Você está na página 1de 7

PENINGKATAN KUALITAS GARAM KABUPATEN PROBOLINGGO

MELALUI IMPLEMENTASI GEOISOLATOR


Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki kebijakan pembangunan perikanan dan
kelautan meliputi Minapolitan, Industrialisasi dan Blue Economy. Program Pengembangan
Usaha Garam Rakyat (PUGaR) merupakan salah satu program pemberdayaan yang difokuskan
pada Industrialisasi garam dan pengembangan usaha bagi petambak garam. Program ini sudah
berlangsung dari tahun 2011-2016.
Pada tahun 2016, Program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGaR) diarahkan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas garam KW 1 hingga 60% dari produksi yang
dihasilkan (Direktorat PMPPU, Ditjen KP3K 2015). Dengan adannya kebijakan ini, maka
petambak garam dituntut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi garam rakyat
melalui Teknologi Tepat Guna (TTG). Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah penerapan inovasi
teknologi yang mudah untuk diimplementasikan, lebih efektif, dan efisien.
Salah satu aplikasi teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas garam adalah sistem penggunaan geoisolator. Geoisolator merupakan inovasi
teknologi produksi garam sistem evaporasi, dengan cara melapisi permukaan tanah pada meja
kristalisasi dengan plastik jenis LDPE guna meningkatkan kecepatan proses kristalisasi air tua
dengan plastik hitam. Pada dasarnya geoisolator menonjolkan pada proses kecepatan proses
kristalisasi air tua dan mempertahankan debit air. Secara umum kelebihan menggunakan
geoisolator sebagai berikut :
1. Bahan baku pembuatan garam berupa air laut tidak mudah menyusut terserap kedasar lahan
garam sehingga dapat meningkatkan kuantitas produksi.
2. Waktu proses kristalisasi lebih cepat diakibatkan warna hitam pada bahan geomembran.
3. Garam yang dihasilkan lebih putih dan bersih serta kandungan NaCl dapat meningkat
karena tidak terkontaminasi tanah dasar tambak.
Pada saat ini geoisolator telah diaplikasikan dibeberapa daerah sentra maupun
penyangga produksi garam seperti Sampang, Pamekasan, Sumenep, Cirebon, Indramayu,
Rembang, Bima, Surabaya, Lamongan, Tuban, Pati dan Probolinggo.
Kabupaten Probolinggo merupakan daerah penyangga produksi garam. Adapun Luas
lahan tambak garam di Kabupaten Probolinggo sebesar 359,815 Ha yang terdapat di 4
Kecamatan yaitu Kecamatan Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton. Jumlah kelompok
Usaha Garam Rakyat (KUGAR) yang ada sebanyak 60 Kelompok dengan jumlah anggota 508
petambak garam. Penerapan geoisolator di Kabupaten Probolinggo telah diimplementasikan
oleh petambak garam di 8 Desa Potensi yaitu Desa Randutatah

Kecamatan

Paiton, Desa

Kebonagung, Desa Sidopekso dan Desa Asembagus Kecamatan Kraksaan, Desa Penambangan dan Desa
Sukokerto Kecamatan Pajarakan, Desa Klaseman, Desa Pajurangan dan Desa Curah Sawo Kecamatan
Gending.

Proses pelaksanaan implementasi geoisolator di Kabupaten Probolinggo meliputi proses


penyiapan lahan, proses pemasangan, pengelolaan air tua, proses pemanenan, serta proses
pemeliharaan geoisolator. Adapun proses kegiatan dijelaskan sebagai berikut :

A.

Proses Penyiapan Lahan


1. Tahap pengurasan dan pengeringan tambak.
Pengurasan air tambak dilakukan dengan menggunakan mesin pompa air bertujuan
menghilangkan genangan air dalam petak yang sebelumnya merupakan sisa tambak
budidaya bandeng. Buangan air tambak merupakan air yang kualitasnya sudah menurun
dan memiliki nutrisi yang tinggi, sehingga dikhawatirkan organisme akuatik seperti kerang,
cacing tambak dapat hidup dan dapat merusak lahan garam. Pengeringan tambak dapat
dilakukan selama 3-5 hari.

