Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bangunan pelimpah samping (Side Channel Spillway) adalah suatu bangunan pelimpah yang
saluran peluncurnya berposisi menyamping terhadap saluran pengatur aliran di hulunya
(Sosrodarsono, 1989:190)
Aliran yang melintasi bangunan pelimpah samping tersebut, seolah-olah terbagi menjadi dua
tingkatan dengan dua buah peredam energi, yaitu yang pertama terletak pada bagian akhir
saluran pengatur yang disebut saluran samping dan yang kedua adalah peredam energi di
bagian akhir dari bangunan pelimpah tersebut.
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada bangunan pelimpah tipe ini adalah agar debit banjir
yang melintasinya, tidak menyebabkan aliran yang menenggelamkan bendung (submerged
flow) pada saluran pengatur, maka saluran samping dibuat cukup rendah terhadap bendung
tersebut.
Untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut, maka bangunan pelimpah direncanakan
sedemikian rupa, agar pada saat mengalirkan debit banjir abnormal, perbedaan elevasi
permukaan di hulu dan di hilir bendung pengatur tidak kurang dari 2/3 tinggi air di atas mercu
bendung tersebut (Sosrodarsono, 1989:190).
Koefisien Debit Pelimpah
Rumus yang digunakan untuk menghitung debit di atas pelimpah adalah sebagai berikut:
3
Q C.B.H 2
Dengan:
Q
= Koefisien limpahan
= total tinggi tekanan air di atas mercu pelimpah (termasuk tinggi tekanan kecepatan
1 2 ( h / H d )
1 (h / H d )
0 , 9900
Dengan:
C
Cd
Hd
= konstanta
koefisien limpahan pada bendung tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
Pengaruh-pengaruh kedalaman air di dalam saluran pengarah aliran dan kemiringan lereng
hulu bendung terhadap angka C pada berbagai bangunan
Gambar. Koefisien limpahan yang dipengaruhi oleh faktor hilir pelimpah dengan aliran
tenggelam
Sumber: anonim , 1987:374
Lebar Efektif Pelimpah
Pada saat terjadi pelimpahan air melintasi mercu suatu pelimpah terjadi kontraksi aliran baik
pada kedua dinding samping pelimpah maupun di sekitar pilar-pilar yang dibangun di atas
mercu pelimpah tersebut, sehingga secara hidraulik lebar efektif suatu pelimpah akan lebih
kecil lebar keseluruhan pelimpah yang sebenarnya, dan debit air yang melintasi mercu
pelimpah yang bersangkutan selalu didasarkan pada lebar efektifnya, yaitu dari hasil
pengurangan lebar sesungguhnya dengan jumlah seluruh kontraksi yang timbul pada aliran air
yang melintasi mercu pelimpah tersebut (Sosrodarsono, 1989:190)
Rumus yang digunakan untuk menghitung panjang efektif bendung adalah sebagai berikut:
B
=B-(N.Kp + Ka) H
Dengan:
Kp
Ka
2 g ( Z H d hz )
Q
V z hz
B
Fz
Vz
ghz
Dengan:
Q
Vz
= tinggi jatuh atau jarak vertikal dari permukaan hulu sampai lantai kaki hilir (m)
Hd
hz
Fz
= bilangan Froude
Sedangkan untuk menghitung tinggi muka air di atas mercu (crest) pelimpah, digunakan
persamaan dimana kondisi di atas mercu pelimpah dianggap kritis (nilai Fr = 1) sehingga:
Fr
hcr 3
V
gh cr
L.hcr
g .h cr
q2
g
Dengan:
hcr
Saluran Samping
Aliran pada saluran samping merupakan aliran spasi. Aliran spasi perpaduan antara aliran
berubah lambat laun dengan aliran tidak seragam. Aliran berubah (ABL dan ABT) adalah
suatu aliran yang tidak mendapat tambahan atau pengurangan debit pada setiap penampang
panjangnya. Volume air dalam sistem saluran tersebut dalam interval waktu tertentu adalah
tetap. Dalam aliran tunak-berubah debitnya konstan di semua penampangnya. Jika aliran
terdapat perubahan karena adanya penambahan dan pengurangan dalam sistem saluran maka
dikatakan aliran tersebut adalah aliran spasi (spatially varied flow).
Pada bangunan pelimpah yang kecil, biasanya lebar dasar sepanjang dasar saluran samping
dibuat seragam, akan tetapi untuk saluran samping pada bangunan pelimpah yang besar
biasanya lebar dasar kolam akan semakin besar ke hilir, sedemikian rupa sehingga pada saat
melewatkan debit benjir rencana, permukaan air didalam kolam tersebut membentuk bidang
yang hampir datar dengan penampang basah yang paling efektif (Sosrodarsono, 1989:192).
Dalam saluran samping akan terjadi proses peredaman energi, maka saluran tersebut akan
menerima beban hidrodinamis berupa hempasan (impact) aliran air dan gaya-gaya vibrasi
(vibration), sehingga saluran ini harus dibangun di atas pondasi batuan yang kokoh.
Dengan memulai dari hukum Newton II tentang gerak, kita bisa memperoleh persamaan
momentum yang menyatakan bahwa pengaruh dari semua gaya luar terhadap volume kontrol
dari cairan dalam setiap arah sama dengan besarnya perubahan momentum dalam arah
tersebut (Raju, 1986:11).
.Q ( V )
Dengan:
Q
P1
P2
Ft
Gambar prinsip energi dan momentum yang digunakan untuk saluran terbuka
Sumber: Raju, 1986:10
Rumus dasar dari I. Hinds, adalah sebagai berikut:
Qx q.x
v a.x n
n 1
h
hv
n
Dengan:
Qx
= jarak antara tepi hulu bendung dengan suatu titik pada mercu bendung (m)
= kecepatan rata-rata aliran air di dalam saluran samping pada titik tertentu (m/dtk)
Q1 (v1 v2 )
g (Q1 Q2 )
(v2 v1 )
v1 (Q2 Q1 )
Q1
Dimana:
h
Q1
Q2
v1
v2
Saluran transisi
Saluran samping pada bangunan pelimpah samping sering terdapat fenomena ketidakrataan
distribusi kecepatan. Sehingga sebelum saluran peluncur dibuat saluran transisi. Saluran
transisi biasanya direncanakan agar debit banjir rancangan yang akan disalurkan tidak
menimbulkan kecepatan yang tidak rata dan air terhenti (back water) di bagian hilir saluran
setelah pelimpah, sehingga dapat memberikan kondisi yang menguntungkan, baik pada aliran
di dalam saluran transisi tersebut maupun pada aliran permukaan yang akan menuju saluran
peluncur.
Gambar. Skema aliran dalam kondisi terjadinya aliran kritis di ujung saluran transisi.
Sumber: Sosrodarsono, 1989:204
Perhitungan hidraulika saluran transisi menggunakan persamaan energi dengan rumus sebagai
berikut: