Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
(Program Studi D3 Teknik Mesin Produksi Kerjasama FTI-ITS Surabaya Disnakertransduk Prov. Jawa
Timur
Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111)
Abstrak : Selama ini proses permesinan kaca hanya terbatas pada skala micro saja, terutama untuk proses
manufakturing. Sebagai material yang getas, sifat ketermesinan (machinability) kaca sangat rendah karena nilai
fracture toughnessnya yang rendah Itu sebabnya maka proses pemesinan jarang diterapkan pada kaca. Namun
demikian proses permesinan dilakukan sehingga dapat memotong kaca yang berbentuk silinder (botol) untuk
sebuah komponen filtrasi biogas, gelas laboratorium.
Mesin pemotong kaca silinder dirancang dengan dasar perhitungan gaya awal potong dan menentukan
putaran spindle. Akan diperlukan juga perhitungan besar gaya yang terjadi dan daya yang dibutuhkan untuk
menggerakkan mesin ini : belt, pulley, gigi, poros, spindle, bearing. Kemudian dilakukan pengujian pada proses
menggunakan heat treatment untuk mengetahui besar kapasitas mesin.
Dari hasil perhitungan, dibutuhkan putaran 22 rpm untuk menggerakkan spindlel, gaya potong 8,75 N dan
kapasitas mesin sebesar 24 botol/jam pemotongan menggunakan heat treatment.
Kata kunci: Kaca silinder (Botol kaca), belt, pulley, roda gigi, poros, spindle, bearing, dan rangka utama.
Abstrack : During the machining process the glass is confined to only the micro scale, especially for the
manufacturing process. As the material is brittle, ketermesinan properties (machinability) glass is very low due to
the low value of fracture toughnessnya That's why the machining process is rarely applied to the glass. So it can be
a process of cutting a cylindrical glass (bottle) for a biogas filtration components, laboratory glasswar, etc.
Cylindrical glass cutting machine is designed with the basic use of force calculations and determine the
initial piece spindle rotation. So it will be necessary also large calculations occur style and power needed to drive
these machines: belt, pulleys, gears, shafts, spindles, bearings.
From the calculation, it takes round 22 to move spindlel rpm, cutting force of 8.75 N and the engine capacity
of 24 bottles / hour for cutting using heat treatment
Keywords:Cylinder glass (Glass bottle), belt, pulley, gears, shafts, spindles, bearings, and main frame.
I.PENDAHULUAN
Kaca banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk peralatan optik dan biochips akan
tetapi proses fabrikasi kaca sangat terbatas, terutama untuk proses-proses manufaktur seperti proses permesinan hal
ini dikarenakan sifat kaca yang getas yang menjadi penyebabnya. Selama ini proses untuk manufaktur kaca
menggunakan proses chemical etching, namun prosesnya berlangsung cukup lama dan zat kimia yang digunakan
perlu penanganan yang khusus agar tidak mencemari lingkungan ketika dibuang. Sehingga butuh biaya lebih untuk
hal tersebut. Belum lagi bahaya laten yang ditimbulkan oleh zat kimia tersebut bagi kesehatan operator (Kauppinen,
2002).
Kaca silinder sangat mempunyai banyak kegunaan. Diantaranya yaitu biasanya digunakan sebagai bahan
baku serat optik dan lampu berbahan serat optik. Hasil lampu yang dibuat dari material kaca ini ternyata sangat
bagus, karena jenis kaca ini memiliki permukaan yang transparan sehingga pemancaran cahaya dapat terjadi dengan
baik. Kaca ini juga sering dipakai untuk keperluan alat-alat di laboratorium kimia. Sebagai material yang getas, sifat
ketermesinan (machinability) kaca sangat rendah karena nilai fracture toughnessnya yang rendah. Kekuatan fracture
(fracture strength) kaca lebih rendah dari kekuatan luluhnya (yield strenghth). Ketika kaca diberi beban tarik atau
tekuk pada suhu kamar, maka kaca akan hancur sebelum terjadi deformasi plastis. Itu sebabnya maka proses
pemesinan jarang diterapkan pada kaca, khususnya kaca berbentuk silinder seperti botol.
