Você está na página 1de 46

BAB I

ISI
1.1 Skenario
Bingung KB
Seorang ibu berusia 35 tahun dengan anak 3, setelah melahirkan anak
pertama langsung menggunakan AKDR. Sejak pasang AKDR sampai
sekitar 5 tahunan ia selalu mengalami keputihan yang sangat menyiksa.
Begitu AKDR diangkat ibu tersebut hamil anak kedua. Setelah anak kedua
lahir, ia jadi kebingungan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Karena
terlalu lama berpikir malah hamil lagi anak yang ketiga. Setelah kelahiran
anak ketiga ia mencoba KB suntik. Sampai sekarang sudah sekitar 2 tahun
memakai KB suntik, dan akibatnya berat badan naik 10 kg lebih, mata
menjadi kering, sering sesak nafas.
1.2 Klarifikasi Istilah
1. AKDR

: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim; alat kontrasepsi


yang terbuat dari polietilen dengan/tanpa metal
atau steroid yang dimasukkan dalam uterus yang
bertujuan mencegah kehamilan.

2. KB

: Keluarga Berencana; Suatu program pemerintah


yang bertujuan untuk mengatur jumlah dan jarak
antar kelahiran, dengan anak maksimal dua.

3. Alat kontrasepsi

: Alat untuk mencegah bertemunya sel telur dengan


sel sperma yang bekerja dengan cara alami,
buatan (dengan alat atau obat-obatan), dan
operasi.
Kontra : berlawanan.
Konsepsi : bertemunya sel telur dengan sel
sperma.

4. KB suntik

: Sebuah metode kontrasepsi dengan cara injeksi


intramuskular pada muskulus deltoideus dengan
memberikan 25 mg medroksi progesteron asetat
dan 5 mg estradiol sipionat.

5. Mata kering

: Kondisi klinik yang terjadi akibat defisiensi


produksi air mata.

6. Keputihan

: Keluarnya sekret vagina yang bukan darah bisa


normal atau abnormal.

1.3 Rumusan Daftar Masalah


1. Mengapa setelah melahirkan anak pertama ibu menggunakan AKDR?
2. Apakah ada patokan untuk memberikan alat kontrasepsi bagi seseorang?
3. Mengapa ibu tersebut mengalami keputihan selama menggunakan
AKDR?
4. Bagaimana

cara

memberikan

konseling

KB

yang

baik

untuk

mengarahkan pasien dalam memilih KB yang tepat?


5. Jelaskan mengenai macam-macam alat kontrasepsi beserta keuntungan
dan kelebihannya, indikasi dan kontraindikasinya, serta mekanisme
kerjanya?
6. Bagaimana penggunaan KB dilihat dari segi sosial, agama, dan hukum?
1.4 Analisis Masalah
1. -

Karena ibu ingin menunda kehamilan selanjutnya dalam waktu yang


cukup lama

Pemasangan AKDR tidak merepotkan bagi ibu

Pengaruh dari faktor psikososial

2. Ada.
Syarat alat kontrasepsi:
a. Dapat dipercaya
b. Efek sampingnya minimal
c. Daya kerja diatur oleh kebutuhan
d. Tidak menimbulkan gangguan saat koitus

e. Tidak membutuhkan motivasi terus menerus


f. Mudah pelaksanannya, murah harganya, mudah dijangkau masyarakat
g. Mudah diterima penggunaannya oleh orang yang bersangkutan
Patokan pemberian alat kontrasepsi: kondisi dan kebutuhan klien
3. Penyebab keputihan:
a. Infeksi
b. perubahan pH dan flora normal
Hubungan pemasangan AKDR dengan keputihan:
a. Alergi terhadap bahan AKDR
b. AKDR sebagai menda asing menimbulkan inflamasi dan infeksi
setempat
c. Kandungan hormonal AKDR dapat mengubah lingkungan serviks dan
vagina sehingga meningkatkan pertumbuhan flora normal dan terjadi
perubahan pH yang menyebabkan hipersekresi kelenjar Bartholin
4. SB
5. Macam-macam alat kontrasepsi:
a. Alami
1) Menyusui
2) Pembilasan paska senggama
3) Pantang berkala
4) Coitus interuptus
b. Buatan:
1) Pil KB
2) Injeksi
3) Implant
4) AKDR
5) Diafragma/cervical cap
6) Spermatisid
c. Operasi:
1) Vasektomi
2) Tubektomi

Mekanisme kerja:
a. Injeksi 3 bulan (Depo-Provera): menghalangi terjadinya ovulasi
dengan cara pembentukan faktor inhibitor di hipotalamus
b. AKDR: tembaga berfungsi sebagai spermatisi
c. Operasi: menghalangi jalan sperma sehingga tidak terjadi konsepsi
d. Alami
1) Pembilasan paska senggama: mencuci vagina agar sperma keluar
2) Menyusui: kadar prolaktin tinggi, kadar estrogen dan progesteron
rendah
3) Kondom: menghalangi jalan sperma sehingga tidak terjadi konsepsi
Kekurangan dan kelebihan:
a. Spermatisid (erola dan serola)
-

Kelebihan: tidak mengganggu flora normal

Kekurangan: dapat timbul rasa panas (fisiologis)

b. AKDR
-

Kelebihan: jangka lama

Kekurangan: risiko perforasi, perdarahan, infeksi bila pemasangan


tidak baik

c. Kondom
-

Kelebihan: murah, mudah didapat, praktis

Kekurangan: mudah bocor

d. Pembilasan paska senggama


-

Kelebihan: tidak perlu menggunakan alat, murah

Kekurangan: kurang efektif

e. Coitus interuptus
-

Kelebihan: murah, mudah tanpa menggunakan alat apapun

Kekurangan: tergantung pria sebagai pasangan

f. Pantang berkala
-

Kelebihan: mudah murah/ggratis

Kekurangan: bisa salah hitung

6. SB

1.5 Sistematika Masalah


K
P

n
a

a
d

s
a

i
k

k
l

h
n

a
n

n
t

O
A
M
B

p
l
u

e
a

r
c

s
i
m

a
t

i
-

m
(

a
a

c
a

a
t

m
o

a
b

l
t

a
)

1.6 Sasaran Belajar


1. Kontrasepsi ditinjau dari segi sosial, agama, dan hukum
2. Cara konseling KB yang baik
3. Alat kontrasepsi
a. Efek kerja
b. Jenis
c. Keuntungan dan kerugian
d. Indikasi dan kontraindikasi
4. Metode pengaturan kehamilan dan kelahiran
5. Upaya pemerintah nasional dan global dalam menekan angka kehamilan
dan kelahiran

1.7 Penjelasan
1.7.1 Kontrasepsi Ditinjau dari Segi Agama, Sosial, dan Hukum
1.7.1.1 Aspek Agama
Pengaturan keturunan menurut Ilyas Ruhiyat, adalah
sebagai sebuah upaya ikhtiar manusia untuk mengatur jumlah
anggota keluarga disesuaikan dengan minat orang tua yang
tidak bisa dilepaskan dengan alasan-alasan atau orientasi niat
yang digunakan untuk melegitimasi pengaturan keturunan.
(Sarwat, 2010)
Ulama lain memberikan memberikan tiga alasan dalam
pengaturan keturunan dengan memperhatikan kondisi individu
orang tua. Ketiga alasan tersebut adalah (Sarwat, 2010):
a. Perempuan yang hamil dalam selang waktu yang rapat.
b. Orang tua yang menderita penyakit yang mudah menurun
atau menular kepada anak.
c. Orang yang lemah dari segi ekonomi dan sosial
Sementara

itu,

al-Ghazali

memberikan

alasan

pengaturan yaitu:
a. Untuk tidak menjadi ayah dari anak-anak yang akan menjadi
budak.
b. Untuk menjaga kecantikan dan kesehatan perempuan demi
langgengnya kesenangan suami dan untuk menjaga
kehidupannya dari risiko yang berhubungan dengan
kehamilan.
c. Untuk menghindari kemudharatan ekonomi dan kesulitan.
(Sarwat, 2010)
Secara lebih komprehensif, Abd Rahim Umran telah
merangkum beberapa alasan sah pengaturan keturunan yang
menggunakan kontrasepsi dalam fikih Islam, yang didapat dari
para juris di antaranya:
1

