Você está na página 1de 18

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA PREMENOPAUSE DI


KOMPLEK KARTIKA SEJAHTERA BLOK J RW 06 SASAK PANJANG, BOGOR
2012
Factors Associated With Behavioral Prevention of Osteoporosis in Women
Premenopausal at Kartika Residence Block J RW 06 Sasak Panjang, Bogor 2012

OLEH:
YUNITA ASTRIANI HARDAYATI

ARTIKEL ILMIAH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus, JAKARTA
MARET, 2013

ABSTRAK
Osteoporosis adalah penyakit demineralisasi tulang yang menyebabkan menurunnya
massa tulang dan sering mengakibatkan patah tulang. Saat ini ada kecenderungan angka
kejadian osteoporosis semakin meningkat. Wanita yang memasuki usia menopause paling
beresiko terkena osteoporosis, sehingga diperlukan pencegahan osteoporosis sejak dini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause. Metode penelitian
menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Analisis statistik
menggunakan uji chi square. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia 35-50 tahun
yang tinggal di Blok J RW 06 Komplek Kartika dengan sample berjumlah 46 orang yang
diambil secara simple random sampling (acak sederhana, dimana semua responden memiliki
kesempatan yang sama untuk dipilih). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara usia, pendidikan, dan
pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Sedangkan pada variabel pengetahuan
menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan
osteoporosis (p value = 0,039). Saran untuk pengurus RW agar memberdayakan kader-kader
kesehatan, membuat kelompok senam osteoporosis, meningkatkan program-program
olahraga, untuk warga RW 06 diharapkan dapat memanfaatkan sarana olahraga yang tersedia
sebagai salah satu pencegahan osteoporosis, untuk perawat diharapkan dapat memberikan
pendidikan kesehatan terkait osteoporosis.
Kata kunci : Perilaku Pencegahan Osteoporosis pada Premenopause

ABSTRACT
Osteoporosis is a disease that causes bone demineralization where decreased bone
mass and fractures often result. Currently there is a trend the incidence of osteoporosis
increasing. Women entering menopause are most at risk of osteoporosis, prevention of
osteoporosis necessitating early. The purpose of this study was to determine the factors
associated with osteoporosis prevention behaviors in premenopausal women. The method use
descriptive correlative study with cross-sectional approach. Statistical analysis using chi
square test. The population in this study were women aged 35-50 years, living in Block J RW
06 Kartika Residence, the sample totaled 46 people were taken by simple random sampling
(simple random, where all respondents have an equal chance to be selected). The research
instrument used was a questionnaire. The results showed no significant relationship between
age, education, and income with osteoporosis preventive behavior. While the knowledge
variables showed significant relationship with osteoporosis prevention behavior (p value
0.039). Suggestions for RW administrator in order to empower health cadres, making group
osteoporosis gymnastics, improve sports programs. For RW 06 resident is expected to utilize
the available sports facilities as one of the prevention of osteoporosis and for nurses is
expected to provide health education related to osteoporosis.
Key words: Behavioral Prevention of Osteoporosis, Premenopausal

