Você está na página 1de 26

TUGAS ANALISIS KEPENDUDUKAN

ANALISIS KASUS MIGRASI

Disusun oleh :
Kelompok 10
1.

Farida Utami

25010114130305

2.

Fani Pradita Sitorus

25010114140337

3.

Puji Sri Rahayuningtyas

25010114140361

4.

Wildan Nur Aiman

25010114140362

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perpindahan penduduk (migrasi atau mobilitas) merupakan salah satu daritiga
komponen utama pertumbuhan penduduk yang dapat menambah atau mengurangi
jumlah penduduk. Komponen ini bersama dengan kelahiran dan kematian
mempengaruhi dinamika penduduk di suatu wilayah seperti jumlah, komposisi,
dan distribusi keruangan. Tinjauan migrasi secara regional sangat penting
dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk yang tidak
merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi penduduk untuk
melakukan

migrasi,

kelancaran

sarana

transportasi

antar

wilayah,

dan

pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan desentralisasi pembangunan.


Analisis dan perkiraan besaran dan arus perpindahan penduduk (migrasi atau
mobilitas) merupakan hal yang penting bagi terlaksananya pembangunan manusia
seutuhnya, terutama di era otonomi daerah. Apalagi jika analisis mobilitas tersebut
dilakukan pada suatu wilayah administrasi yang lebih rendah daripada tingkat
provinsi. Tingkat mobilitas penduduk baik permanen maupun non permanen
justru akan lebih nyata terlihat pada unit administrasi yang lebih ecil seperti
kabupaten, kecamatan, dan kelurahan atau desa.
Pada

hakekatnya,

migrasi

penduduk

merupakan

refleksi

perbedaan

pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara


satudaerah dengan daerah lain. Penduduk dari daerah yang tingkat pertumbuhan
ekonominya lebih rendah akan berpindah menuju daerah yang mempunyai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
1.2 PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang diatas kami ingin mengetahui apa saja faktor yang
menyebabkan banyak terjadinya migrasi di Kota Surabaya yang mengakibatkan
kepadatan penduduk di kota tersebut, termasuk dalam migrasi apa yang ada di

Kota Surabaya, akibat dari migrasi yang berada di Surabaya, serta kebijakan apa
yang tepat digunakan di Kota Surabaya tersebut
1.3 TUJUAN
Berdasarkan Permasalahan yang sudah di sebutkan di atas, pembuatan
makalah ini tentunya bertujuan:

Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kebanyakan orang

untuk melakukan migrasi ke Kota Surabaya


Untuk mengetahui termasuk ke dalam migrasi apa , kasus migrasi di

surabaya
Untuk mengetahui akibat dari migrasi di Surabaya
Untuk mengetahui kebijakan yang tepat terhadap kasus migrasi di
Surabaya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN MIGRASI


Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke
tempat yang lain dengan tujuan untuk menetap. Dalam mobilitas penduduk
terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk yang
melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang
merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar wilayah satu negara
saja. Dalam teori terdapat berbagai pendapat dari para ahli , yaitu:
1. Menurut Knox & Pinc (2000) zamam modern perubahan migrasi yaitu
meningkatnya

jumlah penduduk dari suatu daerah, meningkatnya

kepadatan penduduk dan dalam waktu yang sama meningkatkan juga


perbedaan dan stratafikasi sosial penduduk.
2. Menurut Vago (1999) melalui teori ini perubahan sosial berkait rapat
dengan perubahan dimensi diperingkat lokal, wilayah dan global yang di
dukung dengan perubahan tenologi. Ruang lingkup evoluasi perubahan
sosial termasuklah dalam aspek perubahan manusia, stratifikasi sosial,
pendidikan dan ekonomi. Dampak kepada evoluasi perubahan sosial itu ia
memberi kesan kepada corak, struktur dan organisasi sosial masyarakat.
Ini bemakna kesan proses urbanisasi tadi membentuk identitas baru
masyarakat secara evoluasi sama ada dalam jangka masa pendek atau
jangka masa panjang.
3. Menurut E.G.Ravenstein (2001) arus dan arus balik, artinya setiap arus
migrasi utama menimbulkan arus balik penggantiannya perbedaan antara
desa dan kota mengenai kecenderungan melakukan imigrasi. Wanita
melakukan migrasi pada jarak dekat dibandingkan pria .Teknologi dan
Imigrasi, artinya bahwa teknologi menyebabkan migrasi meningkat motif
ekonomi merupakan dorongan utama orang melakukan migrasi.