Untuk menjauhkan risiko kesehatan terhadap anak yang


menyusu akibat susu yang berubah pada ibu yang hamil

Untuk menjauhkan risiko kesehatan terhadap si ibu akibat


kehamilan yang berulang-ulang, jarak singkat atau usia

3
4

muda
Untuk menjauhkan kehamilan pada istri yang sakit-sakitan
Untuk menghindari menurunnya penyakit yang diderita

orang tua kepada keturunan


Untuk menjaga kecantikan dan kebugaran fisik istri demi
kelanggengan kesenangan suami dan kehidupan perkawinan

yang bahagia serta menjaga kesetiaan suami


6. Untuk menjauhkan kemudharatan ekonomi

karena

mengurusi keluarga yang lebih besar yang mungkin


memaksa orang tua menempuh jalan yang tidak sah untuk
menafkahi banyak anak, atau menyebabkan mereka
kepayahan untuk mendapatkan nafkah
7. Untuk
memungkinkan
terlaksananya

pendidikan,

pembesaran anak, dan latihan keagamaan, yang lebih


mungkin terlaksana pada keluarga kecil ketimbang keluarga
besar
8. Untuk menjauhkan bahaya dimurtadkannya anak-anak dari
agama Islam di wilayah musuh
9. Untuk mengelak dari menghasilkan anak di zaman
kemerosotan agama atau fasad. (Sarwat, 2010)
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 233:
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama
dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara
sempurna.
Melalui ayat tersebut sebenarnya syariat Islam hendak
menginformasikan adanya masa menyusui yang mencapai dua
tahun, di mana masa itu memungkinkan bagi sang ibu untuk
menyusui anaknya secara sempurna dan bersih. Pemberian
masa menyusui tersebut diperkuat dengan Surat Al-Ahqaf ayat
15.
Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik
kepada kedua orangnya, ibunya telah mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
8

Masa mengandung sampai menyapihnya adalah selama tiga


puluh bulan.(Al-Ahqaf : 15)
Pencegahan kehamilan dalam masa tersebut, memberikan
waktu bagi ibu untuk beristirahat, mengembalikan kekuatan
dan vitalitas perempuan disebabkan hamil dan kepayahan
melahirkan, serta memberikan waktu yang cukup luang untuk
mendidik dan menumbuhkembangkan anak secara sungguhsungguh dan giat dengan susu yang murni. Masa inilah yang
merupakan esensi dari pengaturan keturunan. (Sarwat, 2010)
Pengaturan keturunan baik menggunakan cara lama yang
telah dikenal, yakni azl, maupun dengan cara modern yang
dapat dikiaskan kepadanya memiliki tujuan yang sama yakni
untuk mencegah kehamilan. Imam Muslim mengutarakan
salah satu hadis tentang azl yaitu:
Dari Jabir berkata bahwa kita dahulu melakukan azl
(senggama terputus atau dalam medis disebut coitus
interuptus) pada masa Rasulullah SAW hingga hal itu
(perilaku sahabat pada azl) sampai pada Rasulullah SAW dan
beliau tidak mencegah kami.
Imam Bukhari pun meriwayatkan beberapa hadis terkait
dengan azl di antaranya adalah:
Diceritakan dari Ali

bin Abdillah, diceritakan dari

Sufyan. Sufyan berkata Umar mendapatkan kabar dari atho


yang mendengar ucapan Jabir, Kami dahulu melakukan azl
sementara Al-Quran masih turun.
Dengan mengulas lebih terperinci mengenai pengaturan
keturunan, terdapat dua klasifikasi yang mendasari pengaturan
keturunan, khususnya berkaitan dengan pilihan temporal untuk
menghentikan keturunan atau permanen, sehingga upaya ini
layak dipuji. Dua klasifikasi tersebut adalah: Pertama,
penghentian kehamilan secara temporal akan memungkinkan
bagi ibu untuk menyusui anaknya dengan sempurna dan

bersih. Kedua, pencegahan kehamilan yang permanen jikalau


suami istri atau salah satu dari keduanya mengidap penyakit
yang tidak memungkinkan bagi sang ibu untuk mendapatkan
keturunan. Alasan kedua termasuk pilihan yang ditentukan
oleh suami istri atas dasar opini medis terpercaya tentang
kemungkinan penyakit yang dapat menular kepada anak, atau
kehamilan merupakan kondisi yang membahayakan bagi
kehidupan sang ibu. (Sarwat, 2010)
Abul Fad Mohsin Ebrahim juga memandang bahwa
pengaturan keturunan dalam Islam tidak dilarang. Mohsin
memberikan empat alasan mengenai kebolehan melakukan
pengaturan keturunan yakni untuk memberikan kesempatan
bagi wanita beristirahat antara dua kehamilan, jika salah satu
atau kedua pasangan memiliki penyakit yang dapat menular,
untuk melindungi kesehatan ibu serta jika keuangan suami
tidak mencukupi untuk membiayai lebih banyak anak. (Sarwat,
2010)
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada
mereka dan kepadamu . (QS Al-Anam : 151)
Memperhatikan pendapat para ulama di atas, pengaturan
keturunan kiranya sudah mendapatkan legalitas hukum yang
memadai, yakni syara memperkenankan melakukan upaya
untuk mengatur keturunan. Akan tetapi meskipun secara naqli,
baik dari Al-Quran maupun Al-Hadis dan beberapa pendapat
ulama, pengaturan keturunan telah mendapatkan legitimasinya,
Shobir

Mahmud

masih

merasa

perlu

menambahkan

argumentasi hukum pengaturan keturunan secara rasional (almaqul), yakni sesungguhnya adanya masa luang atau jeda
antara kelahiran anak yang satu dengan anak yang lain, yang
membuat ibu mmpu mencukupi gizi anaknya, menuntaskan

10

masa susuannya dan mengembalikan kebugarannya merupakan


indikasi disyariatkannya pengaturan keturunan. (Sarwat, 2010)
Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan alat dan
metode kontrasepsi untuk mencegah kehamilan menjadi kian
beragam. Dalam kaitannya dengan pengaturan keturunan,
Syaikh

Jadil

Haq

memperbolehkan

penggunaan

alat

kontrasepsi alternatif sejauh tujuannya untuk mencegah


kehamilan melalui kias terhadap hukum azl. Lebih lanjut
beliau mengatakan bahwa tidak ada salahnya metode modern
itu sejauh tidak menghancurkan kesuburan atau kemampuan
untuk mendapatkan keturunan. (Sarwat, 2010)
Penelitian

doktoral

yang

dilakukan

Zuhroni

pun

menyebutkan bahwa sebenarnya mayoritas ulama Indonesia


memandang hukum asal penggunaan alat-alat kontrasepsi yang
tujuannya menghalangi bertemunya sperma dan ovum adalah
mubah. (Sarwat, 2010)
Namun, menilik kontrasepsi yang digunakan dalam upaya
mengatur keturunan, khususnya dalam segi hukum, setidaknya
ada 5 persoalan terlebih dahulu yang perlu diulas. Lima
persoalan

tersebut

berkaitan

dengan

penggunaan

alat

kontrasepsi menurut legalisasinya dalam Hukum Islam.


Pertama, masalah cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan
(manul haml) atau menggugurkan kehamilan (isqat al-haml).
Kedua, sifatnya apakah hanya mencegah untuk sementara atau
bersifat pemandulan permanen (taqim). Ketiga, masalah
pemasangannya, bagaimana dan siapa yang memasang alat
kontrasepsi. Keempat, implikasi alat kontrasepsi terhadap
kesehatan

penggunanya.

Kelima,

masalah

bahan

yang

digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut. (Sarwat,


2010)
Ketua MUI Jawa Timur KH Abdusshomad Buchori
menjelaskan bahwa penggunaan kontrasepsi dalam program

11

KB di Indonesia diperbolehkan (mubah) asalkan memenuhi


beberapa catatan: tidak disertai ketakutan atas kemiskinan (la
khaufun min imlaqin), tidak memandulkan (la taqim), tidak
membatasi (la tahdid) dan bukan pengguguran (la ijhad) serta
tidak ada pemaksaan, tapi harus didasarkan pada kesukarelaan
suami istri. (Sarwat, 2010)
Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Ahmad
Abdul Madjid mengenai syarat kontrasepsi di atas. Hal itu bisa
ditemukan dengan mengacu pada anggapan Madjid mengenai
pengaturan

keturunan

yang

cenderung

mengarah

ke

perencanaan keluarga. (Sarwat, 2010)


1.

Diartikan sebagai pengaturan atau penjarangan kelahiran


untuk kesejahteraan, bukan pencegahan kehamilan untuk
membatasi keturunan
2) Tidak dilakukan dengan pengguguran, juga tidak boleh
merusak atau menghilangkan bagian tubuh suami maupun
istri.
3) Merupakan masalah perseorangan (sukarela) bukan gerakan
massal atau sesuatu yang dipaksakan.
4) Harus ditunjukkan dan diarahkan kepada pembentukan
kebahagiaan suami-istri, kesejahteraan keluarga, keturunan
yang sehat, kuat jasmani, akal dan rohani, ilmu dan iman,
serta pembinaan masyarakat, bangsa dan pembangunan
negara dengan mengharapkan keridaan dari Allah.

