Você está na página 1de 18

Bab 1.

Pendahuluan
Industri RBD Palm Olein merupakan salah satu aktivitas hilir dari industri
pertanian berbasis sawit. Minyak goreng dari sawit atau yang disebut RBDP Olein
(Refined Bleached Deodorized Palm Olein) dibuat dari CPO sebagai bahan bakunya.
RBDPO adalah minyak sawit yang telah mengalami proses penyulingan untuk
menghasilkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan
penghilangan bau. Proses pengolahan minyak goreng ini menghasilkan hasil samping
RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin) dan PFAD (Palm Fatty Acids
Destillation).
Dari data produksi CPO Indonesia tersebut perlu dikembangkan industri hilir
kelapa sawit berupa industri minyak goreng. Hal tersebut juga didukung dengan
produksi minyak goreng Indonesia dalam lima tahun terakhir (2009-2013) meningkat
rata-rata 16,5% pertahun, dari 7,13 juta ton ditahun 2009 menjadi 13,0 juta ton ditahun
2013. Selama periode tersebut kontribusi terbesar 96,44% berasal dari minyak goreng
kelapa sawit, sisanya dari minyak goreng kelapa 3,43% dan minyak goreng nabati
lainnya 0,13% (CDMI, 2013). Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia memproyeksikan
produksi CPO Indonesia mencapai 31,6 juta ton (Majalah Sawit Indonesia, 2014). Hal
ini perlu diimbangi dengan pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Dengan demikian
pembangunan industri hilir kelapa sawit berpotensi untuk didirikan.
Pada Pra Rancangan Pabrik RBD Palm Olein ini, CPO digunakan sebagai
bahan baku pembuatan RBDPO. CPO memiliki kapasitas produksi yang besar tiap
tahunnya dan didukung dengan lahan kelapa sawit yang luas. Selain dari ketersediaan
CPO yang berlimpah di Indonesia, minyak goreng dari CPO mengandung karoten yang
diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E.
Produksi minyak goreng dari CPO dilakukan melalui tahapan pemurnian, fraksinasi,
dan pengemasan.
Pabrik RBD Palm Olein dari CPO ini terdiri atas dua unit produksi utama dan
dua unit produksi pendukung. Unit produksi utama terdiri atas unit refinary CPO dan
unit fraksinasi RBD Palm Olein dengan RBD Palm Stearin. Unit produksi pendukung
terdiri atas unit penanganan aliran bahan dan utilitas. Unit penanganan aliran bahan
dan utilitas pada pabrik RBD Palm Olein dari CPO ini terdiri atas sistem perpipaan,
sistem kontrol, pompa, elevator, hoper, unit penyimpanan bahan dan utilitas lainnya.
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengakomodasi terjadinya perpindahan bahan dari
satu unit ke unit proses lainnya. Sistem kontrol berfungsi untuk menjaga dan
mengendalikan aliran bahan dan utilitas sehingga dapat bekerja sesuai dengan nilai set
point yang diinginkan.

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Bab 2. Deskripsi Proses


Proses Refinery
Proses secara umum yang terjadi pada CPO (Crude Palm Oil) atau bahan baku
selama berada dalam proses refinery adalah :
1. Proses Degumming
Pada proses ini terjadi penambahan Phosporic Acid (PA) yang berfungsi untuk
mengikat getah (gum). Hasil yang diperoleh dari proses ini adalah Degummed Palm
Oil (DPO).
Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir
yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin, tanpa
mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak (Ketaren, 1986). Getah-getah
(gum) dalam minyak nabati perlu dihilangkan untuk menghindari perubahan warna
dan rasa selama langkah rafinasi berikutnya. Pada proses ini CPO dipanaskan
terlebih dahulu hingga suhu 90oC-110oC sebelum ditambahkan asam pospat
(H3PO4). Banyak asam pospat yang digunakan antara 0,05 0,1% dari berat CPO
dengan konsentrasi asam pospat sekitar 80-85%.
2. Proses Bleaching
Proses ini berupa adanya penambahan Bleaching Earth (BE) pada CPO yang
telah diberi Phosporic Acid (PA). Penambahan bleaching earth adalah untuk
memucatkan warna CPO sehingga warna (terutama yang tidak diinginkan yakni
warna merah) dapat diserap. Setelah proses ini Degummed Palm Oil (DPO) berubah
menjadi Degummed Bleached Palm Oil (DBPO).
Proses bleaching dilakukan dengan mencampur minyak dengan sejumlah
kecil adsorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan
arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia. Adsorben yang digunakan
untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah pemucat (bleaching earth) dan arang
(bleaching carbon), namun yang paling populer adalah bleaching earth karena
dipergunakan untuk mengurangi atau menghilangkan pengotor (impurites) yang
tidak diinginkan pada minyak nabati.
Berikut ini diberikan sifat-sifat bleaching earth yang dapat berfungsi sebagai :
1. Bahan penyerap (adsorbtive material)
2. Asam berbentuk padat (solid acid)
3. Katalis (catalyst)
4. Penukar kation (Cation exchange)
2.1

