Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Wilhelmus Olin,SF.,M.Sc.,Apt
UNTUK KALANGAN SENDIRI
2008
KATA PENGANTAR
Buku ini ditujukan untuk menjadi sumber informasi yang
bermanfaat bagi mahasiswa,dosen ataupun tenaga kesehatan lain
yang berminat untuk mempelajari atau mengenal lebih mendalam
tentang penyakit Diabetes Melitus.
Buku ini dirancang untuk mengatasi keterbatasan sumber
bacaan bagi mahasiswa farmasi kupang, disajikan secara simpel yang
disertai dengan ringkasan materi serta contoh kasus sehingga
memudahkan pemahaman akan penyakit dan cara pengatasannya.
Buku ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan buku ajar
farmasi yang lebih substantif, tetapi untuk mendampingi buku-buku
tersebut.
Dengan
menambah
jumlah
dan
ragam
informasi,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................ 1
DAFTAR ISI
.......................................................................... 2
DEFENISI
.............................................................
PATOFISIOLOGI
.........................................................
5
MANIFESTASI KLINIK
DIAGNOSIS
............................................
.......................................................
...........................
......................................................
7
7
11
11
20
........................................................
42
RINGKASAN ......................................................................
43
DIABETES MELITUS
DEFINISI
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronis dengan
gangguan metabolisme yang ditandai terjadinya hiperglikemia
(tingginya glukosa dalam darah) dan tidak normalnya metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Hal ini disebabkan oleh gangguan
atau defisiensi produksi insulin atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin. Komplikasi mikroaskular,
makrovaskular, dan neuropatik sangat mungkin terjadi (Dipiro, et al.,
2006).
Insulin merupakan hormon yang dibentuk oleh sel beta pankreas
dan berperan penting pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa darah, asam lemak dan asam
amino dalam darah yang mendorong penyimpanan nutrien-nutrien
tersebut (Muchid, et al., 2007).
Diabetes
melitus
merupakan
penyakit
degeneratif
dan
Diabetes
Mellitus
(IDDM)
karena
penderita
senantiasa
C.
1)
lingkungan
cukup
besar
dalam
menyebabkan
MANIFESTASI KLINIK
Diabetetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada
beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan
diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes
antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus),
dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula
muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang
ketika
penyakit
sudah
berkembang
dan
diabetes
mellitus
pemeriksaan
laboratorium
yang
10
Kadar
glukosa Plasma
darah
sewaktu vena
Diabetes
Melitus
< 110
Melitus
110-199
> 200
< 90
90-199
> 200
< 110
110-125
> 126
< 90
90-199
> 200
(mg/dl)
Darah
Kadar
kapiler
glukosa Plasma
darah
puasa vena
(mg/dl)
Darah
kapiler
11
a.
(Karbohidrat cukup)
b.
c.
mulai
malam hari
sebelum pemeriksaan, minum air putih diperbolehkan
d.
e.
f.
12
Toleransi
Glukosa
Terganggu (TGT)
- < 140 mg/dL
(GDPT).
Pada pasien dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu antara
110 199 mg/dL, kemudian hasil glukosa darah jam ke-2
TTGO:
- > 200 mg/dL = DM
- antara 140 199 mg/dL
- < 140 mg/dL
= TGT
= normal
TGT/GDPT DM
< 110
110 199
> 200
< 90
kapiler
Konsentrasi glukosa darah
90 199
> 200
< 110
110 125
> 126
< 90
90 109
> 110
vena
puasa (mg/dL)
-
vena
kapiler
4. Pemeriksaan Kadar HbAIc
pada
umumnya
lebih
tinggi
sekitar
7-10%
(Tjokroprawiro, 1991).
5. Pemeriksaan Insulin dan C-Peptida
C-peptide merupakan produk sampingan proses pembentukan
insulin pada sel beta pankreas. Pemeriksaan C-Peptide lebih
dapat diandalkan dan merupakan indikasi dari produksi insulin
oleh sel beta, karena mempunyai waktu paruh yang lebih lama
dibandingkan insulin (2-5 kali lebih lama), Konsentrasi Cpeptide plasma menunjukkan sekresi insulin pankreas yang
lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan kadar insulin itu
sendiri. Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk melihat derajat
keparahan defisiensi insulin yang merupakan faktor penyebab
diabetes melitus (Wijaya, 1997).
kualitas
hidup
pasien
diabetes,
14
menghilangkan
keluhan
dan
tanda
untuk
mempertahankan,
menurunkan
atau
dan
untuk
pertumbuhan.
