Você está na página 1de 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA BAYI DENGAN BBLR


A. DEFINISI
Beberapa pengertian tentang bayi baru lahir rendah (BBLR), menurut
pantiawati (2010, h.1) mengatakan BBLR adalah bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan,
sedangkan menurut Surasmi et all (2003, h.30) mengatakan BBLR adalah
bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.
Low birthweight has been defined by the World Health Organization (WHO)
as weight at birth of less than 2,500 grams (5.5 pounds) (Unicef & WHO
2004, h.1).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan
berat badan kurang atau sama dengan 250 gram (WHO, 1961), sedangkan
bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gr termasuk bayi dengan berat
badan lahir sangat rendah. Pada kongres European Prenatal Medicine II
(1970) di London diusulkan definisi sebagai berikut:
-

Preterin Infant (bayi kurang bulan: masa gestasi kurang dari 269 hari
(37mg).

Term infant (bayi cukup bulan: masa gestasi 259-293 hari (37 41 mg).

Post term infant (bayi lebih bulan, masa gestasi 254 hari atau lebih (42
mg/lebih).

Dengan pengertian di atas, BBRL dibagi atas dua golongan:


1. Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan masa
kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/
NKB-SMK).
2. Dismatur, BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan
akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm,
term dan post term yang terbagi dalam :
* Neonatus kurang bulan kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK).
* Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan (NCB KMK).
* Neonatus lebih bulan kecil untuk masa kehamilan (NLB KMK).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa BBLR


adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan
2500 gram tanpa memandang masa kehamilannya.
B. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur (Pantiawati
2010, h.4). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan BBLR menurut
pantiawati (2010, hh.4-5) dan Surasmi et all (2003, hh.31-32) antara lain
sebagai berikut :
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
penyakit yang yang berpengaruh seperti toksemia gravidarum
(Preeklamsia dan ekslamsia), perdarahan antepartum, trauma fisik,
diabetes melitus, tumor, penyakit akut dan kronis.
b. taruma pada masa kehamilan antara lain fisik (misal jatuh) dan
psikologis (stres)
c. ibu dengan faktor BBLR sebelumnya.
d. usia ibu
usia yang dapat beresiko terjadinya BBLR diantaranya usia kurang
dari 16 tahun dan usia lebih dari 35 tahun, dan ibu dengan
multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
e. keadaan sosial
keadaan sosial yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR adalah
golongan sosial ekonomi rendah dan perkawinan yang tidak sah,
keadaan gizi yang kurang baik, mengerjakan aktivitas fisik beberapa
jam tanpa istirahat, dan pengawasan antenatal yang kurang.
f. sebab lain
sebab lain yang dapat berpengaruh pada BBLR adalah ibu yang
perokok, peminum alkohol dan pemakai narkotik.
2. faktor janin
a. hidramnoin.
b. kehamilan ganda
c. ketuban pecah dini
d. cacat bawaaan
e. infeksi (rubeolla, sifilis, toksoplasmosis)
f. insufisiensi plasenta
g. inkopantibilitas darah ibu dan janin.
3. Faktor plasenta
a. plasenta previa
b. solusio plasenta
c. sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik)
d. tumor (molahidatidosa)

e. luas permukaan berkurang


f. adanya plasentitis villus (bakteri, virus, dan parasit)
4. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
5. Kebiasaan
6. Idiopatik
Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati,
2010) :
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000- 1500
gram.
3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari
1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

C. TANDA DAN GEJALA


menurut Proverawati (2010, h.2) mengatakan bahwa tanda dan gejala dari
BBLR adalah
1. Berat kurang atau sama dengan 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kutrang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, lambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Kepala tidak mampu tegak, pernafasan 40 50x/menit
11. Nadi 100-140x/menit

12. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya


13. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
14. Genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutup oleh labio
mayora, klitoris menonjol (Bayi perempuan) dan testis belum turun ke
dalam skrotum, pigmentasi pada skrotum kurang (bayi laki-laki)
15. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah
16. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah
17. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
D. PATOFISIOLOGI
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan
mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu
terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan
potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya kkal untuk
bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan
neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari3. Belum matangnya fungsi mekanis
dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan
penutupan

epiglotis

untuk

mencegah

aspirasi

pneumonia,

belum

berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan


pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi
preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan.
Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi
aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat
dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga
rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang
dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat.
Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial
untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan
dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit
memberikan insulasi.