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Jenis-Jenis Bleaching Earth


a. Simnit
Simnit merupakan nama dagang untuk sejenis tanah lempung yaitu
kaolin. Kaolin adalah mineral lempung berwarna putih, bersusunan
kimia Al2O32SiO22H2O (hidrous aluminium silikat) yang merupakan
hasil ubahan atau pelapukan dari felspar atau mika.
b. Karbon Aktif
Karbon (arang) merupakan adsorben yang paling banyak dipakai untuk
menyerap zat-zat dalam larutan. Zat ini dipakai di pabrik untuk
menghilangkan zat warna dalam larutan. Aktivasi carbon bertujuan
untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori
yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat
warna.
c. Bentonit sebagai tanah pemucat
Bentonite merupakan nama perdagangan untuk sejenis lempung yang
mengandung mineral monmorilonite (pembangun struktur bentonit).
Lempung ini merupakan batuan silika yang berasal dari kerangka
organisme aquatik mikroskopik. Sisa kerangka ini pertama-tama
membentuk lumpur yang kemudian termampatkan. Rumus kimia
bentonit adalah (MgCa)Oal2O3 5SiO28H2O.
Degummed Palm Oil (DPO) ditambahkan bleaching earth dan dipanaskan
hingga 100oC sebelum masuk ke vakum bleacher. Banyak bleaching earth yang
digunakan antara 0,5-2,0 % dari berat Degummed Palm Oil (DPO) dan proses
pengadukannya berlangsung selama 30 menit.
3. Proses Deodorizing
Deodorizing adalah proses penghilangan bau yang terdapat pada DBPO
(Degummed Bleached Palm Oil) yang dilakukan dalam deodorizer. Proses ini
menggunakan temperatur tinggi sekitar 240-260oC dengan tekanan sebesar 2-4
mmHg. Proses ini menggunakan steam yang diinjeksikan secara langsung sekitar 2,5
4,0 % dari berat Degummed Bleached Palm Oil (DBPO) (Leong, 1992). Penggunaan
suhu diatas 270oC harus dihindari untuk meminimalkan kehilangan minyak,
tokoferol, tokotrienol, dan kemungkinan terjadinya isomerisasi dan reaksi
termokimia yang tidak diinginkan. Pada kondisi tersebut dan dengan penggunaan
uap sebagai pelecut, asam lemak bebas yang masih ada dalam minyak hasil
penyaringan akan teruapkan bersama bahan-bahan berbau tajam dan produk
oksidasi seperti aldehid dan keton. Produk oksidasi tersebut dapat menimbulkan rasa
dan aroma yang tidak diinginkan dalam minyak. Pada waktu yang sama karotenoid
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

yang tersisa akan terdekomposisi oleh panas, dan akan menghasilkan RBDPO yang
berwarna terang dan tidak berasa (Basiron, 2005).
2.2