Pada penelitian sebelumnya, Setiadi, Dika Fajar Pratama (2012) telah melakukan penelitian tentang proses
permesinan bubut pada kaca, mereka menyimpulkan bahwa selama ini proses permesinan kaca juga hanya terbatas
pada skala micro saja, sangat jarang proses permesinan kaca dilakukan pada skala macro, hal ini juga tak bisa
dipungkiri karena anggapan masyarakat yang tidak yakin bahwa pada kaca bisa dilakukan proses permesinan pada
skala macromachining, mereka beranggapan bahwa hasil yang diperoleh dengan menggunakan proses permesinan
pada skala macro akan menghasilkan kekasaran permukaan yang tidak bagus.
Berdasarkan hal tersebut, akan dirancang dan diwujudkan sebuah alat pemotong kaca silinder dengan
sistem penggerak motor yang nantinya akan menggunakan perhitungan gerak makan dan gerak potong, serta dapat
menentukan variasi ukuran botol yang akan dipotong oleh mesin ini. Perancangan ini diharapkan mampu
memperbaiki kekurangan yang ada pada penelitian proses permesinan bubut pada kaca yang selama ini dirasa masih
memiliki kelemahan pada proses perautannya serta dapat meningkatkan nilai tambah dari sebuah kaca silinder
seperti botol kaca bekas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Botol
Pengertian Kaca
Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, arti botol merupakan sebuah wadah untuk benda cair yang
berleher sempit dan biasanya dibuat dari kaca atau plastik. Secara khusus botol kaca berasal dari SiO2 sebesar 73%,
Na2O 14%, CaO 11%, dan Al 2O3 1%. Bahan-bahan tersebut dicampur dan mengalami proses peleburan dengan T =
1500, kemudian proses yang terakhir adalah proses pembentukan wadah botol kaca sehingga menjadi botol kaca
yang digunakan untuk wadah oleh masyarakat saat ini. Botol kaca mempunyai keunggulan dibandingkan botol
dengan bahan yang lainnya yaitu, dapat tahan terhadap kelembapan, gas, dan miroorganisme, tidak bereaksi dan
bermigrasi ke dalam produk makanan, cocok untuk proses pemanasan ketika ditutup secara sistematik, dan dapat
digunakan kembali dan saat di daur ulang. Selain mempunyai keunggulan botol kaca memilik kelemahan yaitu,
lebih berat, memiliki ketahanan retak dan thermal shock yang lebih rendah dibandingkan dengan material lain,
meiliki dimensi lebih besar dan berpotensi menimbulkan bahaya seirus akibat serpihan botol kaca.
2.1.2
Sejarah Botol
Tidak dapat dipungkiri di seluruh dunia, setiap rumah tangga memerlukan botol gelas dan botol kaca
sebagai wadah untuk benda cair. Kaca pertama kali muncul sekitar 7000 SM Manik yang terbuat dari kaca alami
seperti obsidian, batu kristal, batu akik, atau onyx. Botol gelas pertama diproduksi sekitar 1500 SM. Botol kaca
Amerika dan industri kaca lahir pada tahun 1600-an ketika pemukiman di Jamestown yang membangun tungku
peleburan kaca pertama. Botol kaca yang mahal sebagai industri mengandalkan peniupan kaca individu. Penemuan
mesin botol peniup kaca otomatis pada tahun 1903 berubah menjadi produk komoditas itu yang digunakan sampai
hari ini. Sekarang sudah mungkin untuk memproduksi botol kaca secara massal dan botol kaca yang merupakan
ketinggian seragam, berat, dan kapasitas. Garis produksi sangat otomatis dari era modern mampu menghasilkan
lebih dari 1.000.000 botol sehari..
2.2
2.2.1
Fc b.h.w
dimana:
h
w
2.2.2
2.2.3
Torsi
Untuk mengetahui torsi yang dibutuhkan digunakan rumus berikut :
T = Fc . r
Dimana :
r = jari-jari pahat
Daya Pemotongan Botol
Untuk mengetahui besar daya pemotongan botol dihitung menggunakan rumus:
2.2.4
T.n
7, 620
Dimana:
T = Torsi
n = putaran
Daya Motor Yang Dibutuhkan
Daya motor yang dibutuhkan agar motor bekerja sesuai keinginan dipergunakan rumus:
P
Pd
k.b. g
Dimana :
effisiensi kopling
effisiensi bearing
effisiensi gearbox
Perencanaan Belt dan Pulley
Belt termasuk alat pemindah daya yang cukup sederhana dibandingkan dengan rantai dan roda gigi. Belt
terpasang pada dua buah pulley atau lebih, pulley pertama sebagai penggerak sedangkan pulley kedua sebagai pulley
yang digerakkan.