1.7.1.2 Aspek Sosial


Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam menggunakan kontrasepsi yaitu pendidikan, tingkat
pendapatan, kebiasaan, kedudukan sosial, keadaan geografis
dan lingkungan tempat tinggal masyarakat. (Rifai, 1990)
1. Aturan-aturan dalam masing-masing agama yang berkaitan
dengan pemakaian kontrasepsi
Pandangan

anak

sebagai

titipan

Tuhan

dapat

mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi. Dalam agama

12

Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan


program KB dapat pakai oleh umat Islam. Ada cara
kontrasepsi yang dilarang yaitu IUD, vasektomi dan
tubektomi. IUD dilarang karena cara pemasangannya harus
dengan melihat aurat besar wanita sedang sterilisasi
dilarang karena mematikan fungsi reproduksi dan dilakukan
dengan cara merusak organ tubuh suami atau isteri. Cara
kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam adalah: pil,
suntik, kondom, senggama terputus, salep, diaphragma dan
pantang berkala (cara-cara tersebut masuk katagori jenis
kontrasepsi kurang efektif menurut BKKBN). Di kalangan
non Islam boleh dikatakan tidak ada larangan yang tegas
dalam

hal

pemakaian

jenis

kontrasepsi

yang

dimasyarakatkan oleh program KB, kecuali Katolik. Agama


Katolik pada dasarnya hanya membolehkan pantang berkala
berdasarkan Humanae vitae yang dikeluarkan oleh Paus
Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaanya di Indonesia MAWI
memberikan kelonggaran, sehingga pemeluk Katolik dapat
memakai kontrasepsi modern berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu. (Rifai, 1990)
2. Akibat dari perbedaan karakteristik sosial-ekonomi dan
demografi
Individu

dengan

jumlah

anak

lima

atau

lebih

kontrasepsi efektif telah menjadi kebutuhan, karena jumlah


anak yang dipunyai telah dirasa cukup dan ingin
menghentikan kelahiran baru. Demikian juga pada individu
dengan jenis pekerjaan profesional kontrasepsi efektif telah
menjadi kebutuhan karena tuntutan status sosialnya dan
pada individu yang berumur tua serta berpendidikan SMP
atau lebih kemungkjnan karena mereka mampu lebih
rasional dalam menerima dan menanggapi ajaran agama.
(Rifai, 1990)

13

3. Pendidikan
Pendidikan

menunjukkan

hubungan

yang

positif

dengan pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi


pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal itu
dikarenakan pendidikan dapat memperluas pengetahuan
mengenai alat kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang
diperoleh dengan memakai kontrasepsi, meningkatkan
kecermatan

dalam

memilih

alat

kontrasepsi

yang

dibutuhkan dan juga kemampuan untuk mengetahui akibat


sampingan dari masing-masing alat kontrasepsi. Pada
masyarakat awam yang tidak mengerti, kontrasepsi dinili
sebagai sesuatu yang menakutkan. (Rifai, 1990)
4. Umur
Umur menunjukkan hubungan yang berarti dengan
pemakaian jenis kontrasepsi, karena umur mempengaruhi
kebutuhan alat yang diinginkan. Pada umur muda (umur 34
tahun kebawah) cenderung memakai kontrasepsi kurang
efektif seperti pil, suntik dan kondom. Ini diduga karena
mereka masih ingin menunda kelahiran atau masih ingin
menambah anak lagi dikemudian hari, sehingga memilih
jenis kontrasepsi yang mudah dihentikan penggunaannya.
Sedang pada umur tua (35 tahun atau lebih) cenderung
memakai kontrasepsi efektif, karena anak yang dipunyai
telah dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran baru,
maka mereka memilih kontrasepsi seperti IUD, susuk dan
sterilisasi, karena selain efektif dalam mencegtah kehamilan
juga tidak merepotkan. (Rifai, 1990)
5. Pekerjaan
Faktor

bekerja

menunjukkanadanya
pemakain

jenis

atau

tidaknya

perbedaan

kontrasepsi.

14

yang

individu

tidak

berarti

dalam

Sebaliknya

ditemukan

perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut jenis


pekerjaan suami; individu dengan jenis pekerjaan suami
profesional cenderung memakai kontrasepsi efektif dan
individu dengan jenis pekerjaan jasa dan pekerja kasar
cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif. Dengan
demikian

pekerjaan

menampakkan

suami

hubungan

lebih

dengan

dominan

dalam

pemakaian

jenis

kontrasepsi daripada status bekerja individu sendiri. (Rifai,


1990)
6. Jumlah Anak Masih Hidup
Jumlah anak masih hidup mempunyai hubungan
dengan

pemakain

jenis.

Kecenderungan

pemakain

kontrasepsi efektif di kalangan individu baru terlihat ketika


jumlah anak yang dipunyai mencapai lima atau lebih.
(Rifai, 1990)
7. Media
Semakin banyak media massa yang dimanfaatkan oleh
individu maka cenderung memakai kontrasepsi efektif.
(Rifai, 1990)
8. Norma yang Berlaku
Masih tabunya penggunaan kontrasepsi pada pria di
masyarakat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
berkontrasepsi. Selain itu pandangan banak anak, banyak
rezeki dan bahwa memiliki anak laki-laki lebih baik juga
mempengaruhi keinginan suami-istri untuk melakukan
kontrasepsi. (Rifai, 1990)

1.7.1.3 Aspek Hukum


1. Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak.

15

2. Undang-undang

Nomor

10

tahun

1992

tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga


Sejahtera
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
4. Kepmenkes

Nomor

433/Menkes/SK/V/1998

tentang

Pembentukan Komisi Kesehatan Reproduksi


5. Kepmenkes No. 131/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
1.7.2 Cara Konseling KB yang Baik
1.7.2.1 Diskusi Kontrasepsi
Diskusikan kontrasepsi dengan pasien:
a. Pada pemeriksaan tahunan.
b. Saat pasien datang ke klinik untuk uji kehamilan.
c. Selama trimester ke-3 kehamilan.
d. Selama beberapa hari pertama masa pascapartum.
e. Pada konsultasi pertama masa pascapartum, biasanya
saat minggu ke-6.
f. Setiap saat sesuai permintaan pasien. (Morgan dan
Hamilton, 2009)
1.7.2.2 Metode yang Diinginkan
Saat pasien berkonsultasi dilakukan pemeriksaan berikut
ini kecuali pasien sangat yakin dengan metode kontrasepsi
yang

diinginkannya

(atau

jika

pasien

tidak

ingin

menggunakan kontrasepsi):
a. Riwayat kontrasepsi
1) Metode apa yang pernah digunakan pasien?
2) Berapa lama pasien menggunakan metode tersebut?
3) Apakah terdapat komplikasi pada penggunaan metode
tersebut?
4) Bagaimana tingkat kepuasan pasien dengan penggunaan
metode tersebut?
16

5) Mengapa pasien memutuskan menghentikan penggunaan?


6) Apakah pasien ingin menggunakan kembali metode
yang dahulu digunakannya? Bila ya mengapa? Jika
tidak, mengapa?
b. Riwayat kesehatan
c. Pemeriksaan fisik
d. Uji Iaboratorium
1) Pap smear
2) Hematokrit jika diindikasikan
3) Skrining gonokokus dan klamidia jika diindikasikan.
(Morgan dan Hamilton, 2009)
1.7.2.3 Konseling
Berikan informasi mengenai metode kontrasepsi yang
tidak

digunakan

pasien,

serta

berikan

brosur

yang

menjelaskan tentang metode lainnya. Faktor-faktor yang


dapat berpengaruh pada pemilihan pasien meliputi:
a. Kecenderungan sosial dan budaya
1) Minat pada metode populer terkini
2) Latar belakang keluarga
3) Gaya hidup
4) Pasangan

yang

kooperatif

dengan

pemakaian

kontrasepsi
b. Agama: Pantangan terhadap beberapa metode, atau
seluruhnya
c. Faktor psikologis
1) Perasaan negatif atau positif terhadap metode tertentu.
2) Publikasi yang negatif saat ini tentang suatu metode
tertentu.
3) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
tentang metode tertentu.

