Você está na página 1de 18

Makalah

Dispersi Cahaya

Disusun Untuk Memenuhi Tugas serta mengembangkan kemampuan dalam


bidang Mata Kuliah Gelombang dan Optik

Di Susun Oleh

Nama

: Irfan Bagus Irawan

NIM

: K2313031

Prodi

: Pend. Fisika

Prodi Pendidikan Fisika 2013 B


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Surakarta

A. Pendahuluan
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat
mata dengan panjang gelombang sekitar 380750 nm. Pada bidang fisika, cahaya
adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata
maupun yang tidak.
Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi
tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga
disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum
kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna.
Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang
penting pada fisika modern.
Dualisme cahaya ini merupakan cahaya sebagai partikel dan cahaya
sebagai gelombang. Sebagai gelombang, cahaya dapat dipantulkan, menembus
benda bening, dan dapat dibiaskan. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap
sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan
refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi,
polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris
dan optika fisis
Dispersi sendiri merupakan proses penguraian cahaya polikromatik (putih)
pada prisma dengan cara pembiasan cahaya. Peristiwa ini terjadi karena adanya
perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Bidang prisma adalah salah satu bidang
yang dilalui cahaya. Sebuah prisma jika dilalui cahaya akan menghasilkan
spektrum warna cahaya.
Bidang prisma adalah salah satu bidang yang dilalui cahaya. Sebuah
prisma jika dilalui cahaya akan menghasilkan spektrum warna cahaya.
Penggunaan prisma digunakan untuk melakukan pembiasan terhadap sinar yang
masuk sehingga sinar yang masuk dapat terurai menjadi beberapa spectrum yang
memiliki panjang gelombang yang berbeda.

B. Pembahasan
1. Cahaya
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang
kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380750 nm. Pada bidang fisika,
cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat
mata maupun yang tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut
foton. Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara
bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya
yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera
penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern.
Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik
yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang
gelombang, polarisasi dan fase cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya
terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti
refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi,
difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut
dengan optika geometris dan optika fisis. Pada puncak optika klasik, cahaya
didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu serangkaian
penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan
penemuan sinar katode, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh
Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status
energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model dari
teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa
bahwa energi yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan
diskrit yang disebut elemen energi.
Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek
fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit
keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de Broglie
menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga

tercetus teori dualitas partikel-gelombang, Yaitu cahaya sebagai partikel dan


cahaya sebagai gelombang. Sebagai gelombang, cahaya dapat dipantulkan,
menembus benda bening, dan dapat dibiaskan. Pembiasan cahaya atau refraksi
adalah peristiwa pembelokan cahaya karena melalui dua buah medium yang
berbeda kecepatan rambatnya.
Cahaya matahari adalah cahaya polikromatik (terdiri dari banyak
warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari
berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia
sanggup mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari,
yang akan terlihat pada pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu.
Cahaya merupakan suatu gelombang. Gelombang mempunyai tiga
besaran yang sangat berperan, yaitu kecepatan, panjang gelombanng dan
frekuensi.

Kecepatan

cahaya

akan

berbeda

untuk

medium

yang

berbeda.Kecepatan cahaya akan sama untuk medium yang sama sehingga


kecepatanmcahaya tetap. Jadi besaran yang berubah adalah panjang gelombnag
danmfrekuensi.
Dalam pengukuran panjang gelombang untuk beberapa warna
digunakan alat spektroskop atau spectrometer. Panjang gelombnag cahaya akan
berbeda untuk setiap warna yang berbeda. Panjang gelombang terbesar untuk
warna merah dan yang terkecil untuk warna ungu, sedangkan warna lain
terletak diantara kedua nilai itu.
Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel,
tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum.
Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru
serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.
Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil
panjang gelombangnya semakin besar indeks biasnya. Indeks bias cahaya
tersebut adalah ungu > nila > biru > hijau > kuning > jingga > merah.
Terdapat 2 jenis cahaya, yaitu :