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Osteoporosis adalah penyakit metabolik dimana terjadi demineralisasi tulang yang
menyebabkan menurunnya densitas (massa tulang) dan sering mengakibatkan patah tulang
(Donna, 2007). Osteoporosis sering disebut sebagai Silent desease karena penyakit ini sering
tanpa gejala selama bertahun-tahun dan indikasi pertama osteoporosis pada sebagian besar
orang diikuti oleh kejadian fraktur (patah tulang).
Menurut data statistik Itali tahun 2004 yang terdapat dalam http://digilib.unimus.ac.id,
lebih dari 44 juta orang Amerika mengalami osteopenia dan osteoporosis. 30% dari jumlah
wanita yang berusia 50 tahun menderita osteoporosis, dan 37-54% menderita osteopenia
dan 54% beresiko fraktur osteoporotik.
1 dari 5 orang Indonesia beresiko terkena osteoporosis. (Furqonita, 2007). Hasil studi
dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bogor yang melakukan penelitian dari
tahun 1999 2002 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima
perempuan mengalami osteoporosis pada usia memasuki 50 tahun, dan pada laki-laki umur
55 tahun. Kejadian osteoporosis lebih tinggi pada wanita (21,74 %) dibandingkan dengan
laki-laki (14,8 %). Purwoastuti (2009) dalam bukunya yang berjudul waspada osteoporosis
menyebutkan prevalensi osteoporosis di Indonesia untuk umur kurang dari 70 tahun pada
wanita sebanyak 18-30%. Satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria terkena osteoporosis.
Jumlah osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang
menetapkan angka 19,7 dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.
Osteoporosis di Indonesia sudah dalam tingkat yang patut diwaspadai. Kejadian
osteoporosis primer pada wanita tidak hanya dipengaruhi oleh penurunan hormon estrogen,
tetapi juga dipengaruhi oleh aktivitas, paparan ultraviolet atau sinar matahari, gaya hidup
(merokok dan alkohol), serta obat-obatan yang bisa menurunkan massa tulang. Asupan
kalsium juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian osteoporosis
(Purwoastuti, 2009).
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kota Bogor
sementara adalah 949.066 orang, dimana jumlah penduduk perempuan mencapai 464.418
orang. Komposisi penduduk perempuan menurut usia terbanyak yaitu usia 21-24 tahun

dengan jumlah 52.149 orang, urutan kedua yaitu perempuan dengan usia 24-29 tahun 44.712
orang. http://www.bps.go.id/ hasilSP2010/jabar/3271.pdf
Dari data diatas menunjukkan bahwa tingginya jumlah penduduk Kabupaten Bogor
yang berjenis kelamin perempuan dan paling banyak berada pada usia produktif. Seperti yang
kita ketahui pengaruh hormon, massa tulang dan aktivitas membuat perempuan lebih beresiko
terkena osteoporosis dibandingkan laki-laki. Gangguan pada tulang dapat menurunkan
produktivitas kerja dan secara tidak langsung mempengaruhi penghasilan seseorang.
Osteoporosis dapat mengakibatkan patah tulang meskipun dengan trauma yang minimal.
Selain itu dampak dari osteoporosis juga menimbulkan tubuh seseorang menjadi lebih pendek
dan bungkuk, hal ini dapat mempengaruhi konsep diri dan harga diri seseorang.
Bensley (2008) menyatakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
individu dalam melakukan pencegahan penyakit diantaranya usia, pengetahuan, pendidikan,
pendapatan. Teori ini didukung oleh hasil penelitian Antari (2009) yang menyatakan terdapat
hubungan bermakna antara pengetahuan tentang osteoporosis dengan motivasi pencegahan
resiko osteoporosis. Sedangkan Regina (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara usia, pengetahuan, pendidikan, pendapatan dengan perilaku
pencegahan osteoporosis.
Di wilayah Komplek Kartika Sejahtera Blok J, RW 06 Sasak Panjang, Bogor, dari
hasil survey sederhana yang dilakukan oleh peneliti pada bulan April 2012 terhadap 20 orang
perempuan dewasa dengan wawancara didapatkan hanya 10,3% yang rutin berolahraga
minimal 1 kali seminggu, 30,2% yang rutin mengkonsumsi susu tinggi kalsium. Dari hasil
survey tersebut dapat dilihat rendahnya usaha wanita diwilayah tersebut dalam mencegah
osteoporosis, meskipun sebenarnya pencegahan osteoporosis dapat dilakukan dengan mudah
dan sederhana.
Hal tersebut mendorong peneliti untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat
terutama di Blok J, RW 06 Komplek Kartika Sejahtera dalam upaya pencegahan osteoporosis
dan mengidentifikasi lebih dalam mengenai hubungan usia, pengetahuan, pendidikan,
pendapatan

dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause di

Komplek Kartika Sejahtera Blok J, RW 06 Kelurahan Sasak Panjang, Bogor.

