Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Review Kebijakan
Gap
Gambar 4.2 Proses Analisis Kebijakan dan Perumusan Strategi dan Kebijakan
Implementasi Infrastruktur Hijau di Indonesia
Secara umum, pembangunan infrastruktur di lingkungan kementerian PU PR dilakukan
melalui tahapan berikut:
Gamb
ar 4.3 Tahapan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia
Namun pada praktiknya, seringkali pada dokumen lingkungan sudah mencantumkan
DED sehingga secara tidak langsung proses integrasi dokumen lingkungan dan DED sudah
KAJIAN KEBIJAKAN BIDANG PU DAN
PERUMAHAN RAKYAT DALAM IMPLEMENTASI
KONSEP GREEN INFRASTRUCTURE
4-1
terlaksana. Berdasarkan alur tersebut, pendekatan konsep green infrastructure sendiri telah
menjadi bagian dari proses pembangunan sebuah infrastruktur.
1. Kendala Pengembangan Infrastruktur Hijau
Banyak permasalahan yang terjadi mulai dari tahap perencanaan hingga implementasi.
Kondisi tersebut menyebabkan pemanfaatan green infrastructure ini menjadi kurang maksimal,
tidak berjalan sesuai rencana awal pembangunannya. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor
mulai dari kurangnya pengetahuan mengenai sistem green infrastructure
dan banyaknya
4-2
menerapkan green infrastruktur. Hal ini dapat terlihat dari beberapa aspek yang berkorelasi
dengan konsep green infrastruktur relatif banyak. Yang menjadi permasalahan adalah upaya yang
dilakukan oleh setiap kementerian/lembaga tersebut diatas berdasarkan atas tugas pokok dan
fungsi masing-masing. Tidak menutup kemungkinan pelaksanaan tugas dilapangan akan
menimbulkan
gengsi
kelembagaan,
sehingga
masing-masing
kementerian/lembaga
berkonsentrasi atas apa yang menjadi tugasnya tanpa memperhatikan kebijakan dari kementerian
lain dan mengurangi aspek koordinasi. Apabila dicermati lebih mendalam, permasalahan ini
merupakan buah dari tidak adanya kesamaan pandang mengenai green infrastruktur. Dampaknya
semua kementerian merasa benar akan konsep yang diusung.
Banyaknya aturan yang bersinggungan mengenai konsep green infrastruktur pada level
makro dan meso tersebut, dapat memberikan dampak kurang baik terhadap pelaksanaan konsep
green infrastruktur
4-3
Perlu adanya upaya yang berbeda dari biasanya agar konsep green infrastruktur di
Indonesia dapat terimplementasi dengan baik.
1. Kesamaan visi dan misi tentang green infrastruktur
2. Meningkatkan koordinasi stakeholder
3. Membentuk fungsi pengendalian dan pengawasan penerapan green infrastruktur
4. Mengkampanyekan green infrastruktur
5. Melakukan segmentasi dan menciptakan model/percontohan green infrastruktur
4.2.1
penilaian yang dilakukan yaitu berada di Desa Cibeureum, dimana Desa tersebut memiliki 3 Situ
yaitu Situ Ciijah, Situ Cianjing, dan Situ Ciburial. Penilaian yang dilakukan dalam implementasi
Situ berdasarkan Permen PU No.5 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Implementasi Kontruksi
Berkelanjutan Pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang PU dan Permukiman. Sedangkan
penilaian untuk infrastruktur Jalan di Jawa Barat berdasarkan NSPK teknis infrastruktur jalan hal
ini bertujuan untuk mengkorelasikan antara peraturan, implementasi dan hasil temuan yang ada.
4.2.1.2
program ketahanan pangan dan penyediaan air untuk berbagai keperluan masyarakat diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Di bidang SDA beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) yang memiliki peran penting
dalam penyediaan sumber air sebagian telah mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan
menurunnya nilai kemanfaatan air sehubungan penurunan fungsi daerah tangkapan dan resapan
air. Oleh karena itu, perlu dilakukan konservasi sumber daya air untuk pemenuhan kualitas dan
kuantitas air baku penduduk baik untuk pertanian maupun untuk memenuhi kebutuhan air
lainnya, sebagai pengendalian sedimen di daerah hilir, dan sarana rekreasi.
Berdasarkan hasil diskusi dengan Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat diperoleh informasi
bahwa setiap infrastruktur yang dibangun oleh PSDA sudah mengacu pada konsep green
infrastructure yang merupakan bagian dari pertimbangan pembangunan yang mengacu pada visi
dan misi Provinsi Jawa Barat. Untuk saat ini hampir semua pembangunan infrastruktur mengacu
pada konsep tersebut dan tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) yang sudah termuat
KAJIAN KEBIJAKAN BIDANG PU DAN
PERUMAHAN RAKYAT DALAM IMPLEMENTASI
KONSEP GREEN INFRASTRUCTURE
4-4
tahapan keberlanjutannya. Renstra memuat identifikasi setiap permasalahan dan bagan alir
pengendaliannya.
