Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
membayar denda dan keluarga dari yang terbunuh menyerahkan untuk pidana mati, maka
pidana mati segera dilaksanakan. Kalau di Minangkabau menurut pendapat konservatif dari
Datuk Ketemanggungan dikenal hukum membalas, siapa yang mencurahkan darah juga
dicurahkan darahnya. Sedangkan di Cirebon penculik atau perampok wanita, baik penduduk
asli atau bukan yang menculik atau mengadaikan pada orang Cirebon d anggap kejahatan
yang dapat dipidana mati. Di Kalimantan, orang yang bersumpah palsu dipidana mati dengan
jalan ditenggelamkan. Di sulawesi Selatan pemberontakan terhadap pemerintah kalau yang
bersalah tak mau pergi ke tempat pembuangannya, maka ia boleh dibunuh oleh setiap orang.
Di Sulawesi Tengah, seorang wanita yang berhubungan dengan seorang pria batua
yaitu budak, maka tanpa melihat proses di pidana mati. Di Kepulauan Aru orang yang
membawa dengan senjata mukah, kalau ia tak dapat membayar denda ia dipindana mati.
Di Pulau Bonerate, pencuri dipidana mati dengan jalan tidak diberi makan, pencuri
itu diikat kaki tangannya kemudian ditidurkan di bawah matahari hingga mati. Di Nias, bila
dalam tempo tiga hari belum memberikan uang sebagai harga darah pada keluarga korban,
maka pidana mati diterapkan.
Di Pulau Timor, tiap kerugian dari kesehatan atau milik orang harus dibayar atau
dibalaskan. Balasan itu dapat berupa pidana mati. Sedangkan di Lampung terdapat beberapa
delik yang diancamkan dengan pidana mati yaitu pembunuhan, delik slah putih (zina antara
bapak dan ibu dengan anaknya atau mertua dengan menantunya dsb) dan berzina dengan istri
orang lain.
2.
Pandangan Islam terhadap pidana mati tercantum dalam Al quran sebagai berikut :
a.
Surat Al Baqarah ayat 178 yang artinya Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atasmu Qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, wanita dengan wanita.
Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudara terbunuh, hendaklah
(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)
membayar diyah kepada pihak yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah satu keringanan hukuman yang telah disyaratkan Tuhanmu,
sementara untukmu adalah menjadi rahmat pula. Siapa yang melanggar sesudah itu akan
memperoleh siksa yang pedih. Namun jika keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul)
menggugurkan qishash (dengan memaafkan), qishash tidak dilaksanakan. Selanjutnya
mereka
mempunyai
dua
pilihan
lagi,
meminta
diyat
(tebusan),
atau
memaafkan/menyedekahkan.
b.
Surat Al Baqarah ayat 179 artinya: Dalam hukum Qishash itu ada (jaminan)
kelangsungan hidup, hai oran-orang yang berakal, supaya kamu bertaqwa.
c.
d.
e.
f.
Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja) (QS An-Nisaa` : 92)
g.
dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa..... (QS Yunus: 40).
Diyat untuk pembunuhan sengaja adalah 100 ekor unta di mana 40 ekor di
antaranya dalam keadaan bunting, berdasarkan hadits Nabi riwayat An-Nasa`i (Al-Maliki,
1990: 111). Jika dibayar dalam bentuk dinar (uang emas) atau dirham (uang perak), maka
diyatnya adalah 1000 dinar, atau senilai 4250 gram emas (1 dinar = 4,25 gram emas), atau
12.000 dirham, atau senilai 35.700 gram perak (1 dirham = 2,975 gram perak).
Sesungguhnya pidana mati diundangkan Alloh SWT dalam hukumnya yang
bertujuan untuk menjamin keamanan dan kelangsungan hidup manusia secara umum. Dalam
hukum qishash terdapat jaminan yang cukup besar bagi perlindungan terhadap Hak Azasi
Manusia. Adapun dalam keadaan di mana hukum syariat tidak dijalannkan, maka nyawa
manusia lebih murah dari nyawa seekor ayam. Kemudian hokum harus sesuai dengan rasa
keadilan. Rasa keadilan di sini yang dijadikan sebagai parameter adalah rasa keadilan Tuhan.
Dalam pandangan Islam, menghilangkan nyawa orang lain hanya boleh karena
dua faktor : 1) Kehendak Alloh SWT, 2) Konsekuensi penegakan hukumnya (eksekusi atas
putusan hakim). Sedangkan Ancaman pidana mati dalam pidana islam menackup empat
b.
Pasal 111 ayat 2 yaitu membujuk negara asing untuk bermusuhan atau
berperang, jika permusuhan itu dilakukan atau jadi perang
c.
d.
Pasal 140 ayat 3 yaitu makar terhadap raja atau kepala negara-negara sahabat
yang direncanakan dan berakibat maut
e.
f.
Pasal 365 ayat 4 yaitu pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan luka
berat atau mati
g.
Pasal 368 ayat 2 yaitu pemerasan dengan kekerasan yang mengakibatkan luka
berat atau mati
h.
Pasal 444 yaitu pembajakan di laut, pesisir dan sungai yang mengakibatkan
kematian
Beberapa peraturan di luar KUHP juga mengancamkan pidana mati bagi
a. Pasal 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1959 tentang wewenang Jaksa Agung/Jaksa Tentara
Agung dan tentang memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana yang
membahayakan pelaksanaan perlengkapan sandang pangan
b. Pasal 2 Undang-undang No. 21 Tahun 1959 tentang memperberat ancaman hukuman
terhadap tindak pidana ekonomi
c. Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Darurat No.12 tahun 1951 tentang senjata api, amunisi
atau sesuatu bahan peledak
d. Pasal 36 ayat 4 Sub b Undang-undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika, j.o UU No 22
Tahun 1997 tentang Narkotika
e. Undang-undang No. 4 tahun 1976 tentang kejahatan penerbangan dan kejahatan terhadap
sarana/prasarana penerbangan
b. Pasal 167 tentang makar untuk membunuh Presiden dam Wakil Presiden
c. Pasal 186 tentang pemberian bantuan kepada musuh
d. Pasal 269 tentang Terorisme :
1) ayat 1 : Dipidana karena melakukan terorisme, dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun dan paling rendah tiga tahun, barang siapa menggunakan maksud
menimbulkan suatu suasana teror atau ketakutan yang besar dan mengadakan
intimidasi pada masyarakat, dengan tujuan akhir melakukan perubahan dalam sistem
politik yang berlaku
2) ayat 2 : Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
lama dua puluh tahun dan paling rendah lima tahun, jika perbuatan terorisme tersebut
menimbulkan bahaya bagi nyawa orang lain
3) Dipidana mati atau pidana penjara paling lama dua puluh tahun dan paling rendah
lima tahun, jika perbuatan terorisme tersebut menimbulkan bahaya bagi nyawa orang
lain dan mengakibatkan matinya orang.
Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius.
Kemudian para pendiri negara mengangkat nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah
mufakat berdasarkan moral yang luhur, antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI danPPKI yang
akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 dinyatakan syah oleh PPKI sebagai dasar falsafah negara
Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia mempunyai fungsi dan
peranan yang antara lain :
1.
mengetahui ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya, akan mampu memandang dan
memecahkan segala persoalan yang dihadapinya secara tepat. Pada puncaknya Pancasila
merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rokhaniah bagi
bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2.
4.
sedangkan penegakan hukum represif dilakukan apabila usaha preventif telah dilakukan
ternyata masih juga terdapat pelanggaran hukum (Teguh Prasetyo dkk, 2005: 111-112).
Kemudian beberapa pendapat mengenai pidana mati : Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh
menilai hukuman mati masih relevan diterapkan di Indonesia. Bahkan, pihaknya
mewacanakan perubahan cara eksekusi terhadap terpidana mati dari hukuman tembak
menjadi injeksi (suntik mati). "Eksekusi dengan injeksi itu sudah pernah dibicarakan, namun
belum kita dalami. Rencananya, kita akan meminta pertimbangan pada IDI (Ikatan Dokter
Indonesia) untuk eksekusi dengan injeksi,"
Menurut Jaksa Agung, dasar ide injeksi itu mengacu pada jenis hukuman mati yang
diterapkan di Amerika Serikat. Dia menambahkan, di AS terpidana mati disuntik dua kali
dengan bahan mematikan Suntikan pertama diberikan agar terpidana tersebut pingsan
terlebih dulu. Kemudian, diberikan suntikan kedua yang mengandung racun mematikan.
"Sehingga, meninggalnya terpidana tersebut terlebih dulu diawali dengan pingsan. Untuk
saat ini eksekusi di Indonesia dilakukan oleh regu tembak. Setelah penembakan dilakukan,
eksekutor meminta bantuan dokter untuk memastikan apakah terpidana sudah meninggal.
"Jika ternyata belum meninggal,terpidana tersebut akan ditembak di bagian belakang
(kepala)".
Hukuman Mati masih relevan, pasal pasal dalam UU Narkotika yang menyebutkan
hukuman mati bertentangan dengan Pasal 28i ayat 1 UUD 1945 yang menekankan hak untuk
hidup dan hak untuk tidak disiksa. Pasal 28i ayat 1 UUD 1945 telah dibatasi dengan Pasal
28J ayat 2 UUD 1945. "Dalam Pasal 28j ditegaskan bahwa hak dan kebebasan harus tunduk
pada pembatasan yang ditetapkan undang-undang.
Maka, pembatasan itulah yang telah membuat hukuman mati tetap dilaksanakan.