2. Masalah Penelitian
Berdasarkan fenomena diatas bahwa sampai saat ini ada kecenderungan angka kejadian
osteoporosis semakin meningkat. Bahkan data dari Puslitbang Gizi prevalensi osteopenia
(osteoporosis dini) mencapai 41,7%. Osteoporosis sering tanpa gejala namun orang yang
mengalami osteoporosis ini dapat mengalami patah tulang meskipun dengan trauma yang
minimal. Apabila situasi ini tidak dicarikan solusinya akan berdampak semakin banyak
masyarakat Indonesia yang mengalami osteoporosis dini, dan akibat lebih lanjut dapat
mengalami patah tulang atau kecacatan. Karena itu perlu upaya pencegahan osteoporosis
sejak dini. Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku pencegahan osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Kartika
Sejahtera Blok J, RW 06, Kelurahan Sasak Panjang, Bogor.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan
osteoporosis pada wanita premenopause di Komplek Kartika Sejahtera Blok J RW 06
Kelurahan Sasak Panjang, Bogor.
Tujuan Khusus :
a. Diidentifikasi gambaran karakteristik (usia, tingkat pendidikan, pendapatan) wanita
premenopause yang melakukan tindakan pencegahan osteoporosis.
b. Diidentifikasi gambaran pengetahuan wanita premenopause dalam pencegahan
osteoporosis.
c. Diidentifikasi

gambaran

perilaku

wanita

premenopause

dalam

pencegahan

osteoporosis.
d. Diidentifikasi hubungan antara usia dengan perilaku pencegahan osteoporosis.
e. Diidentifikasi hubungan antara tingkat pendidikan wanita premenopause dengan
perilaku pencegahan osteoporosis.
f. Diidentifikasi hubungan antara pendapatan wanita premenopause dengan perilaku
pencegahan osteoporosis.
g. Diidentifikasi hubungan antara pengetahuan wanita premenopause dengan perilaku
pencegahan osteoporosis.

METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam,2004,p.89 dalam Wilhelmus, 2012). Populasi
penelitian ini adalah keseluruhan wanita premenopause usia 35-50 tahun di Komplek Kartika
Sejahtera Blok J RW 06, Sasak Panjang, Bogor yang berjumlah 120 orang dengan sample
penelitian berjumlah 46 orang yang diambil melalui rumus pengambilan sample.
Penelitian dilakukan di Komplek Kartika Sejahtera Blok J RW 06 Sasak Panjang,
Tajur Halang, Bogor pada hari dan jam kerja awal bulan September 2012 sampai awal bulan
Januari 2013. Tahap pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari : tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
Alat pengumpul data dalam penelitian adalah kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti
yang telah diuji validitas dan reliabilitas, dengan rincian sebagai berikut : Bagian A berisi
data demografi, Bagian B berisi pertanyaan tentang pengetahuan warga tentang osteoporosis.
Sedangkan analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Variabel Univariat
No