E. PEMERIKSAAN FISIK dan PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. PEMERIKSAAN FISIK
a. Reflek misalkan moro, menggenggam, dan menghisap.
b. Tonus Aktivitas
c. Kepala
d. Mata
e. THT (telinga dan mulut)
f. Abdomen
g. Toraks
h. Paru-paru
i. Jantung
j. Ekstermitas
k. Umbilikus
l. Genetalia
m. Anus
n. Spina
o. Kulit
p. Suhu

2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai


23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis ).
b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia
atau hemoragic prenatal/perinatal ).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih

rendah berhubungan

dengan anemia atau hemolisis berlebihan ).


d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
f.

ketiga.
Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal

pada awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah (Sitohang 2004, h.5).
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada BBLR menurut Pantiawati
(2010, hh.55-56) dan Proverawati at all (2010, hh.31-35) antara lain:
a. Medikamentosa
pemberian vitamin K1 dengan cara injeksi IM 1 mg atau peroral 2
mg sekali pemberian, atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir 3-10 hari
dan umur 4-6 minggu) (Pantiawati 2010, h.55).
b. Pemberian, Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah
menentukan pilihan asupan nutrisi, cara pemberian dan jadwal
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. Asupan nutrisi
misalnya air susu ibu (ASI) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu
menghisap. ASI merupakan makanan paling utama sehingga ASI
didahulukan untuk diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan
pada bayi yang tidak bisa untuk menghisap. Bila faktor menghisapnya
kurang, ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok dengan
perlahan atau dengan memasang sonde
2010, h.33).
Pemberian

makanan

bayi

BBLR

ke lambung (Proverawati
harus

diikuti

tindakan

pencegahan khususnya untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan


masuknya udara dalam usus. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang

giat untuk menghisap dan sianosis ketika minum dapat melalui botol
atau menete pada ibunya dengan melalui nasogastrik tube (NGT).
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat
badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada
bayi dengan berat badan yang lebih rendah. Alat pencernaan bayi belum
sempurna,

lambung

kecil,

enzim

pencernaan

belum

matang

(Proverawati 2010, h.33).


c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada bayi BBLR akan cepat mengalami kehilangan panas dan
menjadi hipotermia, karena pengaturan pusat panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan
relatif luas. Oleh akrena itu, bayi prematur haris dirawat di dalam
inkubator, sehingga pnas badannya mendekati dalam rahim.
BBLR dirawat dalam inkubator yang modern dilengkapi dengan
alat

pengatur

suhu

dan

kelembabannya

agar

bayi

dapat

mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat


diatur.
Pemberian oksigen untuk mengurangi bahaya hipoksia dan
sirkulasi yang tidak memuaskan harus berhati-hati agar tidak terjadi
hiperoksia yang dapat menyebabkan hiperoplasia retrorental dan
fibroplasis paru. bila mungkin pemberian oksigen dilakukan melalui
tudung kepala dengan alat CPAP (continues positif airway preasurre)
atau dengan endotrakeal untuk pemberian konsentrasi oksigen yang
aman dan stabil.
d. Pencegahan infeksi
bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam
bentuk apapun. digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan
bayi, perawatan luka tali pusst, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan
aseptik dan aseptik alat-alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah
pasien, mengatur kunjungan menghindari perawatan yang terlalu lama
dan pemberian antibiotik yang tepat. bayi prematur mudah sekali
terinfeksi, karena daya tahan tubuhnya masih lemah, kemampuan
leokosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna.
oleh karena itu upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi BBLR.

e. Penimbangan berat badan


perubahan berat badan mencerminkan kondisi nutrisi bayi dan
eratnya kaitannya dengan daya tahan

tubuh oleh karena itu

penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.