Dengan adanya Pasal 28j tersebut, hukuman mati masih relevan. Hal senada disampaikan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Hamid Awaluddin. Hamid
mengungkapkan, untuk kejahatan narkoba, hukuman mati masih diterapkan. Alasannya,
penggunaan narkoba memberikan efek yang sangat merugikan. Hamid membeberkan, saat
ini pengguna narkoba sudah mencapai 3,2 juta yang berarti 1,5% dari jumlah penduduk
Indonesia. "Dari 3,2 juta tersebut, 79 persennya adalah pencandu," katanya. Hamid juga
mengungkapkan, biaya ekonomi dan sosial yang dibutuhkan untuk penyalahgunaan narkoba
mencapai Rp23,6 triliun.
Hamid menambahkan, dari 111 ribu terpidana di seluruh Indonesia, 30 persennya
adalah kasus narkoba. Bahkan, untuk kota tertentu prosentase terpidana narkoba lebih dari
30%. Di Jakarta, misalnya, terpidana narkoba mencapai 60%, sedangkan di Samarinda dan
Balikpapan mencapai 80%. Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN)
Komjen Pol I Made Mangku Pastika mengatakan, hukuman mati untuk kasus narkoba masih
diperlukan. Dalam UUD 1945 telah disebutkan bahwa hak hidup adalah hak asasi. "Hak
hidup adalah hak asasi yang tidak dapat dikurangi dengan keadaan apapun,"
Situasi yang berkembang sebagai kasus yang dilematis itu berlangsung dalam
kondisi masyarakat bangsa kita yang sedang cenderung serba sensitif dalam hal-hal yang
menyangkut perikehidupan kita bersama sebagai bangsa yang bermasyarakat majemuk.
Persoalan daerah, suku, ras, serta agama sedang mencair. Perkembangan itu tidak pula lepas
dari berlangsungnya pola dan nilai-nilai reformasi prodemokrasi dan hak-hak asasi dalam
upaya menegakkan dan menghormati martabat manusia yang sekaligus berinteraksi dengan
hak-hak kebutuhan pokok sosial, ekonomi, dan budaya.
Salah satu persoalan serius yang dihadapi dalam penegakan hukum pidana kita
adalah seputar hukuman mati yang dianggap tidak manusiawi. Di dunia terjadi perbedaan
pemahaman terhadap makna dan hakikat hukuman, terutama para ahli hukum dan praktisi
hak asasi manusia (HAM). Berbagai kritik tajam diarahkan, bahkan ada gerakan menentang
hukuman mati. Konsep hukuman mati seringkali digambarkan sebagai sesuatu yang kejam,
tidak manusiawi, dan sadis. Hal ini semata-mata hanya dilihat dari satu aspek, yaitu
kemanusiaan menurut standar dunia modern, tanpa melihat alasan, maksud, tujuan, dan
keefektifannya.
Setidaknya, ada beberapa implikasi yang menyebabkan banyak para pakar hukum
dan HAM, termasuk di Indonesia, menolak hukuman mati. Pertama, dianggap kejam dan
mengerikan, yang mengingatkan kepada hukum rimba. Kedua, tidak mampu memberantas
tindak pidana atau tidak akan mencegah seseorang untuk melakukan pembunuhan.
Ketiga, eksekusi hukuman mati bersifat abadi, tidak bisa diubah jika di kemudian
hari ternyata tidak memiliki dasar yang kuat. Keempat, berlawanan dengan kebebasan orang
(pribadi), karena hidup manusia adalah milik pribadi yang esensial dan tidak bisa diganggu
oleh orang lain. Jika diteliti secara lebih mendalam, setiap hukuman pada hakikatnya
mengandung unsur kekejaman. Sekiranya hukuman mati dihapuskan, hukuman-hukuman
lain pun harus dihapuskan. Bukankah hukuman penjara seumur hidup dengan kerja paksa
juga mengekang kebebasan dan bersifat kejam? Bagi si terpidana, bisa jadi akan lebih
memilih hukuman mati ketimbang menderita seumur hidup di dalam penjara.
Tujuan
Di sinilah, sistem hukum kita hendaknya tidak meninggalkan sama sekali teori
pembalasan. Jika dicermati lebih mendalam, hukum kita ternyata lebih banyak berpihak
kepada pelaku tindak kejahatan ketimbang berorientasi kepada kepentingan umum atau
masyarakat luas, terutama pihak korban dan keluarganya. Padahal, sebagai hukum publik,
hukum pidana di Indonesia seharusnya lebih berorientasi kepada perlindungan masyarakat
banyak dan pihak korban, meski tidak harus mengabaikan nasib atau hak-hak pelaku
kejahatan itu sendiri.
Pidana mati, menurut Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, tidak bertentangan
dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh UUD 1945, karena konstitusi Indonesia tidak
menganut azas kemutlakan hak asasi manusia.