Untuk
mencegah
= berat badan x 30
= berat badan x 20
Jadwal Makan
Penderita diabetes untuk makan lebih sering dengan porsi
secukupnya. Makan utama tiga kali dan diselingi makan
16
lain-lain
kemanisannya
dapat
tidak
juga
terlalu
dikonsumsi
tinggi.
asalkan
Sebaiknya
kadar
dibatasi
17
Pada individu
18
kesehatan
masyarakat
rumah
sakit
Terapi Farmakologi :
Tujuan
utama
dari
pengobatan
diabetes
adalah
untuk
hipoglikemik
pola makan
dan
Obat
Frekuensi
Dosis
Dosis
(ja
pemberian
awal
lazim
(mg)
(mg)
m)
Toksisitas
Sediaan
obat
(tablet)
Gastrointestinal,
Glipizid
2-4
kali 2,5
5-10`
sehari
(Glucotrol)
Gliburid
Dua
10
Sekali
5,10
hematologik
Gastrointestinal,
atau 5
2,5-20
dua kali
(Micronase,
kulit,
kulit,hematologi
1,25-
5,00
Asidosis laktat
500,800
Diabeta)
Metformin
1,3-
Tiga
(Glucopage)
4,5
sehari
kali 1000
15001700
Rosigilatazone
Sekali sehari
4,0
4-8
Edema
4,0
Piogglitazone
Sekali sehari
30
30-45
Edema
30
20
cara-cara
yang
sudah
di
jelaskan
(terapi
nonfarmakologi), pasien-pasien diabetes tipe 2 dengan sisa selsel pulau Langerhans yang masih berfungsi, merupakan hal
yang terbaik untuk menggunakan sulfonilurea. Obat-obat ini
merangsang fungsi sel beta dan meningkatkan sekresi insulin.
Sebaliknya pasien dengan diabetes tipe 1 yang telah kehilangan
kemampuannya untuk mensekresi insulin, pengobatan dengan
sulfonilurea.
Gabungan
21
a.
Turunan Sulfonilurea
Sulfonilurea pertama kali disetujui oleh FDA tahun 1962.
hipoglikemik
oral
golongan
sulfonilurea
tidak
Meglitinida
Meglitinida juga termasuk jenis obat diebetes yang
nateglinida,
dan
mitiglinida.
Repaglinida
22
Golongan biguanid
Sediaan yang tersedia dari golongan ini ialah
Thiazolidinedione
Thiazolidinedione merupakan suatu golongan obat
insulin
terhadap
jaringan
sasaran.
23
karbohidrat
kompleks
dan
absorbsinya,
tidak
menyebabkan
hipoglikemia
dan
juga
tidak
24
B.Terapi insulin
Efek terhadap Glukosa
Tipe
Keterangan
Darah
(Dalam
Jam
Sesudah
Makan Pemberian)
Awal
Puncak Akhir
Masa kerja singkat
Lispro
Jernih
Segera
30-90
3-5
menit
Regular(crystalin
e zinc)
Jernih
30meni
2-4
6-8
4-8
13,8
16-18
24
Tidak
22,8
t
Masa kerja sedang
NPH+
keruh;suspensi
insulin
seng 2-3
kristal,50%jenuh
dengan protamin
Masa kerja panjang
keruh;suspensi
Ultralente (UL)
insulin kristal,kadar 6
tinggi
tanpa
protamin
Nilai
isoelektrik
7,0;penurunan
Glargine
solubilitas pada pH
ada
25
fisiologis;membentu
k
mikropresitat
dalam
jaringan
subkutan
Ket: Kerja NPH+ yang lambat diatur oleh kadar protaminnya;
tersedia dalam larutan penyangga natrium fosfat.
insulin lente (semi dan ultra) tidak mengandung protamin dan
tersedia dalam larutan penyangga
Perubahan
digunakan
untuk
mengontrol
hiperglikemia
postprandial.