Bila dilihat dari bentuk penampangnya, secara umum belt dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : Belt datar
atau Flat belt dan Belt-V atau V-belt, namun ada juga jenis belt yang berpenampang lingkaran misalnya starrope dan
superstarrope, juga ada yang permukaannya bergerigi atau gilir, misalnya timing belt.
Sebagian besar belt yang digunakan adalah V-belt karena mudah penanganannya dan harganya murah.
Kecepatan belt dapat direncanakan 10 s/d 20 m/s (pada umumnya), dan maksimum bisa 25 m/s. Daya maksimum
yang dapat ditransmisikan bisa mencapai 500 kW atau 670 HP.
2.3.1
Komponen-Komponen Transmisi dengan Belt
2.3.1.1 Belt
Transmisi dengan belt mempunyai beberapa kelebihan antara lain adalah : jangkauan atau cakupan dayanya
yang baik dari daya kecil sampai besar, mempunyai umur-pakai yang layak, mudah pemasangannya, mampu
terhadap fatique strength dan harganya yang murah.
Belt dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk penampangnya, perencanaan, bahan dan cara
pembuatannya. Bentuk penampang belt sangat berpengaruh terhadap perencanaan pule dan peralatan lainnya,
macam-macam bentuk penampang belt adalah :
1. Bentuk tali
Terbuat dari kulit dan cotton, secara luas dipakai untuk pemindahan daya yang besar dan jarak yang jauh.
Kekurangan dari bentuk ini adalah diperlukan unit pressure yang tinggi pada pule-nya dan cepat sekali aus balik
pada talinya maupun pada alur pulenya.
2. Bentuk datar (Flat Belt)
Dipakai secara luas untuk transmisi mesin-mesin industri, dan dibuat dengan macam-macam tingkat
ketebalan (15-500) mm, dan juga dibuat dengan berbagai macam ukuran dan bahan. Empat tipe bahan yang sudah
distandarkan adalah : kulit, karet, cotton yang dianyam dan wool yang dianyam.
3. Bentuk V (V-belt)
Banyak dipakai, terutama pada mesin mobil, pada pompa, kompresor dan sebagainya. Bentuk ini lebih
mampu memindahkan daya dari pada flat belt karena slip yang terjadi lebih kecil, karena mempunyai bidang gesek
pada bagian sisi-sisinya.
4. Bentuk-bentuk lain
Selain bentuk penampang lingkaran, datar dan V, juga ada bentuk lain, misalnya bergerigi atau bentukbentuk lainnya.
2.3
Setiap busur dari V-belt mampu memindahkan daya sebesar 3 kali kemampuan belt datar, ini adalah
keuntungan utama dari V-belt. Keuntungan ini diikuti oleh kelemahan, yaitu bertambahnya unit pressure (tekanan
per satuan luas) dengan bertambahnya unit pressure ini akan menyebabkan gesekan bertambah besar sehingga lebih
cepat aus.
2.3.1.2 Pule
Pule untuk belt mempunyai beberapa bagian, yaitu rim roda tempat belt, spokes ruji-ruji atau bentuk
lempengan, rimnya. Bentuk rim disesuaikan dengan tipe belt dan kondisi operasional.
Pule untuk V-belt
Bentuk dan jumlah alur berdasarkan ukuran dan jumlah belt. Ukuran groovenya diharapkan menjaga agar
belt pada bagian bawahnya tidak saling bersentuhan atau terlalu berjulur keluar.