Hak azasi yang diberikan oleh konstitusi kepada warga negara mulai dari pasal 28A
hingga 28I Bab XA UUD 1945, menurut MK, dibatasi oleh pasal selanjutnya yang
merupakan pasal kunci yaitu pasal 28J, bahwa hak azasi seseorang digunakan dengan harus
menghargai dan menghormati hak azasi orang lain demi berlangsungnya ketertiban umum
dan keadilan sosial.
Pandangan konstitusi itu, menurut MK, diteruskan dan ditegaskan juga oleh UU No
39 Tahun 1999 tentang HAM yang juga menyatakan pembatasan hak azasi seseorang dengan
adanya hak orang lain demi ketertiban umum.
Dengan menerapkan pidana mati untuk kejahatan serius seperti narkotika,
terorisme, MK berpendapat Indonesia tidak melanggar perjanjian internasional apa pun.
Bahkan, MK menegaskan pasal 6 ayat 2 ICCPR itu sendiri membolehkan masih
diberlakukannya hukuman mati kepada negara peserta, khusus untuk kejahatan yang paling
serius. Sebaliknya, MK menyatakan Indonesia memiliki kewajiban untuk mematuhi konvensi
internasional narkotika dan psikotropika yang telah diratifikasi oleh Indonesia dalam bentuk
UU Narkotika. Konvensi itu justru mengamanatkan kepada negara pesertanya untuk
memaksimalkan penegakan hukum secara efektif terhadap pelaku kejahatan narkotika.
Konvensi juga mengamanatkan negara peserta untuk mencegah serta memberantas
kejahatan-kejahatan narkotika yang dinilai sebagai kejahatan sangat serius, terlebih lagi yang
melibatkan jaringan internasional. Dengan demikian, penerapan pidana mati dalam UU
Narkotika bukan saja tidak bertentangan, Dan hukum-hukum internasional seperti ICCPR,
Rome Statue of International Criminal Court, dan deklarasi HAM Eropa, menurut MK,
masih memungkinkan diterapkannya hukuman mati.
Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dan anggota Organisasi Konferensi Islam
(OKI), justru harus menganut Protokol Kairo yang disahkan oleh OKI bahwa hak hidup
adalah karunia dari Tuhan dan harus dilindungi kecuali oleh keputusan syariah, sehingga hak
untuk hidup itu tidak boleh dikurangi, kecuali diputuskan oleh pengadilan
Ancaman pidana mati dalam UU Narkotika dirumuskan secara cermat dan hatihati, tidak diancamkan kepada semua pidana narkotika, seperti kepada para penyalah guna
dan pengguna. Hukuman mati hanya diancamkan kepada produsen dan pengedar secara
gelap dan hanya untuk golongan I, seperti ganja dan heroin.
Pidana mati dalam Undang-undang tersebut juga disertai dengan ancaman pidana
minimum, sehingga pidana mati hanya dapat dijatuhkan apabila terdapat bukti yang sangat
kuat. Dengan demikian, jelaslah ancaman pidana mati tidak boleh sewenang-wenang
dijatuhkan oleh hakim pidana mati hanya dijatuhkan untuk pidana yang sifatnya khusus dan
alternatif. Selain itu, pidana mati dapat diperingan melalui masa percobaan selama 10 tahun
menjadi hukuman seumur hidup atau penjara 20 tahun, serta dapat ditunda untuk ibu hamil
atau orang sakit jiwa.
Dengan demikian implementasi pidana mati yang dijatuhkan dengan pembuktian
dan pemeriksaan yang sangat ketat, dengan berbagai pertimbangan keamanan dan ketertiban
masyarakat umum, maka jelas tidak bertentangan dengan nilai kemanusian yang adil dan
beradab, justru kalau
berkekuatan tetap melanggar hukum, maka perwujudan rasa keadilan dan HAM telah
diabaikan.
Metode
Dalam sejarah, dikenal beberapa cara pelaksanaan hukuman mati:
Sengatan listrik: hukuman dengan cara duduk di kursi yang kemudian dialiri
listrik bertegangan tinggi
Suntik mati: hukuman dengan cara disuntik obat yang dapat membunuh
Di Indonesia sudah puluhan orang dieksekusi mati mengikuti sistem KUHP peninggalan
kolonial Belanda. Bahkan selama Orde Baru korban yang dieksekusi sebagian besar
merupakan narapidana politik.
Walaupun amandemen kedua konstitusi UUD '45, pasal 28I ayat 1, menyebutkan: "Hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di depan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun", tapi peraturan
perundang-undangan dibawahnya tetap mencantumkan ancaman hukuman mati.
Kelompok pendukung hukuman mati beranggapan bahwa bukan hanya pembunuh saja
yang punya hak untuk hidup dan tidak disiksa. Masyarakat luas juga punya hak untuk
hidup dan tidak disiksa. Untuk menjaga hak hidup masyarakat, maka pelanggaran
terhadap hak tersebut patut dihukum mati.