Variabel

Jumlah

Presentase

Perilaku

46

100,0

Baik

29

63,0

Kurang baik

17

37,0

Pengetahuan

46

100,0

Baik

24

52,2

Kurang baik

22

47,8

Usia

46

100,0

35-40 tahun

31

67,4

>40 tahun

15

32,6

Pendidikan

46

100,0

SLTP

13

28,3

SMA

27

58,7

Pendidikan Tinggi

13,0

Pendapatan

46

100,0

< 1 juta/ bulan

19,6

1-2 juta/ bulan

23

50,0

>2 juta/ bulan

14

30,4

Dari tabel

dapat dilihat bahwa responden yang memiliki perilaku baik untuk

melakukan pencegahan osteoporosis sebesar 63,0 %. Asumsi peneliti hal ini dikarenakan
mayoritas responden adalah ibu rumah tangga, sesuai dengan hasil penelitian yang didapat,
bahwa sebagian besar responden melakukan aktivitas jalan kaki dipagi hari, dalam
pekerjaannya sehari-hari sering terpapar sinar matahari, dan selalu mengkonsumsi makanan
tinggi kalsium. Selain itu dari hasil penelitian dalam kuesioner pengetahuan sebagian besar
responden 52,2% menjawab benar pertanyaan mengenai pencegahan, dan faktor resiko
terjadinya osteoporosis, sehingga hal ini yang membuat sebagian besar responden memiliki
perilaku pencegahan osteoporosis yang baik.
Responden yang pengetahuan baik dengan yang kurang baik relatif sama besar,
dengan perbedaan presentasi hanya 4,4%. Asumsi peneliti hal ini dikarenakan, media
informasi yang semakin berkembang membuat informasi mudah didapat, responden yang
mayoritas ibu rumah tangga bisa mendapatkan pengetahuan osteoporosis melalui iklan
produk susu tinggi kalsium yang banyak ditayangkan di televisi, selain itu tingkat pendidikan
yang sebagian besar SMA membuat informasi yang disampaikan mudah diterima.
Sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebesar 58,7%. Asumsi peneliti
hal ini dikarenakan sebagian besar responden adalah istri pegawai negeri sipil, dimana
hampir 25% dari responden yang berpendidikan SMA merupakan istri pejabat, selain itu dari
hasil penelitian didapat sebagian besar berusia 35-40 tahun, menurut Hurlock (2004) usia ini
terdapat dalam kategori dewasa muda, Asumsi peneliti responden yang sebagian besar
berusia dewasa muda sudah sadar akan pentingnya pendidikan.
Responden penelitian sebagian besar berusia 35-40 tahun yaitu sebanyak 67,4%.
Asumsi peneliti hal ini dikarenakan sebagian besar responden merupakan keluarga dengan
anak sekolah dan menurut data statistik kependudukan blok J, sebagian besar wanita yang
tinggal diwilayah tersebut berusia 30-40 tahun.

Sebagian besar responden memiliki pendapatan sedang yaitu 1-2 juta per bulan,
dengan jumlah responden sebanyak 50,0%. Asumsi peneliti hal ini dikarenakan UMK (Upah
Mininum Kabupaten) Bogor Tahun 2012 adalah sebesar Rp. 1.269.320,- dan Upah Minimum
Sektoral Kabupaten (UMSK) sebesar Rp. 1.332.786,-. Selain itu sebagian besar suami
responden bekerja di DKI Jakarta sebagai pegawai negeri sipil dan beberapa orang lainnya
menjadi karyawan swasta. Asumsi peneliti hal ini yang membuat sebagian besar responden
memiliki pendapatan 1-2 juta perbulan.
Tabel 2. Variabel Bivariat
Tabel 2.1 Hubungan tingkat pengetahuan responden dengan perilaku pencegahan
osteoporosis.
Perilaku Pencegahan
Pengetahuan Baik

Jumlah

P
Value

Kurang Baik

Baik

19

79,2

20,8

24

100,0

Kurang Baik

10

45,5

12

54,5

23

100,0

29

63,0

17

37,0

46

100,0

0,039

Dari tabel 2.1 menunjukkan distribusi perilaku pencegahan osteoporosis menurut


tingkat pengetahuan. Berdasarkan uji chi square diperoleh p value 0,039 pada alpha 0,05
artinya Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan osteoporosis.
Hal ini sesuai dengan teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) yang
mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi perilaku seseorang,
termasuk perilaku seseorang dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan.
Berbeda dengan hasil penelitian Regina (2008) yang mengatakan tidak ada hubungan
antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Asumsi
peneliti perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang
berbeda dalam pelaksanaan penelitian. Perbedaan pertama adalah besar sample yang
digunakan masing-masing peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan besar sample
sebanyak 46 orang yang didapatkan berdasarkan perhitungan besar sample dengan jumlah