f. Pemberian oksigen
ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
BBLR akibatnya tidak adanya alveoli dan surfaktan. konsentrasi O2
yang diberikan sekitar 30 35%. konsentrasi O2 yang tinggi dalam
masa panjang akan menyebabkan kerussakan pada jaringan retina bayi
dan dapat menimbulkan kebutaan.
g. Pengawasan jalan nafas
jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakhea,
alveoli, bronkhiolus, bronkheolus respiratorius dan duktus alveolus ke
alveoli. terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan asfiksia, hipoksia,
dan kematian.
G. PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendidikan yang dapat diberikan pada klien dan keluarga klien adalah
1. Breast Care
merupakan suatu tindakan dengan melakukan beberapa pemijatan,
menjaga kebersihan serta tindakan-tindakan pada kelainan payudara,
sehingga tidak mengalami kesulitan pada saat menyusui.
a. Tahap-tahap cara perawatan payudara
1) Langkah-langkah membersihkan puting susu meliputi :
a) Ibu duduk bersandar
b) Buka pakaian atas
c) Letakan handuk di bawah payudara
d) Kapas dibasahi dengan baby oil
e) Kedua puting susu dibasahi dengan kapas yang sudah dibasahi
f)

dengan baby oil selama 3-4 menit.


kapas digosok-gosok di sekitar puting susu untuk mengangkat

g)
2)
a)
b)

kotoran
Kedua tangan dibasahi dengan baby oil dan lakukan pemijatan
Cara-cara pemijatan pada perawatan payudara
Tuangkan minyak atau baby oil secukupnya.
Kedua telapak tangan berada di antara kedua belah payudara
lalu diurut dari atas ke samping lalu kebawah dan menuju ke
puting susu dengan mengangkat payudara perlahan-lahan,

pemijatan dilakukan 30 kali.


c) Telapak tangan kiri menyokong payudara sebelah kiri dan tangan
kanan dengan sisi kelingking mengurut payudara mulai dari

pangkal dada kearah puting susu, demikian dengan payudara


sebelah kanan dan dilakukan sebanyak 30 kali.
d) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, payudara kanan
dengan tangan kanan, 2 atau 3 jari tangan berlawanan membuat
pemutaran sambil ditekan, dari pangkal payudara dan berakhir
pada puting susu, setiap payudara kali gerakan.
3) Pengompresan pada cara perawatan payudara
Pengompresan pada cara perawtan payudara

adalah

kompreslah payudara dengan waslap dingin selama 5 menit,


sekalian untuk membersihkan payudara dari minyak.
2. Memeras ASI
Manfaat memeras ASI adalah
a. Mengurangi bengkak pada payudara.
b. Mengurangi sumbatan atau ASI statis.
c. Sambil diberi ASI perah, bayi belajar menyusu dari puting yang
terbenam.
d. Bayi yang mengalami kesulitan dalam koordinasi menyusu,
dapat diberi ASI perah terlebih dahulu.
e. Bayi yang menolak menyusu, dapat diberi ASI perah dulu, sambil
f.

belajar menyukai proses menyusu.


Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yang tidak bisa

menyusu, dapat diberi ASI perah.


g. Bayi yang sakit dapat diberi ASI perah, ketika tidak mendapat
h.
i.
j.
k.
l.
m.

ASI yang cukup dari kegiatan menyusu langsung pada ibu.


Mempertahankan pasokan ASI ketika bayi atau ibunya sakit.
Ketika ibu bekerja, bayi tetap mendapat ASI yang diperah.
Mencegah ASI menetes ketika ibu jauh dari bayinya.
Membantu bayi melekat pada payudara yang penuh.
Memberi ASI langsung ke mulut bayi, dengan cara diperah.
Mencegah puting dan areola menjadi kering dan lecet.

H. NURSING CARE PLANNING (NCP)


Diagnosa Keperawatan :
1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
Tujuan : Pola nafas yang efektif
Kriteria :
a. Kebutuhan oksigen menurun
b. Nafas spontan, adekuat
c. Tidak sesak
d. Tidak ada retraksi dada
Rencana Tindakan :

a. Berikan posisi kepala sedikit ekstensi


b. Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
c. Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder
terhadap defisiensi surfaktan
Tujuan : menunjukan pertukaran gas adekuat
Kriteria :
a. Tidak sianosis.
b. Analisa gas darah normal
c. Saturasi oksigen normal.
Rencana Tindakan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Lakukan isap lendir kalau perlu


Berikan oksigen dengan metode yang sesuai
Observasi warna kulit
Ukur saturasi oksigen
Observasi tanda-tanda perburukan pernafasan
Lapor dokter apabila terdapat
tanda-tanda

perburukan

pernafasan
g. Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah
h. Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan
3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit
Tujuan : menunjukan tidak ada gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
Kriteria:
a. Turgor kulit elastik
b. Tidak ada edema
c. Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
d. Elektrolit darah dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a.
b.
c.
d.

