Sumber daya manusia akan mempengaruhi kualitas agribisnis di masa
depan karena tidak bisa dipungkiri sumber daya manusia adalah tolak ukur pertama untuk mewujudkan duania agribisnis yang maju, SDM yang baik akan diiringi pula dengan peningkatan pertanian karena akan banyak inovasi yang keluar untuk kemajuan agribisnis. Transformasi tenaga kerja diperlukan untuk pengembangan dan penyegaran agar agribisnis tidak terjebak pada pakem yang ada selama ini, transformasi dilakukan untuk mewujudkan kedaulatan bagi para pelaku di dalamnya terutama para petani. Keseimbangan antara fisik dan skill mutlak harus setara karena dalam dunia modern keseimbangan keduanya diperlukan untuk me,ajukan dunia agribisnis, dengan skill dan fisik yang bagus hasil dan kualitas agribisnis akan terjaga dengan sempurna. Dalam dunia pertanian, kebudayaan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan karena ini yang melandasi dan menjiwai para pelaku agribisnis dalam bekerja. Budaya berkembang seiring dengan jaman,mengikuti pola yang terjadi pada jaman itu. Jadi transformasi budaya diperlukan untuk membuat peradaban agribisnis lebih baik. Selama ini waktu selalu menjadi kendala bagi pelaku agribisnis untuk mengembangkan usaha mereka. Musim tanam, waktu hujan, panen dan waktu penjualan selalu menjadi pertimbangan besar, untuk menuju pada agribisnis masa depan perlu dicari sebuah solusi yang sesuai untuk mengatasi hal ini, harapannya agar waktu harus mendukung perkembangan agribisnis bukan menghambatnya. Alam selalu menjadi andalan untuk mengembangkan agribisnis, setiap saat memanfaatkan sumber dayanya untuk dikelola tetapi seiring berjalannya waktu pastinya akan ada degradasi dari kualitas sumber daya tersebut, sehingga mencoba meningkatkan ritme dan pola pada manusia sangat penting dilakukan agar inovasi tetap berjalan baik tanpa merusak dan mengeksploitasi alam secara berlebihan. Penduduk atau komunitas yang biasanya jadi pelaku selalu jadi tumpuan dan harapan demi terciptanya agribisnis yang maju. Tetapi persoalan juga menjadi cukup pelik karena bagaimanapun juga masyarakat juga mengalami peralihan pandangan untuk mencukupi hidup. Agribisnis menjadi sesuatu yang tidak lagi menarik sehingga ditinggalkan sehingga transformasi dibutuhkan untuk membuat agribisnis tetap berjalan dan tepat sasaran. Kelas menengah atau orang yang biasanya menjadi pemodal mutlak harus dijaga agar tidak sekedar menjadi konsumen atau mungkin malah jadi tengkulak yang menyensarakan petani jadi harus ada “simbiosis mutualisme” diantara keduanya sehingga pola kerjasama bisa terlaksana. Masyarakat membutuhkan pangan yang baik agar kesehatan dan hidup mereka terjamin, dunia agribisnis harus memenuhi kebutuhan itu tentunya dengan jumlah dan harga yang pantas pula. Agrisbisnis selama ini belum menjadi sebuah komoditas utama dalam bidang pertanian, sebuah persoalan yang sampai hari ini belum ada jawabannya. Negara agraris tetapi dunia pertanian tidak mendapat tempat utama? Ketika ingin memajukan pertanian Indonesia harus dibarengi juga dengan kedaulatan perekonomian, jadi harga yang diberikan harus sesuai dengan keringat petani yang dikeluarkan. Di Indonesia, rata-rata hasil pertanian hanya dipakai untuk mencukupi kehidupan sehari-hari tidak diperuntukkan untuk dijual, hal ini memang bisa dimaklumi karena lahan yang sedikit dan harga yang cenderung jeblok di pasaran tetapi ketika ingin mencoba membuat agribisnis berkembang maka harus dikembangkan pola untuk menjual hasil pertanian ke pasar agar bisa bersaing dengan industri lainnya. Demikian adalah beberapa pola yang harus dilakukan agar dunia agribisnis di masa depan bisa berdaulat dan maju, bisa menjadi tulang punggung perekonomian bangsa Indonesia.