Hingga 2006 tercatat ada 11 peraturan perundang-undangan yang masih memiliki
ancaman hukuman mati, seperti: KUHP, UU Narkotika, UU Anti Korupsi, UU Anti
terorisme, dan UU Pengadilan HAM. Daftar ini bisa bertambah panjang dengan adanya
RUU Intelijen dan RUU Rahasia Negara.
Vonis atau hukuman mati mendapat dukungan yang luas dari pemerintah dan
masyarakat Indonesia. Pemungutan suara yang dilakukan media di Indonesia pada
umumnya menunjukkan 75% dukungan untuk adanya vonis mati. [1]
Daftar eksekusi di Indonesia[sunting sumber]
Sepanjang 2008, terdapat 8 hukuman mati yang dijalankan [2], mereka yang dihukum
adalah dua warga Nigeria penyelundup narkoba, dukun Ahmad Saroji yang membunuh
42 orang diSumatera Utara, Tubagus Yusuf Mulyana dukun pengganda uang yang
membunuh delapan orang di Banten, serta Sumiarsih dan Sugeng yang terlibat
pembunuhan satu keluarga di Surabaya.
Eksekusi yang paling terkenal pada tahun 2008 dan mendapat perhatian luas dari
publik adalah eksekusi Imam Samudra dan Ali Ghufron, terpidana Bom Bali 2002.
Setelah tahun 2013, terdapat puluhan orang yang dihukum mati. Berikut adalah namanama orang yang telah dieksekusi setelah tahun 2013 menurut data Kontras[3]:
Tahun
2015
Kasus
Rani Andriani
Narkoba (Banten)
Narkoba (Banten)
Narkoba (Banten)
(Belanda)
2014
2013
Narkoba (Banten)
Narkoba (Banten)
Narkoba (Jateng)
Tidak ada
Narkoba (Banten)
Pembunuhan
Kumis
Berencana (Sumsel)
Pembunuhan
Berencana (Sumsel)
Pembunuhan
Berencana (Sumsel)
Narkoba (Banten)
2012
Tidak ada
2011
Tidak ada
2010
Tidak ada
2009
Tidak ada
2008
Amrozi
Terorisme (Jateng)
Imam Samudera
Terorisme (Jateng)
Muklas
Terorisme (Jateng)
Sumiarsih
Sugeng
2007
Ayub Bulubili
2006
Fabianus Tibo
Pembunuhan
Berencana (NTT)
Pembunuhan
Berencana (Banten)
Pembunuhan
Berencana (Jatim)
Pembunuhan
Berencana (Jatim)
Pembunuhan
Berencana (Sumut)
Narkoba (Banten)
Narkoba (Banten)
Pembunuhan
Berencana (Kalteng)
Pembunuhan
Berencana (Sulteng)
16
Marinus Riwu
Dominggus Dasilva
2005
Astini
Turmudi
2004
Pembunuhan
Berencana (Sulteng)
Pembunuhan
Berencana (Sulteng)
Pembunuhan
Berencana (Jatim)
10
Pembunuhan
Berencana (Jambi)
Narkoba (Sumatera
Utara)
Narkoba (Sumatera
Utara)
Narkoba (Sumatera
Utara)
2003
Tidak ada
2002
Tidak ada
2001
Gerson Pande
Pembunuhan (Nusa
16
Tenggara Timur)
Fredrik Soru
Dance Soru
Pembunuhan (Nusa
Tenggara Timur)
Pembunuhan (Nusa
Tenggara Timur)
2000
Tidak ada
10
1999
Tidak ada
1998
Adi Saputra
1997
Tidak ada
1996
Tidak ada
1995
Karta Cahyadi
Kacong Laranu
Pembunuhan
(Jatim)
Narkoba (?)
Pembunuhan
(Jateng)
Pembunuhan
(Sulteng)
1994
Tidak ada
1993
Tidak ada
1992
Pembunuhan (?)
1991
Terorisme (?)
1990
Satar Suryanto
Yohannes Surono
1989
Tohong Harahap
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
1988
Abdullah Umar
Bambang Sispoyo
Sukarjo
Giyadi Wignyosuharjo
1987
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(aktivis Islam)
(aktivis Islam)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Pembunuhan (?)
Pembunuhan (?)
Maman Kusmayadi
Kejahatan politik
Sukarman
1986
Kejahatan politik
22
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(aktivis Islam)
Kejahatan politik
Achmed Mubaudah
Amar Hanefiah
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kamil
Sudijono
Tamuri Hidayat
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
1985
Salman Hafidz
Mohamad Munir
Djoko Untung
Gatot Lestario
Rustomo
Terorisme
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
Kejahatan politik
(kasus 1965)
1984
Tidak ada
1983
1982
Tidak ada
1980
Hengky Tupanwael
Pembunuhan (?)