Proses Fraksinasi
Proses fraksinasi bertujuan untuk memisahkan fraksi padat dengan fraksi cair
yang terdapat pada RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil). Proses fraksinasi
terdiri dari beberapa tahap :
a. Pemanasan (Heating)
RBDPO yang telah ditampung dipompakan kedalam crystalyzer, dimana
crystalizer terlebih dahulu dipanaskan pada suhu sekitar 68oC, pemanas digunakan
berupa steam dengan jarak pengisian 30 menit. Crystalyzer dilengkapi dengan agitator.
Didalam tangki dihomogenkan selama 30 menit agar minyak bercampur secara
merata, sehingga dalam pembuatan kristal tidak mengalami kesulitan dan suhunya
dapat dipertahankan sekitar 68-70oC.
b. Pendingin (Cooling)
Setelah minyak dihomogenisasikan dari suhu tetap antara 68-70 oC,
kemudian dilakukan pendinginan dengan air (cooling water) dengan suhu 30-33oC
dan pompa air akan bekerja secara otomatis. Bila suhu minyak pada tangki
crystalyzer sudah mencapai 38-40oC maka cooling water akan dihentikan, dilanjutkan
dengan pendinginan chilled water dari chiller yang bersuhu 14oC. Pertukaran ini
disebut dengan komutasi yang dilakukan secara otomatis. Pembentukan kristal
mulai terjadi pada saat suhu chilling mencapai 28 29 oC, dengan temperatur oil 32
30 oC. Pada suhu ini stearin sudah mengkristal menjadi fraksi padat, sedangkan
olein tetap tinggal sebagai fraksi cair. Kemudian dilakukan pendinginan sampai suhu
minyak mencapai 26 oC. Apabila sudah tercapai temperatur tersebut, maka
RBDPO yang ada pada crystalyzer tank sudah dapat di transfer ke filter melalui
pompa untuk di saring.
c. Filtrasi
Proses ini bertujuan untuk memisahkan fraksi padat dan fraksi cair yang
dilakukan dengan metode penyaringan pada membrane filter press ( menggunakan filter
cloth ).
Pressure and membran filter bekerja berdasarkan sistem hidrolik. Alat ini
tersusun dari plat yang berjumlah 85 buah, media yang digunakan uuntuk
penyaringan adalah filter cloth yang tahan terhadap tekanan tinggi dengan ukuran air
permeability 500 600. RBDPO dari crystalyzer dipompakan oleh pompa pada suhu
26 oC memasuki filter, setelah mengalami proses penyaringan, olein akan lolos dan
ditampung pada tangki ( Olein Storage ). Biasanya bila sudah mencapai tekanan 3
barr, filtrasi sudah dapat dihentikan dan dilakukan squeeze

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

( 25 menit ). Setelah squeeze dilakukan, sisa RBD Olein di blow dengan


menggunakan angin dengan tekanan 3 4 barr selama 5 menit, kemudian filter
dibuka, dan cake RBD stearin jatuh, dan ditampung dalam melting tank, kemudian
dipanaskan sampai dengan suhu 70 oC dengan media pemanas berupa pipa yang
dialiri dengan air panas secara sirkulasi dalam pipa, akibat pemanasan ini stearin
dapat mencair dan mudah dialirkan ke tangki timbun (stearin storage).

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Bab 3. Pengendalian dan Sistem Pengendalian


3.1

Sistem Pengendalian Proses


Pengendalian pada pabrik RBD Palm Olein akan dilakukan dengan sistem feedback
yaitu pengendalian yang dilakukan pada variabel manipulated setelah dilakukan
pengukuran variabel yang akan dikendalikan. Sistem pengendalian terdiri atas alat
ukur/sensor variabel yang akan dikendalikan, pengendali (controller) dan elemen
pengendali akhir. Sinyal yang dikirim dari sensor ke controller berupa sinyal listrik dan
dari controller ke aktuator berupa sinyal pneumatik.Dalam tahapan proses produksi pada
suatu pabrik, perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian agar proses tersebut
berjalan sesuai kondisi yang diinginkan Untuk itu diperlukan pengendalian proses yang
terdiri dari 3 macam proses, yaitu :
1. Manual, yaitu pengawasan dan pengukuran yang dilakukan oleh manusia
(operator)
2. Semi Automatic, yaitu pengawasan dan pengukuran dilakukan sebagian
manusia dan sebagian lagi dilakukan oleh mesin.
3. Full Automatic, yaitu pengawasan dan pengukuran yang dilakukan
sepenuhnya oleh mesin.
Pabrik Pabrik RBD Palm Olein dari CPO ini direncanakan menggunakan proses
pengawasan dan pengendalian dengan proses full automatic.
Pengendalian yang dilakukan meliputi pengendalian terhadap temperatur,
tekanan, laju alir dan level fluida. Sistem pengendalian biasanya dinyatakan dalam
bentuk simbol lingkaran yang berisi 2 huruf. Huruf pertama menunjukan variabel yang
akan dikendalikan, terdiri dari huruf T, P, F dan L yang mewakili temperatur, pressure,
flow dan level. Huruf kedua menjelaskan fungsi yaitu T sebagai transmitter, I sebagai
indikator, dan controller dinyatakan dengan huruf C. Tetapi ada juga yang memakai
tanda peringtan atau huruf A pada huruf ketiga yang berarti Alarm.
Adapun dalam pengendalian proses terdapat beberapa komponen yaitu:
- Elemen pengukur (measuring element)
Elemen yang melakukan pengukuran kondisi proses variabel serta mengirim hasil
pengukuran ke elemen pengontrol.
- Elemen pengontrol (controller)
Elemen yang menerima hasil pengukuran elemen pengukur dan membandingkannya
dengan harga set point, lalu mengaturnya untuk melakukan perubahan yang diinginkan.
- Elemen pengubah akhir (final control element)