populasi yang diketahui, sedangkan Regina (2008) dalam penelitiannya menggunakan 114
responden, sedangkan Mahasari (2009) menggunakan 88 responden sebagai sample.
Perbedaan yang kedua yaitu tempat dan sasaran penelitian, meskipun sasaran dalam kedua
penelitian sama yaitu wanita premenopause, namun Regina dalam penelitiannya menjadikan
karyawan PK.Sint Carolus sebagai sample. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Snehandu
B.Karr dalam buku promosi kesehatan Notoatmojo (2010) yang mengidentifikasi determinan
perilaku kesehatan salah satu diantaranya adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan.
Perbedaan tingkat kesibukan, dan kebiasaan sehari-hari mempengaruhi usaha responden
dalam melakukan pencegahan osteoporosis. Sehingga menurut peneliti hal tersebut yang
membuat hasil penelitian menjadi berbeda.
Sedangkan Mahasari (2009) menjadikan lansia yang berusia diatas 60 tahun sebagai
responden, dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar lansia merupakan lulusan
SD/Sederajat sebesar 42%, dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 95,5%, dan pencegahan
kurang baik sebesar 51,1%. Perbedaan hasil penelitian kemungkinan dikarenakan
pengetahuan yang dimiliki oleh responden tersebut hanya ada dalam tingkatan tahu belum
sampai kepada memahami dan aplikasi sesuai dengan teori 6 tingkat pengetahuan yang
dikemukakan Bloom buku promosi kesehatan Notoatmojo (2010).
.
Tabel 2.2 Hubungan usia dengan perilaku pencegahan osteoporosis
Usia

Perilaku Pencegahan
Baik

Jumlah

P Value

Kurang Baik

35-40 tahun

18

58,1

13

41,9

31

100,0

>40 tahun

11

73,3

26,7

15

100,0

Jumlah

29

63,0

17

37,0

46

100,0

0,497

Dari tabel 2.2 menunjukkan distribusi perilaku pencegahan osteoporosis menurut usia
responden. Berdasarkan uji chi square diperoleh p value 0,497 Pada alpha 0,05 artinya Ha
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan perilaku
pencegahan osteoporosis.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Regina (2008) yang menyatakan
tidak ada hubungan antara usia dengan perilaku pencegahan osteoporosis. Namun hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Siagian (2001) yang mengatakan
semakin tua usia seseorang, maka diharapkan semakin mampu menunjukan kematangan
jiwanya. Usia yang semakin tua dapat menimbulkan kemampuan seseorang mengambil
keputusan, semakin mampu berpikir secara rasional, semakin mampu mengendalikan emosi
sehingga dapat memotivasi dalam melakukan tindakan. Hal ini dikarenakan usia seseorang
belum tentu mempengaruhi orang tersebut dalam membuat keputusan dalam melakukan
perilaku kesehatan, sesuai dengan teori perilaku Lawrence Green, bahwa perilaku individu
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pendukung, faktor pemungkin, dan
faktor penguat. Meskipun pemikiran individu sudah matang, tetapi jika tidak memiliki
pengetahuan dan niat yang kuat untuk berperilaku sehat maka individu tersebut tidak akan
melakukan perilaku pencegahan osteoporosis dengan baik.
Tabel 2.3 Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan osteoporosis
Pendidikan

Perilaku Pencegahan
Baik

Jumlah

P (Value)

Kurang Baik

SLTP

46,2

53,8

13

100,0

SMA

18

66,7

33,3

27

100,0

Perg. Tinggi

83,3

16,7

100,0

Jumlah

29

63,0

17

37,0

46

100,0

0,246

Dari tabel 2.3 menunjukkan distribusi perilaku pencegahan osteoporosis menurut


pendidikan responden. Berdasarkan uji chi square didapatkan p value 0,246 pada alpha 0,05
artinya Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat
pendidikan dengan perilaku pencegahan osteoporosis.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Bensley (2008) yang
menyatakan bahwa kebutuhan yang dirasakan untuk melakukan tindakan dipengaruhi oleh
variabel-variabel yang mempengaruhi persepsi seseorang, dan akibatnya secara tidak
langsung mempengaruhi perilaku kesehatannya. Salah satu variabel tersebut adalah tingkat
pendidikan, namun pendidikan tidak berdiri sendiri untuk mempengaruhi perilaku seseorang

10

karena terdapat variabel lain yang juga mempengaruhi perilaku diantaranya usia, status
ekonomi, perbedaan kebudayaan, pengalaman pribadi.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Depkes RI, (1999) dalam Imanda (2009)
yang menyatakan tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita mempengaruhi
derajat kesehatan. Asumsi peneliti meskipun seseorang memiliki pendidikan tinggi dan
memahami dengan baik pengetahuan terkait osteoporosis namun jika tidak ada niat dari
dalam diri dan dukungan dari lingkungan sekitar untuk melakukan pencegahan sejak dini,
maka seseorang tidak akan melakukannya pencegahan osteoporosis dengan baik. Hal ini
sesuai dengan teori Karr yang mengidentifikasi 5 determinan perilaku dalam buku promosi
kesehatan Notoatmojo, 2010. Karr menjelaskan bahwa niat seseorang, social support,
terjangkaunya informasi, kebebasan pribadi, serta kondisi dan situasi yang memungkinkan
merupakan faktor terbentuknya perilaku seseorang.
Tabel 2.4 Hubungan tingkat pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis
Pendidikan

