembesaran kedepannya, hendaknya mempunyai
jadwal yang pasti mengenai pemberian pakan, sampling, dan pemanenan.