Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
peritonitis
atau
hipovolemia.
Dalam
laporan
ISKDC
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. F
Umur
: 6 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 9 Juni 2015
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan bengkak sejak 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Bengkak awalnya muncul di bagian mata, lalu
di wajah, lama kelamaan bengkak menyebar pada bagian perut lalu ke
bagian kemaluan dan kaki. Bengkak pada kelopak mata dan muka lebih
jelas setelah pasien bangun tidur.Pasien tidak mengeluh demam, mimisan
(-), kejang(-), sakit kepala(-), nyeri sendi(-).
Batuk (+) sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, berlendir (+),
beringus (-), sesak napas (-). Mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (-),
nyeri perut (+) sejak mulai bengkak. Buang air besar lancar dan seperti
biasa. Buang air kecil lancar dan seperti biasa, nyeri saat berkemih (-),
warna kuning muda.
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien pernah dirawat di RSU Anutapura dengan keluhan yang sama yaitu
bengkak, 2 minggu sebelum di rawat di RSUD Undata.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan bengkak.
Riwayat Sosial-ekonomi :
Pasien memiliki riwayat sosial ekonomi menengah
Pasien biasanya sering bermain di dalam rumah dan sangat suka makan
makanan ringan.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Pasien merupakan ke-2 dari 2 bersaudara, lahir spontan di rumah sakit
dengan berat badan lahir 3000 gram dan panjang badan lahir 49 cm.
Kemampuan dan Kepandaian Bayi :
Saat umur 1 tahun 5 bulan pasien sudah bisa berjalan. Dan umur 3 tahun
pasien sudah bisa berbicara.
Anamnesis Makanan :
Pasien mendapatkan ASI dari sejak lahir hingga usia 6 bulan, kemudian
dilanjutkan pemberian susu formula hingga 2 tahun. Pemberian makanan
pendamping ASI (bubur saring) diberikan saat usia 6 bulan hingga 1 tahun
dan pemberian nasi sejak usia 10 bulan sampai sekarang.
Riwayat Imunisasi :
Pasien memiliki riwayat imunisasi dasar lengkap. Imunisasi hepatitis B 3
kali, polio 3 kali, BCG 1 kali, DPT 3 kali, campak 1 kali.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Sakit berat
Kesadaran
: Komposmentis
BB
: 18 kg, koreksi 30% = 12,6
PB/TB
: 101 cm
Status Gizi
: Gizi kurang (CDC= 12,6/16 x 100%= 78%)
Tanda Vital
Nadi
: 82 kali/menit
Suhu
: 370C
Respirasi
: 32 kali/menit
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
1. Kulit: sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit kembali cepat (<2 detik),
rumple leed (-)
2. Kepala:
-
Ubun-ubun
: menutup
Mata
palpebra +/+
-
Hidung
Telinga
Mulut
3. Leher
-
4. Dada
Paru-paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
5. Jantung
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
sinistra
Batas jantung kiri
sinistra
-
Auskultasi
6. Abdomen
-
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
7. Genitalia
8. Ekstremitas
-
Atas
Bawah
9. Punggung
: deformitas (-)
10. Refleks
: normal
11,2 x 103/uL
4,6 x 106/uL
11,3 g/dL
34,9 %
649 x 103/mm3
5 - 10/uL
3,6 6,5 x 106/uL
11,5 16 g/dL
37 47 %
150 450 x 103/ mm3
254 mg/dL
7,2 mg/dL
0,39 mg/dL
5,1 mg/dL
1,1 mg/dL
50-200 mg/dL
8-53 mg/dL
0,3-0,6 mg/dL
6,0-7,8 mg/dL
3,2-4,5 mg/dL
c. Pemeriksaan Serologi
ASTO
CRP
negatif
positif
negatif
negatif
V. RESUME
Pasien laki-laki usia 6 tahun 3 bulan masuk rumah sakit dengan
keluhan bengkak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Edema
awalnya muncul di bagian mata, lalu di wajah, lama kelamaan bengkak
menyebar pada bagian perut lalu ke bagian skrotum dan kaki. Edema pada
kelopak mata dan muka lebih jelas setelah pasien bangun tidur.
Batuk (+) sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, berlendir (+), nyeri
perut (+) sejak mulai bengkak. Defekasi lancar dan seperti biasa. Miksi
lancar dan seperti biasa, warna kuning muda. Pasien pernah dirawat di RSU
Anutapura dengan keluhan yang sama yaitu bengkak, 2 minggu sebelum di
rawat di RSUD Undata.