Perilaku Pencegahan
Baik

Jumlah

P Value

Kurang Baik

<1 juta/bln

55,6

44,4

100,0

1-2 juta/bln

17

73,9

26,1

23

100,0

>2 juta/bln

50,0

50,0

14

100,0

Jumlah

29

63,0

17

37,0

46

100,0

0,300

Dari tabel 2.4 menunjukkan distribusi perilaku pencegahan osteoporosis menurut


pendapatan responden. Berdasarkan uji chi square didapatkan p value 0,300 pada alpha 0,05
artinya Ha ditolak. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tingkat
pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis.
Penelitian ini didukung oleh hasil dari penelitian Ayu (2010) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan bermakna antara pendapatan dengan perilaku masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan hasil penelitian Regina (2008) yang menyatakan tidak
ada hubungan bermakna antara tingkat pendapatan dengan perilaku pencegahan osteoporosis.
Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model yang mengatakan bahwa seseorang akan
melakukan perilaku kesehatan apabila memandang bahwa diri mereka rentan terhadap suatu
11

masalah kesehatan, jadi meskipun seseorang tersebut memiliki pendapatan yang tinggi,
namun tidak merasa rentan dan menganggap osteoporosis bukan merupakan penyakit yang
serius maka orang tersebut cenderung untuk tidak melakukan pencegahan osteoporosis sejak
dini.
Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Imanda (2009) yang
menyatakan ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Menurut Imanda responden yang belum dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari
lebih mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan hidup daripada pengobatan atau
pencegahan penyakit.
Penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Faturrahman dan
Mollo (1995) yang menyatakan tingkat pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang akan
berpengaruh pada status kesehatan masyarakat. Morbiditas seringkali dikaitkan dengan
pendapatan seseorang, asumsi peneliti pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara yang mudah, murah, dan efektif. Dalam hal ini pengetahuan seseorang menjadi
penting. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik terkait osteoporosis, akan
cenderung melakukan pencegahan osteoporosis dengan baik, jika orang tersebut tidak
memiliki pendapatan yang cukup tinggi untuk membeli susu, maka dia bisa melakukan
olahraga jalan kaki minimal 10 menit, rutin terpapar sinar matahari pagi, dan mengkonsumsi
makanan dan sayur ataupun ikan olahan sendiri, makanan yang sehat tidak harus mahal,
sekali lagi pengetahuan seseorang menjadi faktor penting dalam hal ini. Sehingga untuk
hidup sehat tidak harus mahal dan mempunyai pendapatan yang tinggi, seseorang dengan
pendapatan tinggi, tetapi tidak merasa rentan dan tidak menganggap osteoporosis sebagai
penyakit yang serius, orang tersebut tetap tidak akan melakukan pencegahan osteoporosis
dengan baik.

12

SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
a. Univariat
Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden berperilaku baik (63%),
memiliki pengetahuan baik (52,2%), usia 35-40 tahun (67,4%), tingkat pendidikan
SMA (58,7%), pendapatan 1-2 juta per bulan (50%).