2.2 JENIS-JENIS MIGRASI


Migrasi

penduduk

adalah

gerak

perpindahan

penduduk

secara

horizontaluntuk pindah tempat tinggal melintasi batas administrasi. Perpindahan


penduduk yang berlangsung dalam masyarakat ada dua macam yaitu perpindahan
vertikal, yaitu pindahnya status manusia dari kelas rendah ke kelas menengah, dari
pangkat yang rendah ke pangkat yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
Perpindahan horizontal, yaitu perpindahan secara ruang atau secara
geografis dari suatu tempat ke tempat yang lain. Peristiwa inilah yang sering
disebut dengan migrasi, meskipun tidak setiap gerak horizontal disebut migrasi.
Secara garis besar, jenis-jenis migrasi terbagi atas migrasi antar internasional
(antar Negara) dan migrasi internal (migrasi nasional)
1.

Migrasi Internasional (migrasi antarnegara)

Migrasi internasional (migrasi antarnegara) adalah perpindahan penduduk


dari suatu Negara ke Negara lain. Migrasi internasional merupakan jenis migrasi
yang memuat dimensi ruang. Migrasi internasional meliputi imigrasi, emigrasi,
dan remigrasi.
a. Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari Negara lain ke suatu
Negaradengan tujuan menetap. Imigrasi adalah perpindahan orang dari
suatu negara- bangsa (nation-state) ke negara lain, di mana ia bukan
merupakan warga negara. Imigrasi merujuk pada perpindahan untuk
menetap permanen yang dilakukan oleh imigran, sedangkan turis dan
pendatang untuk jangka waktu pendek tidak dianggap imigran. Walaupun
demikian, migrasi pekerja musiman (umumnyauntuk periode kurang dari
satu tahun) sering dianggap sebagai bentuk imigrasi.
b. Emigrasi, yaitu berpindahnya penduduk atau keluarnya penduduk
darisuatu Negara ke Negara lain dengan tujuan menetap. Banyak alasan
mengapa orang mungkin memilih untuk melakukan emigrasi. Beberapa

adalah untuk alasan agama, kebebasan politik atau ekonomi atau


melarikan diri.Lainnya memiliki alasan pribadi seperti pernikahan.
c. Remigrasi, yaitu kembalinya penduduk dari suatu Negara ke Negara
asalnya.
2.
Migrasi Internal (migrasi nasional)
Migrasi internal (migrasi nasional) adalah perpindahan penduduk
yangmasih berada dalam lingkup satu wilayah Negara atau perpindahan penduduk
yang terjadi dalam satu negara, misalnya antarprovinsi, antarkota atau kabupaten,
migrasi dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan atau satuan administratif
lainnya yang lebih rendah daripada tingkat kabupaten atau kota, seperti kecamatan
dankelurahan atau desa. Migrasi internal merupakan jenis migrasi yang memuat
dimensiruang. Jenis migrasi nasional antara lain urbanisasi, transmigrasi dan
ruralisasi. Perpindahan yang merupakan migrasi internal antara lain sebagai
berikut:
a. Urbanisasi, yaitu perpindahan dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.
Urbanisasi merupakan masalah yang cukup serius bagi kita semua.
Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan
menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan
diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat
penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya
tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi
berarti persentase penduduk yang

tinggal

di daerah

perkotaan.

Perpindahan manusia daridesa ke kota hanya salah satu penyebab


urbanisasi. Perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni: Migrasi
Penduduk dan Mobilitas Penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan
penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota.
Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya
bersifat sementara saja atau tidak menetap.