1) Cahaya Monokromatik : Cahaya yanghanya terdiri atas satu warna dan


satu panjang gelombang. Contoh cahaya merah dan ungu.
2) Cahaya polikromatik : Cahaya yang terdiri atas banyak warna dan
panjang gelombang. Contoh cahaya putih
Sifat-sifat Cahaya
1) Cahaya merambat lurus
Banyak dimanfaatkan pada lampu kendaraan bermotor dan lampu
senter.
2) Cahaya dapat menembus benda bening
Cahaya yang masuk kedalam rumah karna menembus jendela, tetapi
apabila cahaya mengenai kertas, karton, triplek, kayu dan tembok hanya
dapat membentuk bayangan.
3) Cahaya dapat di pantulkan
Contohnya saat bercermin bayangan akan terlihat karna cahaya yang
dipantulkan tubuh kita.
4) Cahaya dapat dibiaskan
Contoh dasar sungai yang terlihat lebih dangkal.
5) Cahaya dapat di uraikan
Contohnya peristiwa terbentuknya pelangi
2.

Disfraksi Cahaya
Dispersi gelombang adalah perubahan bentuk gelombang ketika
gelombang merambat pada suatu medium. Medium nyata yang gelombangnya
merambat dapat disebut sebagai medium non dispersi. Dalam medium non
dispersi, gelombang mempertahankan bentuknya.

Contoh medium non

disperse adalah udara sebagai medium perambatan dari gelombang bunyi.


Gelombang-gelombang cahaya yang terdapat dalam vakum adalah
nondispersi secara sempurna. Cahaya putih (polikromatik) yang dirambatkan
pada prisma kaca mengalami dispersi sehingga membentuk spektrum warnawarna pelangi. Dispersi gelombang yang terjadi dalam prisma kaca terjadi
karena kaca termasuk medium dispersi untuk gelombang cahaya.

Dispersi cahaya adalah penguraian cahaya putih atas komponen komponen warna pelangi. Dalam percobaan di laboratorium, penguraian
cahaya tersebut menggunakan sebuah kotak sinar dan sebuah prisma kaca. Jika
sebuah sinar yang keluar dari kotak diarahkan ke salah satu bidang pembias
prisma, maka sinar yang keluar dari bidang prisma lainnya akan terpisah
menjadi 7 warna pelangi. Dalam kehidupan sehari hari , contoh penerapan
dispersi adalah pembentukan pelangi.selain itu, dispersi juga mempunyai
pengertian sebagai berikut:
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih)
menjadi cahaya-cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma
lewat pembiasan atau pembelokan. Hal itu membuktikan bahwa cahaya putih
terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan panjang gelombang
yang berbeda.

Pelangi adalah spektrum cahaya matahari yang diuraikan oleh butir butir air. Pelangi hanya dapat terlihat jika kita membelakangi matahari dan
hujan terjadi di depan kita. Jika seberkas sinar matahari mengenai butir - butir
air yang besar, maka sinar itu akan dibiaskan oleh bagian depan permukaan air.
Sinar akan memasuki butir air. Sebagian kecil sinar akan dipantulkan oleh

bagian belakang butir air. Selamjutnya sinar pantul ini mengenai permukaan
depan dan dibiaskan oleh permukaan depan. Karena sinar pantul ini dibiaskan,
maka sinar ini pun diuraikan atas spektrum spektrum matahari.
Ketika cahaya merambat dalam suatu medium, maka kecepatan
rambat gelombang umumnya bergantung pada frekuensinya. Dalam kaca
misalnya, kecepatan rambat makin kecil bila panjang gelombang nya makin
kecil. Cahaya warna ungu merambat lebih lambat daripada cahaya warna
merah. Jika cahaya putih jatuh pada bidang batas 2 medium dengan sudut
tertentu, maka gelombang yang masuk ke medium kedua mengalami
pembiasan. Besarnya sudut bias bergantung pada kecepatan rambat cahaya
dalam medium tersebut.
Karena gelombang dengan frekuensi berbeda mempunyai