b. Bivariat
Dari hasil penelitian pada variabel bivariat menunjukkan tidak ada hubungan
bermakna antara usia, tingkat pendidikan, pendapatan dengan perilaku pencegahan
osteoporosis pada wanita premenopause di Blok J Komplek Kartika. Sedangkan pada
variabel pengetahuan menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan
dengan perilaku pencegahan osteoporosis dengan p value = 0,039 pada alpha 5%.
2. Saran
a. Ketua dan Pengurus RW 06
Diharapkan agar memberdayakan kader-kader kesehatan dan membentuk
kelompok senam osteoporosis maupun memberikan pengetahuan tentang osteoporosis
kepada warga RW 06 dengan mengadakan penyuluhan.
b. Bagi Warga RW 06
Diharapkan agar warga RW 06 meningkatkan perilaku pencegahan osteoporosis
salah satunya dengan memanfaatkan fasilitas atau sarana olahraga yang tersedia
dilingkungan RW 06.
c. Bagi Perawat Kesehatan Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan terutama faktor resiko dan cara
pencegahan osteoporosis yang mudah, murah, dan efektif kepada masyarakat melalui
penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
d. Bagi Peneliti lain
Diharapkan dapat meneliti variabel lain yang belum sempat diteliti, misalnya
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi atau sosial budaya yang mungkin
berhubungan dengan perilaku pencegahan osteoporosis.

13

DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Ivy M. (2006). 100 question & answer about osteoporosis and osteopenia.
USA: Jones and Barlett Publisher.
Amalia, Imanda. (2009). Hubungan Antara Pendidikan, Pendapatan Dan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) Di Pasar
Kliwon

Dan

Jebres

Kota

Surakarta.

Universitas

Muhammadiyah

Surakarta.,

http://www.scribd.com/doc/73321424/skripsi-kesmas. Diperoleh 20 Oktober 2012.


Anggun,

Niken.

(2010).

Ini

Caranya

Menjaga

Kesehatan

Pria.

http://health.okezone.com/read/2012/08/13/485/676770/ini-caranya-menjaga-kesehatanpria.
Astawan,

Made.

(2010,

Februari).

golongan

beresiko

tinggi

osteoporosis.

,http://health.kompas.com/read/2010/02/15/08414287/9.Golongan.Berisiko.Tinggi.Osteo
porosis Diperoleh 25 Mei 2012.
Badan Pusat Statistik Kota Bogor. (2010, Agustus). Hasil sensus penduduk
2010.,http://www. bps.go.id/hasilSP2010/jabar/3271.pdf Diperoleh 27 Mei 2012.
Balai Pustaka. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Bapeda dan BPS Kota Bogor. (2007, November). Indeks pembangunan manusia kota
bogor tahun 2006., http://bogorkota.bps.go.id/Publikasi/IPM/IPM2006.pdf Diperoleh 27
Mei 2012.
Bensley, Robert J.(2008). Community Health Education Methods: A Practical Guide, 2nd
Ed., Alih Bahasa oleh Apriningsih & Indah, Nova.S. (2008). Metode Pendidikan
Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Bunga, A & Tarigan, E. (2010). Panduan Riset Keperawatan program S1 Keperawatan.
Jakarta: STIK Sint Carolus. (Tidak Dipublikasikan)
Depkes RI. (2009). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Barat Tahun
2007. Jakarta: Depkes RI

14

Dilapanga,Alfira.(2010).http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Alfira%20Dilapanga.df
Fatimah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga
Furqonita, Deswaty. (2007). Seri IPA Biologi 2. Jakarta: Yudistira
Hary, Wilhelmus Susilo. (2012). Statistika & Aplikasi Untuk Penelitian Ilmu Kesehatan.
Jakarta: Trans Info Media
Hidayat, A.Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa
Data. Jakarta: Salemba medika
Hurlock, Elisabeth.B. (2004). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Terjemahan Edisi 5. Jogjakarta: Erlangga.
Ignatavicius D, Donna & Workman, Linda. (2007). Medical Surgical Nursing Critical
Thingking for Collaborative Care Fifth Edition. St.Louise: Elsevier Saunders.
Kompas.

(2012,

April).

Menopause

Dini

Dua

Kali

Beresiko

Osteoporosis.,

file:///C:/Users/user/Downloads/menopasue-dini-dua-kali-berisiko-osteoporosis.html
Diperoleh 25 Juli 2012.
Maswins.

(2011,

Maret).