b. Transmigrasi,

adalah

perpindahan

penduduk,

yang

diprakarsai

dandiselenggarakan pemerintah, dari daerah yang padat penduduknya ke


daerah yang belum padat penduduknya atau program perpindahan
penduduk dari daerah yang padat seperti kota ke daerah lain seperti desa
atau kota lainnya.
c. Ruralisasi, merupakan kebalikan dari urbanisasi, yaitu perpindahan
penduduk dari kota ke desa. Ruralisasi pada umumnya banyak dilakukan
olehmereka yang dulu pernah melakukan urbanisasi, namun banyak juga
pelakururalisasi yang merupakan orang kota asli. Faktor-faktor yang
memengaruhiterjadinya ruralisasi dibedakan menjadi faktor pendorong
dan faktor penarik berikut ini:
Faktor pendorong
- Kejenuhan tinggal di kota
- Harga lahan di kota semakin mahal sehingga tidak terjangkau
- Keinginan untuk memajukan desa atau daerah asalnya4
- Merasa tidak mampu lagi mengikuti dinamika kehidupan di kota. b.
Faktor penarik
- Harga lahan di pedesaan relatif masih murah
- Pola kehidupan masyarakatnya lebih sederhana
- Suasana lebih tenang, sehingga cocok untuk penduduk usia tua
dalammenjalani masa pensiun.
2.3 JENIS JENIS MIGRAN
a. Konsep Dasar Migran. Ada tiga kriteria migran yaitu : seumur hidup,
risen, dan total
1. Migran seumur hidup (life time migrant) adalah orang yang tempat
tinggalnya pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempa
tinggalnya pada waktu lahir.
2. Migran risen (recent migrant) adalah orang tempat tinggalnya pada
saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada
waktu lima tahun sebelumnya.
3. Migran total (total migrant) adalah orang yang pernah bertempat
tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu
pengunpulan data.
b. Migran Menurut Dimensi Waktu

Migran menurut dimensi waktu adalah orang yang berpindah ke


tempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau
lebih.
1. Migran sirkuler (migrasi musiman) adalah orang yang berpindah
tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan. Migran
sikuler biasanya adalah orang yang masih mempunyai keluarga
atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli
bangunan, dan pengusaha warung tegal, yang sehari-harinya
mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya setiap bulan
atau beberapa bulan sekali.
2. Migran ulang-alik (commuter)

adalah

orang

yang

pergi

meninggalkan tempat tinggalnya secara teratur, (misal setiap hari


atau setiap minggu), pergi ke tempat lain untuk bekerja, berdagang,
sekolah, atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan pulang ke
tempat asalnya secara teratur pula (missal pada sore atau malam
hari atau pada akhir minggu). Migran ulang-alik biasanya
menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada
waktu tertentu, misalnya pada siang hari.
2.4 FAKTOR TERJADINYA MIGRASI
Faktor penyebab terjadinya migrasi dapat dibedakan menjadi faktor umum
dan faktor spesifik.
1. Faktor Umum
Secara garis besar, penyebab terjadinya migrasi disebabkan oleh faktor-faktor
berikut:
a. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor utama yang menyumbang kepada
berlakunya proses migrasi ini. Kedudukan ekonomi yang mantap dan kukuh
menyebabkan wujudnya banyak sektor-sektor pertanian, pembinaan dan
perkilangan, sekaligus membuka peluang kepada rakyat sebuah negara termasuk

juga golongan pendatang yang datang khususnya untuk mencari rezeki di negara
orang.
b. Taraf ekonomi yang rendah di negara sendiri.
Bagi negara Malaysia khususnya, kemakmuran ekonomi seringkali dijadikan
alasan untuk menjelaskan mengapa negara ini menarik perhatian ramai rakyat
Indonesia dan Bangladesh malah termasuk juga negara-negara yang mengalami
taraf ekonomi yang gawat.
c. Faktor sosial budaya
Sebenarnya

faktor

sosial

budaya

juga

memainkan

peranan

utama

menyebabkan pendatang Indonesia semakin bertambah dari hari ke hari ke negara


kita. Bahkan boleh dikatakan faktor sosial budaya ini memainkan peranan yang
sama pentingnya dengan faktor ekonomi, menjadi daya tarikan kepada pendatang
Indonesia ini.
d. Faktor kestabilan politik
Kestabilan politik sebuah negara memainkan peranan yang penting dan berkait
rapat dengan ekonomi negara dan proses migrasi antarabangsa. Sebuah negara
yang aman dan makmur secara tidak langsung dapat mengelakkan berlakunya
migrasi penduduk negara tersebut ke negara lain, sebaliknya menyebabkan
penduduk negara lain berhijrah ke negara tersebut.