Gambar 1. Pengurasan Lahan Tambak

2.

Tahap pembuatan /perbaikan petak dan galengan tambak garam.


Persiapan lahan garam untuk air muda, dasar tambak dan meja bertujuan untuk
mengembalikan bentuk profil dasar tambak, lahan untuk air muda dan meja-meja tersebut
kebentuk semula yang diakibatkan oleh erosi pada musim hujan dan lumpur tanah yang
terbawa oleh air laut sehingga dasar tambak lebih tinggi dari semestinya. Perbaikan dan
pemulihan dasar tambak, lahan untuk air muda dan meja-meja dilakukan dengan cara
memperdalam dasar tambak, memperdalam atau meratakan lahan untuk air muda dan
meratakan mejameja. Lahan untuk air muda dan meja harus dibersihkan dari lumut
sebelum air laut dialirkan. Pada proses pemadatan meja dilakukan secara berulang-ulang
sampai lahan menjadi padat dan rata.
Persiapan galengan berfungsi melindungi areal penggaraman. Profil galengan
dikembalikan

seperti

semula

agar

memiliki

kekuatan

maksimum

dan

tanpa

bocoran/serapan. Galengan yang disiapkan meliputi :

Galengan sekitar tepi laut/luar tambak.

Galengan disekitar saluran pembuangan dan saluran pengangkutan, dengan


melakukan pengambilan tanah dari dasar saluran.

Galengan lahan air muda termasuk galengan penghalang memiliki ukuran lebar atas
20 cm, kemiringan 1:1, tinggi minimal 25 cm lebih tinggi dari tebal air yang
ditentukan di dalam peminihan dimana galengan penghalang tersebut berada.

Gambar 3. Perbaikan Petak Tambak Garam di Lahan Garam di Desa Sidopekso.

3.

Tahap Pembuatan Saluran


Saluran pengaliran yang harus disiapkan terdiri dari saluran pemasukan, saluran air
muda, saluran air tua, saluran pengangkutan dan saluran pembuangan yang berfungsi untuk
memasukkan dan mengalirkan air laut ke lahan pembuatan garam. Pekerjaan ini sudah
harus selesai sebelum air laut dialirkan.

Gambar 4. Pembuatan Saluran di Lahan Garam

4.

Tahap Pemadatan dan Perataan Petak Kristalisasi Garam.


Tujuan pemadatan dan perataan pada petak garam mengurangi porositas tanah
sehingga air baku tidak terbuang, membuat permukaan lahan menjadi datar dan halus
sehingga mempercepat evaporasi. Perataan petak kristalisasi garam perlu mendapatkan
perhatian terutama dari bena-benda runcing dan tajam seperti kerikil, binatang tritip,
cangkang kerang serta material lain yang berpotensi merusak lembar plastik geoisolator.
Proses pemadatan dan perataan petak kristalisasi lahan diawali dengan
menggenangi petak dengan air muda. Petak garam selanjutnya dijemur satu sampai dua hari
sampai cukup kering lalu dilakukan pemadatan permukaan lahan sampai keras dengan
menggunkan alat guluk/roller yang terbuat dari semen cor yang dimasukkan dalam paralon
ukuran 8 inchi.

Gambar 5. Perataan dan Pengerasan Petak Kristalisasi Tambak Garam.

B. Proses Pemasangan Geoisolator pada Meja Kristalisasi


Setelah tanah pada meja kristalisasi bersih, kering, rata dan padat maka tahapan selanjutnya
adalah pemasangan geoisolator. Pemasangan sebaiknya pagi hari atau sore untuk menghindari
terjadinya gelembung udara dan panas akibat pemuaian bahan plastik LDPE. Tahapan pemasangan
geoisolator sebagai berikut :
1. Ukur luasan lahan dan plastik geoisolator yang akan digunakan.
2. Pengangkutan gulungan rol geoisolator dari gudang ke lahan garam seharusnya diangkut 2
orang dengan cara dipikul atau menggunakan gerobak dan tidak boleh diseret untuk
meminimalisir kerusakan pada plastik.
3. Pada saat meletakkan geoisolator kedasar lantai pastikan posisi plastik yang terbelah ada
dibawah sehingga apabila terjadi gesekan atau membuka maka plastik tidak akat berlubang.