glukosa
darah
pada
pasien
yang
Insulin
dengan
masa
kerja
pendek
sering
27
Mereka dapat
28
Normoweight
BMI<25 kg/m2
Hiperglikemi berat
HbA1C >9.0%)
2 obat
antihiperglikemi
kelas berbeda :
-biguanide
-insulin sensitizer
-insulin
secretagogue
--glucosidase
inhibitor
Insulin basal
atau
prepandial
atau
keduanya
29
Target belum
Target belum tercapai
Tambah anti
hiperglikemik oral
dr kelas berbeda
atau insulin
Semua pemilihan
pemakaian obat
ditunjukkan untuk
mencapai target
dalam 6-12 bln
Target belum
tercapai
Intensifkan regimen
insulin atau tambah:
-biguanide
-insulin sensitizer
-insulinsecretagogue
--glucosidase
inhibitor
30
(Djokomoljanto, 2007)
< 4.7
Normal
CV risk < 1.3
No Action
4.7-5.5
Low risk
CV risk 1.4-1.7
5.6-6.3
High Risk
CV risk 1.7-1.9
6.4+
Diabetic
CV risk 2+
Lifestyle
Active
CV risk screen
Diabeetic test
12-24 month
Standard
Diabetic
Treatment
HbA1c (%)
(HPLC)
< 4.7
Normal
CV risk < 1.3
4.7-5.5
Low risk
CV risk 1.3-1.7
5.6-6.1
High Risk
CV risk 1.8-2.2
6.2+
Diabetic
CV risk 2.2+
No Action
Lifestyle
Active
CV risk screen
Diabeetic test
12-24 month
Standard
Diabetic
Treatment
32
TAHAP 1
Adanya hiperfiltrasi dan hipertrofi ginjal pada awal diagnosis
Diabetes ditegakkan masih reversible.
TAHAP 2
Ditemukan adanya perubahan morfologik ginjal dan faal ginjal
dengan peningkatan GFR, tahap ini bias berlangsung
asimtomatik selama bertahun-tahun.
TAHAP 3
Disebut juga tahap insipient, kelainan utamanya adanya
mikroalbuminuria yaitu albumin excretion rate (AER) antara
30-300 mg/24 jam atau 20-200 ug/menit.
TAHAP 4
Nefropati klinik, ditandai adanya proteinuria persisten atau
AER >300 mg/24 jam. Pada tahap ini biasanya hipertensi
sudah timbul.
TAHAP 5
ERSD atau tahap gagal ginjal terminal , biasanya timbul setelah
10 tahun timbulnya proteinuria.
33
hipertensi
angiotensin-converting
captopril
untuk
(penggunaan
enzyme
mengendalikan
[ACE
preparat
inhibitor
Inhibitor],
hipertensi
seperti
dapat
pula
3.KOMPLIKASI HIPERTENSI
Patofisiologinya :
34
Penanganannya :
35
(Djokomoljanto,2007)
4.KOMPLIKASI GANGREN
Gangren adalah luka yang berakhir dengan kematian saraf atau
jaringan yang disebabkan oleh gangguan pengaliran darah ke
jaringan tersebut .
Gejala :
Patofisiologi :
terdiri dari :
pengendalian diabetes,
penanganan terhadap kelainan kaki, serta
pencegahan dan penanggulangan kaki diabetik.
Pengobatan :
37
Umum
Istirahat
Insulin
Antibiotik
(kombinasi
aminoglikosida,
ampisilin
dan
nonproliferatif
(background
retinopathy),
retinopati
38
39
(Lake F, 2007)
40
Foot Exam
Normal pulses and sensation
For other conditions:
Antihistamines for nasal allergies
Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) for joint pain
hyperglycemia, hyperlipidemia and obesity
41
- Metformin
- Sulfonylure
- Meglitinide
- Thiazolodinediones
Pilihan yang tepat: Metformin, dosis rendah: 250 mg bid
Pasien diinformasikan bahwa jika dalam 2 minggu ternyata
kadar glukosa rata-ratanya diatas 130 mg/dL, maka dia harus
meningkatkan dosis metformin menjadi 500 mg bid. Dua
minggu setelah itu, jika kadar glukosa rata-ratanya masih
diatas 130 mg/dL, dia dapat meningkatkan lagi dosisnya
menjadi 850 mg bid. Kadar dosis efektif maksimum 1000 mg
bid.