( kecepatan) yang berbeda, maka gelombang dengan frekuensi berbeda akan


memiliki sudut bias yang berbeda pula. Akibatnya, dalam medium kedua,
berkas dengan frekuensi yang berbeda bergerak dalam arah yang berbeda.
Peristiwa tersebut dapat dikatakan sebagai penguraian cahaya putih dari
spektrum - spektrum yang memiliki frekuensi yang berbeda atau disebut
dispersi.
Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk
menguraikan cahaya menjadi warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu
bahan menentukan panjang gelombang cahaya yang dapat diuraikan menjadi
komponen - komponennya. Untuk cahaya ultraviolet digunakan prisma dari
Kristal, untuk cahaya putih digunakan prisma dari kaca, dan untuk cahaya
infrarot digunakan prisma dari garam batu.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna
cahaya. Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna
ungu mengalami deviasi terbesar.
Prisma adalah suatu benda tembus Cahaya ( bening ) terbuat dari gelas
yang dibatasi oleh dua bidang datar yang membentuk sudut tertentu satu sama
lain. Bidang datar ini disebut bidang pembias dan sudut yang dibentuk oleh
kedua prisma disebut bidang pembias atau sudut pembias atau puncak prisma

yang diberi notasi . Penggunaan prisma dilakukan pertama kali oleh Sir Issac
Newton untuk menganalisa pancaran cahaya berdasarkan warna-warna
pembentuknya dan besar panjang gelombangnya. Newton menggunakan
prisma untuk menguraikan cahaya sinar matahari. Cahaya putih dari cahaya
matahari merupakan cahaya polikromatis yang diuraikan menjadi warna-warna
monokromatis, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu.
Apabila spectrum warna yang telah disebutkan diatas diurutkan dari
merah hingga ungu, maka beberapa sifat yang diperoleh adalah sudut deviasi
semakin besar, indeks bias semakin besar, frekuensi semakin besar dan panjang
gelombang semakin kecil. Hubungan indeks bias medium n, dan panjang
gelombang dalam medium n yang dinyatakan oleh persamaan :
n

udara
n

Persamaan ini menyatakan bahwa indeks bias medium berbanding


terbalik dengan panjang gelombang dalam medium. Karena sinar merah
memiliki panjang gelombnag terbesar, indeks bias prisma untuk warna merah
adalah yang terkecil, sebaliknya indeks bias prisma untuk warna ungu adalah
yang terbesar.
nu n m

Sudut deviasi untuk sudut pembias yang kecil :


= (n - 1)

Lebar spectrum yang ditimbulkan oleh prisma bergantung pada selisih


deviasi warna ungu dan warna merah. Selisih sudut antara deviasi warna ungu
dnegan sudut deviasi warna merah disebut sudut dispersi . Secara sistematis :
=u -m
= (n u - 1) - (n m - 1)
(n n - n m )

Keterangan:
= sudut dispersi
nu = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
u = deviasi sinar ungu
m=deviasi sinar merah
Jika dua prisma segitiga digabungkan dengan menepatkan sudut
puncaknya berseberangan, cahaya akan keluar dari prisma tanpa mengalami
dispersi. Susunan dua prisma yang tidak mengalami dispersi disebut prisma
akromatik. Susunan prisma akromatik diperoleh jiak dispersi oleh prisma (1)
sama dengan dispersi prisma (2) sehingga kedua dispersi tersebut saling
meniadakan. Secara matematis persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.

=
(n u1 - n m1 ) 1 = (n u2 - n m2 ) 2

2 =

(n u2 - n m2 )
1
(n u1 - n m1 )

Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita
gunakan susunan Prisma Akhromatik.
Ftot = F

kerona

- F flinta = 0

Untuk menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita


gunakan susunan prisma pandang lurus.
D tot = D

kerona

- D flinta = 0

Pembiasan cahaya pada prisma


Prisma adalah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang
dibatasi oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu yang
berfungsi menguraikan (sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan
ini disebut bidang pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang
pembias disebut sudut pembias ().
Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan,
yaitu saat memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar datang mulamula dan sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di
suatu titik dan membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut
deviasi () adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mulamula dengan sinar yang meniggalkan bidang pembias atau pemantul.
menunjukkan sudut deviasi pada pembiasan prisma.
Pada segiempat ABCE berlaku hubungan:
+ ABC = 180
Pada segitiga ABC berlaku hubungan:
r1 + i 2 + ABC = 180

sehingga diperoleh hubungan:


+ ABC r1 + i 2 + ABC

= r1 i 2

dengan:
= sudut pembias prisma

i 2 = sudut datang pada permukaan 2

r1 = sudut bias pada permukaan 1

Pada segitiga ACD, ADC + CAD + ACD = 180o dengan CAD =


i1 r1 danACD = r2 i2, sehingga berlaku hubungan :
ADC + (i1 r1) + (r2 i2) = 180o
ADC = 180o + (r1 + i2) (i1 + r2)
Jadi, sudut deviasi ( ) adalah :
= 180o ADC
= 180o [180o + (r1 + i2) (i1 + r2)]
= (i1 + r2) (r1 + i2)
Diketahui = r1 + i2 (persamaan (1), maka besar sudut deviasi yang terjadi
pada prisma adalah :
= (i1 + r2)
dengan:
= sudut deviasi
i1 = sudut datang mula-mula
r2 = sudut bias kedua
= sudut pembias

Gambar Grafik sudut deviasi terhadap sudut datang pada prism


Sudut deviasi berharga minimum ( = 0) jika sudut datang pertama (i 1)
sama dengan sudut bias kedua (r2). Secara matematis dapat dituliskan syarat
terjadinya deviasi minimum (m) adalah i1 = r2dan r1 = i2, sehingga persamaan
(2) dapat dituliskan kembali dalam bentuk :
m = (i1 + i1)
m = 2i1
i1 = ( + ) / 2
Selain itu, deviasi minimum juga bisa terjadi jika r1 = i2, maka dari
persaman (1) diperoleh :
= r1 + r1 = 2r1

r1 = 1/2
Bila dihubungkan dengan Hukum Snellius diperoleh:
n1.sin i1 = n2.sin r1
(sin i1/sin i1) = (n2/n1)
Masukkan i1 dari persamaan (3) dan r1 dari persamaan (4) sehingga :

Jika n1 = udara, maka n1 = 1, sehingga persamaan di atas menjadi :


m = (n2 n1)
dengan :
n1 = indeks bias medium
n2 = indeks bias prisma
= sudut pembias (puncak) prisma
m = sudut deviasi minimum

Sudut Dispersi
Sudut dispersi merupakan sudut yang dibentuk antara deviasi sinar
satu dengan sinar lain pada peristiwa dispersi (penguraian cahaya). Sudut ini
merupakan selisih deviasi antara sinar-sinar yang bersangkutan. Jika sinarsinar
polikromatik diarahkan pada prisma, maka akan terjadi penguraian warna
(sinar monokromatik) yang masing masing sinar mempunyai deviasi tertentu.

Selisih sudut deviasi antara dua sinar adalah sudut dispersi

3. Dispersi Spatial
Bias negatif terjadi pada interferensi sebagai akibat alami dari
kecepatan kelompok negatif dari gelombang. Asal mula pemahaman ini adalah
fenomena yang dibahas secara singkat, beberapa yang mungkin menunjukkan
gelombang elektromagnetik normal (polaritons) dengan kecepatan grup
negatif. Sistem ini dianalisis dengan cara terpadu yang disediakan oleh
kerangka dispersi spasial. Kerangka kerja ini memanfaatkan gagasan yang
umum dielectric tensor e ij ... x; k mewakili respon elektromagnetik dari
media untuk gangguan frekuensi x dan vektor gelombang k. Polarisasi dengan
kecepatan kelompok negatif di media (baik dalam alam atau dalam meta-bahan
buatan) dengan dispersi spasial cukup kuat.
Fenomena

pembiasan

negatif

adalah

polarisasi

gelombang

elektromagnetik menyebarkan di sekitar resonansi excitonic. Dengan kata lain


karakteristik urutan atau lebih besar dari l panjang gelombang gelombang
dalam medium isotropik, frekuensi hanya bergantung pada nilai mutlak dari
vektor gelombang dan karena itukecepatan kelompok pandu gelombang

Persamaan Maxwell dan dispersi spasial


1. Dielektrik Permitivitas Tensor
Persamaan makroskopik Maxwell terbentuk dari dasar
elektrodinamika yang terus menerus yang berasal dari rata-rata para `
mikroskopis ' elektromagnetik bidang dan kepadatan arus dan harus
dilengkapi dengan sebuah persamaan materi untuk yang menentukan
hubungan antara bidang rata-rata. Persamaan mikroskopik Maxwell
adalah :
ck x E
ck x B
kD 0
kB 0