Kusni Kasdut
Pembunuhan (?)
Oesin Batfari
Pembunuhan (?)
1979
Terorisme
<1979
No
Nama
Agus Santoso
(2004)
Proses Hukum
Ditahan di
PN Purwokerto,
Jawa Tengah
Keterangan
Kasusnya terkait
Jateng
(28/02/2005)
Putusan PN
2
Ruslan Abdul
Purwokerto
Gani (2004)
Jawa Tengah
Jateng
Kasusnya terkait
dengan Agus Santoso
(28/02/2005)
Kasusnya terkait
3
Taroni Hia
PK? Grasi
(2001)
ditolak (2004)
Irwan Sadawa
PK? Grasi
Hia (2001)
ditolak (2004)
Sumatera Barat
Kasusnya terkait
dengan Taroni Hia.
Melarikan diri dari LP
PN Lubuk
5
Tumini Suradji
Pakam, Sumut
Lubuk Pakam,
(1998)
(1998)
Sumatera Utara
Banding?
PT Jambi.
6
Harun (1998)
Syofial (1998)
Kasusnya terkait
Jambi
(2006)
Syofial
PT Jambi.
Kasusnya terkait
Kasasi ditolak
Jambi
Syofial
PT Jambi.
Kasusnya terkait
Kasasi ditolak
Jambi
PN Kayuagung
Sumatera Selatan
Banding?
10
Agung Widodo
(?) 2002
11
Nurhasan Yogi
PK dan Grasi
Jatim
Mahendra
(2006)
(2006)
(2002, 2004,
dan 2005)
ditolak
Kasus berhubungan
dengan Syam Ahmad
Sanusi dan Gunawan
Santosa. Suud
melarikan diri dari
12
Suud Rusli
PK dan Grasi
LP Surabaya,
(2003)
ditolak
Jatim
penjara militer
Cimanggis 2 kali (5 Mei
2005, ditangkap pada
31 Mei 2005, dan
melarikan diri lagi pada
6 November 2005 dan
ditangkap pada 23
November 2005)
Kasus berhubungan
dengan Syam Ahmad
Sanusi dan Suud Rusli.
Melarikan diri dari
13
Gunawan
PK dan Grasi
LP
Santosa (2003)
ditolak
Nusakambangan
penjara di MA pada
2004 namun ditangkap
kembali. Pada Mei
2006, melarikan diri lagi
dari Penjara Cipinang,
Jakarta. Ditangkap lagi
pada Juli 2007
14
Sakak bin
Grasi ditolak
Jamak (?)
(2002)
Riau
Kasusnya terkait
dengan Sahran dan
15
16
17
18
Sahran bin
Grasi ditolak
Jamak (?)
(2002)
Sabran bin
Grasi ditolak
Jamak (?)
(2004)
Edi Alharison
PT Sumatera
(2005)
Barat (2006)
Dodi Marsal
(2005)
Kasusnya terkait
Riau
Kasusnya terkait
Riau
Padang, Sumbar
Padang, Sumbar
Kolonel M. Irfan
Militer Sidoarjo
Djumori (2005)
(2006)
21
Jatim
(?)
Pakanbaru, Riau
Harnoko
Grasi dan PK
LP Tangerang,
Dewantoro
ditolak
Banten
Aseng)
(alias Oki)
Banding?
20
Pengadilan
19
(1992)
bin Ratiman
Kasasi ditolak
LP
Purbalingga
(2003) Grasi?
Nusakambangan
(2002)
Ridwansyah bin
23
Atung Daeng
MA menolak
(alias Iwan)
kasasi (?)
Kalimantan Barat
(2002)
Dini Syamsudin
24
alias Andi
Mapasisi bin
Sumedi(?)
2001? MA
menolak kasasi Kalimantan Barat
(?)
PN Lubuk
25
Ronald Sagala
Pakam,
(2006)
Sumatera
Sumatera Utara
Kasusnya terkait
dengan Nasib Purba
Utara (2006)
PN Lubuk
26
Nasib Purba
Pakam,
(2006)
Sumatera
Sumatera Utara
Utara (2006)
27
Nursam bin
PN Sekayu,
Boher (1990)
Sumsel (1990)
Sumsel
Kasusnya terkait
dengan Ronald Sagala
Banding?
Waluyo bin
28
Resosentono
(?)
29
30
31
Heru Lamia
(2002)
PK dan Grasi
ditolak
Lampung
PN Cibinong,
Jabar (2003)
Banding?
PN Martapura
(2002)
Martapura, Kaltim
Banding?
PN Maros
Putusan MA
Sulawesi Selatan
(2002)
Bambang
Ponco Karno
32
alias Popong
PK(?)
bin Sudarto
LP
Nusakambangan
Zaenal Arifin
33
2001(?)
