Você está na página 1de 8

2.2.

2 Konsep Asuhan Keperawatan Syok Kardiogenik


2.2.2.1 Pengkajian
a. Pengkajian primer

Airway : penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai


adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat
dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan
seperti snoring.

Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,


retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara
napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya
trauma pada dada.

Circulation : dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output


serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.

Disability : nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.


b. Pengkajian Sekunder

Aktivitas

Gejala : kelemahan, kelelahan


Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas,

perubahan
warna kulit kelembaban, kelemahan umum

Gejala

koroner, GJK, masalah TD, diabetes mellitus


Tanda : Tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah,

Sirkulasi
: Riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri

perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk


berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak teratur,
BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal
jantung atau penurun an kontraktilitas ventrikel, Gejala
hipoperfusi jaringan kulit ; dioforesis ( Kulit Lembab ),
pucat, akral dingin, sianosis, vena vena pada

punggung tangan dan kaki kolaps


Eliminasi

Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jam


Tanda : oliguri
Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan
sangat hebat, tidak hilang dengan istirahat atau
nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio substernal,
prekordial, dapat menyebar ketangan, rahang, wajah,
Tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang,abdomen,punggung,

leher,

dengan

kualitas

chorusing, menyempit, berat,tertekan , dengan skala


biasanya 10 pada skala 1- 10, mungkin dirasakan
pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.

Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh,


meregang mengeliat, menarik diri, kehilangan kontak
mata,

perubahan

frekuensi

atau

irama

jantung,

TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban ,bahkan

penurunan kesadaran.
Pernafasan

Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea


nocturnal,

batuk

dengan

atau

tanpa

produksi

sputum,penggunaan bantuan pernafasan oksigen atau

medikasi,riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis


Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ;
penggunaan otot aksesori pernafasan, nasal flaring,
batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk terus
menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin
bersemu darah, merah muda/ berbuih ( edema pulmonal
). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan crakles
dari basilar dan mengi peningkatan frekuensi nafas,
nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis,
akral dingin.

2.2.2.2
1.

Diagnosa Keperawatan
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
ditandai dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.

2.

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan


aliran darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri,
cardiac out put menurun, sianosis, edema (vena).

3.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan


spasme reflek otot sekunder akibat

gangguan viseral jantung ditandai

dengan nyeri dada, dispnea, gelisah, meringis.


4.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley oksigen


dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung) ditandai dengan
kelelahan, kelemahan, pucat.

2.2.2.3 Intervensi Keperawatan


RENCANA KEPERAWATAN
NO
.
1.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
pola nafas tidak

TUJUAN
Setelah
1.

efektif

diberikan

pernafasan dan

Kecepatan dan upaya

berhubungan

askep selama

kedalaman. Catat upaya

mungkin meningkat karena

dengan pertukaran

3x 24 jam

pernafasan, contoh

nyeri, takut, demam,

gas ditandai dengan diharapkan

adannya dispnea,

penurunan volume sikulasi

sesak nafas,

pola nafas

penggunaan obat bantu

(kehilangan darah atau

gangguan

efektif

nafas, pelebaran nasal

cairan), akumulasi secret,

frekwensi
pernafasan, batuk-

INTERVENSI
Evaluasi frekwensi

1.

RASIONAL
Respon pasien berfariasi.

hipoksia atau distensi


kriteria hasil :

batuk

gaster. Penekanan
pernapasan (penurunan

Klien tidak
sesak nafas

kecepatan) dapat terjadi dari


pengunaan analgesik

berlebihan. Pengenalan
Frekwensi

disini dan pengobatan

pernafasan

ventilasi abnormal dapat

normal

mencegah komplikasi
2.

Tidak ada

Auskultasi bunyi
nafas. Catat area yang 2.

batuk-batuk

Auskultasi bunyi napas

menurun atau tidak

ditujukan untuk mengetahui

adannya bunyi nafas dan

adanya bunyi napas

adannya bunyi nafas

tambahan

tambahan, contoh krekels


atau ronki
3.

Kalaborasi dengan
beriakan tambahan
oksigen dengan kanula 3.

Meningkatkan pengiriman

atau masker sesuai

oksigen ke paru-paru untuk

indikasi

kebutuhan sirkulasi,
khususnya adanya
penurunan/ gangguan

2.

Ketidakefektifan

Setelah

ferfusi jaringan

diberikan

belang, kulit dingin, atau

diakibatkan karena

perifer

askep 3x24

lembab. Catat kekuatan

penurunan curah jantung

berhubungan

jam

nadi perifer.

mungkin dibuktikan oleh

dengan gangguan

diharapkan

penurunan perfusi kulit dan

aliran darah

perfusi

penurunan nadi.

sekunder akibat

jaringan

Dorong latihan kaki aktif

gangguan vaskuler

perifer efektif

atau pasif, hindari latihan

meningkatkan aliran balik

isometrik

vena dan menurunkan

ditandai dengan
nyeri, cardiac out

Kriteria

put menurun,

hasil :

1.

ventilasi
Lihat pucat, sianosis, 1.
Vasokontriksi sistemik

Menurunkan statis vena,

resiko tromboflebis.

sianosis, edema

Klien tidak

(vena)

nyeri

2.
2.