Pengertian

Pendidikan

Menurut

UU

dan

Para

Ahli.,http://www.maswins.com/2011/03/pengertian-pendidikan-menurut-uu-dan.html
Diperoleh 29 Mei 2012
Maulana, Heri D.J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Nasir. (2008, Oktober). Dua dari lima orang indonesia beresiko osteoporosis.,
http://dokternasir.web.id/2008/10/dua-dari-lima-orangindonesiaberisikoosteoporosis.html
Diperoleh 25 Mei 2012
Notoatmodjo,

Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan teori dan Aplikasinya. Jakarta:

Rineka Cipta
Nursalam. M.Nurs. (2007). Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
Salemba Medika

15

Price, Sylvia.A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta: EGC
Purnamningrum, Ayu. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata. Universitas Diponegoro
Semarang. eprints.undip.ac.id/23137/1/Ayu_P.pdf. Diperoleh 26 januari 2013
Purwoastuti, Endang.(2009). Waspada Osteoporosis. Yogyakarta: Kanisius
Rachman, A.Ichramsjah& Setiyohadi, Bambang. (2010, Juni). Penyakit osteoporosis.,
http://www.medicastore.com/osteoporosis/artikel_utama/1/Penyakit_Osteoporosis.html.
Diperoleh 25 Mei 2012
Regina. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan
Osteoporosis Pada Wanita Premenopause Di RS.Sint Carolus Jakarta Tahun 2007. STIK
Sint Carolus
Redaktor.

(2011,

Mei).

Jangan

http://lifestyle.okezone.com/read/

biarkan

kepadatan

tulang

berkurang.,

2011/05/09/195/454776/jangan-biarkan-kepadatan-

tulang-berkurang Diperoleh 25 Mei 2012


Riduwan. (2003). Skala Pengukuran Variabel Variabel Penelitian. CV Bandung:
Alfabeta.
Sanjaya.

(2012,

April).

Pengertian Pendidikan

Menurut

Para

Ahli.,http://bio-

sanjaya.blogspot.com /2012/04/pendidikan-pengertian-pendidikan.html Diperoleh 29 Mei


2012
Sari, Maha Karolina. (2009). Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Osteroporosis
yang Dilakukan Lansia di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2009. Universitas Sumatra
Utara., http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14298/1/09E02386.pdf Diperoleh
17 Maret 2012
Sekretariat Kadin Kabupaten Bogor. (2011, Desember). Upah Minimum Kabupaten
(UMK)

Bogor

Tahun

2012

sebesar

Rp.

1.269.320,-

.,http://kadinbogor.blogspot.com/2011/12/upah-minimum-kabupatenumkkabupaten.html
Diperoleh 23 Juni 2012

16

Siagian.(2010). Usia menurut siagian. dalam www.library.upnvj.ac.id/pdf/ Diperoleh 01


Januari 2013
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta:
EGC
Spencer, Rebecca. (2007). Simple Guides Osteoporosis. Jakarta: Erlangga
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Suryananto, Galih. (2011, April). Pengertian pendapatan.,http://www.scribd.com/doc
/50711633/14/ Pengertian-Pendapatan Diperoleh 30 Mei 2012
Syamrilaode. (2011, Mei). Pengertian Pendapatan.,http://id.shvoong.com/writing-andspeaking/presenting/ 2061554-pengertian pendapatan/#ixzz1wJZ0pqJG Diperoleh 30 Mei
2012
Victorio. (2012). Osteoporosis Si Pencuri Tulang. Majalah Patriot Edisi No 85. 58-59
Wirakusumah, Emma.S. (2003). Tip dan Diet Untuk Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di
Masa Menopause. Jakarta: Gramedia
Yuni, Ni Wayan Antari. (2009, Agustus). Hubungan Pengetahuan Tentang Osteoporosis
Dengan Motivasi Pencegahan resiko Osteoporosis pada Mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan

FIKES

UPN

Veteran

Jakarta.,http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/

2s1keperawatan/205312035/abstrak.pdf Diperoleh 20 Juni 2012

17

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS


Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama

: Yunita Astriani Hardayati

Nim

: 2011-12-056

Program studi : S1 Keperawatan


Menyatakan bahwa penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
duplikasi dari hasil karya orang lain.
Apabila pada masa yang akan datang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya,
saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensinya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Febuari, 2013

(Yunita Astriani Hardayati)

18

Você também pode gostar