Gambar 6. Peletakan geoisolator

4. Pembentangan geoisolator hendaknya dilakukan 3-6 orang, dimulai dari atas kebawah (dalam
bentuk gulungan) dan mengikuti arah angin serta gunakan pemberat seperti kantong berisi pasir
agar geoisolator yang dipasang tidak bergeser karena terpaan angin.

Gambar 7. Pembentangan Geoisolator Pada Petak Kristalisasi Tambak Garam

5. Jika kondisi lahan lebih luas dari pada ukuran geoisolator maka akan dilakukan
penyambungan. Dalam penyambungan bisa dilakukan sendiri dengan menggunakan staples,
sealer atau dengan cara yang lebih ekonomis yaitu dengan cara melipat kedua belah sisi lalu
dibenamkan kedalam tanah.
a. Penyambungan di dalam tanah
-

Pembuatan garis untuk penyambungan dengan menggunakan sekop dan tali sesuai
dengan ukuran panjang dan lebar geoisolator yang akan disambung.

Gambar 8. Pembuatan Garis Pada Penyambungan dalam Tanah

Penyambungan geoisolator dengan cara melipat ujung sambungan menjadi 2


kemudian masukkan kedalam tanah dan padatkan

Gambar 9. Teknik Penyambungan Geoisolator di dalam Tanah dan Pemadatan


oleh KUGAR Wira Bahari Desa Sukokerto, Kecamatan Pajarakan

b. Penyambungan dengan menggunakan stapless


-

Setelah pembentangan geoisolator, lipat ujung sambungan menjadi 2 kemudian jepit


menggunakan staples dengan jarak 10-15 cm antara satu bagian dengan bagian
lainnya.

Gambar 10. Teknik Penyambungan Geoisolator Dengan Menggunakan Stapless


oleh KUGAR Sidoagung I Desa Sidopekso, Kecamatan Kraksaan

6. Setelah plastik terpasang dengan baik maka langkah selanjutnya adalah membuat pintu air
masuk, dan pintu air keluar. Pekerjaan ini membutuhkan pipa PVC 2.5-3 inci. Selanjutnya
kuatkan tepi geoisolator dengan cara memberi pasak kayu, bambu pada tepi plastik
geoisolator.

Gambar 11. Pembuatan Pintu air dan Pemberian Kayu Penahan

C.

Pengelolaan Air Tua


Setelah geoisolator terpasang dengan baik, pekerjaan berikutnya adalah pelepasan air tua.
Kegiatan ini sangat tergantung kepada konsentrasi air di petak meja peminihan terakhir yakni
apabila konsentrasinya sudah mencapai minimal 250Be dengan ketebalan minimal 7 cm. setelah
geoisolator terpasang, pintu air dibuka secara perlahan sehingga aliran air dari peminihan ke petak
meja garam yang akan di Lepas Air Tua (LAT) tidak keruh. Pengaliran air ke meja dihentikan saat
ketebalan air mencapai 3-5 cm. Waktu lepas air sebaikknya dimulai pukul 10.00-13.00 disesuaikan
dengan teriknya sinar matahari (Direktorat PMPPU, Ditjen KP3K 2015).
Pada masa antara lepas air tua dan panen dilakukan pemeliharaan kristal garam. Tujuannya
menjaga agar kristal garam yang terbentuk berkualitas baik. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
mempertahankan ketebalan dan konsetrasi air dengan cara melakukan perataan dasar. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan meja bergaram adalah mempertahankan ketebalan air minimal 3
cm diatas kristal garam dengan konsentrasi minimal 25-290Be. Ketebalan air dipertahankan dengan
cara menambahkan air tua dari meja air tua setiap hari untuk mengganti air yang menguap.