2. Faktor Spesifik
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor
penarik (pull factor).
a. Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:

1) Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya


daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang
tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil
tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
2) Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah
untuk pertanian di wilayah perdesaan yang makin menyempit).
3) Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga
mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.
4) Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.
5) Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim
kemarau panjang atau adanya wabah penyakit
b. Faktor-faktor penarik (pull factor) antara lain adalah:
1) Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf
hidup.
2) Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya
iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
4) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat
kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk
bermukim di kota besar.
Sementara itu Lee (1966) mengajukan empat faktor yang menyebabkan orang
mengambil keputusan untuk melakukan migrasi yaitu:
a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal.
b. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan.
c. Rintangan-rintangan yang menghambat.
d. Faktor-faktor pribadi .
2.5 UKURAN-UKURAN MIGRASI
1) Migrasi Antar Kabupaten/Kota
Indikator
Untuk memudahkan studi dan analisis tentang migrasi maka
digunakan beberapa pengertian tentang ukuran-ukuran yang digunakan

dalam perhitungan migrasi antarkabupaten/kota. Ukuran-ukuran tersebut


adalah:
Angka migrasi masuk (mi), yang menunjukkan banyaknya migran
yang masuk per 1000 penduduk di suatu kabupaten/kota tujuan

dalam satu tahun.


Angka migrasi keluar (mo), yang menunjukkan banyaknya migran
yang keluar dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk di

kabupaten/kota asal dalam satu tahun.


Angka migrasi neto (mn), yaitu selisih banyaknya migran masuk
dan migrant keluar ke dan dari suatu kabupaten/kota per 1000
penduduk dalam satu tahun.

Kegunaan
Ukuran-ukuran migrasi ini bermanfaat untuk mengetahui apakah
suatu kabupaten/kota merupakan daerah yang memiliki daya tarik bagi
penduduk wilayah sekitarnya atau wilayah lainnya. Dapat juga ditentukan
apakah suatu kabupaten/kota merupakan wilayah yang tidak disenangi
untuk dijadikan tempat tinggal. Dengan kata lain kabupaten/kota ini
memiliki daya dorong bagi penduduknya untuk pergi meninggalkan
daerah tersebut.
Kabupaten/kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk wilayah
sekitarnya biasanya memiliki angka migrasi neto yang positif. Artinya,
jumlah penduduk yang masuk lebih banyak daripada jumlah penduduk
yang keluar.

Sedangkan kabupaten/kota yang kurang disenangi oleh

penduduknya akibat kelangkaan sumberdaya misalnya, biasanya memiliki


angka migrasi neto yang negatif, yang berarti jumlah penduduk yang
keluar lebih banyak daripada jumlah migran yang masuk.
a. Migrasi masuk
jumlah migr asimasuk
mi=
x 1000
jumlah penduduk pertengahantahun

b. Migrasi keluar
mo=

jumlah migrasi keluar


X 1000
jumlah penduduk pertengahantahun

c. Migrasi netto
mn=

jumlah mo jumlah mi
X 1000
jumlah penduduk pertengahan tahun

d. Migrasi brutto
mg=

jumlah mi+ jumlah mo


X 1000
jumlah penduduk tempat tujuan+tempat asal

2) Migrasi Desa-Kota
Migrasi Desa - Kota adalah gejala berpindahnya penduduk yang berasal
dari suatu daerah yang bersifat perdesaan menuju daerah lain yang bersifat
perkotaan. Perhitungan angka migrasi perdesaan ke perkotaan jarang
dilakukan, meski gejala ini banyak dijumpai di banyak negara berkembang.
Namun demikian tidak berarti bahwa perhitugnan migrasi dari perdesaan ke
perkotaan tidak bisa dilakukan. Sebenarnya migrasi ini sama saja dengan
migrasi antar kabupaten yang terdiri atas beberapa kriteria (migrasi seumur
hidup, migrasi risen 5 tahun dan migrasi total).
Untuk melihat besaran migrasi yang berlangsung dalam jangka pendek
(lima tahun terakhir), maka digunakan migrasi risen lima tahun. Kita dapat
melihat jika ada perbedaan karakteristik tempat tinggal lima tahun yang lalu
dan karakteristik tempat tinggal sekarang (pada saat pencacahan). Jika lima
tahun yang lalu seseorang tinggal di darah yang dikategorikan sebagai
perdesaan, dan pada waktu pencacahan tinggal di daerah yang dikategorikan
sebagai perkotaan, maka ia termasuk migran dari perdesaan ke perkotaan.
Indikator