2.3.1.3 Daya yang Ditransmisikan
Belt berputar dengan kecepatan keliling v (m/s), sambil memindahkan beban sebesar Fe (kgf), maka daya
yang ditransmisikan dalam satuan kW sebesar:
Dengan melihat adanya kehilangan daya sebesar LT, maka efisiensi transmisi sistem belt (tanpa
memperhatikan tahanan udara dan gesekan pada bantalannya adalah :
Fe . v
F e . v + LT
dimana :
= 0,96 untuk V-belt
2.3.2
Perencanaan Sistem transmisi dengan V-Belt
2.3.2.1 Daya dan Momen Perencanaan
Supaya hasil perencanaan aman, maka besarnya daya dan momen untuk perencanaan dinaikkan sedikit dari
daya yang ditransmisikan (P), yang disebut dengan daya perencanaan atau daya desain (Pd) yang dapat dinyatakan
dengan persamaan :
Pd = fc.P
(2-11)
Dimana : fc = faktor koreksi (Tabel)
Hubungan antara daya dan torsi rumusnya dapat dilihat dibawah ini : (Sularso, 2000 : 7)
T = 9,74.105
Pd
n
(2-10)
n1
n2
D2
D1
i=
n1
n2
D2
D1
(1+)
F1
F2
= ef. = m
(2-12)
Fe = F1 F2
Dimana : Fe
f
(2-13)
m
F1
h
D
(2-14)
Dimana : a dan w adalah konstanta yang dapat dicari secara eksperimen dapat dilihat pada tabel 2.3 dan tabel 2.4
Setelah mendapatkan harga do dengan persamaan (2-17) dan harga d dengan persamaan (2-16) maka akan
dapat dihitumg harga lebar belt (b) dengan rumus bahwa tegangan untuk mentransmisikan daya sama dengan gaya
efektif dibagi dengan luas penampang yang sudah dibahas didepan. Harga lebar belt yang didapat dari rumus ini
tidak menyimpang jauh dengan harga dari tabel.
d =
Fe
A
Fe
b .h
(2-18)
Dalam perencanaan belt, secara praktis biasanya terlebih dahulu ditentukan dulu tipe dari belt, sehingga
didapatkan harga a dan w dari tabel, kemudian menghitung harga do dan d.
Besarnya kecepatan linier atau kecepatan keliling pule pertama dan pule kedua dapat dinyatakan dengan
rumus :
v1 =
( D 1 +h ) . n2
60.100
dan v2 =
( D 2 +h ) . n2
60.100
( F ) +(F )
2
(2-15)
2.3.5
H=
N base
3600. u . X
fat
max
( )
(2-16)
Dimana :
H
= umur belt (jam)
Nbase
= basis dari fatique test, yaitu 107 cycle
fat
= fatique limit atau endurance limit yang
berhubungan dengan Nbase dapat dicari dari
fatique curve
max
u
X
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan
tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Pada
penelitihan sebelumnya Setiadi, Dika Fajar Pratama (2012) mengatakan bahwa hasil penelitian ini menunjukan
kondisi permukaan yang terbaik diperoleh ketika proses permesinan kaca dengan radius nose pahat 5 mm, pada
kecepatan spindle 30 rpm, kedalaman potong 0,5 mm dan kondisi permesinan menggunakan dromus.
2.4.1
Hal - Hal Penting Dalam Perencanaan Poros
Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :
1. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan
lentur seperti telah diutarakan di atas. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros
baling-baling kapal atau turbin, dan lain-lain.
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil (poros
bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan.
2. Kekakuan Poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya
terlalu besar akan mengakibatkan ketidak-telitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya,
pada turbin dan kotak roda gigi).
3. Putaran Kritis
Bila putaran mesin dinaikkan, maka pada suatu harga tertentu akan timbul getaran yang cukup besar.
Putaran yang menghasilkan getaran yang besar tersebut disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada:
2.4
turbin, motor bakar, motor listrik dan sebagainya. Jika mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga putaran kerja poros lebih rendah dari putaran kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk propeler, pompa bila terjadi kontak dengan media yang
korosif. Demikian pula untuk poros yang terjadi kavitasi dan poros mesin yang sering berhenti lama.
2.4.2
Poros Dengan Beban Puntir dan Lentur
Poros pada umumnya meneruskan daya melalui belt, roda gigi, rantai dan sebagainya. Dengan demikian
poros tersebut mendapatkan beban puntir dan lentur, sehingga pada permukaan poros terjadi tegangan geser karena
momen puntir dan tegangan tarik karena momen lentur.
Poros dengan beban puntir
Hal-hal yang perlu diperhatikan akan diuraikan seperti di bawah ini.
Pertama kali, ambillah suatu kasus dimana daya P (kW) harus ditransmisikan dan putaran poros n1 (rpm)
diberikan. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan terhadap gaya P tersebut. Jika P adalah daya rata-ratayang
perlu dilakukan, maka harus dibagi dengan efisiensi mekanis dari sistem transmisi untuk mendapatkan daya
penggerak mula yang diperlukan. Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat start, atau mungkin beban yang
besar terus bekerja setelah start. Dengan demikian sering kali diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang
diperlukan dengan menggunakan faktor pada perencanaan.