Kalaborasi
laboratorium,contoh :

put normal

GBA, BUN, creatinin,

Indikator perfusi
atau fungsi

Pantau data
Cardiac out

organ
Dosis rendah heparin

dan elektrolit

mungkin diberika secara

Tidak

profilaksis pada pasien

terdapat

Beri obat sesuai

sianosis

indikasi: heparin atau

menurunkan resiko

natrium warfarin

trombofleblitis atau

(coumadin)

pembentukan

Tidak ada

resiko tinggi dapat untuk

edema (vena)

trombusmural. Coumadin
obat pilihan untuk terapi
anti koangulan jangka
panjang/pasca pulang

3.

Gangguan rasa

Setelah

1.

nyaman nyeri

diberikan

karekteristik nyeri, catat

agar dapat mengetahui

berhubungan

askep selama

laporan verbal, petunjuk

perencanaan selanjutnya

dengan trauma

3x24 jam,

non verbal dan repon

jaringan dan

diharapkan

hemodinamik ( contoh:

spasme refleks otot

pasien merasa

meringis, menangis,

sekunder

nyaman

gelisah, berkeringat,

akibat gangguan

Pantau atau catat

1.

Mengetahui tingkat nyeri

mengcengkram dada,

viseral jantung

Kriteria

napas cepat,

ditandai dengan

Hasil :

TD/frekwensi jantung

nyeri dada, dispnea,


gelisah, meringis

berubah)
Tidak ada
nyeri
2.

Bantu melakukan

Tidak ada teknik relaksasi,

2.

Membantu dalam
menurunan persepsi atau

dispnea

Klien
tidak gelisah

misalnya napas dalam

respon nyeri. Memberikan

perlahan, perilaku

kontrol situasi,

diskraksi, visualisasi,

meningkatkan perilaku

bimbingan imajinasi

positif.

Klien
tidak

3.
3.

Kalaborasi

meringis
Berikan obat sesuai
indikasi, contoh:

meskipun morfin IV adalah

analgesik, misalnya

pilihan, suntikan narkotik

morfin, meperidin

lain dapat dipakai fase akut

(demerol)

atau nyeri dada beulang


yang tidak hilang dengan
nitrogliserin untuk
menurunkan nyeri hebat,
memberikan sedasi, dan
mengurangi kerja miokard.
Hindari suntikan IM dapat
menganggu indikator
diagnostik dan tidak
diabsorsi baik oleh jaringan

4.

Intoleransi aktivitas Setelah

1.

Periksa tanda vital

kurang perfusi
1.
Hipertensi ortostatik dapat

berhubungan

diberikan

sebelum dan segera

terjadi dengan aktivitas

dengan ketidak

askep selama

setelah aktivitas,

karena efek obat

seimbangan suplay

3x24 jam,

khususnya bila pasien

(vasodilatasi), perpindahan

oksigen dengan

diharapkan

menggunakan

cairan, (diuretik) atau

kebutuhan

pasien dapat

vasolidator, diuretik,

pengaruh fungsi jantung

(penurunan atau

melakukan

penyekat beta

terbatasnya curah

aktifitas

jantung) ditandai

dengan

dengan kelelahan,

mandiri

2.

Catat respon kardio

2.

Penurunan atau

pulmonal terhadap

ketidakmampuan

aktivitas, catat takikardi,

miokardium untuk

Kriteria

disritmia, dispnea,

meningkatkan volume

Hasil ;

berkeringat, pucat

sekuncup selama aktivitas,

kelemahan, pucat

dapat menyebabkan
Klien tidak

peningkatan segera pada

mudah lelah

frekwensi jantung dan


kebutuhan oksigen, juga

Klien tidak

meningkatkan kelelahan

lemas

dan kelemahan
Kaji presipitator atau

Klien tidak

penyebab kelemahan,

pucat

3.

Kelemahan adalah efek

contoh pengobatan,

samping dari beberapah

nyeri, obat

obat (beta bloker,


Trakuiliser dan sedatif).
Nyeri dan program penuh
stress juga memerlukan
energi dan menyebabkan

Evaluasi peningkatan

kelemahan

intoleran aktivitas
4.

Dapat menunjukkan
meningkatan dekompensasi
jantung dari pada kelebihan

Berikn bantuan dalam

aktivitas

aktivitas perawatan diri


sesuai indikasi, selingi 5.

Pemenuhan kebutuhan

periode aktivitas dengan

perawatan diri pasien tanpa

periode istirahat

mempengaruhi stress
miokard atau kebutuhan

6.

oksigen berlebihan

Kalaborasi
Impelementasikan
program rehabilitasi
jantung atau aktivitas

6.

Peningkatan bertahap
pada aktivitas menghindari
kerja jantung atau
komsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung
dibawah stress, bila disfusi
jantung tidak dapat
membaik kembali

Você também pode gostar