Você está na página 1de 6

1

ANALISIS STRUKTUR ORGANISASI PERSEROAN


TERBATAS (PT) SEBAGAI PELAKU EKONOMI DI
INDONESIA
A. Struktur Organisasi Perseroan Terbatas (PT)
Struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham,
direksi, dan komisaris. Dalam PT, para pemegang saham, melalui komisarisnya
melimpahkan

wewenangnya

kepada

direksi

untuk

menjalankan

dan

mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha


perusahaan Sesuai dengan Pasal 19 Undang-undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas ayat (1) Perubahan Anggaran Dasar di tetapkan
oleh RUPS, ayat (2) Acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib
dicantumkan dengan jelas dalam panggilan RUPS.
1. RUPS
Perseroan Terbatas sebagai salah satu bentuk usaha ekonomi
memiliki organ-organ spesifik. Organ pertama disebut Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS), yang secara umum bertugas untuk menentukan
segala kebijaksanaan umum PT. Organ kedua adalah Direksi yang bertugas
menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan RUPS.
Dan ketiga adalah Komisaris yang bertugas sebagai pengawas untuk dan
atas nama pemegang saham.
Pemegang kedaulatan tertingi, di dalam masyarakat kita ada
sementara anggapan yang mengatakan bahwa pemegang kedaulatan
tertinggi dalam PT ada di tangan pemegang saham. Beredarnya adagium di
atas tampaknya dilatarbelakangi oleh kultur, sebagian besar lapisan
masarakat kita yang tidak bisa atau tidak sudi memisahkan antara urusan
pribadi dan rusan tugas. Kerap jabatan yang sedang disandang digunakan
untuk kepentingan pribadi. Di dalam perseroan, jabatan sebagai pemegang
saham acapkali digunakan untuk mempengaruhi kebijaksanaan di dalam
perseroan. Direksi yang saban waktu ada dalam perseroan sebaliknya tidak

bisa atau tidak sudi memisahkan antara urusan pribadi dan urusan
kekuasaan pemegang saham.
Sesungguhnya di dalam perseroan, pemegang saham tidak
mempunyai kekuasaan sama sekali. Para pemegang saham baru
mempunyai kekuasaan atas PT bila mereka sudah berada dalam satu aula
atau ruangan pertemuan yang dinamakan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS). Status hukum keptusan RUPS yang tidak bisa ditentang oleh
siapapun serupa itu yang menyebabkan RUPS sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi dalam PT dan bukan pemegang saham. Pemegang
saham di luar forum RUPS tidak mempunyai kekuasaan apa-apa lagi
terhadap perseroan, malainkan Direksi yang paling berkuasa. Rapat Umum
Pemegang Saham sebagai pemegang kekuasaan tertingi dalam PT
mempunyai kewenangan untuk pertama menetapkan kebijaksanaan umum
PT. Kedua mengangkat dan memberhentikan Direksi dan Komisaris dan
ketiga, mengesahkan laporan tahunan Direksi/Komisaris.
2. Direksi
Sruktur organisasi PT (Persero) dalam Undang-undang No. 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pasal 5 ayat (1)
Pengurusan BUMN dilakukan oleh Direksi. (2) Direksi bertanggung jawab
penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta
mewakili BUMN, baik dalam maupun diluar pengadilan. (3) Dalam
melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar
BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksankan
prinsip-prinsip,

efisiensi,

transparansi,

kemandirian,

akuntabilitas,

pertangungjawaban, serta kewajaran.


Pasal 6
(1). Pengawasan BUMN dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas.
(2). Komisaris dan Dewan Pengawas bertanggungjawab penuh atas
pengawasan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN.
(3). Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris dan Dewan Pengawas harus
mematuhi Anggaran Dasar BUMN dan peraturan perundang-

undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme,


efisiensi,transparansi,kemandirian,akuntabilitas, pertanggungjawaban,
serta kewajaran.
Pasal 7
Para anggota Direksi, Komisaris dan Dewan Pengawas dilarang
mengambil keuntungan pribadi baik secara langsung maupun tidak
langsung dari kegiatan BUMN selain penghasilan yang sah.
Lazimnya dalam akta pendirian PT untuk pertama kalinya para
pendiri ditetapkan sebagai pengurus. Pada hakekatnya Direkturnya yang
disertai pekerjaan pengurus, tetapi hal ini tidak dapat selalu demikian.
Adakalanya pangkat direktur diberikan kepada orang yang tidak
melakukan pekerjaan pengurus, sedangkan pekerjaan pengurus diserahkan
kepada dewan pengurus.
Para pegawai yang bekerja di PT tidak dapat disebut pengurus
dalam arti kata undang-undang. Pengurus untuk selanjutnya ditetapkan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berdasarkan undangundang, yang dimaksud dengan pengurus ialah hanya mereka yang
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk waktu
tertentu baik bergaji atau tidak, untuk memimpin PT dalam melakukan
undang-undangnya, dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada Rapat
Umum Pemegang Saham.
Dengan demikian maka struktur PT adalah RUPS sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi. Selanjutnya Direksi yang bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan, dan Komisaris bertugas
melakukan pengawasan secara umum. Sebagaimana ditegaskan di dalam
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang PT Pasal 1 Organ Perseroan
adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris. Penegasan
Pasal di atas sama dengan yang ditegaska dalam Undang-undang No. 19
Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 13 , Organ Perseroan adalah RUPS,
Direksi dan Komisaris.

Dengan demikian maka yang disebut dengan Perusahaan yang


ditegaskan dalam Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN
Pasal 1 ayat (2), bahwa Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut
Persero, adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya
terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh
satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan. Namun demikian terdapat
perbedaan yang mendasar sebagaiman di tegaskan dalam Pasal 1 ayat (1)
UU No. 1Tahun 1995 tentang PT bahwa, Perseroan Terbatas yang
selanjutnya disebut perseroa adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Rapat Umum Pemegang Saham atau (RUPS), sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang No. 1Tahun 1995
tentang PT bahwa, Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya
disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi
dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan
kepada Direksi atau Komisaris. Dengan demikian idektik dengan Undangundang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 1 ayat (13) Bahwa,
Rapat Umum Pemegang saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah
organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan
memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau
Komisaris.
Direksi, yang ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (4) UU No. 1 Tahun
1995 tentang PT bahwa, Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung
jawab penuh atas perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai
dengan ketentuan Anggaran Dasar. Ketentuan ini juga identik dengan
ketentuan pada Pasal 1 ayat (9) UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN
bahwa Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas

pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili


BUMN baik di dalam maupun di luar pengadilan.
3. Komisaris
Komisaris sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (5) UU
No.1 Tahun 1995 tentang PT bahwa, Komisaris adalah organ perseroan
yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.
Selanjutnya penegasan tersebut juga identik dengan penegasan dalam
Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 1 ayat (7)
bahwa, Komisaris adalah organ persero yang bertugas melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan
kegiatan pengurusan persero.
Maksud dan tujuan Persero sebagaimana ditegaskan dalam
Undang-undang No. 19 Tahun 2003 Pasal 12 bahwa, maksud dan tujuan
pendirian Persero adalah :
a. Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya
saing kuat.
b. Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.
Ditegaskan juga dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang
PT Pasal 2 bahwa, Kegiatan perseroan harus sesuai dengan maksud dan
tujuan serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Kewenangan RUPS ditegaskan
dalam UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN Pasal 14 :
(1) Menteri bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham Persero
dimiliki oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada
Persero dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya
dimiliki oleh negara.
(2) Menteri dapat memberikan kuasa dengan hak subtitusi kepada
perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS.

(3) Pihak yang menerima kuasa sebagaiman dimaksud dalam ayat (2),
wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Menteri untuk mengambil
keputusan dalam RUPS mengenai :
1. perubahan jumlah modal;
2. perubahan anggaran dasar;
3. rencana penggunaan laba;
4. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, serta
pembubaran Persero;
5. investasi dan pembiayaan jangka panjang;
6. kerja sama Persero;
7. pembentukan anak perusahaan atau penyertaan;
8. pengalihan aktiva.
Pasal 32 bahwa :
(1) Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada
Komisaris untuk memberikan persetujuan kepada Direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu.
(2) Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, Komisaris dapat
melakukan tindakan pengurusan Persero dalam keadaan tertentu untuk
jangka waktu tertentu.
Dengan demikian dalam struktur organ Perseroan Terbatas yang di
tegaskan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1995 tentang PT dan
Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN hampir bisa sama,
hanya pada undang-undang PT mengatur perseroan secara umum,
sedangkan Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN mengatur
Perseroan secara khusus bagi Badan Usaha Milik Negara.

Você também pode gostar