Você está na página 1de 9

ASKEB KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN

NEONATAL
INFEKSI PADA PEMBULUH DARAH DIKAITKAN DENGAN SYOK SEPTIK

OLEH :
KELOMPOK 2
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
2014 / 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk
menyelesaikan makalah kami yang berjudul Infeksi Pada Pembuluh Darah
Dikaitkan Dengan SyokSeptik.Makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah Askeb Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan temanteman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Makassar, 25Februari 2014


Penyusun

Kelompok 2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................i
DAFTAR ISI.............................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...........................................
B. RUMUSAN MASALAH.......................................
C. TUJUAN.............................................
BAB II PEMBAHASAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Defenisi syok septik...............................................................................


Tanda & gejala syok septik....................................................................
Prognosa syok septik..............................................................................
Indikasi syok septik................................................................................
Persiapan alat, pasien & petugas pada penderita syok septik...................
Tindakan syok septik.............................................................................
Satuan oprasional prosedur syok septik.................................................
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN............................................
B. SARAN.........................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan
zat gizi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian
sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita
(Boswick John. A, 1997, hal 44).

Syok sulit didefinisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom klinik yang
dinamis yang ditandai dengan perubahan sirkulasi volume darah yang
menyebabkan ketidaksadaran dan memyebabkan kematian (Skeet, Muriel, 1995,
hal 203).
Shock tidak terjadi dalam waktu lebih lama dengan tanda klinis penurunan
tekanan darah, dingin, kulit pucat, penurunan cardiac output , ini semua
tergantung dari penyebab shock itu sendiri. Shock septic tanda yang dapat terjadi
cardiac output meningkat tidak normal, dan kulit pasien hangat dan dingin
(Guthrie Mary. M, 1982, hal 1)

B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa yang dimaksud dengan infeksi dan syok septik ?


Apa saja tanda dan gejala pada syok septik ?
Apa saja prognosa pada syok septik ?
Bagaimana indikasi tindakan pada syok septik ?
Bagaimana persiapan alat,pasien & petugas yang menderita syok septik ?
Tindakan apa yang dilakukan untuk menangani peyakit syok septik ?
Apakah Satuan oprasional tindakan syok septik ?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari infeksi dan syok septik.


Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala syok septik.
Mahasiswa mampu menjelaskan prognosa pada syok septik.
Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi tindakan pada syok septik.
Mahasiswa mampu menjelaskan persiapan alat, pasien & petugas yang menderita

syok septik.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tindakan yang dilakukan untuk menangani syok
septik.
7. Siswa mampu menjelaskan Satuan oprasional tindakan syok septik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI
1. Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang menyebabkan perfusi jaringan
menjadi tidak adekuat sehingga mengganggu metabolisme sel/jaringan. Syok septik merupakan
keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (sistolik < 90mmHg atau penurunan tekanan
darah sistolik > 40mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meski telah dilakukan resusitasi
secara adekuat atau perlu vasopressor untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ
(Chen dan Pohan, 2007).
2. Syok septik merupakan syok yang disertai adanya infeksi (sumber infeksi). Pada pasien trauma,
syok septik bisa terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik
terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi rongga
peritonium dengan isi usus.
3. Syok septik adalah penurunan tekanan darah yang berpotensi mematikan karena adanya bakteri
dalam darah.
B. TANDA DAN GEJALA
1. Demam tinggi > 38,9 C, sering diawali dengan menggigil kemudian suhu turun dalam beberapa
2.
3.
4.
5.
6.
7.

jam (jarang hipotermi).


Takikardia (denyut jantung cepat) lebih cepat dari 100 denyut / menit.
Hipotensi (sistolik < 90 mmHg)
Petekia, leukositosis atau leokopenia yang bergeser ke kiri, trombositopenia
Hiperventilasi dengan hipokapnia
Gejala lokal misalnya nyeri tekan didaerah abdomen, periektal
Syok septik harus dicurigai pada pasien dengan demam, hipotensi, trombositopenia atau
koagulasi intravaskuler yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.

C. PROGNOSA
Syok septik dapat menyebabkan kegagalan organ multipel termasuk kegagalan
pernapasan dan dapat menyebabkan kematian cepat

D. INDIKASI
1. Apabila pasien dalam keadaan Demam tinggi > 38,9 C, sering diawali dengan menggigil
kemudian suhu turun dalam beberapa jam (jarang hipotermi).
2. Apabila pasien dalam keadaan nyeri tekan didaerah abdomen, periektal.
3. Apabila pasien dalam keadaan Hipotensi (sistolik < 90 mmHg)
E. TINDAKAN SYOK SEPTIK
Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan resusitasi yang perlu
dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam pertama, dimulai
sejak pasien tiba di unit gawat darurat. Tindakan mencakup airway: a) breathing; b) circulation;
c) oksigenasi, terapi cairan, vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan. Pemantauan
dengan kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai tekanan vena sentral (CVP) 812 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65 mmHg dan produksi urin >0,5 ml/kgBB/jam.
1. Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat disfungsi atau kegagalan
sistem respirasi karena gangguan ventilasi maupun perfusi.Transpor oksigen ke jaringan juga
dapat terganggu akibat keadaan hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan penurunan
curah jantung.Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan menyebabkan daya angkut oleh
eritrosit menurun.Transpor oksigen ke jaringan dipengaruhi juga oleh gangguan perfusi akibat
disfungsi vaskuler, mikrotrombus dan gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan yang
mengalami iskemia.
Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan upaya meningkatkan saturasi oksigen di darah,
meningkatkan transpor oksigen dan memperbaiki utilisasi oksigen di jaringan.
2. Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan baik kristaloid maupun
koloid.Volume cairan yang diberikan perlu dimonitor kecukupannya agar tidak kurang ataupun
berlebih.Secara klinis respon terhadap pemberian cairan dapat terlihat dari peningkatan tekanan
darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan ekstremitas, produksi
urin, dan membaiknya penurunan kesadaran. Perlu diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa
peningkatan tekanan vena jugular, ronki, gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen.