Metformin merupakan obat pilihan karena :
- Dapat menurunkan kadar A1c hingga 1.5%
- Tidak menyebabkan hipoglikemia
- Membantu menurunkan berat badan
- Mengurangi gangguan saluran pencernaan
- Target untuk mencapai hasil yang diharapkan adalah 3 bulan
Obat lainnya bukan merupakan pilihan utama karena :
42
KASUS 2
Pengacara laki-laki berumur 54 tahun memiliki kadar glukosa
yang tinggi selama beberapa tahun, tetapi baru terdeteksi dengan
jelas ketika ada kunjungan di kantornya yang mengadakan
pemeriksaan secara acak terhadap karyawannya.
Ternyata kadar
jantung
dan
melakukan
memiliki penyakit
beberapa
pengobatan
43
44
45
46
dikombinasikan
dengan
pengaturan
gaya
hidup
berpendidikan,
pasien
tengah
menyangkal
47
48
mudah untuk
menjalankannya.
Diganti dengan
50
51
hormon
insulin.
Bagaimanapun,
dalam
rangka
meningkatkan
resiko
nocturnal
hipoglikemia,
yang
terbesar
dengan
makanan,
dan
52
53
55
Fungsi
sel
beta
dapat
diperbaiki
setelah
pengobatan
56
DAFTAR PUSTAKA
Daniel. 2006. Medikasi Spesifik Diabetes Melitus Tipe 2. Tersedia di:
http://www.majalah-farmacia.com/. [Diakses 18 September
2008].
Darmansjah, I. 2002. Practical Diabetes Therapy. Tersedia di:
http://www.iwandarmansjah.Web.id/. [diakses18 September
2008].
Djokomoljanto. 2007. Diabetes Ditinjau dari Berbagai Aspek
Penyakit Dalam. Semarang: Penerbit CV Agung.
Gustaviani, R. 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus.
Dalam: Sudoyo (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit FK UI.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Muchid, A, et al. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen kesehatan RI.
Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia. 2006.
Konsensus
Pengelelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta:
PB Perkeni.
Price, S & Wilson, L. 2006. Patofisiologi. Edisi ke-6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.
Shahab, A. 2007. Komplikasi Kronik Diabetes Melitus. Dalam:
Sudoyo (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit FK UI.
Tjay, et al. 2003. Obat-Obat Penting. Khasiat, Efek, Penggunaan,
dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke-5. Jakarta: Gramedia.
57
58
R
I
N
G
K
A
S
A
N
59
60
61
62
(Dipiro, et al.,2006)
63
Obesitas sentral
Faktor genetik
Kondisi pankreas
yang buruk
Resisten insulin
meningkat
Sekresi insulin
meningkat
Fungsi sel
menurun
Glukosa darah
meningkat
Sekresi insulin
menurun
64
KLASIFIKASI DM:
1. DM tipe 1 :kerusakan SEL BETA pulau langerhans
*Autoimun
*Idiopatik
2. DM tipe 2 : RESISTENSI INSULIN
3.DMGestasional
4.DM tipe LAIN
Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
Karena obat / zat kimia
Karena infeksi
. Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan
diabetes
melitus
(Gustaviani, 2007
Manifestasi Klinik...
Gejala:
-Poliuria
65
-Polidipsia
-Polifagia
-Berat Badan turun
-Penglihatan kabur
Komplikasi akut:
-Hiperglikemia & Ketoasidosis
-Sindroma hiperosmolar non ketosis
Gejala hiperglikemia kronis:
-suseptibilitas terhadap infeksi
Komplikasi kronis:
-Retinopati (potential loss of vision)
-Nefropati (renal failure)
Neuropati perifer (foot ulcers, amputation, Charcot joint)
-Neuropati autonom (causing gastrointestinal, genitourinary, and
cardiovascular symptoms & sexual disfunction)
(Dipiro, et al., 2006; Price & Wilson, 2006).