Jika daya yang diberikan dalam daya kuda (HP), maka harus dikalikan dengan 0,735 untuk mendapatkan
daya dalam kW. Jika momen puntir sebagai momen rencana adalah T (kg.mm), maka untuk mencari momen torsi,
persamaan diatas menjadi :
105
T = 9,74x
Pd
n1
(2-17)
Dimana :
T
= Momen puntir perencanaan (kg.mm)
Pd
= Daya perencanaan (kW)
n1
= Putaran (rpm)
Dengan memasukkan persamaan momen bending dan momen lentur, tegangan maksimum untuk poros
pejal :
max =
16. Mb 2 16. Mt 2
(
) +(
)
. d3
. d3
(2-18)
Syarat perencanaan adalah tegangan maksimum yang terjadi harus lebih kecil daripada tegangan ijin,
sehingga :
16. Mb 2 16. Mt 2
(
) +(
)
3
3
.d
.d
S yp
AK
16. AK 2
(
) .( Mb2 + Mt 2)
. S yp
(2-19)
Keterangan :
Syp = Kekuatan bahan terhadap tegangan geser
AK = Angka keamanan
2.5
Bearing (Bantalan)
Bearing merupakan elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolakbaliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang umur. Seperti pada gambar 2.7. Bearing harus cukup
kokoh agar poros serta elemen-elemen mesin dapat bekerja dengan baik. Jika bearing tidak berfungsi dengan baik,
maka kemampuan seluruh sistem akan menurun atau tidak bekerja dengan semestinya. Jadi, bearing dalam
pemesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung.
2.5.1
Klasifikasi Bearing
(2-20)
Didefinisikan sebagai umur yang dicapai berdasarkan kepercayaan (reliability) 90% berarti dianggap
10% kegagalan dari jumlah perputaran. Umur ini disimbolkan denga L10 dalam jumlah perputaran atau
L10h dengan satuan jam dengan anggapan putarannya konstan.
Basis kemampuan menerima beban (Basic Load Rating)
Disebut juga dengan basic load rating (beban dinamik) diartikan sebagai beban yang mampu diterima
dalam keadaan dinamis berputar dengan jumlah putaran konstan 10 6 putaran dengan ring luar tetap dan
ring dalam yang berputar.
Kemampuan menerima beban statis (Basic Static Load Rating)
Didefinisikan sebagai jumlah beban radial yang mempunyai hubungan dengan defleksi total yang
terjadi secara permanen pada elemen-elemen bearingnya, yang diberikan tekanan, disimbolkan dengan
C0.
3.
4.
C
106
B
L10 = ( P )
60. n
Dimana :
L10
P
C
B
(2-21)
D
2
T
r
2 T
D
(kgf)......(2.34)
Dimana :
F
= Gaya pada pasak
T
= Torsi
(kgf)
(kgf. mm)
D
r
2.7.2
= Diameter
(mm)
= Jari-jari
(mm)
Perhitungan berdasarkan tegangan geser
Perhitungan tegangan geser dihitung menggunakan rumus berikut:
F
AS
F
W L
2 T
D W L
Dimana :
s
= Tegangan geser
F
= Gaya pada pasak
W
= Lebar pasak
L
= Panjang pasak
D
= Diameter poros
Tegangan ijin pada pasak
(Pa)
(N)
(mm)
(mm)
(mm)
| S |
K s Syp
N
Dengan alasan keamanan maka nilai tegangan geser pada pasak harus lebih kecil satu sama dengan nilai
tegangan ijin geser pada pasak.
| S | S
K s Syp
2 T
N
D W L
2 T N
Ks Syp W D
(mm)(2.35)
Dimana : N adalah nilai keamanan pasak dan nilai Syp pasak
(diketahui dengan melihat tabel properti bahan)
2.7.3
Perhitungan berdasarkan tegangan kompresi
Tegangan kompresi dihitung menggunakan rumus berikut:
F
AC
F
0,5 H L
4 T
DH L
(pa)(2.36)
Dimana :
c
= Tegangan kompresi
Alatpada pasak
F Pengujian
= Gaya
H
= Tinggi pasak
L
= Panjang pasak
D
= Diameter poros
Pemilihan komponen
(Pa)
(N)
(mm)
Pembuatan Mesin
(mm)
(mm)
III. METODOLOGI
3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Mesin Pemotong Botol
Bahwasanya data yang diamati dari lapangan untuk memotong sebuah botol kaca masih relatif
menggunakan metode manual, yaitu dengan menggunakan pemotong kaca yang dilakukan dengan tangan dan tidak
safety.