D.

Proses Pemanenan
Proses panen garam meliputi kegiatan mengumpulkan, mengangkut dan memindahkan
kristal garam dari petak meja garam ke tempat pengeringan. Panen dilaksanakan setelah kristal
garam berumur 7-15 hari sejak lepas air tua. Untuk mencapai kualitas garam KP 1 dengan kadar
NaCl 97% dibutuhkan waktu yang lebih lama proses perkristalannya. Semakin lama waktu proses
pengkristalan, semakin kuat ikatan struktur kristal garam terbentuk (Salahuddin. E, 2015).
Pemanenan garam dimulai dengan cara menggoyang-goyangkan kristal garam hingga
menjadi butiran garam. Butiran garam tersebut dikumpulkan dan ditarik ketepi galengan membentuk
prisma disepanjang galengan dengan mengunakan alat pengais. Pada saat proses pemanenan garam,
sebaiknya menggunakan alas kaki seperti sepatu / sandal karet agar tidak mengotori garam yang
dihasilkan. Alat penggaruk/pengais sebaiknya dilapisi bahan karet pada lapisan bawah untuk
meminimalisir geoisolator terjadi kerusakan/sobek.
Garam yang sudah di kumpulkan disepanjang galengan dimasukkan kedalam keranjang
selanjutnya dipikul ke tempat pengeringan. Timbunan garam di tempat pengeringan sebaiknya
diangkut setelah 3x24 jam agar proses pengeringan dan penirisan dapat maksimal. Apabila garam
6

telah dipanen total, sisa air tua >29 0 Be dibuang karena sudah mengandung kadar Magnesium yang
tinggi. Langkah terakhir dari proses panen ini adalah mengisi petak meja geoisolator dengan air
muda (konsentrasi <10 0 Be) untuk membersihkan dasar dari endapan kotoran dan melarutkan butirbutir garam yang tersisa (Direktorat PMPPU, Ditjen KP3K 2015).

Gambar 11. Proses Pemanenan Garam Menggunakan Geoisolator

E.

Proses Pemeliharaan Geoisolator


Penggunaan geoisolator pada lahan garam mempunyai nilai ekonomis yang tinggi,
dimana penggunaannya bisa mampu bertahan sampai empat musim garam apabila dilakukan
dengan perawatan yang baik. Perawatan geoisolator itu sebagai berikut (Anonymous. 2015) :
1.

Setelah musim garam berakhir geoisolator harus dilepas dari meja kristalisasi dengan cara
dicuci dengan menggunakan air bersih kemudian digulung sesuai lipatan awal dan
keringkan. Hal ini bertujuan untuk melepaskan gas amoniak karena selama waktu
pergaraman tanah tertutup geoisolator yang menyebabkan gas dari dalam tanah tidak terlepas
keudara.

2.

Geoisolator yang sudah kering dibungkus dengan rapi dan disimpan didalam gudang atau
tempat yang terlindungi dari sinar matahari langsung.

3.

Melakukan pengecekan tempat penyimpanan plastik secara berkala sehingga apabila terjadi
kerusakan bisa segera diketahui dan diatasi.
Ditulis oleh Riyantono S.Kel (Tenaga Pendamping Teknis PUGaR Kabupaten Probolinggo)

Daftar Pustaka
Direktorat PMPPU, Ditjen KP3K 2015, Bahan tayang pembekalan tenaga pendamping PUGaR tahun 2015
Direktorat PMPPU, Ditjen KP3K. 2015. Petunjuk Teknis Peningkatan Kualitas Garam Melalui Implementasi
Geoisolator. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha, Direktorat Jenderal
Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Anonymous. 2015. Buku Panduan Penggunaan Plastik LDPE Geomembran. PT.Mutiara Plasindo.
Salahudin,E. 2015. Teknologi Pembuatan Garam Bahan Baku Mutu Tinggi Menggunakan Meja Tanah dan
Geomembran. PT.Garam Persero.

Você também pode gostar