34
35
Aswin Siregar
(?)
Imran Sinaga
(?)
2000(?)
LP Pekanbaru
PN Batam
Putusan MA
LP Pekanbaru.
(2001)
37
38
Paulus Purba
Putusan MA
LP Pekanbaru.
(?)
(2001)
Mochamad
Putusan MA
Syamsudin (?)
(2000)(?)
Aris Setiawan
PK dan Grasi
LP Surabaya,
(1997)
ditolak
Jatim
Pengadilan
39
Lt. Sanurip
Militer
(1995)
Jayapura,
Papua (1997)
Sugianto alias
40
PK dan Grasi
LP Surabaya,
ditolak
Jatim
Sokikin bin
PN
Abubakar (?)
Lubuklinggau,
Sugih (Sugik)
(1996)
41
Sumsel (1994)
Banding?
42
43
44
PN Batam
(Malaysia,
(1992)
1991)
Banding?
Koptu Soedjono
Putusan MA
(?)
(1988)
La Aja bin La
Feely (?)
Cipinang, Jakarta
PN Ujung
Pandang
(1988)?
PN Bengkalis
45
Burhan bin
(1987) Putusan
Gingan (?)
MA. Grasi
Pekanbaru, Riau
ditolak (1990)
46
47
Yehezkiel
Ginting (2005)
Fatizanolo Laia
alias Ama Yupi
Kasasi ditolak
(2008). PK?
Batam
Grasi?
PN Gunung
Sitoli, Nias,
Sumut (2008)
Sumatera Utara
Andy Tiono
48
49
Delistian
Very Idham
50
Henyansyah
alias Ryan
51
52
Raja Syahrial
alias Herman
PN Medan
Medan, Sumatera
(2008)
Utara
PN Medan
Medan, Sumatera
(2008)
Utara
PK ditolak.
Grasi? (2012)
Jakarta
PN Tanjung
Balai Karimun
Kepulauan Riau
(2010)
PN Tanjung
Balai Karimun
Kepulauan Riau
(2010)
Kasusnya berhubungan
53
Sabirin alias
Putusan MA
Oyon (2008)
(2008)
Banten
Baekuni alias
54
Bungkih alias
Babeh
55
Heri Darmawan
LP
alias Sidong
Nusakambangan
56
Fadli Torindatu
57
Ade Saputra
58
59
60
61
62
63
64
66
67
68
69
Mutho (Bom di
PK dan Grasi
LP
Kedutaan
ditolak
Nusakambangan
Ahmad Hasan
Cahyono (Bom
PK dan Grasi
LP
di Kedutaan
ditolak
Nusakambangan
Rois
PT Banten
Tangerang,
(2002) Kasasi?
Banten
Ozias Sibanda
Putusan MA
LP
(Zimbabwe)
(2002)
Nusakambangan
Putusan MA
LP
(2002) Grasi?
Nusakambangan
Australia,
Jakarta, 2004)
Ahmad Hasan
alias Agung
71
Australia,
Jakarta, 2004)
72
73
Merri Utami
Okwudili
74
Ayotanze
(Nigeria)
75
76
77
78
79
Okonwo Nonso
Putusan MA
Kingsley
(16/2/2006)
(Nigeria)
Grasi?
Lapas Medan,
Sumatera Utara
PN Tanjung
Lapas Batu
Pinang (Riau)
Nusakambangan,
(12/6/06)
Jateng
PN Tanjung
Lapas Batu
Pinang (Riau)
Nusakambangan,
(1 2/6/06)
Jateng
PN Tanjung
Lapas Batu
Pinang (Riau)
Nusakambangan,
A Heng)
(12/6/06)
Jateng
Humphrey Ejike
PN Tanjung
(alias Doctor)
Pinang, Riau
(Nigeria)
(12/6/06)
Denny (alias
Kebo)
A Yam
LP
Nusakambangan
Ek Fere Dike
80
Ole Kamala
(alias Samuel)
(?)
Cipinang, Jakarta
(Nigeria)
81
Michael Titus
Igweh (Nigeria)
PT Banten
(12/1/2004)
Kasasi?
Tangerang,
Banten
Nonthanam M.
82
Saichon
(Thailand)
Eugene Ape
83
(alias Felixe)
(Nigeria)
84
Obina Nwajagu
(Nigeria)
Stephen
85
Rasheed
Akinyami
(Nigeria)
Sylvester
86
Obiekwe
(Nigeria)
87
88
PT Banten
Tangerang,
(2002)
Banten
PK dan Grasi
ditolak
PN Tangerang
(2002)
Banding?
PN Tangerang
(2004)
Banding?
Nusakambangan
Tangerang,
Banten
LP
(?)
Nusakambangan
PN Tangerang
(alias Vishal)
(Juli 2004)
(India)
Banding?