Dasar pembangunan infrastruktur di PSDA adalah kebutuhan instansi dan kebutuhan
eksisting akan tetapi lebih banyak pada kebutuhan eksisting, karena kebutuhan akan energi dan
SDA semakin meningkat seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke
tahun. Hal ini menyebabkan tidak terdapatnya dokumen feasibility study maupun dokumen
lingkungan seperti UKL UPL. Setiap konsep pembangunan masyarakat yang berlandaskan
usulan masyarakat diwujudkan dalam bentuk DED. Contoh kasus adalah pembangunan situ
buatan di Desa Cibeureum yaitu Situ Ciburial, Situ Cianjing dan Situ Ciijah. Ketiga
pembangunan tersebut berlandaskan pada hasil kunjungan wakil gubernur Jawa Barat ke lokasi
terkait kebutuhan air bersih warga sekitar lokasi dan RAM-IP DAS Citarum Hulu.
Setiap pembangunan infrastruktur yang ada telah sesuai dengan rencana tata ruang yang
pada umumnya ditunjukan pada struktur ruang. Sejauh ini pembangunan telah dilakukan dengan
koordinasi yang baik akan tetapi tetap menemukan kendala pada perbaikan rencana tata ruang
yang saling menunggu antara yang satu dengan yang lain.
Dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur telah memperhitungkan biaya,
manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan yang seluruhnya merujuk pada visi misi Provinsi Jawa
Barat umumnya dan visi misi Dinas PSDA pada khususnya. Permasalahan terletak pada
pembiayaan yang minim namun banyak permintaan kebutuhan akan infrastruktur di masyarakat.
Pada bagian kontruksi terutama dilakukan pendetailan hingga uji kelayakan.Umumnya
masa konstruksi untuk infrastruktur SDA adalah 2 tahun. Rencana pemanfaatan infrastruktur
sudah dimiliki dalam bentuk KONJA (kondisi jaringan) di dalamnya memuat kondisi jaringan
yang telah dibangun hingga saat ini di beberapa daerah. Untuk sosialisasi, promosi dan edukasi
kepada pengguna guna mendukung pemanfaatan infrastruktur selalu dilakukan sebelum
dilakukan kegiatan pembangunan infrastruktur oleh konsultan pelaksana pekerjaan.
Pada bagian monitoring dan evaluasi kondisi komponen infrastruktur sudah ada dan hal
itu diperlukan pengawasan dan evaluasinya karena bagian dari visi dan misi dinas yang
berkelanjutan dalam pembangunannya melalui konsultan supervisi bidang konstruksi.Untuk
kasus pembangunan situ buatan, dikarenakan belum adanya dokumen pemeliharaan dan
pemanfaatan serta sosialisasi setelah situ dibangun menyebabkan timbulnya keinginan warga
untuk mengalihfungsikan situ menjadi area kolam pemancingan.
KAJIAN KEBIJAKAN BIDANG PU DAN
PERUMAHAN RAKYAT DALAM IMPLEMENTASI
KONSEP GREEN INFRASTRUCTURE
4-5
Uji kelayakan infrastruktur berkelanjutan secara periodik dan setelah mendekati masa akhir
layanan tidak seluruhnya dilakukan dikarenakan sinkronisasi organisasi yang tidak menentu
sehingga anggota baru tidak mengetahui kegiatan yang sedang dilaksanakan pada struktur
organisasi yang lama dalam artian kurang koordinasi internal.
Dalam implementasi green infrastructure kendala yang dihadapi pada umumnya adalah
pada pembiayaan, kemudian pada kegiatan teknis tidak memiliki acuan indeks untuk menilai
infrastruktur yang menggunakan konsep berkelanjutan sehingga dinas belum paham bagaimana
cara penilaian yang ideal untuk dapat dikatakan green dalam sebuah nilai yang memiliki arti
mutlak untuk setiap kualitas infrastruktur.
Selain itu untuk kasus pembangunan situ buatan, kendala pelaksanaan di lapangan
adalah lokasi mata air yang terdapat di lahan Perhutani sehingga perlu dibuat MoU terkait
pemanfaatan lahan untuk situ buatan. Di lain sisi, untuk kasus pembuatan bendung,
keberlanjutan suatu infrastruktur terkendala perubahan hasil analisis hidrologi di masa yang akan
datang sebagai efek dari global warming dan perubahan luas tangkapan air di hulu bendung.
Karena infrastruktur bendung umumnya dibangun dengan menggunakan analisis hidrologi
dengan kondisi eksisting dengan asumsi curah hujan maksimum (CHHM) di masa yang akan
datang akan sama dengan kondisi saat ini
Berdasarkan studi kasus pembuatan Situ Cianjing, Ciijah maupun Ciburial dapat
dilakukan penilaian berlandaskan indikator green infrastructure. Hasil analisa skoring penilaian
kelengkapan dokumen menunjukan bahwa untuk pembuatan Situ Cianjing, Ciijah dan Ciburial
tergolong kegiatan pembangunan infrastruktur yang menuju berkelanjutan dengan nilai 70,83 %.