Angka migrasi dari perdesaan ke perkotaan dihitung dengan melihat


persentase migran yang masuk ke suatu wilayah perkotaan yang berasal dari
daerah perdesaan di wilayah lain.
Kegunaan
Indikator ini bermanfaat untuk melihat besaran migrasi dari perdesaan ke
perkotaan. Sejauh ini tidak ada data publikasi yang memperlihatkan jumlah
migrasi dari perdesaan ke perkotaan, mengingat tidak ada informasi yang
memperlihatkan karakteristik tempat tinggal lima tahun yang lalu, apakah
bersifat perdesaan atau perkotaan.
Dengan diketahuinya jumlah migran dari perdesaan ke perkotaan, maka
dapat dianalisis faktor-faktor yang menyebabkan perpindahan tersebut.
Demikian juga perlu diketahui konsekuensi ditinggalkannya daerah-daerah
perdesaan oleh para migran terutama yang berusia produktif.
Indikator ini juga bermanfaat untuk bahan masukan dalam perencanaan
wilayah terutama berkaitan dengan kesenjangan perdesaan-perkotaan,
utamanya pada aspek ketenagakerjaan, penciptaan lapangan kerja, distribusi
pendapatan, pendidikan, dan keamanan.
Metode Perhitungan
Metode ini memperhitungkan persentase migran yang berasal dari
perdesaan menuju suatu perkotaan terhadap jumlah migran di perkotaan
tersebut.
Migru =

dimana:

Migru
X 100
Migru+ Miguu

Migru

= Persentase migrasi dari perdesaan ke perkotaan

Migru

= Jumlah migran dari perdesaan ke perkotaan

Miguu

= Jumlah migran dari perkotaan ke perkotaan

2.6 DAMPAK MIGRASI


Migrasi memiliki dampak positif dan negative, baik terhadap daerah yang
ditinggalkan maupun daerah yang dituju.
1. Terhadap daerah yang ditinggalkan
a) Dampak postif
Berkurangnya jumlah penduduk sehingga mengurangi jumlah

pengangguran.
Meningkatnya kesejahteraan keluarga di desa, karena mendapat
kiriman dari yang pergi, terutama dari yang sudah hidup layak
Seimbangnya lapangan pekerjaan di desa dengan angkatan
kerja yang tersisa, karena banyak orang yang meninggalkan

desa.
b) Dampak negatif
Berkurangnya tenaga kerja muda daerah.
Kurang kuatnya stabilitas keamanan karena hanya tinggal

penduduk tua.
Semakin berkurangnya tenaga penggerak pembangunan di

desa.
Terbatasnya jumlah kaum intelektual di desa karena penduduk
desa yang berhasil memperoleh pendidikan tinggi di kota pada
umumnya enggan kembali ke desa.

2. Terhadap daerah yang dituju


a) Dampak positif
Jumlah tenaga kerja bertambah.
Integrasi penduduk desa-kota semakin tampak.
b) Dampak negatif terhadap daerah yang dituju yaitu :
Semakin padat jumlah penduduknya.

Banyak terdapat pemukiman kumuh.


Lalu lintas jalan semakin padat.
Lapangan kerja semakin berkurang sehingga banyak dijumpai

pengangguran tuna wisma, tuna susila, dan tindak kejahatan.


Terdapat kesenjangan ekonomi dalam kehidupan di
masyarakat.

BAB III
PEMBAHASAN

Migrasi Menyebabkan Kepadatan Penduduk di Kota Surabaya

Kota surabaya adalah ibu kota provinsi jawa timur. Surabaya merupakan
kota terbesar kedua di indonesia setelah jakarta, dengan memiliki luas daratan
333.063 km2 dan jumlah penduduk yang mencapai 3 juta jiwa lebih. Surabaya
merupakan pusat bisnis, perdagangan , indrustri dan pendidikan di kawasan
jawa timur. Dengan keadaan karakteristik kota surabaya tersebut dapat
menimbulkan daya tarik tersendiri bagi para pendatang atau perantauan dari
luar daerah untuk memperbaiki kesejahteraan hidupnya.