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan kondisi umum sakit berat,
kesadaran compos mentis, status gizi kurang. Tanda vital: tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernapasan 32 kali/menit, suhu 37oC. Pada
pemeriksaan kepala ditemukan adanya edema palpebra. Pemeriksaan
abdomen: inspeksi permukaan kesan cembung, peristaltik (+) kesan normal,
perkusi tes shifting dullness (+), ascites (+), palpasi nyeri tekan (-), uji
undulasi (+). Ekstremitas atas: akral hangat (+), edema (+); ekstremitas
bawah: akral hangat (+), edema (+). Genitalia: edema skrotum.
Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu darah rutin: eritrosit 4,6 x
106/L, hemoglobin 11,3 gr/dL, hematokrit 34,9 %, leukosit 11,2 x 10 3/L,
trombosit 649 x 103/L. Serologi: ASTO: negatif dan CRP: positif. Kimia
darah: kolesterol total 254 mg/dL, ureum 7,2 mg/dL, kreatinin 0,39 mg/dL,
protein total 5,1 mg/dL, albumin 1,1 mg/dL.
VI.
VII.
IX.
PROGNOSIS
Qua ad vitam
: dubia
Qua ad sanationam : dubia
X.
FOLLOW UP
Tanggal
10 06 2015
11 06 2015
12 06 2015
Penilaian
S : Batuk (+), demam (-), BAB cair 2 kali, ampas
(+), lendir (-), darah (-)
O : N : 83 kali/menit
S : 37 oC
R : 34 kali/menit
T : 100/70
Edema palpebra +/+
Edema skrotum +/+
Ascites (+)
Lingkar perut : 59 cm
A : Suspek sindrom nefrotik
P : IVFD Dextrose 5% 8 tetes/menit
Injeksi Furosemid 2 ampul/12 jam/IV
Methylprednisolon 3x10 mg
Injeksi ceftriaxon 500mg/12jam
S : Batuk (+), demam (-), BAB cair (-)
O : N : 81 kali/menit
S : 36,7 oC
R : 30 kali/menit
T : 90/60
Edema palpebra +/+
Edema skrotum +/+
Ascites (+)
Lingkar perut : 59,5 cm
Takaran urin : 3,3 cc/kgBB/jam
A : Suspek sindrom nefrotik
P : IVFD Dextrose 5% 8 tetes/menit
Injeksi Furosemid 2 ampul/12 jam/IV
Methylprednisolon 3x10 mg
Injeksi ceftriaxon 500mg/12jam
S : Batuk (+), demam (-), BAB cair (-)
O : N : 110 kali/menit
S : 37,4 oC
R : 28 kali/menit
T : 100/60
Edema palpebra +/+
Edema skrotum +/+
Ascites (+)
Lingkar perut : 59 cm
: 4,72 x 106/L
Hemoglobin
: 10 gr/dL
Hematokrit
: 35,4 %
Leukosit
: 15,09 x 103/L
Trombosit
: 823 x 103/L
Albumin
: 1,4 mg/dl
Urinalisis
13 06 2015
pH
: 5,5
(6,5)
Berat jenis : 1,030
(1,000)
Protein
: +3
(negatif)
Glukosa : negatif
(negatif)
Keton
: negatif
(negatif)
Bilirubin : negatif
(negatif)
Urobilinogen : normal
(normal)
Nitrit
: negatif
(negatif)
Leukosit : negatif
(negatif)
Eritrosit : +3
(negatif)
Sedimen :
- Leukosit
:5
(0-2)
- Eritrosit
: 15 LPB (0-3)
- Silinder
: negatif (negatif)
- Epitel
: positif (positif +)
- Kristal
: negatif (negatif)
A : Suspek sindrom nefrotik
P : IVFD Dextrose 5% 8 tetes/menit
Injeksi Furosemid 2 ampul/12 jam/IV
Methylprednisolon 3x10 mg
Injeksi ceftriaxon 500mg/12jam
S : Batuk berkurang, demam (-), BAB cair (-)
O : N : 96 kali/menit
S : 37 oC
R : 34 kali/menit
T : 100/60
Edema palpebra berkurang/berkurang
Edema skrotum berkurang/berkurang
Ascites (+ berkurang)
Lingkar perut : 55 cm
Takaran urin : 5,9 cc/kgBB/jam
A : Suspek sindrom nefrotik
P : IVFD Dextrose 5% 8 tetes/menit
14 06 2015
DISKUSI
Sindrom nefrotik (SN) adalah sindrom klinik yang mempunyai
banyak penyebab, ditandai permeabilitas membran glomerulus yang
meningkat dengan manifestasi proteinuri masif yang menyebabkan
hipoalbuminemia dan biasanya disertai edema dan hiperkolesterolemia.2
Sindrom nefrotik merupakan penyakit ginjal pada anak yang sering
ditemukan, ditandai dengan kumpulan gejala yang terdiri atas proteinuria
masif, hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolemia. Sindrom nefrotik
dapat menyebabkan komplikasi serius yang terdiri atas komplikasi akut dan
komplikasi jangka panjang. Komplikasi akut yang sering terjadi adalah
infeksi dan tromboemboli, sedangkan komplikasi jangka panjang dapat
berupa hipertensi dan penurunan fungsi ginjal atau gagal ginjal. Infeksi pada
anak dengan sindrom nefrotik biasanya timbul dalam 2 tahun pertama sejak
10
11
pengobatan steroid
(resisten steroid). Indikasi biopsi ginjal pada sindrom nefrotik anak adalah:
1. Sindrom nefrotik dengan hematuria nyata, hipertensi, kadar
kreatinin dan ureum dalam plasma meninggi, atau kadar
komplemen serum menurun
2. Sindrom nefrotik resisten steroid
3. Sindrom nefrotik dependen steroid
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan histopatologik karena
tidak masuk dalam indikasi sehingga tidak diketahui jenis lesinya.