B
D

Spatial disperse merupakan akibat frekuensi disperse pada


gelombang elektromagnetik.
2. Sebuah Media Isotropik dengan Inversi Simetri Spasial
Bentuk umum dari tensor dielectric adalah :
ki k j
ki k j

i , j ( , k ) ( , k ) i , j 2 ( , k ) 2
k
k

3. Koneksi dengan Deskripsi Mikroskopis


Tensor dielektrik i , j ( , k ) menggambarkan frekuensi dan
vektor gelombang. Tensor ini memiliki sifat analitik dan pada prinsipnya
berasal dari mikroskopis. Contoh mikroskopis seperti relasi untuk
keadaan dasar yang terganggu dari sistem N partikel massa m dalam
volume V adalah

4. Sebuah Media Isotropik tanpa Inversi Simetri Spasial


Dalam media tanpa disperse spasial inversi simetri, dispersi
spasial selalu berdiri sendiri yang dikenal dengan istilah orde pertama

dalam vektor gelombang. Ini merupakan fitur menarik dari dispersi


polarisasi di media seperti mudah dapat diuraikan bahkan jika hanya
istilah-istilah linier. Dalam sistem isotropik , tensor dari umum kemudian
mengurangi ke unit tensor antisimetrik dan ekspansi menjadi

Polarisasi dengan Kecepatan Kelompok Negatif


1. Excitons dengan Massa Efektif Negatif dalam Media Nongyrotropic
Pekar pertama kali dicatat pada tahun 1957 bahwa dispersi
spasial

permitivitas

dielektrik

dekat

resonansi

excitonic

dapat

menyebabkan merambatnya ( exciton polariton ) gelombang cahaya.


Kemungkinan ini terhubung dengan fakta bahwa excitons dalam
medium dapat bergerak ( misalnya , dari satu molekul ke lain ) dan
energi mereka tergantung pada vektor gelombang. Dalam pendekatan
massa efektif , dispersi exciton dengan energi

2. Sebuah Media Gyrotropic di Sekitar Transisi Excitonic


Sistem Gyrotropic terkenal karena fenomena aktivitas optik
dan dichroism melingkar . Sistem Gyrotropic dapat diharapkan untuk
mendukung polarisasi dengan kecepatan kelompok negatif dalam daerah
tertentu. Gelombang tambahan pada daerah frekuensi disebabkan karena
frekuensi transisi sesuai dengan tiang dari dielektrik permitivitas.
Persamaannya

3. Sebuah Media Gyrotropic di Sekitar Frekuensi Gelombang


Bias negatif dari gelombang mikro di sekitar frekuensi getaran
menggunakan parameter. Digunakan pendekatan berdasarkan akuntansi
untuk dispersi spasial , yang memungkinkan melampaui wilayah
frekuensi rendah.
4. Polarisasi Permukaan
Gelombang permukaan juga dapat memiliki kecepatan group
negatif. Misalnya, gelombang polarisasi permukaan dekat resonansi
dengan modus lapisan transisi permukaan . Ini diketahui bahwa lapisan
transisi permukaan ( misalnya , film tipis pada substrat ) secara drastis

dapat mengubah dispersi permukaan polarisasi jika berada di resonansi


dengan getaran atau eksitasi elektronik lapisan

4. Penutup
Dualisme cahaya ini merupakan cahaya sebagai partikel dan cahaya
sebagai gelombang. Sebagai gelombang, cahaya dapat dipantulkan, menembus
benda bening, dan dapat dibiaskan. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap
sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan
refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi,
polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris
dan optika fisis
Dispersi cahaya adalah penguraian cahaya putih atas komponen komponen warna pelangi. Dalam percobaan di laboratorium, penguraian cahaya
tersebut menggunakan sebuah kotak sinar dan sebuah prisma kaca. Jika sebuah
sinar yang keluar dari kotak diarahkan ke salah satu bidang pembias prisma, maka
sinar yang keluar dari bidang prisma lainnya akan terpisah menjadi 7 warna
pelangi. Sebuah prisma atau kisi kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan
cahaya menjadi warna warna spektralnya. Indeks cahaya suatu bahan menentukan
panjang gelombang cahaya

yang dapat diuraikan menjadi komponen -

komponennya. Untuk cahaya ultraviolet digunakan prisma dari Kristal, untuk


cahaya putih digunakan prisma dari kaca, dan untuk cahaya infrarot digunakan
prisma dari garam batu.

Você também pode gostar