Observasi turgor kulit.


Catat intake dan output
Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena dan elektrolit
Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit darah

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme
yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
Tujuan : Menunjukan pemenuhan nutrisi yang adekuat
Kriteria :
a. Berat badan naik 10-30 gram / hari
b. Tidak ada edema
c. Protein dan albumin darah dalam batas normal

Rencana Tindakan :
a.
b.
c.
d.
e.

Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat


Observasi dan catat toleransi minum
Timbang berat badan setiap hari
Catat intake dan output
Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau
perlu

5. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi


termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
Tujuan : Suhu bayi stabil
Kriteria :
a. Suhu 36,5 0C -37,2 0C
b. Akral hangat
Rencana Tindakan :
a. Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai.
b. Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber
dingin/panas
c. Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu
d. Ganti popok bila basah
6. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi
kardiovaskuler
Tujuan : Menujukan perfusi jaringan baik
Kriteria :
a. Tekanan darah normal
b. Pengisian kembali kapiler <2 detik
c. Akral hangat dan tidak sianosis
d. Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
e. Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ukur tekanan darah kalau perlu


Observasi warna dan suhu kulit
Observasi pengisian kembali kapiler
Observasi adanya edema perifer
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan

7. Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia


Tujuan : Tidak ada injuri
Kriteria :
a. Kesadaran composmentis
b. Gerakan aktif dan terkoordinasi

c. Tidak ada kejang ataupun twitching


d. Tidak ada tangisan melengking
e. Hasil USG kepala dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Cegah terjadinya hipoksia


Ukur saturasi oksigen
Observasi kesadaran dan aktifitas bayi
Observasi tangisan bayi
Observasi adanya kejang
Lapor dokter apabila ditemukan kelainan pada saat observasi
Ukur lingkar kepala kalau perlu
Kolaborasi dalam pemeriksaan USG kepala

8. Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik


Tujuan : Menunjukan tidak terjadinya infeksi
Kriteria :
a. Suhu 36,5 0C -37,2 0C
b. Darah rutin normal
Rencana Tindakan :
a. Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat
dalam inkubator
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
c. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur
d.
e.
f.
g.

invasif
Lakukan perawatan tali pusat
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
Kolaborasi pemberian antibiotika

9. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit.


Tujuan : Menunjukan Integritas kulit baik
Kriteria :
a. Tidak ada rash
b. Tidak ada iritasi
c. Tidak plebitis
Rencana Tindakan :
a. Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan
lecet pada daerah yang tertekan
b. Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
c. Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor

10. Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman,


taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan
perawatan intensif
Tujuan : Persepsi dan sensori baik
Kriteria : Bayi berespon terhadap stimulus
Rencana Tindakan :
a. Membelai bayi sebelum malakukan tindakan
b. Mengajak bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi
dengan memutarkan lagu-lagu yang lembut
c. Memberikan rangsang cahaya pada mata
d. Kurangi suara monitor jika memungkinkan
e. Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan
memasang dot
11. Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya,
perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah
pulang dari RS
Tujuan : Koping keluarga efektif
Kriteria :
a. Keluarga kooperatif dg perawatan bayinya.
b. Pengetahuan ortu bertambah
c. Keluarga dapat merawat bayi di rumah
Rencana Tindakan :
a. Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter
b. Rujuk ke ahli psikologi jika perlu
c. Berikan pendidikan kesehatan cara perawatan bayi BBLR di
rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara memandikan
d. Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai
kemampuan orang tua merawat bayinya

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.