Menurut dari dinas kependudukan dan catatan sipil kota surabaya pada
bulan juni 2013 jumlah pendatang dari luar daerah pindah ke kota surabaya adalah
28.000 jiwa lebih dan belum termasuk untuk jumlah pendatang musiman yang
mencapai 3.000 jiwa lebih, pertumbuhan penduduk kota surabaya pada tahun
2011 sendiri mencapai 3.024.000 jiwa dan untuk tahun 2012 pertumbuhan
penduduk kota surabaya bertambah mencapai 3.125.000 jiwa, pada tahun 2013
pertumbuhan

penduduk kota surabaya mengalami peningkatan mencapai

3.166.000 jiwa. dengan ini pertumbuhan penduduk untuk kota surabaya bisa
terbilang meningkat tajam untuk tiap tahunnya yang mencapai 50.000 jiwa.
Faktor permasalahan dari Jumlah pertumbuhan penduduk tersebut
meningkat di karenakan pendatang dari luar daerah pindah ke surabaya
dan juga di sebabkan kelahiran bayi dari penduduk setempat. Namun dari
dua faktor tersebtu yang paling berpengaruh adalah penduduk baru yang masuk ke
kota surabaya. Dan masalah sosial dari kepadatan penduduk ini adalah adanya
penduduk musiman yang ber-imigrasi ke kota surabaya, dan

banyak dari

penduduk musiman ini tidak mempunyai tempat tinggal jelas dan meraka
juga tidak mempunyai pekerjaan jelas sehingga menambah jumlah
pengangguran.
Dengan keadaan pertumbuhan penduduk di kota surabaya yang saat ini
bisa terbilang sudah overpopulasi, pemerintah kota surabaya harus ambil tindakan
agar pertumbuhan penduduk

di surabaya tidak semakin parah. Salah satu

tindakan yang telah dilakukan oleh dinas pemerintah kota surabaya untuk
mengatasi penduduk tidak resmi atau penduduk musiman di kota surabaya
yang tidak tercatat dalam di kelurahan, kecamatan maupun dinas
kependudukan dan catatan sipil (Dispendukcapil) yaitu dengan mewajibkan
mengurus kartu identitas penduduk musiman (Kipem) apabila tidak
mengurus para penduduk musiman ini akan di pulangkan ke asal
daerahnya.

http://www.kompasiana.com/tria.ananda/migrasi-menyebabkan-kepadatanpenduduk-di-kota-surabaya_552c1ea26ea834c65b8b45cc
(diterbitkan 26 Desember 2013, diakses pada 08 november 2015)
Menurut artikel diatas kami mencoba menganalisis mengapa kasus migrasi
di Kota Surabaya mengalami peningkatan sehingga menyebabkan kepadatan
penduduk. Berikut merupakan kerangka analisis menurut kami yang dianalisis
dari kasus diatas:
3.1 KERANGKA ANALISIS
FAKTOR
PENDORO
NG
FAKTOR
PENARIK

FAKTOR
INDIVIDU

MIGRA
SI

KEPADATA
N
PENDUDUK
MENINGKA

PEMUKIMA
N KUMUH
MENINGKA
T

MASALAH
KESEHATAN
AKIBAT
SANITASI
MENINGKAT

3.2 ANALISIS KASUS


Perpindahan penduduk (migrasi atau mobilitas) merupakan salah satu dari tiga
komponen utama pertumbuhan penduduk yang dapat menambah atau mengurangi
jumlah penduduk. Berikut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
migrasi di Kota Surabaya semakin menigkat:
a. Faktor pendorong
Faktor pendorong adalah adanya hal-hal yang mendorong di daerah asal
individu tersebut sehingga menyebabkan individu tersebut mempunyai keinginan
untuk pindah dan biasanya faktor pendorong ini dipengaruhi oleh keadaan
individu itu sendiri. Berikut faktor pendorong yang ada dalam kasus tersebut:

Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa


Pada kasus di atas terbatasnya lahan pekerjaan di desa yang
biasanya hanya pada sektor agraris, membuat kebanyakan penduduk untuk

melakukan migrasi ke daerah kota Surabaya.


Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
Terbatasnya sarana dan prasarana di desa yang cenderung masih
bersifat tradisional, membuat masyarakat kesulitan untuk mengembangkan
dirinya di desa, sehingga mereka melakukan migrasi ke Kota Surabaya

untuk bisa mengembangkan dirinya dan bisa merubah kehidupannya.