17

d. Teknis
1) Kemudahan penggunaan (dapat atau mungkin tidak
dapat menjadi bahan pertimbangan yang penting)
2) Kemampuan penguasaan teknik meliputi penggunaan
metode tertentu
3) Akses ke pelayanan medis
e. Frekuensi hubungan seksual dan jumlah pasangan
1) Bila hubungan jarang dilakukan, suatu metode
barrier mungkin lebih dipilih untuk tetap dilakukan,
serta terhadap potensial komplikasi dari metode
lain.
2) Bila pasien memiliki banyak pasangan, risiko
terkena

IMS dan

penyakit

radang

panggul

(PRP) lebih besar. Alat kontrasepsi dalam rahim


bukan merupakan pilihan yang ideal, tetapi metode
barrier memberikan beberapa perlindungan.
f. Kemampuan dalam menggunakan metode kontrasepsi
Kaji apakah pasien lebih menyukai penggunaan
metode yang berhubungan dengan koitus/ atau mengingat
kapan harus minum setiap hari.
g. Lama penggunaan metode kontrasepsi
Bila pasien memerlukan perlindungan hanya untuk
beberapa-bulan, penggunaan AKDR atau susuk merupakan
pilihan terbaik.
h. Efek samping yang dapat

terjadi

dan

pertanyaan

seputar keamanan metode yang digunakan


1) Pasien harus memutuskan risiko apa yang dapat
ditanggungnya.
2) Baik efek samping positif maupun negatif harus
didiskusikan.
i. Keefektifan metode kontrasepsi

18

Hal ini merupakan prioritas terbesar jika kehamilan


berikutnya

tidak diterima pasien atau pasien tidak

memilih tindakan aborsi sebagai keputusan yang benar.


j. Biaya setiap metode kontrasepsi
k. Sifat reversibilitas dari metode kontrasepsi:
1) Beberapa metode memerlukan masa tunggu yang lama,
sebelum kembalinya masa kesuburan.
2) Sterilisasi kadang kala dapat dipulihkan melalui
pembedahan, namun harus juga dipertimbangkan
sebagai

tindakan

yang

permanen.

(Morgan

dan

Hamilton, 2009)
Bagan Pengambilan Keputusan dalam Pelayanan KB
Sumber
Informasi
lain

KLIEN
KIE

Memilih
ber-KB

Penapisan
Klien

PSP
meningk
at

Informed
Consent
Tidak Tertulis :
- Suntik

PLKB/
Kader

KIP/K

Informed
Choice

Memilih
tidak berKB

Provider

Informasi
Lengkap,
Jelas,
Benar

1.7.3 Macam-Macam Alat Kontrasepsi

Peserta KB

1.7.3.1 Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat/Obat


1.

Senggama Terputus (Coitus Interruptus)

19

Pil

Kondom

Tertulis :
- Kontap
-

Implan

IUD

Tindakan
Pelayanan
Kontraseps
i

Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina


sebelum terjadinya ejakulasi. Keuntungan, cara ini tidak
membutuhkan biaya, alat-alat ataupun persiapan, tetapi
kekurangannya adalah untuk menyukseskan cara ini
dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak lakilaki. Beberapa laki-laki karena faktor jasmani dan
emosional

tidak

dapat

mempergunakan

cara

ini.

Selanjutnya, penggunaan cara ini dapat menimbulkan


neurasteni. (Wiknjosastro, 2008)
Efektivitas cara ini umumnya dianggap kurang
berhasil.Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh
(1) adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi
(praejaculatory fluid), yakni dapat mengandung sperma,
apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus); (2)
terlambatnya pengeluaran penis dari vagina, dan (3)
pengeluaran semen dekat pada vulva (petting), oleh karena
adanya hubungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri
melalui benang lendir serviks uteri yang pada masa
ovulasi

mempunyai

spinnbarkeit

yang

tinggi.

(Wiknjosastro, 2008)

2.

Pembilasan Pascasanggama (Postcoital Douche)


Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa
tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah
koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali
dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk
mengeluarkan

sperma

secara

mekanik

dari

vagina.

Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida


serta

menjaga

asiditas

vagina.

Efektivitas

cara

ini

mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam


batas-batas

tertentu

20

karena

sebelum

dilakukannya

pembilasan spermatozoa dalam jumlah besar sudah


memasuki serviks uteri. (Wiknjosastro, 2008)

3.

Perpanjangan Masa Menyusui Anak

(Prolonged

Lactation)
Kemungkinan untuk menjadi hamil menjadi lebih kccil
apabila

mereka

terus

menyusui

anaknya

setelah

melahirkannya. Maka, memperpanjang masa lakiasi sering


dilakukan untuk mencegah kehamilan. Efektivitas menyusui
anak dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang
amenorea postpartum. Akan tetapi, ovulasi pada suatu saat
akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama setelah
partus. Bila hal ini terjadi, konsepsi dapat terjadi selagi
perempuan tersebut masih dalam keadaan amenorea dan
terjadilah kehamilan kembali setelah melahirkan se-belum
mendapatkan haid. (Wiknjosastro, 2008)

4.

Pantang Berkala (Rhythm Method)


Hasil penyelidikan Kyusaku Ogino dari Jepang dan
Hermann Knaus dari Jerman menyatakan bahwa seorang
perempuan hanya dapat hamil selama beberapa hari saja
dalam daur haidnya. Masa subur yang juga disebut "fase
ovulasi" mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam
setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, perempuan
tersebut berada dalam masa tidak subur. (Wiknjosastro,
2008)
Kesulitan cara ini ialah sulit untuk menentukan waktu
yang tepat dari ovulasi; ovulasi umumnya terjadi 14 + 2 hari
sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan
demikian, pada perempuan dengan haid yang tidak teratur,
sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan

21

saat terjadinya ovulasi. Selain itu, pada perempuan dengan


haid teratur pun ada kemungkinan hamil, oleh salah satu
sebab (misalnya karena sakit) ovulasi tidak datang pada
waktunya atau sudah datang sebelum saat semestinya.
(Wiknjosastro, 2008)
Pada perempuan dengan daur haid tidak teratur, akan
tetapi dengan variasi yang tidak jauh berbeda, dapat
ditetapkan masa subur dengan suatu perhitungan, di mana
daur haid terpendek dikurangi dengan 18 hari dan daur haid
terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Masa aman ialah
sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi. Untuk
dapat

mempergunakan

bersangkutan

cara

ini,

sekurang-kurangnya

perempuan
harus

yang

mempunyai

catatan tentang lama daur haidnya selama 6 bulan, atau


lebih baik uka perempuan tersebut mempunyai catatan
tentang lama daur haidnya selama satu tahun penuh.
(Wiknjosastro, 2008)
Efektivitas cara ini akan lebih tepat jika dibarengi
dengan cara pengukuran suhu basal badan (SBB); dengan
pengukuran ini dapat dicentukan dengan tepat saat
terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi suhu basal badan
turun, kurang dan 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan
naik lagi sampai tingkat lebih tinggi daripada tingkat suhu
sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan terjadinya
haid. Dengan demikian bentuk grafik suhu basal badan
adalah bifasis, dengan dataran pertama lebih rendah
daripada dataran kedua, dengan saat ovulasi di antaranya.
(Wiknjosastro, 2008)
Pengukuran suhu basal badan dilakukan setiap hari
sesudah haid berakhir sampai mulainya haid berikutnya.
Usaha itu dilakukan sewaktu bangun pagi sebelum
menjalankan kegiatan apapun, dengan memasukkan

22

termometer dalam rektum atau dalam mulut di bawah


lidah selama 5 menit. (Wiknjosastro, 2008)
Dengan menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi
dengan

cara

pantang

berkala

dapat

ditingkatkan

efektivitasnya. Akan tetapi, harus diingat bahwa beberapa


faktor dapat menyebabkan kenaikan suhu basal badan tanpa
terjadinya ovulasi, misalnya karena infeksi, kurang tidur,
atau minum alkohol. (Wiknjosastro, 2008)
1.7.3.2 Kontrasepsi Buatan
1.

Kondom
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis
sewaktu melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan
sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris
dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka,
sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung
sperma. Biasanya diameternya kira-kira 31 - 36,5 mm dan
panjangnya lebih kurang 19 cm. (Wiknjosastro, 2008)
Keuntungan

kondom,

selain

untuk

memberi

perlindungan terhadap penyakit kelamin, juga dapat


digunakan untuk tujuan kontrasepsi. Kekurangannya ialah
ada

kalanya

pasangan

yang

mempergunakannya

merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang


dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Ada pula
pasangan yang tidak menyukai kondom oleh karena
adanya asosiasi dengan soal pelacuran. Sebab-sebab
kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya
alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh
tidak dikeluarkannya penis segera setelah terjadinya
ejakulasi. Efek samping kondom tidak ada, kecuali jika
ada

alergi

terhadap

(Wiknjosastro, 2008)

23

bahan

kondom

itu

sendiri.