(Brazil)
LP
PN Tangerang
Gurdip Singh
Rodrigo Gularte
Cipinang, Jakarta
PN Tangerang
(Juli 2004)
Banding?
Tangerang,
Banten
Tangerang,
Banten
89
Zulfikar Ali
(Pakistan)
Martin Anderson
90
(alias Belo)
(Ghana)
PN Tangerang
(Juni 2005)
Banding?
PT DKI Jakarta
(2004) Kasasi?
PN Jakarta
91
Sastra Wijaya
Barat (2005)
Banding?
Akwang alias
Ricky Chandra
93
Yuda (alias
Akang)
Rahem Agbaje
94
Selami (Rep of
Cordova)
PT DKI Jakarta
(2006)
PN Jakarta
Barat (2005)
Banding?
PN Surabaya
(?)
Tangerang,
Banten
Cipinang, Jakarta
LP
Nusakambangan
LP Cipinang
LP
Nusakambangan
LP Madiun, Jatim
Zainal Abidin
95
bin Mgs.
Mahmud
Badaruddin
Kasasi?PK?
LP
Nusakambangan
Kamjai Khong
96
Thavron
(Thailand)
97
Andrew Chan
PT Bali (2006)
(Australia)
Kasasi?
Myuran
98
Sukumaran
(Australia)
99
10
0
Scott Anthony
Rush (Australia)
PT Bali (2006)
Kasasi?
Bali
Bali
Putusan MA
(2006) Grasi?
Bali
PK?
Emmanuel
Iherjirika (Sierra
Kasasi?
Bali
Leone)
10
Ken Michael
PN Jakarta
(Nigeria)
Barat (2001)
10
Putusan MA
(Malaysia)
(1995) Grasi?
10
John Sebastian
PN Cibinong
(Nigeria)
(2002) Grasi?
Jakarta
Cipinang, Jakarta
Jabar
10
Federikk Luttar
(Zimbabwe)
PN Jakarta
Barat (2006)
Jakarta
Banding?
Benny Sudrajat
10
(alias Tandi
PN Tangerang
LP
Winardi alias
(2006)
Nusakambangan
PN Tangerang
LP
(2006)
Nusakambangan
Beny Oei)
10
6
Iming Santoso
(alias Budi
Cipto)
10
LP
(China)
(2007)
Nusakambangan
10
Chen Hongxin
Putusan MA
LP
(China)
(2007)
Nusakambangan
10
Jian Yuxin
Putusan MA
LP
(China)
(2007)
Nusakambangan
Gan Chunyi
Putusan MA
LP
(China)
(2007)
Nusakambangan
Zhu Xuxiong
Putusan MA
LP
(China)
(2007)
Nusakambangan
110
111
Nicolaas
Garnick
112 Josephus
Gerardus alias
Putusan MA
LP
(2007)
Nusakambangan
Putusan MA
LP
(2007)
Nusakambangan
Dick (Belanda)
Serge Areski
113 Atlaoui
(Perancis)
114
115
116
(2007)
PN Batam
Oki
(2007)
PN Batam
Katemo
(2007)
Jenny Chandra
117 alias Cece alias
Jet Li
118
PT DKI Jakarta
(2008). Kasasi?
LP Batam, Kepri
LP Batam, Kepri
LP Batam, Kepri
Jakarta
Serikat)
12
0
12
1
Gareth Dane
Cashmore
(Inggris)
12
Enrizal alias
Buyung
Akbar Chakan
12
Karzae alias
Mohammad
Baluch (Iran)
12
Seck Osmone
(Senegal)
12
Bir Bahadur
Gurung (Nepal)
12
6
Til Bahadur
Bhandari
(Nepal)
12
Bahar Tamang
(Nepal)
12
Indra Bahadur
Tamang (Nepal)
12
Nar Bahadur
Tamang (Nepal)
13
0
Bunyong
Khaosa Ard
(Thailand)
13
(Malaysia)
13
Syafrudin alias
Kapten
13
3
13
4
Lindsay June
Sandifor
(Inggris)
Mary Jane
Fiesta Veloso
(WN Filipina)
13
Freddy
Budiman
13
6
13
7
Mosavipour bin
Sayed Abdollah
(Iran)
Moradalivand
bin Moradali
(Iran)
Keterangan:
PK = Pengajuan Kembali
Banding = Banding
Kasasi = Kasasi
Grasi = Grasi
PM = Pengadilan Militer
MA = Mahkamah Agung
Syahruddin Husein, 2003, Pidana Mati Menurut Hukum Pidana Indonesia, Sumatera Utara:
USU Digital Library.
Teguh Prasetyo, dkk., 2005, Politik Hukum Pidana, Yogyakarta: Pustaka Belajar
-----------------, Undang-undang Dasar 1945 Hasil Amandemen.
http://news.liputan6.com/read/2185794/4-jenis-hukuman-mati-yang-berlaku-di-dunia?p=1