Penghasilan dan upah yang kecil
Penghasilan dan upah yang kecil di daerah pedesaan, membuat
penduduk melakukan migrasi ke Kota Surabaya yang upahnya lebih besar.
Penghasilan dan upah ini juga didukung oleh Teori Model Todaro
yang mendasarkan pada pemikiran bahwa adanya arus migrasi merupakan
akibat dari adanya distribusi pendapatan yang tidak merata antar daerah
Pada hakekatnya teori Todaro ini dapat diartikan bahwa angkatan kerja
baik aktual maupun potensial, akan selalu membandingkan pendapatan
yang akan mereka harapkan di perkotaan dengan memperhiitungkan
pendapatan rata-rata di desa.
Artinya mereka akan memutuskan untuk migrasi ke daerah tujuan
jika tingkat upah yang diterima (khususnya upah bersih) lebih besar

dengan yang selama ini diterima di daerah asal. Begitu juga sebaliknya,
jika ternyata upah yang diterima lebih kecil atau sama dengan daerah asal,
mereka tidak akan memutuskan untuk bermigrasi ke daerah tujuan.
b. Faktor Penarik
Faktor penarik adalah hal-hal yang menarik didaerah yang akan di datangi.
Berikut merupakan beberapa faktor penarik menurut kasus diatas:

Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan , indrustri dan pendidikan


di kawasan jawa timur.
Sebagai pusat bisnis, perdagangan, dan industri tentu saja daya
tarik tersendiri bagi para pendatang atau perantauan dari luar daerah untuk
memperbaiki kesejahteraan hidupnya.
sebagai ibukota provinsi, kota

Surabaya

menjadi

pusat

pengembangan pendidikan. Hal ini yang mengakibatkan banyak migran


dari kabupaten kota yang ada di Jawa Timur dengan alasan menempuh
pendidikan di Surabaya. Selain dari pada itu ada juga migran dari provinsi
lain yang sekolah atau kuliah di manado karena faktor pendidikan di
daerah asal yang mungkin belum sesuai standar atau harapan, dan ada juga
alasan persaingan di tempat asal misalnya Bandung lebih tinggi daripada

di kota Surabaya.
Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan
Kota Surabaya identik dengan penduduknya yang ramah serta
tingkat keamanannya lebih tinggi daripada daerah asal. Kemudian iklim
serta sumberdaya alam yang masih banyak, serta berbagai fasilitas yang
ditawarkan demi kenyamanan masyarakat menjadikan daya tarik migran
ke kota Surabaya.

c. Faktor Individu
Faktor yang terdapat pada diri seseorang disebut faktor individu. Faktor ini
sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perpindahanatau

tidak. Contoh faktor individu ini antara lain umur, jenis kelamin, status menikah
dan tingkat pendidikan.
Contohnya sepasang pasangan menikah, kemudian setelah menikah
biasanya perempuan bermigrasi karena mengikuti suaminya yang memiliki
pekerjaan yang lebih layak di daerah Surabaya. Oleh karena itu, perempuan
tersebut pastinya tidak bisa menolak permintaan suaminya untuk bermigrasi ke
Surabaya.
3.3 TERMASUK KE DALAM MIGRASI
Berdasarkan kasus di atas, migrasi di atas termasuk ke dalam mobilitas
Mobilitas Horizontal (Geografi) Mobilitas horizontal menunjuk pada gerakan
seseorang atau kelompok dari satu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lain
yang masih berada .pada satu ranking sosial. Dapat pula berupa perpindahan
seseorang atau kelompok secara geografis dari satu tempat tinggal, kota atau
wilayah ke tempat tinggal, kota atau wilayah lain.
3.4 DAMPAK DARI MIGRASI
Berdasarkan kasus di atas dampak dari migrasi yaitu kepadatan penduduk
yang meningkat dapat menimbulkan kemiskinan pada penduduk di Kota Surabaya
karena semakin terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada, sehingga akhirnya
berdampak pada kehidupan perkotaan yang jelek seperti penurunan kualitas
lingkungan yang dilihat dari semakin banyaknya pemukiman kumuh di daerah
kota tersebut. Penurunan kualitas lingkungan dapat meningkatkan penularan
prevalensi penyakit seperti ISPA, diare, DBD, dan penyakit kulit lainnya.

3.5 KEBIJAKAN YANG TEPAT


Dari pembahasan masalah di atas maka dapat di rekomendasikan
kebijakan yang tepat. Yaitu:

1.