Efektivitas kondom ini tergantung dan mutu kondom


dan dan ketelitian dalam penggunaannya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan ketika menggunakan kondom.
a. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang
dengan baik.
b. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang
dalam ereksi. Pada laki-laki yang tidak bersunat,
prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
c. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk
menampung sperma; pada kondom yang mempunyai
kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udaranya
terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.
d. Pergunakanlah
permukaan

bahan

kondom

pelicin
untuk

secukupnya

mencegah

pada

terjadinya

robekan.
e. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam
keadaan ereksi dan tahanlah kondom pada tempatnya
ketika penis dikeluarkan dari vagina supaya sperma
tidak tumpah. (Wiknjosastro, 2008)

2.

Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk
tujuan kontrasepsi. Secara umum pessarium dapat
dibagi atas dua golongan, yakni diafragma vaginal dan
cervical cap.
a. Diafragma vaginal
Diafragma vaginal terdiri atas kantong karet
yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada
pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam
tipis yang tidak dapat berkarat, ada pula yang dari
kawat halus yang tergulur sebagai spiral dan

24

mempunyai sifat seperti per. Diafragma dimasukkan


ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga
jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus.
Untuk

memperkuat

khasiat

diafragma,

obat

spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan


dioleskan pada pinggirnya. (Wiknjosastro, 2008)

Gambar 1.1. Diafragma Vaginal


(Wiknjosastro, 2008)

Diafragma vaginal dianjurkan pemakaiannya


pada:
-

keadaan di mana tidak tcrsedia cara yang lebih


baik;

jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi,


sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang
terus-menerus;

jika pemakaian pil, IUD, atau cara lain harus


dihentikan untuk sementara waktu oleh karena
sesuatu sebab. (Wiknjosastro, 2008)
Pada

keadaan-keadaan

tertentu

pemakaian

diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya pada (1)

25

sistokel yang berat; (2) prolapsus uteri; (3) fistula


vagina; (4) hiperantefleksio atau htperetrofleksio
dan uterus. (Wiknjosastro, 2008)
Diafragma paling cocok dipakai perempuan
dengan dasar panggul yang tidak longgar dan
dengan tonus dinding vagina yang baik. Umumnya
diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek
samping. Efek samping mungkin disebabkan olch
reaksi alergik terhadap obat-obat spermatisida yang
dipergunakan,

atau

oleh

karena

terjadinya

perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam


vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama
terpasang di situ. (Wiknjosastro, 2008)
Kelemahan diafragma vaginal ini ialah (1)
diperlukannya motivasi yang cukup kuat; (2)
umumnya hanya cocok untuk perempuan yang
terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara
massal; (3) pemakaian yang tidak teratur dapat
menimbulkan kegagalan; (4) tingkat kegagalan
lebih tinggi daripada pil atau IUD. (Wiknjosastro,
2008)
Keuntungan dan cara ini ialah (1) hampir tidak
ada efek samping; (2) dengan motivasi yang baik dan
pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan;
(3) dapat dipakai sebagai pengganti pil, IUD atau
pada perempuan yang tidak boleh mempergunakan
pil

atau

IUD

oleh

karena

(Wiknjosastro, 2008)

b. Cervical Cap (Tudung Serviks)

26

sesuatu

sebab.

Cervical cap merupakan metode kontrasepsi


yang mirip dengan.diafragma tetapi saat pemakaian
harus mengenai area atas serviks untuk rnenegah
sperma memasuki uterus. Efektivitas sebesar 90%.
Keefektifan meningkat seiring lamanya seseorang
mempergunakannya. Angka keberhasilan

lebih

tinggi pada wanita yang lebih tua. (Morgan dan


Hamilton, 2009)
Keuntungan cervical cap:
a. Alat ini dapat dibiarkan selama 24-36 jam.
b. Tidak memerlukan hormon per oral atau per
injeksi. (Morgan dan Hamilton, 2009)
Kerugian cervical cap:
a. Hanya tersedia dalam 4 ukuran, berdiameter
internal 22, 25, 28, dan 31 cm sehingga
menyebabkan

seseorang

sulit

menggunakan

dengan pas.
b. Karena alasan posisi serviks, ukuran, dan
lain sebagainya, hanya sebesar 50% wanita
yang dapat mengenakan dengan pas.
c. Keterampilan manual diperlukan agar cervikal
cap dapat dikenakan. dengan tepat.
d. Setelah12-24 jam berada di serviks cervikal cap
dapat menyebabkan peningkatan insidens rabas
berbau tidak sedap
e. Alat ini tidak boleh digunakan pada saat
laju menstruasi yang besar karena tindakan
pemasangan dapat menyebabkan membaliknya
rabas menstruasi ke saluran tuba falopii dan
menyebabkan endometriosis pada pasien. Alat
ini harus dilepas 6-8 jam setelah koitus, pada
hari ketika rabas menstruasi sedikit

27

f. Telah terbukti dapat mengakibatkan ulkus


serviks serta penvebaran human papilloma virus
(HPV).
g. Dibanding diafragma, alat ini kurang memberi
perlindungan

terhadap

IMS.

(Morgan

dan

Hamilton, 2009)

3.

Kontrasepsi dengan Obat-obat Spermitisida


Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi
terdiri atas 2 komponen, yaitu zat kimiawi yang mampu
mematikan spermatozoon, dan vehikulum yang nonaktif
dan yang diperlukan untuk membuat tablet atau
cream /jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dan
sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu,
obat yang paling baik adalah yang dapat membuat busa
setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak
busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup
ostium uteri ekstemum. Cara kontrasepsi dengan obat
spermatisida

umumnya

digunakan

bersama-sama

dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada


kontraindikasi terhadap cara lain. Keuntungannya dapat
memberi perlindungan terhadap IMS, murah dan dijual
bebas. Efek samping jarang terjadi dan umumnya
berupa reaksi alergik. (Wiknjosastro, 2008 dan
Morgan dan Hamilton, 2009)
4. Pil Kontrasepsi
Pil

kontrasepsi

kombinasi

yang

sekarang

digunakan tidak berisi estrogen dan progesteron


alamiah, melainkan steroid sintetik. Estrogen yang
banyak dipakai untuk pil kontrasepsi lalah etinil
estradiol dan mestranol. Masing-masing dari zat ini

28

mempunyai ethynil group pada atom C 17. Dengan


adanya ethynil group pada atom C 17 ini, khasiatnya
meninggi jika dimakan peroral oleh karena zat-zat
tersebut tidak mudah atau tidak seberapa cepat diubah
sewaktu melalui sistem portal, berbeda dari steroid
alamiah. Jadi, steroid sintetik mempunyai potensi
yang lebih tinggi per unit dibandingkan dengan
steroid alamiah kalau ditelan peroral. (Wiknjosastro,
2008)
a.

Mekanisme kerja
Pil-pil kontrasepsi lerdiri atas komponen
estrogen dan komponen progestagen, atau oleh satu
dari komponen hormon itu. Walaupun banyak hal
yang masih belum jelas, pengetahuan tentang dua
komponen tersebut tiap hari bertambah. Yang jelas
bahwa

hormon

steroid

sintetik

dalam

metabolismenya sangat berbeda dengan hormon


steroid yang dikeluarkan oleh ovarium. Umumnya
dapat dikatakan bahwa komponen estrogen dalam
pil menekan sekresi FSH menghalangi maturasi
folikel dalam ovarium. Karena pengaruh estrogen
dari ovarium terhadap hipoiisis tidak ada, maka tidak terdapat pengeluaran LH. Pada pertengahan
siklus haid kadar FSH rendah dan tidak terjadi
peningkatan kadar LH, sehingga menyebabkan
ovulasi terganggu. Komponen progestagen dalam
pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk
mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 - 98% tidak
terjadi ovulasi. Selanjutnya, estrogen dalam dosis
tinggi dapat pula mempercepat perjalanan ovum
yang akan menyulitkan terjadinya implantasi dalam
endometrium dan ovum yang sudah dibuahi.