Perencanaan dan Perhitungan
Perencanaan dan perhitungan ini bertujuan untuk mendapatkan desain dan mekanisme yang optimal dengan
memperhatikan data yang telah didapat dari studi literatur dan observasi langsung. Rencana mesin yang akan di
rancang ini adalah mesin pemotong botol kaca untuk tabung filtrasi biogas.
Pemilihan Komponen
Komponen yang dibutuhkan meliputi beberapa alat antara lain: motor, elemen mesin (bantalan, poros,
pulley, belt), kerangka mesin, cutting tool, dsb.
Pembuatan Rancangan Mesin Pemotong Botol (Solidworks)
Perencanaan pembuatan mesin pemotong botol ini diperlukan desain gambar yang jelas dan sistematis
untuk mempermudah proses pembuatan alat
maju sampai menggores botol seperti gambar 3.5 maka terjadilah proses gerak makan dan gerak potong
yang diinginkan.
) Setelah pahat di gerakkan maju menggores permukaan botol hingga melingkar, motor dimatikan
sejenak. Maka dengan dengan sedikit gaya pukul yang diberikan ke botol dengan sendirinya botol akan
otomatis terpotong dan jatuh pada penampang yang sudah di sediakan seperti gambar 3.6
) Botol berdiameter 85mm di potong dari bentuk awal seperti gambar 3.7 menjadi gambar 3.8 menjadi
bentuk silindris
.4 Diskripsi mesin
adapun langkah kerja dalam mengoprasikan mesin ini sangat mudah, pertama yang kita lakukan adalah
pemilihan botol dengan diameter yang diinginkan, kemudian dimulai dengan menyalakan mesin. Motor listrik (2)
yang terletak pada dudukan motor (14) terlebih dahulu di reducer menggunakan gear box perbandingan 1:60 (3)
akan bekerja menggerakkan pulley penggerak (6) oleh belt (7), kemudian poros utama (12) akan berputar 22 rpm
sesuai yang diinginkan. Pada poros yang berputar terdapat beberapa komponen untuk mendukung agar titik berat
yang terdapat pada spindle dapat diseimbangkan diantara lain plat plandes kecil (11) plat plandes besar (12)
kemudian dihubungkan keduanya dengan 4 buah stud (9). Proses pencekaman digunakan chuck 6inch (4) dan saat
proses pemotongan botol dilakukan diperlukan cetralizer (8) guna mendapatkan hasil potongan yang baik, selain itu
komponen utama dalam proses pemotongan adalah ragum X,Y (5) dan untuk menghindari jatuhnya botol pada saat
setelah botol terpotong maka ada dudukan botol berbentuk V-Groove (13). Semua pemasangan komponen berada
dalam rangka utama (1) dan untuk memudahkan pemindahan alat pemotong kaca silinder (botol) ini digunakan 4
buah roda (15) pada kaki rangka.
Fc b.h.w
dimana:
h
w
b = kekuatan kaca
b.
Torsi
Untuk mengetahui torsi yang dibutuhkan digunakan rumus berikut :
T Fc.r
T 8, 75N 0, 75mm
T 6, 56N.mm
Dimana :
r = jari-jari pahat
c. Daya Pemotongan
Untuk mengetahui besar daya pemotongan botol dihitung menggunakan rumus:
T.n 6, 56.40
7, 620
7, 620
34, 43Hp
0, 028Kw
28W
P
DAFTAR PUSTAKA
Abynk Verbeck pada November 1, 2011 in Mechanical Stuff. London: Wordpress
Setiadi, Dika Fajar Pratama and Rusnaldy, ST, MT, PhD, 2012. PROSES PERMESINAN BUBUT PADA KACA.
Solo: Universitas Diponegoro (UNDIP)
Limbachiya,M.C&Roberts,J.J.(2004).Glass Waste. London: Thomas Telford
McGraw-Hill Concise Encyclopedia of Engineering. 2002 by The McGraw-Hill Companies, Inc. Rusia: McGrawHill Companies
Prajitno. 2001 Elemen Mesin Pokok Bahasan Transmisi sabuk dan Rantai. Jogja: UGM-Press (universitas Gajah
Mada)
Suhariyanto,S. 2011 Elemen Mesin II. Surabaya:Diktat-ITS
Sularso. (TAHUN). Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta:Pradnya Paramita