Terapi sindrom nefrotik idiopatik pada anak bersifat jangka
panjang mengakibatnya adanya peningkatan risiko terjadinya efek samping.
Tingginya efek samping dan adanya kekambuhan dapat menurunkan kualitas
hidup pasien. Sehingga perlu dilakukan evaluasi terapi sindrom nefrotik pada
anak.
Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat. Biasanya
diberikan loop diuretik seperti furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu
dikombinasikan dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat
kalium) 2-4 mg/kgbb/hari. Pada pemakaian diuretik lebih dari 1-2 minggu
perlu dilakukan pemantauan elektrolit kalium dan natrium darah. Bila
pemberian diuretik tidak berhasil (edema refrakter), biasanya terjadi karena
hipoalbuminemia berat (1 g/dL), dapat diberikan infus albumin 20-25%
dengan dosis 1 g/kgbb selama 2-4 jam dan diakhiri dengan pemberian
furosemid intravena 1-2 mg/kgbb.2
Pada kasus ini, pasien mendapat terapi furosemid secara intravena
dengan dosis 2 ampul (30mg)/hari dengan dosis terbagi dua. Hal ini sesuai
dengan teori, yaitu dosis furosemide 1-3 mg/kgBB/hari atau pada pasien ini
12,6-37,8mg/hari. Pada pasien ini juga telah diberikan albumin 20% diikuti
dengan furosemide intravena.
12
13
diperkenalkannya
kortikosteroid,
kematian
secara
keseluruhan sindrom nefrotik telah menurun secara dramatis dari sekitar 50%
menjadi sekitar 2-5%. Meskipun terjadi perbaikan dalam kelangsungan hidup
penderita sindrom nefrotik, namun penyakit ini bersifat kronis dan sering
kambuh.5
Selain terapi yang sudah disebutkan sebelumnya, pada sindrom
nefrotik serangan pertama juga perlu diberikan :1
1. Perbaikan keadaan umum penderita : diet tinggi protein, tinggi kalori,
rendah lemak. Protein 1-2gr/kgBB/hari, bila ureum dan kreatinin
meningkat
diberi
protein
0,5-1gr.
Kalori
rata-rata
14
pneumoniae.
Untuk
pengobatannya
diberikan
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Trihono, P. P. et al. 2012. Konsensus Tata Laksana Sindrom Nefrotik Idiopatik
Pada Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
2. Handayani, Irda. 2009. Gambaran Kadar Kolesterol, Albumin Dan Sedimen
Urin
Penderita Anak Sindroma Nefrotik. Cited (25 Jui 2015). Diakses dari :
(http://journal.unair.ac.id/file/pdf%20Vol.%2013-02-02.pdf)
3. Pardede, O. et al. 2013. Peritonitis Bakterial Spontan pada Anak dengan
Sindrom Nefrotik. CDK-203/vol.40 No.4. Jakarta : Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI
4. Husein, A. et al. 2010. Nefrologi Anak Edisi 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia
5. Lane, J. C. et al. 2014. Pediatric Nephrotic Syndrome. Medscape (serial
online)
[cited
2015
28
Juni].
Diakses
dari:
http://www.emedicine.medscape.com/article/982920-overview#showall
16