29

Komponen progestagen dalam pil kombinasi seperti


disebut di atas memperkuat kerja estrogen untuk
mencegah ovulasi. Progestagen sendiri dalam dosis
tinggi dapat menghambat ovulasi, tetapi tidak
dalam dosis rendah. Selanjutnya, progestagen
mempunyai khasiat sebagai berikut:
1) Lendir serviks uteri menjadi lebih kental,
sehingga menghalangi penetrasi sperma tozoon
untuk masuk dalam uterus;
2) Kapaskasi spermatozoon yang perlu untuk
memasuki ovum terganggu;
3) Beberapa

progestagen

tertentu,

seperti

noretinodrel, mempunyai efek antiestrogenik


terhadap endometrium, sehingga menyulitkan
implantasi

ovum

yang

telah

dibuahi. (Wiknjosastro, 2008)


b. Efek kelebihan estrogen
Efek yang sering terjadi ialah

rasa mual,

terjadinya retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada


mamma, atau fluor albus. Rasa mual kadang-kadang
disertai muntah, diare, dan perut terasa kembung.
Pemakaian pil dapat menimbulkan hipertensi
pada perempuan yang sebelumnya tidak menderita
penyakit

tersebut.

Akan

tetapi,

biasanya

hipenensinya ringan terjadi peningkatan terutama


tekanan sistolik, dan kembali kepada keadaan
normal setelah pil dihentikan. Minum pil yang
cukup lama dengan dosis estrogen tinggi dapat
menyebabkan pembesaran mioma uteri. Pemakaian
pil

kadang-kadang

dapat

menyembuhkan

pertumbuhan endometrium yang berlebihan yang


diakibatkan oleh pengaruh estrogen. Rendahnya

30

dosis estrogen dalam pil dapat mengakibatkan


spotting dan break through bleeding dalam masa
intermenstruum. (Wiknjosastro, 2008)
c. Efek kelebihan progestagen
Progestagen dalam dosis yang berlebihan dapat
menyebabkan

perdarahan

tidak

teratur,

bertambahnya nafsu makan disertai benambahnya


berat badan, akne, alopesia, kadang-kadang mamma
mengecil, fluor albus, dan hipomenorea. Kadangkadang perempuan yang minum pil dengan dosis
progestagen yang tinggi dapat menyebabkan depresi.
Ada alasan kuat bahwa depresi itu tidak timbul pada
perempuan yang sehat, akan tetapi pada perempuan
yang sebelumnya sudah secara emosional tidak
stabil. Bahaya yang dikhawatirkan dengan pil
terutama

pil

kombinasi

ialah

tromboemboli,

termasuk tromboflebitis, emboli paru-paru, dan


trombosis otak. (Wiknjosastro, 2008)
d. Kontraindikasi
1) Kontraindikasi mutlak: adanya tumor-tumor
yang dipengaruhi estro gen, penyakit hati yang
aktif, baik akut ataupun menahun; pernah
mengalami

trombofiblitis,

tromboemboli,

kelainan serebro-vaskuler; diabetes mellitus; dan


kehamilan.
2) Kontraindikasi relatif: depresi; migrain; mioma
uteri; hipertensi; oligomenorea dan amenorea.
Pemberian pil kombinasi kepada perempuan
yang mempunyai kelainan tersebut harus diawasi
secara teratur -kurangnya tiga bulan sekali.
(Wiknjosastro, 2008)
e. Kelebihan pil kombinasi

31

1) efektivitasnya dapat dipercaya.


2) frekuensi koitus tidak perlu diatur.
3) siklus haid teratur.
4) keluhan-keluhan dismenorea yang primer
menjadi berkurang atau hilang sama sekali.
(Morgan dan Hamilton, 2009)
f. Kekurangan pil kombinasi
1) pil harus diminum tiap hari.
2) motivasi harus kuat.
3) adanya

efek

samping

walaupun

sifatnya

sementara, seperti mual, sakit kepala, dan


muntah, nyeri buah dada.
4) kadang-kadang setelah berhenti minum pil
dapat timbul amenorea persisten.
5) untuk golongan penduduk tertentu harganya
masih mahal. (Morgan dan Hamilton, 2009)
5. Susuk (Implant/Norplant)
Sistem

Norplant

menyalurkan

levonorgestrel

dalam enam wadah plastik yang diimplantasikan di


jaringan subdermal. Bentuk kontrasepsi ini adalah
salah satu metode yang paling efektif yang tersedia.
Yang utama, setelah penghentian pemakaian, fertilitas
pulih

dengan

segera.

Berdasarkan

pemeriksaan

progesteron serum sebesar 3 ng/ml, sampai sepertiga


siklus mungkin terjadi ovulasi. Perkiraan ini mungkin
berlebihan sampai dua kali lipat namun, dengan
terjadinya perubahan-perubahan di mukus serviks dan
endometrium yang diinduksi oleh progestin, efek
kontrasepsi menjadi sangat baik. Keunggulan dan
kekurangan

metode

32

ini

hampir

identik

dengan

keunggulan dan kekurangan pada progestin oral (telah


dijelaskan

sebelumnya),

kecuali

efek

pada

metabolisme karbohidrat. Setelah pemakaian 6 bulan,


kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan
bahkan pada wanita nondiabetik. Perubahan ini tidak
bermakna pada wanita normal, tetapi mungkin
mengkhawatirkan pada orang yang berpotensi untuk
diabetes. Dalam suatu studi cross-sectional terhadap
103

pemakai,

Alvarez-Sanchez

dkk.

(2000)

mengemukakan insiden pembesaran (>25 mm) folikelfolikel ovarium sebesar 18 persen dibandingkan
dengan hanya 4 persen pada kelompok kontrol yang
menggunakan AKDR. Waktu resolusi terlama adalah 4
minggu. Karena memerlukan tindakan bedah ringan,
terdapat juga masalah yang berkaitan dengan infeksi
lokal. Apabila kapsul tidak dimasukkan sesuai
petunjuk, pengeluaran akan menjadi lebih sulit.
Barbirurat, karbamazepin, fenitoin, dan rifampin
mengurangi

efektivitas

kontraseptif

Norplant.

Kontraindikasi metode ini serupa dengan untuk


progestin oral. (Cunningham dkk, 2006)
Tabel 1.1 Efek Samping Norplant dalam Satu Tahun Penggunaan
Efek Samping

Frekuensi (%)

Nyeri kepala
Pembesaran ovarium
.Pusing
Nyerl tekan payudara
Kegelisahan
Mual
Jerawat
Dermatitis
Duh mammae
Perubahan nafsu makan
Penambahan berat badan
Rambut rontok atau tumbuh

17-19
3-12
5-8
6
6
5-8
4-7
4-8
3-5
3-6
3-6
2-3

(Cunningham dkk, 2006)


33

6. Kontrasepsi Suntikan (Depo Provera)


a. Suntikan Setiap 3 Bulan (Depo Provera)
Depo Provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron
yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parenteral,
mempunyai efek progestagen yang kuat dan sangat
efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat
juga

termasuk

dalam

golongan

kontrasepsi

suntikan. (Morgan dan Hamilton, 2009)


Mekanisme kerja:
1) Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan
jalan

menekan

pembentukan

gonadotropin

releasing hormone dari hipotalamus.


2) Lendir serviks bertambah kental, sehingga
menghambat penetrasi sperma melalui serviks
uteri.
3) Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.
4) Mempengaruhi transpor ovum di tuba. (Morgan
dan Hamilton, 2009)
Keuntungan kontrasepsi suntikan berupa depo
ialah: efektivitas tinggi; pemakaiannya sederhana;
cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya
4x setahun); reversibel; dan cocok untuk ibu-ibu
yang menyusui anak. Kekurangan metode depot
ialah sering menimbulk.m perdarahan yang tidak
teratur (spotting, breakthrough bleeding), dan lainlain; dapatmenimbulkan amenorea. Obat suntikan
cocok digunakan olch ibu-ibu yang baru saja
melahirkan

dan

sedang

(Wiknjosastro, 2008)

34

menyusui

anaknya.

Kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk


program postpartum karena tidak mengganggu
laktasi, dan terjadinya amenorea setelah suntikan.
Kontrasepsi Depo disuntikkan dalam dosis 150
mg/cc)

sekali

bulan.

Suntikan

harus

intramuskulus dalam. (Wiknjosastro, 2008)

b. Suntikan Setiap Bulan (Monthly Injectable)


Suntikan bulanan mengandung 2 macam
hormon progestin dan estrogen seperti hormon
alami pada tubuh perempuan. Juga disebut sebagai
kontrasepsi suntikan kombinasi. (Wiknjosastro,
2008)
Mekanisme
keluarnya

kerjanya

ovum

dari

adalah

mencegah

ovarium

(ovulasi).

Efektivitasnya tergantung saat kembalinya untuk


mendapatkan
mendapatkan

suntikan.

