Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Samodra
(2009),
kinerja
atap
pada
bangunan
tradisional Indonesia juga dipengaruhi oleh bentuk atap yang juga dapat
diukur berdasarkan luas permukaan atap, orientasi dan kemiringan atap.
Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap besarnya penerimaan radiasi
matahari pada atap. Selain itu, adanya ventilasi alami pada rongga atap
dapat mengurangi akumulasi panas yang terjadi di dalam rongga atap.
Berdasarkan Szokolay (2004) penyerapan radiasi matahari suatu
permukaan dipengaruhi oleh:
penyerapannya.
Emittance,
adalah
kemampuan
suatu
permukaan
dalam
mentransmisikan radiasi.
Besar
dan
kecepatan
panas
yang
ditransmisikan
oleh
atap
dalam
mengalirkan
panas
apabila
ada
perbedaan
arsitektur
masing-masing
daerah
adalah
kebudayaan
setempatnya.
Perkembangan arsitektur di Indonesia mulai mengalami perubahan
yang signifikan pada masa Kolonial Belanda yang ditandai dengan
berdirinya serikat dagang Hindia-Belanda atau VOC pada tahun 1602.
Pengaruh arsitektur Barat mulai masuk ke Indonesia disertai dengan
perkembangan material dan teknologi.
Setelah masa kemerdekaan pada tahun 1945, perkembangan
arsitektur di Indonesia didominasi oleh trend international style serta
gerakan yang melawan international style tersebut yang disebut dengan
arsitektur Jengki.
Sekitar tahun 1970an, 1980an, dan 1990an, Indonesia mengalami
perkembangan pesat di sektor industri yang memicu perkembangan di
bidang arsitektur juga. Arsitektur late-modern dan arsitektur post-modern
mulai masuk dan berkembang di Indonesia.
dengan
berjalannya
waktu,
fungsi
dan
bentuk
atap
Bidang Atap
Bidang Dinding
Rumah Gadang
Tongkonan Toraja
material yang paling umum digunakan pada arsitektur tradisionalvernakular. Selain itu penutup atap berbahan kayu atau bambu juga
digunakan.
Material-material ini umumnya memiliki tingkat conductivity panas
yang rendah dan memiliki thermal capacity yang rendah pula. Warna dari
material juga dapat mempengaruhi penyerapan panas, seperti atap ijuk
yang memiliki warna elap akan memiliki penyerapan (absorption) yang
lebih tinggi daripada atap ilalang atau atap rumbia, namun di sisi lain
warna juga mempengaruhi tingkat radiasi panas (emittance) sehingga
pelepasan panas di malam hari lebih cepat.
Konstruksi dan Teknologi Atap Tradisional-Vernakular
Konstruksi
kayu
umumnya
disusun
dengan
menggunakan
Lawang Sewu
Arsitektur Jengki
bergaya
minimalis
dengan
bentuk
yang
simpel
dan
menggunakan sedikit atau tanpa ornamen. Bentuk atap pada masa ini
semakin kecil dan sederhana dengan sudut atap 30 o atau kurang dari itu.
Dengan demikian luas permukaan dan volume atap yang dimiliki menjadi
semakin kecil.
Atap Metal
Atap Bitumen
Sementara
itu
konstruksi
atap
yang
digunakan
umumnya
Perbandingan Parameter
Tradisional-
Kolonial
Vernakular
Luasan
permuka
an
volume
Sudut
kemiring
an
Fungsi
perteduh
an
Fungsi
identitas
etnis
Material
atap
Konstruk
si
Pasca
Kontemporer
Kemerdekaa
besar
besar
n
Sedang-besar
besar
45o-60o
besar
35o-45o
Sedang-besar
35o-45o
kecil
22,5o-30o
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ijuk, rumbia,
Genting
Genting tanah
Genting
ilalang,
tanah liat
liat
beton, metal,
Kuda-kuda
Kuda-kuda
bitumen
Rangka atap
baja
kayu/baja
baja ringan
bambu, kayu
Kayu/ bambu
kecil
(rangka
bidang/rangka
ruang)
Environmental Significance
Tradisional-
Kolonial
vernakular
Pasca
Kontempor
kemerdeka
er
an
Sedang-
Penerimaan
besar
besar
radiasi
Perambata
Lebih lama
Lebih lama
besar
Tergantung
Lebih cepat
karena
karena
volume atap
karena
volume atap
volume atap
volume atap
besar
besar
yang kecil
panas
melalui
ruang atap
kecil
Perambata
Lambat
Lebih cepat
Tergantung
Lebih cepat
karena
karena
jenis
karena
melalui
struktur
struktur
strukturnya
struktur
struktur
bersifat
bersifat
bersifat
insulator
konduktor,
konduktor,
namun
namun dapat
selubung
dikurangi
bangunan
dengan
yang tebal
penggunaan
menjadi heat
insulator
panas
Ventilasi
Lewat celah
sink
Lewat celah
atap
dinding atau
genteng atau
pada
material atap
celah
lubang
genteng atau
jika terdapat
lubang
celah, atau
pada celah
ventilasi jika
lewat saluran
antar atap
ada
ventilasi
Lewat celah
Lewat celah
yang
khusus
ditumpuk
Kesimpulan
Berdasarkan kajian di atas dapat dilihat bahwa perkembangan atap
dari masa ke masa terus mengalami perubahan dari segi desain dan
teknologi. Penggunaan material dan teknologi baru merupakan suatu
kompromi antara
satu parameter
dengan
lainnya
sehingga
dapat
menghasilkan kinerja atap yang tidak berbeda jauh dengan atap di masa
sebelumnya.
Daftar Pustaka
Hardiman, G. (2005). The Wisdom of Traditional Architecture in
Indonesia to Anticipate the Problem of the Thermal Comfort Inside the
Building. The 6th International Seminar on Sustainable Environment and
Architecture 19 20 September 2005. Department of Architecture, Institut
Teknologi Bandung, Indonesia. pp. 32-37.
Samodra, F. X. T, (2009) Analysis Of Solar Geometry Influences To
The Roof Of The Roof Architecture In The Tropical Region, Architecture &
Environment. Vol. 8, hal 35-48.
Moore, F. 1993. Environmental Control Sistems: Heating, Cooling,
Lighting. Mc Graw-Hill, Inc., New York.
Evans, M. 1980. Housing, Climate and Comfort. John Wiley & Sons,
New York.