Você está na página 1de 3

Batalnya Wasiat

Dari beberapa hal yang mengakibatkan batalnya wasiat ada ketentuan-ketentuan


sebagai berikut:
1. Wasiat tidak mengikat kecuali apabila orang yang berwasiat tersebut telah
meninggal dan tetap dalam wasiatnya. Orang yang berwasiat dapat menarik
kembali wasiatnya sebelum meninggal. Bila si pemberi wasiat ini menariknya, maka
wasiat menjadi batal.
2. Gila dan rusak akal menghilangkan kecakapan seseorang melakukan tindakan
hukum. Wasiat yang pernah dibuat oleh orang yang berwasiat dan kemudian orang
tersebut tertimpa penyakit gila, wasiatnya menjadi batal.
3. Bila orang yang berwasiat pada saat hidupnya meninggalkan hutang, maka
pelaksanaan wasiat dilakukan setelah pembayaran hutang. Apabila hutang yang
harus dibayar akan menghabiskan seluruh harta kekayaannya maka wasiat yang
pernah dibuat sebelumnya menjadi batal.
4. Bila penerima wasiat meninggal terlebih dahulu dari orang yang memberi wasiat
maka wasiat tersebut menjadi batal, karena tujuannya tidak ada lagi.
5. Bila penerima wasiat membunuh si pemberi wasiat, maka wasiatnya batal.
6. Penerima wasiat mempunyai hak untuk menolak wasiat agar jangan sampai
keberatan dalam melaksanakan wasiat.
7. Wasiat bisa batal apabila barang yang diwasiatkan musnah.
Mengingat sangat pentingnya wasiat terhadap harta peninggalan seseorang, maka
bila suatu wasiat terjadi maka sebaiknya dikuatkan dengan alat-alat bukti yang
dapat menghindarkan perselisihan di masa-masa yang akan datang. Misalnya, bila
wasiat dinyatakan dengan lisan maka hendaklah dihadapkan pada saksi-saksi yang
dapat dipercaya dan tidak mempunyai hubungan kepentingan dengan harta
peninggalan.

Wassalamualaikum warahmatullah,

- - .

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Andai boleh kuperintahkan
seseorang untuk bersujud kepada yang lain tentu kuperintahkan seorang istri untuk bersujud
kepada suaminya (HR Tirmidzi no 1159, dinilai oleh al Albani sebagai hadits hasan shahih).
Ketika menjelaskan hadits di atas penulis Tuhfatul Ahwadzi mengatakan, Demikian itu
dikarenakan banyaknya hak suami yang wajib dipenuhi oleh istri dan tidak mampunya istri untuk
berterima kasih kepada suaminya. Dalam hadits ini terdapat ungkapan yang sangat hiperbola
menunjukkan wajibnya istri untuk menunaikan hak suaminya karena tidak diperbolehkan
bersujud kepada selain Allah.
Berdasarkan hadits di atas maka seorang istri berkewajiban untuk lebih mendahulukan hak suami
dari pada orang tuanya jika tidak mungkin untuk menyelaraskan dua hal ini.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, Seorang perempuan jika telah menikah maka
suami lebih berhak terhadap dirinya dibandingkan kedua orang tuanya dan mentaati suami itu
lebih wajib dari pada taat orang tua (Majmu Fatawa 32/261).

Di
halaman
yang
lain
beliau
mengatakan,
Seorang istri tidak boleh keluar dari rumah kecuali dengan izin suami meski diperintahkan oleh
bapak atau ibunya apalagi selain keduanya. Hukum ini adalah suatu yang disepakati oleh para
imam. Jika suami ingin berpindah tempat tinggal dari tempat semula dan dia adalah seorang
suami yang memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami serta menunaikan hak-hak
istrinya lalu orang tua istri melarang anaknya untuk pergi bersama suami padahal suami
memerintahkannya untuk turut pindah maka kewajiban istri adalah mentaati suami, bukan
mentaati orang tuanya karena orang tua dalam hal ini dalam kondisi zalim. Orang tua tidak boleh
melarang anak perempuannya untuk mentaati suami dalam masalah-masalah semacam ini
(Majmu Fatawa 32/263).

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Sebenarnya tanpa harus minta izin, setiap orang sudah menjadi muslim secara asalnya. Ketika
ruh setiap manusia akan ditiupkan ke dalam jasadnya, Allah SWT telah meminta kesaksian dan
pengakuan atas keIslaman mereka.
Danketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab,
"Betul, kami menjadi saksi." agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan, "Sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini " (QS. Al-A'raf: 172)
Kemudia Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa setiap bayi yang lahir di muka bumi ini
terlahir sebagai muslim.
Dari Abu Hurairah ra bahwa RasulullahSAW bersabda, "Setiap anak itu dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang
Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak
tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya? (HR Muslim)
Jadi kita bisa simpulkan bahwa asal agama setiap manusia adalah Islam. Mereka menjadi kafir
karena godaan syetan dan kawanannya. Sehingga bila ada hidayah Allah SWT berikan kepada
siapa saja yang masih kafir untuk kembali ke pangkuan Islam, langsung saja kembali. Tidak
perlu izin ini dan itu dari siapapun.
Karena kembali kepada hidayah Allah SWT adalah hak paling asasi setiap insan yang bernyawa.
Menjadi seorang muslim adalah hak yang tidak pernah bisa dihalangi.
Meski ada kekuatan yang ingi menghalangi, mencegah, melarang, bahkan mengancam, namun
keIslaman seseorang terlepas dari semua halangan itu. Sebab iman itu adanya di dalam hati,
bukan di wajah atau pakaian, juga bukan di selembar KTP. Bukankah Bilal bin Rabah sudah
menjadi muslim, meski tuannya, Umayyah bin Khalaf melarangnya?

Maka masuklah ke dalam Islam kapan saja dan di mana saja, jangan ditunda-tunda lagi. Tak
seorang pun yang bisa menghalangi hidayah itu.

Você também pode gostar