Bila

suntikan

tepat

perempuan
waktu,

angka

kehamilannya kurang dari 1 per 100 perempuan


yang menggunakan kontrasepsi bulanan dalam satu
tahun pertama. (Wiknjosastro, 2008)

7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau


Intra Uterine Device (IUD)
Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum
diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak
ialah bahwa IUD dalam

kavum uteri menimbulkan

reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan


sebukan

leukosit

yang

dapat

menghancurkan

blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan cairan


uterus pada pemakai IUD seringkali dijumpai pula sel-

35

sel

makrofag

spermatozoa.

(fagosit)

yang

Penelitian lain

mengandung

menemukan

sering

adanya kontraksi uterus pada pemakai IUD, yang


dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada
perempuan tersebut. (Wiknjosastro, 2008)
Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya selain
menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa,
juga oleh karena "ionisasi" ion logam atau bahan lain
yang terdapat pada IUD mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penelitian, ion logam yang
paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu).
(Wiknjosastro, 2008)
a. Jenis-jenis IUD
IUD dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka
linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang
termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear
antara lain adalah Lippes loop, Saf-T-coil, Dalkon
Shield, Cu-7, Cu-T, Spring coil, dan Margulies
spiral; sedangkan yang termasuk dalam golongan
bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin adalah:
Ota

ring,

Antigon

F, Ragab

ring,

Cincin

Gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnberg bow, dan


lain-lain. (Wiknjosastro, 2008)
b. Keuntungan-keuntungan IUD
1) umumnya

hanya

memerlukan

satu

kali

pemasangan dan dengan demikian satu kali


motivasi
2) tidak menimbulkan efek sistemik
3) ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara

36

massal
4) efektivitas cukup tinggi
5) reversibel. (Wiknjosastro, 2008)
c. Efek Samping IUD
1) Perdarahan

(menoragia,

spotting,

dan

metroragia).
2) Nyeri dan kejang di perut
3) Gangguan pada suami
4) Ekspulsi (pengeluaran sendiri). (Wiknjosastro,
2008)
d. Komplikasi IUD
1) Infeksi
2) Perforasi
3) Jika timbul kehamilan dengan IUD in situ,
kemungkinan keguguran tinggi. (Wiknjosastro,
2008)

1.7.3.3Sterilisasi

1. Tubektomi
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua
tuba Fallopii perempuan yang mengakibatkan yang
bersangkutan tidak dapat hamil. (Wiknjosastro, 2008)

37

Gambar 1.2. Sterilisasi Pada Wanita


Keuntungan sterilisasi ialah:
a. motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak
diperlukan motivasi yang berulang-ulang
b. efektivitas hampir 100%
c. tidak mempengaruhi libido seksualis
d. tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patient's
failure). (Wiknjosastro, 2008)
Efek samping yang mungkin timbul dari metode
sterilisasi tubektomi adalah infeksi pascabedah. Pada
pasien berusia muda yang menjalani prosedur tubektomi
dapat timbul rasa menyesal. (Morgan dan Hamilton, 2009)

2. Vasektomi
Vasektomi

merupakan

pengangkatan

kedua

vas

deferens laki-laki sehingga yang bersangkutan tidak dapat


menyebabkan kehamilan lagi. Pada dasarnya indikasi untuk
melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan suami-isteri
tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia
bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya. Tidak
ada kontraindikasi untuk vasektomi; hanya apabila ada
kelainan lokal atau umum yang dapat mengganggu
sembuhnya luka operasi, kelainan itu harus disembulikan
dahulu. (Wiknjosastro, 2008)
a. Keuntungan vasektomi ialah:

38

1) tidak menimbulkan kelainan baik fisik maupun


mental.
2) tidak mengganggu libido seksualis
3) dapat dikerjakan secara poliklinis. (Wiknjosastro,
2008)

b. Komplikasi Vasektomi
Infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya
hematoma oleh karena perdarahan kapiler, epididimitis,
terbentuknya granuloma. (Wiknjosastro, 2008)
1.7.4 Metode Pengaturan Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan adalah bentuk alamiah reproduksi manusia, dengan
proses regenerasi (konsepsi). Kondisi-kondisi yang menyebabkan
kehamilan:
1. Usia subur (pada wanita usia 40-50 tahun sedangkan pada pria usia
60-70 tahun).
2. Melakukan hubungan seksual (konsepsi).
Keadaan ideal untuk hamil:
1. Kesiapan fisik wanita sekitar usia <20 tahun.
2. Kesiapan mental, emosional atau psikologis. Jika pasangan telah
siap menjadi oarng tua termasuk mengasuh dan mendidik anak.
3. Kesiapan sosial ekonomi. Jika usia >20 tahun jika tidak atau
belum mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan tempat
tinggal bagi keluarganya maka belum dapat dikatakan siap untuk
hamil dan melahirkan. (Morgan dan Hamilton, 2009)
Metode pengaturan kehamilan:

39

1. Memulihkan kesehatan dan kesehatan fisik setelah kelahiran


sebelumnya.
2. Dapat merencanakan kehamilan berikut.
3. Meningkatkan konsentrasi untuk mengasuh anak.
4. Merencanakan kesiapan ekonomi. (Morgan dan Hamilton, 2009)

1.7.5 Upaya Pemerintah Nasional dan Global dalam Menekan Angka


Kehamilan dan Kelahiran
Keprihatinan akan permasalahan kependudukan melahirkan
sebuah konsep pembangunan berwawasan kependudukan, atau konsep
pembangunan yang bekelanjutan. Dari sini pula lahirlah kesadaran
dunia untuk mengurai masalah kemiskinan dan keterbelakangan
melalui pendekatan kependudukan. Langkah pertama dan merupakan
strategi yang monumental adalah kesadaran lebih dari 120 pemerintah/
negara yang berjanji melalui konferensi internasional tentang
pembangunan dan kependudukan (ICPD) di Cairo pada tahun 1994
untuk bersama-sama menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi
bagi semua orang tanpa diskriminasi Secepat mungkin paling lambat
tahun 2015. Langkah besar ini dilanjutkan dengan Millenium
Development summit (MDS) pada 12 September 2000 di New York
(Amerika Serikat) dengan kesepakatan yang dikenal dengan
Millenium Development Goals (MDGs) yang menegaskan tentang
komitmennya untuk :
1. Penghapusan kemiskinan dan kelaparan (eradicating extreme
poverty and hunger).
2. Mencapai pendidikan dasar yang universal (achieving iniversal
basic education).
3. Mempromosikan kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan
(promoting gender equality and empowering women)
4. Mengurangi jumlah kematian anak (reducing child mortality).
5. Meningkatkan kesehatan ibu (improving maternal mortality ).

40

6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lain (Combating


HIV/AIDS, malaria and other deseases).
7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup (ensuring environmental
sustainability).
8. Mengembangkan

kemitraan

global

untuk

pembangunan

(developing a global partnership for development ). (BKKBN,


2005)
Semakin disadarinya bahwa betapa besar pengaruh faktor
kependudukan terhadap kesejahteraan rakyat, sejak awal orde baru,
pada tahun 1967 Presiden Suharto atas nama pemerintah Indonesia
ikut menandatangani deklarasi kependudukan dunia yang antara lain
menyatakan:
As head of governments actively concerned with the population
problem, we share convictions ; 1) We believe that the population
problem must be recornized as a principle element in long range
national planning if giferments are to achieve their economic goals
and fulfil of their people, 2) Recognizing that family planning is in the
vital interest of both nation and the family, we were undersigned
earnestly hope that leaders around the word will share our views and
joint with us in this great challenge for the well being and happiness
of people everywhere. (BKKBN, 2005)
Tindak lanjut dari deklarasi di atas pada tahun 1970 didirikan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Melalui
Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 8 tahun 1970 sebagai sebuah
lembaga Non-Departemen yang mempunyai tanggung jawab pada
bidang pengendalian penduduk di Indonesia. Atas dasar itulah proyek
besar di bidang pengendalian laju pertumbuhan penduduk berskala
nasional yang sampai saat ini masih berjalan, yang disebut Program
Keluarga Berencana Nasional dicanangkan. Lembaga resmi pelaksana
tekhnis programnya bernama BKKBN yang pelaksana kegiatannya
terstruktur secara herarkis ada mulai dari tingkat pusat hingga tingkat
kecamatan dan desa. Program dan kelembagaannya selanjutnya
disempurnakan melalui Kepres Nomor 33 tahun 1972, Kepres Nomor