Lynda juall, Carpenito. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan / Lynda juall
Carpenito. Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester (Edisi 8), Jakarta:
EGC.
Meadow, Roy, 2003, Lecture notes pediatrika, Erlangga : Jakarta
Pantiawati, Ika, 2010, Bayi dengan BBLR, Nuha Medika: Yogjakarta
Proverawati, Atikah, 2010, BBLR, Nuha Medika: Yogjakarta
Surasmi, Asrining, 2003, Perawatan Bayi resiko tinggi, EGC: Jakarta
UNICEF , 2004, United Nations Childrens Fund and World Health Organization,
Low Birthweight: Country,regional and global estimates, Division of
Communication : New York

Você também pode gostar

  • Tidak Mudah Menjadi Aku
    Tidak Mudah Menjadi Aku
    Documento1 página
    Tidak Mudah Menjadi Aku
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Do'a Puisi Lomba
    Do'a Puisi Lomba
    Documento1 página
    Do'a Puisi Lomba
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • BAB 2 KWU (No 5-9)
    BAB 2 KWU (No 5-9)
    Documento8 páginas
    BAB 2 KWU (No 5-9)
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Judul
    Judul
    Documento1 página
    Judul
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Idul Fitri 2021
    Idul Fitri 2021
    Documento3 páginas
    Idul Fitri 2021
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Alat Peraga
    Alat Peraga
    Documento1 página
    Alat Peraga
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Cover Askep Wlingi
    Cover Askep Wlingi
    Documento8 páginas
    Cover Askep Wlingi
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Translate
    Translate
    Documento7 páginas
    Translate
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Api Pni
    Api Pni
    Documento6 páginas
    Api Pni
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • BAB 3 Si Boole
    BAB 3 Si Boole
    Documento3 páginas
    BAB 3 Si Boole
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Fast
    BAB I Fast
    Documento3 páginas
    BAB I Fast
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Bates-Jensen Wound Assessment Tool
    Bates-Jensen Wound Assessment Tool
    Documento4 páginas
    Bates-Jensen Wound Assessment Tool
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Wardah Eropa Trip
    Wardah Eropa Trip
    Documento1 página
    Wardah Eropa Trip
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Games
    Games
    Documento1 página
    Games
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Desain Baju Batik
    Desain Baju Batik
    Documento1 página
    Desain Baju Batik
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Pemfigus Vulgaris
    Pemfigus Vulgaris
    Documento2 páginas
    Pemfigus Vulgaris
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Pembahasan SWOTedit
    Pembahasan SWOTedit
    Documento2 páginas
    Pembahasan SWOTedit
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • PICOT Hand Massage
    PICOT Hand Massage
    Documento1 página
    PICOT Hand Massage
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Pengkajian
    BAB I Pengkajian
    Documento1 página
    BAB I Pengkajian
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Sampul Ibuk
    Sampul Ibuk
    Documento2 páginas
    Sampul Ibuk
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Uji Korelasi
    Uji Korelasi
    Documento3 páginas
    Uji Korelasi
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Bab 10 Skizofrenia Terjemahan
    Bab 10 Skizofrenia Terjemahan
    Documento19 páginas
    Bab 10 Skizofrenia Terjemahan
    bimobaek
    Ainda não há avaliações
  • Pico Esa
    Pico Esa
    Documento1 página
    Pico Esa
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • SOP Pijat Tangan
    SOP Pijat Tangan
    Documento2 páginas
    SOP Pijat Tangan
    Esa Rosyida Umam
    57% (7)
  • Format Pengkajian Lansia - Pakai Carol Miler
    Format Pengkajian Lansia - Pakai Carol Miler
    Documento19 páginas
    Format Pengkajian Lansia - Pakai Carol Miler
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Bates-Jensen Wound Assessment Tool
    Bates-Jensen Wound Assessment Tool
    Documento4 páginas
    Bates-Jensen Wound Assessment Tool
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Uji Korelasi
    Uji Korelasi
    Documento3 páginas
    Uji Korelasi
    Esa Rosyida Umam
    100% (1)
  • Rundown Pelatihan Kader Posyandu Lansia Mawar
    Rundown Pelatihan Kader Posyandu Lansia Mawar
    Documento1 página
    Rundown Pelatihan Kader Posyandu Lansia Mawar
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • Sap Rehabilitasi Jantung
    Sap Rehabilitasi Jantung
    Documento9 páginas
    Sap Rehabilitasi Jantung
    Esa Rosyida Umam
    Ainda não há avaliações
  • No Everand
    Ainda não há avaliações
  • No Everand
    Ainda não há avaliações