Você está na página 1de 2

Tafsir Sejarah Negara Kretagama

Handoko WidagdoSunday, February 21, 2016


Judul: Tafsir Sejarah Negara Kretagama
Penulis: Slamet Muljana
Tahun Terbit: 2011 (Cetakan V)
Penerbit: LKIS
Tebal: xiv + 456
ISBN: 979-25-5254-5
Negarakretagama karangan Prapanca adalah sebuah karya sastra untuk tujuan puja.
Meski sebuah karya sastra, namun Negarakretagama memiliki banyak fakta sejarah d
i dalamnya. Itulah sebabnya Negarakretagama menjadi sebuah rujukan penting dalam
penulisan sejarah Nusantara. Penulisan sejarah sejak era Erlangga sampai dengan
era Majapahit (Raja Hayam Wuruk) banyak menggunakan karya Prapanca ini sebagai
sumber utama.
Posisi Negarakretagama sebagai rujukan penulisan sejarah memang sangat penting.
Namun beda ahli sejarah, beda cara memperlakukan karya Prapanca ini. Ada ahli se
jarah yang mengganggap bahwa Negarakretagama adalah catatan sejarah yang akurat
dan oleh sebab itu informasi sejarah yang ada di Negarakretagama dipakai begitu
saja. Namun ada juga ahli sejarah yang menganggap bahwa beberapa kisah dalam Puj
asastra karya Prapanca ini hanya sebuah kisah karangan penulisnya saja. Contohny
a adalah Prof. C. C. Berg yang meragukan tokoh Rajasa Sang Amurwabhumi alias Ken
Arok. Berg mengatakan dalam banyak karyanya bahwa tokoh Ken Arok tidak pernah a
da. Ken Arok hanyalah rekaan Prapanca saja. Bahkan Berg menganggap Negarakretaga
ma tidak ada artinya bagi penulisan sejarah, sebab Negarakretagama adalah sebuah
karya fungsionil yang ditulis atas perintah Raja Rajasanegara (hal 318).
Slamet Muljana memperlakukan Negarakretagama sebagai sebuah sumber penting dalam
penulisan sejarah Nusantara era Erlangga hingga Majapahit. Namun Slamet Muljana
juga selalu memeriksa kisah yang ada di Negarakretagama dengan sumber lain, sep
erti Paparaton, Bharatayudha dan karya sastra lainnya. Tidak hanya membandingkan
dengan sesama karya sastra, Slamet Muljana juga menggunakan berbagai prasasti u
ntuk menafsirkan apa yang tertulis dalam Negarakretagama.
Slamet Muljana mengakui bahwa Negarakretagama mengandung banyak sekali karya sej
arah. Namun, karena karya ini adalah sebuah pujasastra, maka perlu diperiksa sec
ara saksama informasi sejarah yang ada di dalamnya. Sebagai sebuah karya sastra,
gaya penulisan yang dipakai oleh Prapanca bukanlah melulu mencatat fakta sejara
h. Prapanca menggunakan gaya sastra yang saat itu diterima di kalangan warga Maj
apahit. Prapanca membalut tokoh-tokohnya sesuai dengan kepercayaan yang diyakini
masyarakat saat itu. Slamet Muljana menyatakan bahwa adalah umum karya sastra d
itulis dengan memasukkan kepercayaan (Hindu) yang berlaku saat itu (hal. 66). Co
ntoh lainnya adalah Ramayana dan Bharatayudha yang ditulis pada jaman Kediri. Ke
dua karya sastra ini ditulis dengan menggunakan kepercayaan Hindu Wisnuisme yang
saat itu menjadi kepercayaan utama di kalangan warga (hal. 67). Itulah sebabnya
dalam membuat tafsir kisah yang ada di Negarakretagama, Slamet Muljana melepask
an balutan sastranya untuk menemukan informasi sejarah. Informasi sejarah terseb
ut kemudian dicocokkan dengan bukti-bukti lain, terutama prasasti-prasasti.
Dengan metodologi di atas, Slamet Muljana berhasil mereka ulang pemecahan keraja
an Erlangga menjadi dua kerajaan, yaitu Janggala dan Panjalu. Sejarah pemecahan
kerajaan Kahuripan ini sangat penting untuk diungkap, karena menjadi latar belak
ang berdirinya Kerajaan Majapahit. Majapahit tak bisa dilepaskan dari persaingan
kedua kerajaan ini. Slamet Muljana juga berhasil menunjukkan kekeliruan Berg ya
ng menganggap bahwa Ken Arok adalah tokoh dongeng belaka. Tokoh Ken Arok sangat
terkait dengan Kerajaan Tumapel dan Singasari. Tokoh Ken Arok merupakan tokoh ya
ng dianggap sebagai penurun raja-araj Majapahit. Selanjutnya Slamet Muljana meng
gambarkan Kerajaan Majapahit dengan segala detailnya.
Slamet Muljana menyoroti sumpah yang dilakukan Patih Gajah Mada yang kita kenal
sebagai Sumpah Palapa. Menurut Slamet Muljana, sumpah penyatuan Nusantara yang d
ilakukan oleh Patih Gajahmada saat dilantik menjadi mahapatih amangkubhumi adala
h Sumpah Nusantara (hal 143). Sumpah tersebut diucapkan saat Gajah Mada dilantik
menjadi mahapatih oleh Tribhuwana Tunggadewi pada tahun 1334. Sedangkan amukti
palapa yang disebut dalam Pararaton adalah berarti pengunduran diri Gajah Mada s