41

38 tahun 1978, serta Kepres Nomor 109 1993 tentang Pembentukan


Kementerian Kependudukan dan BKKBN. (BKKBN, 2005)
1.7.5.1 Tingkat Internasional
Perkembangan utama yang terjadi di tingkat internasional
adalah dilaksanakannya Konferensi Internasional tentang
Kependudukan dan Pembangunan (International Conference
on Population and Development-ICPD) di Kairo, Mesir, dari
tanggal 5 sampai 13 September 1994. Delegasi dari 179
negara, termasuk Indonesia, ikut ambil bagian dalam
menuntaskan suatu

Program

Aksi Kependudukan dan

Pembangunan untuk 20 tahun yang akan datang. (BKKBN,


2005)
Program tersebut mempengaruhi kebijakan di berbagai
negara. Di Cina diterapkan peraturan satu keluarga satu anak.
Bila terdapat pelanggaran terhadap peraturan tersebut maka
akan dikenakan sanksi hukum. Di India bahkan diterapkan
kontrasepsi steril tubektomi bagi para wanita. Di Amerika
Serikat, akses bagi wanita kurang mampu ke layanan
semacam

ini

sering

diputuskan

lebih

berdasarkan

pertimbangan politik daripada medis. Praktek obstetri di


Amerika Serikat sudah lebih banyak dipengaruhi oleh faktorfaktor di luar bidang medis. Tidak satu pun cabang ilmu
kedokteran yang sangat dipengaruhi oleh faktor sosial, agama,
dan politik selain keluarga berencana. Walaupun setiap
tahunnya sebagian besar wanita subur di Amerika cenderung
menghindari kehamilan, mereka dan dokter mereka harus
terus menerus menghadapi faktor-faktor di atas. Para pemberi
layanan bagi wanita harus terus memberi penyuluhan dan
penerangan di bidang yang sering terjadi kesimpang-siuran
pe-mahaman, perubahan yang terus menerus, dan pengabaian
bukti

ilmiah

oleh

42

bidang legislatif, dan hukum. Untuk

memperbaiki ketidakadilan ini, wanita harus berusaha agar


opini mereka diketahui oleh para legislator, petugas hukum,
dan media massa. Upaya-upaya semacam ini dapat efektif,
seperti dicontohkan oleh pemerintah Jepang yang baru-baru
ini menyetujui kontrasepsi oral setelah tertunda selama 35
tahun. (Cunningham dkk, 2006)
1.7.5.2 Tingkat Nasional
Program KB di Indonesia mulai dilaksanakan oleh PKBI
pada tahun 1957. Namun kemudian pada tahun 1970an
Pemerintah RI mengambil alih program KB dan menjadikan
program nasional. Pada tahun 1980an, semua provinsi di
Indonesia telah melaksanakan program KB di wilayahnya.
(BKKBN, 2005)
Keberhasilan program KB di Indonesia telah diterima dan
diakui oleh masyarakat luas, termasuk dunia internasional.
Pada awalnya, program KB adalah untuk mengatur jumlah
kelahiran, namun dalam perkembangannya, program KB
ditujukan untuk membudayakan Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Asumsinya ialah bahwa
keluarga kecil akan dapat hidup sejahtera dan bahagia,
sehingga pengaturan kelahiran menggunakan kontrasepsi
menjadi pokok intervensi dalam program KB nasional. Di
samping itu, dilaksanakan tiga upaya pokok program KB
lainnya yakni: 1) pendewasaan usia perkawinan, 2) pengaturan
kelahiran dan pemberdayaan ekonomi keluarga, 3) peningkatan
ketahanan keluarga. Upaya pokok tersebut sejalan dengan
Undang-undang

no.

10

tahun

1992,

yaitu

tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga


Sejahtera. Oleh karena itu, penilaian keberhasilan program KB
di masa lalu didasarkan pada kebijakan tersebut, yaitu
membudayakan NKKBS dan menurunnya angka kelahiran.
(BKKBN, 2005)

43

Pada GBHN 1999 ditegaskan bahwa selain pengendalian


kelahiran dan penurunan kematian, diperlukan peningkatan
kualitas program keluarga berencana agar terwujud penduduk
Indonesia yang berkualitas. Dengan demikian sangat tepat
apabila dalam paradigma baru program KB difokuskan pada
upaya-upaya baru yang lebih efektif untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas. Sebagai perwujudan pelaksanaan
paradigma baru program KB nasional yang sesuai dengan
GBHN, 1999, maka visi mewujudkan NKKBS telah diganti
dengan Visi Keluarga Berkualitas tahun 2015. Paradigma
baru sangat menekankan pentingnya upaya menghormati halhak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan
kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu di antara kelima
matra kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan
penduduk yang berkualitas. (BKKBN, 2005)

44

SIMPULAN

Kontrasepsi merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.


Kontrasepsi dapat dilakukan dengan cara alami, buatan, maupun sterilisasi.
Kontrasepsi alami meliputi coitus interuptus, pembilasan paska senggama,
penerapan metode kalender, dan pantang berkala. Kontrasepsi buatan meliputi
pengguanaan kondom, AKDR/IUD, suntik hormon, penggunaan pil, penggunaan
spermatisid dan penggunaan diafragma. Kontrasepsi dengan metode sterilisasi
dilakukan dengan tubektomi pada wanita atau vasektomi pada pria.
Semua metode kontrasepsi memiliki keuntungan, kerugian, indikasi,
kontraindikasi, dan keefektivitasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu penting
bagi pasien untuk mengkonsultasikan dengan dokter sebelum memutuskan untuk
menggunakan alat kontrasepsi.

45

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G dkk. 2006. Obstetri Williams Vol 2 Ed 21. Jakarta. EGC.
Wiknjosastro, H, dkk. 1999. Ilmu Kebidan Ed 3 Cetakan kelima. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka. Sarwono Prawiroraharjo.
Morgan, G dan Hamilton, C. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik Ed 2
Jakarta. EGC.
Sarwat, A. 2010. Fiqih Kontemporer. Jakarta: Du Center.
BKKBN.

2005.

Strategi

Nasional

Kesehatan

Reproduksi

di

Indonesia.

(http://indonesia.unfpa.org/application/assets/publications/Kebijakan_Strategi_Na
sional_Kesehatan_Reproduksi_di_Indonesia.pdf.pdf).

Diunduh

pada

27

November 2012.
Rifai, A. 1990. Pemakaian Alat Kontrasepsi Pemeluk Agama Islam dan Non-Islam di
DKI

Jakarta.

Universitas

Indonesia.

(http://repository.ui.ac.id/contents/

koleksi/16/7979cef6a984b3f7f8777ca51ec535bf3b2f44c6.pdf). Diunduh pada 27


November 2012.

46

Você também pode gostar

  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Grawitz Tumor
    Grawitz Tumor
    Documento18 páginas
    Grawitz Tumor
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento2 páginas
    Cover
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Forto Folio
    Forto Folio
    Documento13 páginas
    Forto Folio
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Documento3 páginas
    Lembar Pengesahan
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Kista Ovarium
    Kista Ovarium
    Documento22 páginas
    Kista Ovarium
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Referat Cover
    Referat Cover
    Documento1 página
    Referat Cover
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento24 páginas
    Bab I
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Tugas
    Tugas
    Documento8 páginas
    Tugas
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Cedera Kepala (Trauma)
    Cedera Kepala (Trauma)
    Documento14 páginas
    Cedera Kepala (Trauma)
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Referat Cover
    Referat Cover
    Documento1 página
    Referat Cover
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Gangguan Perasaan
    Gangguan Perasaan
    Documento40 páginas
    Gangguan Perasaan
    Yulie-ana Bani Mansyur
    Ainda não há avaliações
  • Pemeriksaan Feses
    Pemeriksaan Feses
    Documento14 páginas
    Pemeriksaan Feses
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Documento3 páginas
    Lembar Pengesahan
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Documento3 páginas
    Lembar Pengesahan
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Documento15 páginas
    Presentation 1
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • REFERAT Hemodialisa
    REFERAT Hemodialisa
    Documento19 páginas
    REFERAT Hemodialisa
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento2 páginas
    Kata Pengantar
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Presentasi PBL 1
    Presentasi PBL 1
    Documento27 páginas
    Presentasi PBL 1
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Documento3 páginas
    Lembar Pengesahan
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • BAB Is
    BAB Is
    Documento20 páginas
    BAB Is
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Bab 2
    Bab 2
    Documento17 páginas
    Bab 2
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • KP & Daftar Isi
    KP & Daftar Isi
    Documento3 páginas
    KP & Daftar Isi
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações
  • Thalassemia
    Thalassemia
    Documento23 páginas
    Thalassemia
    WahyuTriU
    Ainda não há avaliações