Hal-hal yang mendukung penilaian ini adalah tidak adanya dokumen lingkungan dan belum
adanya dokumen pemanfaatan dan pemeliharaan. Dokumen FS sebagai dokumen yang
menunjukan tahap pemrograman termasuk dalam studi penetuan DED dan RAM-IP Citarum
hulu yakni dilakukannya analisis hidrologi dan hidrolika meskipun belum semua jenis analisis
sudah dilakukan sebagai dasar pembangunan.
Selain untuk bidang PSDA, penilaian juga dilakukan terhadap proyek pembangunan
jalan raya di Provinsi Jawa Barat. Untuk melihat kesesuaian pembangunan jalan dengan aspekaspek green infrastructure, dilakukan penilaian melalui Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
(SNVT) Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Provinsi Jawa Barat. Namun,
4-6
karena minimnya kelengkapan data yang ada, maka studi terhadap pembangunan jalan tidak
dijadikan sebagai focus utama kajian ini.
Hasil Penilaian Aspek Green Infrastruktur Terhadap Pembangunan Jalan Raya
Secara total untuk pembangunan infrastruktur jalan raya dari segi kelengkapan dokumen
dapat dikategorikan kegiatan pembangunan infrastrukturnya sudah berkelanjutan dengan total
skor 96,3% atau > 80 %. Penilaian ini mengindikasikan bahwa pembangunan jalan raya dari sisi
acuan dokumen sudah lengkap tetapi jika difokuskan hanya untuk satu proyek saja, kelengkapan
dokumen belum tentu lengkap. Oleh karena itu diperlukan perbaikan komputerisasi data didalam
server misalnya dengan pembuatan database pekerjaan, tahun pekerjaan dimulai dan tahun
pekerjaan selesai serta dilengkapi ceklis kelengkapan dokumen ataupun perbaikan sistem
pengumpulan dokumen hardcopy agar lebih teratur misalnya dengan diberikan nomor dokumen
dan kode wilayah serta tahun proyek sehingga memudahkan pelacakan dan pengendalian
dokumen seandainya sewaktu-waktu dokumen tersebut diperlukan sebagai acuan pengembangan
wilayah suatu daerah.
4.2.1.4
4-7
4-8
Gambar 4.13
Kondisi Fisik Bendung Batang Anai
Gambar 4.14.
Kondisi Kebersihan Bendung Batang Anai
Gambar 4.15
KAJIAN KEBIJAKAN BIDANG PU DAN
PERUMAHAN RAKYAT DALAM IMPLEMENTASI
KONSEP GREEN INFRASTRUCTURE
4-9
Gambar 4.16
Kondisi Buffer Zone dan Sempadan Sungai di Bendung Batang Anai
4 - 10
Konflik sosial yang muncul selama penyelesaian pekerjaan mengingat pada kawasan tersebut
penduduknya cukup padat.
Analisis Stakeholder
Dari beberapa stakeholder tersebut, dibagi kedalam 3 kategori pengaruhnya dalam
kegiatan, yaitu:
1. Stakeholder pengaruh tinggi adalah stakeholder yang memiliki posisi dominan dalam
mempengaruhi kegiatan. Yang masuk kategori ini diantaranya Kementrian PU dan Pera,
Dinas
Bina
Marga
Provinsi/Kabupaten/Kota,
Dinas
Cipta
Karya
Provinsi/
4 - 11
diukur
tingkat
kesesuaian
dan
lingkungan
selama
pelaksanaan
keberhasilannya
pembangunan infrastruktur
Banyaknya
manfaat
langsung
yang Penanganan kerusakan infrastruktur lambat
didapatkan oleh masyarakat sekitar dengan
karena terbelit oleh birokrasi sistem
adanya infrastruktur yang dibangun
penganggaran pengadaan barang dan jasa
Hampir tidak ada dampak negatif yang Masih minimnya pengetahuan dan pemahaman
ditimbulkan
bagi
lingkungan
dan
stakeholder dalam implementasi konsep
masyarakat sekitar
green infrastruktur
Adanya substansi di dalam visi dan misi Kurangnya sosialisasi kebijakan-kebijakan
terkait pengembangan infrastruktur yang
terkai green infrastruktur
berkelanjutan dan ramah lingkungan
Adanya substansi infrastruktur hijau pada
RTRW, RPJP, RPJMD dan Rencana tahunan
(Perda)
Opportunity
Threat
Peluang kerjasama antar daerah baik dengan Dalam kasus Sumatera Barat, terdapat
pemerintah maupun dengan NGO dalam
aktivitas yang tidak terprediksi yaitu
penerapan infrastruktur hijau
penambangan pasir/batu oleh masyarakat di
Sungai Batang Anai yang membuat terjadi
Adanya investasi dari luar untuk
pendangkalan sungai sehingga debit air
menanamkan modal untuk pengembangan
sungai menjadi kecil
infrastruktur hijau
Belum adanya kebijakan insentif disinsentif
terkait
pembangunan
infrastruktur hijau
Ketetapan hukum yang didasarkan pada
aturan yang out of date (kadaluwarsa)
4 - 12