ebagai patih karena dianggap bersalah dalam kasus Perang Bubat (hal. 151).
Buku ini mengungkapkan wilayah Majapahit sejak berdiri sampai dengan saat kejaya
annya. Juga memuat sistem kenegaraan, kesusateraan dan tata kehidupan masyarakat
nya. Slamet Muljana secara khusus menunjukkan bahwa ada tiga perempuan yang pern
ah menduduki tahta Majapahit.
Sebagai sebuah negara besar, mengapa Majapahit tidak membangun bangunan-bangunan
monumental seperti yang dilakukan oleh Mataram Hindu di Jawa Tengah? Mataram Hi
ndu menghasilkan Borobudur, Prambanan dan candi-candi megah di Jawa Tengah. Seda
ngkan Majapahit, bahkan sejak jaman Singasari, candi-candi yang dibangun sangat
sederhana dan kecil. Slamet Muljana berpendapat bahwa ada perubahan peruntukan c
andi di era Majalahit. Candi tidak diperuntukkan untuk upacara keagamaan besar,
tetapi lebih digunakan sebagai tempat pemakaman raja-raja. Hal ini disebabkan ka
rena perubahan orientasi politik kerajaan. Jika pada masa Mataram di Jawa Tengah
politik kerajaan adalah untuk memuliakan agama (Hindu dan Budha), kerajaan-kera
jaan yang kemudian di Jawa Timur, termasuk Majapahit lebih mengutamakan cakupan
wilayah dan kesejahteraan rakyat (hal. 259).
Siapa sebenarnya Prapanca? Jika Prapanca adalah nama samaran, perlu dicari siapa
sesungguhnya dia. Slamet Muljana mengajukan pendapat bahwa Prapanca (yang artin
ya kesedihan) adalah mantan Dharmmadyaksa Kasogatan yang bernama Dang Acarya Nad
endra (293). Pada saat menulis Negarakretagama Dang Acarya Nadendra sudah tidak
lagi menjabat sebagai Dharmmasyaksa Kasogatan. Dia menulis Negarakretagama dari
sebuah desa sepi jauh dari ibukota Majapahit. Tujuan penulisan Negarakretagama a
dalah supaya dia diingat kembali oleh Raja. Namun Slamet Muljana masih membuka p
eluang bagi para ahli sejarah untuk mencari tahu siapa sesungguhnya Prapanca ini
. Di halaman 317, Slamet Muljana menyatakan bahwa siapa sesungguhnya Prapanca ma
sih belum diketahui. Dengan diketahuinya Prapanca, maka nilai Negarakretagama se
bagai dasar penulisan sejarah era Janggala-Panjalu, Singasari dan Majapahit menj
adi lebih jelas.
Slamet Muljana juga memuat gubahan Negarakretagama secara lengkap, termasuk pupu
h 95-98 yang dianggap oleh Purbacaraka sebagai pupuh tambahan. Bahkan Purbacarak
a menyatakan bahwa pupuh 97 adalah pupuh sulapan belaka. Namun Slamet Muljana me
mberikan pendapat yang berbeda. Pupuh 95-98 adalah bagian asli karangan Prapanca
.

Você também pode gostar