66
67
68
Kadar glukosa
darah sewaktu
(mg/dl)
Kadar glukosa
darah puasa
(mg/dl)
Normal
Belum pasti
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
Plasma vena
< 110
110-199
> 200
Darah kapiler
< 90
90-199
> 200
Plasma vena
< 110
110-125
> 126
Darah kapiler
< 90
90-199
> 200
69
70
71
72
melakukan kegiatan yg
menyenangkan
Banyak berdoa
Hindari stres
73
1.Antidiabetika Oral
(i)Pemicu Sekresi Insulin.
a. Turunan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja dengan merangsang sel beta
pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan,
sehingga hanya dapat bermanfaat pada pasien yang sel beta
pankreasnya masih punya kemampuan untuk sekresi insulin.
Sulfonilurea dapat digolongkan menjadi dua generasi
yaitu generasi pertama : tolbutamid, klorpropamid,
karbutamid, tolazamid, asetoheksamid dan generasi kedua :
glibenkamid, glikuidon, glipzid, glikazid, glutril (Daniel,
2006).
b.
Meglitinida
75
76
Tipe
Keterangan
Awal
Puncak
Akhir
Lispro
Jernih
Segera
30-90menit
3-5
Regular
(crystaline zinc)
Jernih
30menit
2-4
6-8
77
Tipe
Keterangan
Puncak
Akhir
2-3
4-8
13,8
keruh;suspensi
insulin
seng
kristal,50%jenuh
dengan protamin
Insulin masa kerja sedang mencapai kerja maksimal antara 6-8 jam setelah
penyuntikan dan digunakan untuk
pengontrolan harian pasien.
(Price&Wilson, 2006)
Tipe
Keterangan
Puncak
Akhir
keruh;suspensi
kristal,kadar
tanpa protamin
insulin
tinggi
16-18
24
Glargine
Nilai
isoelektrik
7,0;penurunan
solubilitas pada pH
fisiologis;membentuk
mikropresitat
dalam
jaringan subkutan
Tidak
ada
22,8
78
Pemeriksaan HbAIc
Pemeriksaan profil lipid (TG, HDL, LDL)
Frekuensi terjadinya hipoglikemia dan
panatalaksanaannya harus didokumentasikan.
Pasien dengan diabetes mellitus tipe-2 harus
melakukan pemeriksan urin rutin sebagai skrining
awal untuk uji albuminuria.
Frekuensi aktivitas fisik/olahraga, pemeriksaan
albumin, uji dilatasi opthalmologis harus
didokumentasikan
(Dipiro, et al.,2006)
79
80
82
83
2.Komplikasi Nefropati
Tahapan nefropati diabetik
84
85
3.KOMPLIKASI HIPERTENSI
Patofisiologi
86
Penanganannya :
87
4. KOMPLIKASI GANGREN
88
Patofisiologi
89
90
91
92
93
94
95
DAFTAR PUSTAKA
Daniel. 2006. Medikasi Spesifik Diabetes Melitus Tipe 2. Tersedia
di: http://www.majalah-farmacia.com/. [Diakses
18 September
2008].
Darmansjah, I. 2002. Practical Diabetes Therapy. Tersedia di:
http://www.iwandarmansjah.Web.id/. [diakses18 September 2008.
Djokomoljanto. 2007. Diabetes Ditinjau dari Berbagai Aspek
Penyakit Dalam. Semarang: Penerbit CV Agung.
Gustaviani, R. 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus.
Dalam: Sudoyo (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit FK UI.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Muchid, A, et al. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen kesehatan RI.
Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia. 2006.
Konsensus
Pengelelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB
Perkeni.
Price, S & Wilson, L. 2006. Patofisiologi. Edisi ke-6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.
Shahab, A. 2007. Komplikasi Kronik Diabetes Melitus. Dalam:
Sudoyo (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke4. Jakarta: Penerbit FK UI.
Tjay, et al. 2003. Obat-Obat Penting. Khasiat, Efek, Penggunaan,
dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke-5. Jakarta: Gramedia.
Tjokroprawiro, Askandar. 1991. Diabetes Mellitus : Klasifikasi,
Diagnosis dan Dasar-dasar Terapi. Edisi II. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
96
97