Perlu segera dikeluarkannya peraturan daerah (Perda) di tingkat


provinsi yang akan dijadikan payung bagi daerah-daerah di dalam
menangani kependudukan terutama masalah urbanisasi, karena Perda
maupun kebijakan yang ada saat ini belum menyentuh secara
langsung dalam menangani permasalahan yang timbul akibat migrasi

2.

terutama urbanisasi dan dampak yang ditimbulkannya.


Segera dibentuk badan atau lembaga yang menangani kepedudukan di

3.

tingkat provinsi
Tingkat RT/RW dibuat form untuk laporan data kependudukan yang
sifatnya baku, sehingga aka memudahkan RT/RW dalam membuat
laporan kependudukan dan mengoptimalkan lembaga-lembaga lokal

4.

dalam kegiatan pencitraan kependudukan


Dibuat SKB antara Dinas Kependudukan dengan Dinas kesehatan,
Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan yang berkaitan denngan data
kependudukan. Artinya lembaga/instansi yang menyediakan data
kependudukan hanya satu dinas saja, Misalnya Dinas kependudukan
apabila dinas terkait memerlukan data dapat mengaksesnya dengan
seijin dinas kependudukan sehingga data yang digunakan dalam

5.

perencanaan pembangunan berasal dari satu sumber


Diberlakukannnya data base dengan menggunakan program system
informasi

administrasikependudukan

(SIAK)

dibawah

kendali

Departemen Administrasi Kependudukan (SIAK) dibawah endali


Departemen Dlam Negeri, diharapan data kependudukan akan
tercover seluruhnya, dengan demikian bagi para pengguna akan
6.

mudah mengaksesnya
Dalam rangka pelayanan prima dan untuk memudahkan pelayanan
kepada masyarakat, pihak kelurahan maupun kecamatan sebaiknya
mencantumkan informasi tentang cara-cara pelayanan administrasi
kependudukan. Informasi pelayanan administrasi kependudukan
tersebut, sebaiknya ditempel ditempat-tempat yang mudah dilihat dan
dibaca oleh masyrakat . infromasi itu berisikan antara lain biaya
pelayanan (retribusi) berdasarkan perda, dan syarat-syarat untuk
mendapatkan pelayanan tersebut, serta lama proses pelayaannya

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis permasalahan di atas ada beberapa factor yang
menyebabkan terjadinya migrasi di Kota Surabaya semakin meningkat adalah
sebagai berikut:
a. Adanya Faktor pendorong seperti
Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
Penghasilan dan upah yang kecil
b. Adannya faktor penarik seperti
Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan , indrustri dan pendidikan

di kawasan jawa timur.


Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan
Kota Surabaya identik dengan penduduknya yang ramah serta tingkat

keamanannya lebih tinggi daripada daerah asal. Kemudian


c. Adanya Faktor Individu
Faktor ini sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan
perpindahan atau tidak dan tiap individu memiliki factor individu yang
relative berbeda. Contoh faktor individu ini antara lain umur, jenis kelamin,
status menikah dan tingkat pendidikan.
4.2 SARAN
Didalam administrasi kependudukan, koordinasi antar berbagai pihak
disarankan untuk sering dilakukan. Agar titik-titik layanan kependudukan yang
tersebar, mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, KUA, Pengadilan Agama,
Imigrasi sampai Dinas Kependudukan dapat tercatat dengan baik. Dengan
tersebarnya titik-titik layanan administrasi kependudukan tersebut maka akan
memugkinkan terciptanya sinergisitas data, dan keakuratan data di Kota Surabaya
dan meminimalisir terjadinya keterlewatan pencatatan data untuk penduduk

musiman yang sampai saat ini masih menjadi permasalahan kependudukan di


Kota Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/77059747/Ukuran-migrasi
http://www.academia.edu/9165860/Jenis_migrasi
https://www.scribd.com/doc/136138689/makalah-migrasi
http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chot
ib/kelompok_3/kelompok_3_mobilitas_sirkuler.pdf
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Nurwati, Nunung. Setiawan, Nugraha. Dkk,

2007. Penyusunan Model

Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kependudukan di Kota Bandung.


Bandung: Pusat Penlitian Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Universitas Padjadjaran
Romdiati, Haning, et.al. 2004. Migrasi dan Permukiman Kumuh di Kota
Surabaya. Jakarta: PPK-LIPI
Tri Purnami, Cahya, SKM, MKes. 2012. Buku Ajar Ilmu Kependudukan. UPT
Universitas Diponegoro Press : Semarang.

Você também pode gostar