Pada keadaan serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik melebihi
tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan. Transfusi eritrosit (PRC) perlu
diberikan pada keadaan perdarahan aktif, atau bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentu
misalnya iskemia miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada sepsis
dipertahankan pada 8-10 g/dl.
3. Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi dengan pemberian cairan
secara adekuat, tetapi pasien masih mengalami hipotensi.Terapi vasopresor diberikan mulai dosis
rendah secara titrasi untuk mencapai MAP 60 mmHg, atau tekanan sistolik 90 mmHg. Untuk
vasopresor dapat digunakan dopamin dengan dosis >8 mcg/kg/menit, norepinefrin 0,03-1,5
mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8 mcg/kg/menit atau epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Inotropik
yang dapat digunakan adalah dobutamin dosis 2-28 mcg/kg/menit, dopamin 3-8 mc/kg/menit,
epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit atau inhibitor fosfodiesterase (amrinon dan milrinon).
4. Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum bikarbonat <9 meq/l, dengan
disertai upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.
5. Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis maupun hemofiltrasi
kontinu (continuous hemofiltration).Pada hemodialisis digunakan gradien tekanan osmotik
dalam filtrasi substansi plasma, sedangkan pada hemofiltrasi digunakan gradien tekanan
hidrostatik.Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan bila kondisi telah stabil
dapat dilakukan hemodialisis.
6. Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak, cairan, vitamin dan mineral
perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan pemberian secara enteral dan bila tidak
memungkinkan beru diberikan secara parenteral.

7. Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi insufisiensi adrenal, dan diberikan
secara empirik bila terdapat dugaan keadaan tersebut.Hidrokortison dengan dosis 50mg bolus
intravena 4 kali selama 7 hari pada pasien renjatan septik menunjukkan penurunan mortalitas
dibanding kontrol.

F.
a.
-

PERSIAPAN ALAT , PASIEN & PETUGAS


Persipan alat :
Cairan infus
Obat antibiotik
Obat inotropik
Tabung oksigen

b.
c.
-

Persiapan pasien :
Menyampaikan hasil pemeriksaan mengenai keadaan pasien, apabila pasien dalam keadaan sadar.
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
Meminta persetujuan kepada pasien apabila pasien dalam keadaan sadar.
Meminta persetujuan kepada keluarga apabila pasien dalam keadaan tidak sadar.
Mengatur posisi pasien.
Persiapan petugas :
Persiapan diri ( Pelindung diri )
Persiapan alat

G. SOP (STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR)


1. Terapi cairan. Pemberian cairan garam berimbang harus segera diberikan pada saat ditegakkan
diagnostic, syok septik pemberian cairan ini sebanyak 1-2 L selama 30-60 menit dapat
memperbaiki sirkulasi tepid an produksi urin. Pemberian cairan selanjutnya tergantung
pengukuran tekanan vena sentral.
2. Obat inotropik. Dopamin sebaiknya diberikan bilamana keadaan syok tidak dapat diatasi dengan
pemberian cairan, tetapi tekanan vena sentral telah kembali normal. Dopamin permulaan
diberikan kurang dari 5 g/kg berat badan/menit. Dengan dosis ini diharapkan aliran darah ginjal

dan mesenterik meningkat, serta memperbanyak produksi urin. Dosis dopamin 5-10 g/kg berat
badan/menit dan menimbulkan efek beta adrenergik. Sedangkan pada dosis > 10 g/kg berat
badan/menit, dopamine tidak efektif, dan yang menonjol adalah efek alfa adrenergic.
3. Antibiotika. Pemberian dosis antibiotika harus lebih tinggi dari dosis biasa dan diberikan secar
intravena, kombinasi pemberian 2 antibiotika spektrum sangat dianjurkan karena dapat terjadi
efek aditif dan sinergistik. Misal : kombinasi pemberian klindamisin (600 mg/ 6 jam) dengan
aminoglikosida (gentamisin atau tobramisin 2 mg/kg berat badan/ 8 jam) sebagai terapi
permukaan sebelum mendapatkan uji kepekaan bakteri.

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN

Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang menyebabkan perfusi
jaringan menjadi tidak adekuat sehingga mengganggu metabolisme sel/jaringan. Syok septik
merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (sistolik < 90mmHg atau penurunan
tekanan darah sistolik > 40mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi, meski telah dilakukan
resusitasi secara adekuat atau perlu vasopressor untuk mempertahankan tekanan darah dan
perfusi organ (Chen dan Pohan, 2007).

B.SARAN
Diharapkan kepada pembaca dapat memberikan masukan yang sifatnya membangun
demi menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosostro,hanifa.2005.ilmu kebidanan.bida pustaka sarwono. Jakarta
Wikn josastro, hanifa. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatus,
yayasan bina pustaka. Jakarta
Sifuddin, Abdul bari. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Yayasan bina pustaka sarwono prawirahardjo. jakarta

Você também pode gostar