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Elemen yang melakukan perubahan agar variabel sesuai dengan kondisi proses
yang diinginkan.
3.2

Instrumentasi
Keberhasilan sistem pengendalian sangat ditentukan dengan adanya data yang
benar dan akurat. Kondisi tersebut dapat diketahui melalui pengukuran terhadap
variabel-variabel proses dengan menggunakan instrument. Pada dasarnya instrumentasi
mempunyai bagian-bagian sebagai berikut.
1. Proses kimia
Proses kimia meliputi peralatan proses dan operasi baik secara kimia maupun fisika
yang terjadi di dalam peralatan tersebut.
2. Sensor atau alat ukur
Sensor merupakan sumber informasi yang mengidentifikasi hal-hal yang terjadi
dalam suatu proses.
3. Transducer
Transducer merupakan alat penterjemah yang digunakan untuk mengubah hasil
pengukuran menjadi besaran yang ditransmisikan.
4. Jalur transmisi
Jalur transmisi merupakan media yang digunakan untuk membawa informasi hasil
pengukuran dari alat ukur ke controller. Pada sistem pengendalian pabrik ini terdiri
dari 2 jenis jalur transmisi yaitu jalur listrik dan jalur pneumtik yang ditampilkan
pada Gambar 3.1.

(a)

(b)

Gambar 3.1 Jalur Transmisi: (a) Pneumatik; (b) Listrik


5. Elemen pengendali
Merupakan elemen yang menerima hasil pengukuran elemen pengukur dan
membandingkannya dengan harga set point, lalu mengatur sumber tenaga untuk
melakukan perubahan yang diperlukan.
6. Elemen pengendali akhir
Elemen pengendali akhir merupakan perangkat keras yang melaksanakan tindakan
yang diputuskan oleh elemen pengendali. Elemen pengendali akhir yang digunakan
pada pabrik ini berupa pneumatik control valve (PCV) dengan simbol yang dapat
dilihat pada Gambar 3.2.

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Gambar 3.2 Simbol Pneumatik Control Valve


7. Elemen pencatat
Elemen pencatat berfungsi mencatat kelakuan proses agar dapat didemonstrasikan
secara visual.
Pada perancangan sebuah pabrik, sistem pengendalian proses dilakukan dengan
melengkapi alat-alat proses dengan instrumentasi-instrumentasi tertentu. Instrumeninstrumen yang diperlukan tersebut antara lain :
1. Instrumentasi Temperatur (Temperature Instrument)
Pada pabrik ini, instrumentasi temperatur digunakan untuk mengatur dan
mengontrol temperatur pada unit yang perlu dikendalikan temperaturnya. Instrumentasi
temperatur yang digunakan terdiri dari :
Temperature Indicator (TI)
Temperature indicator merupakan alat yang berfungsi untuk mengetahui temperatur
pada suatu unit operasi atau aliran proses.
Temperature Transmitter (TT)
Temperature transmitter merupakan alat yang meneruskan sinyal perubahan suhu dari
sensor (elemen primer) pada suatu unit operasi ke elemen pengontrol, kemudian dari
elemen pengontrol ke terminal final kontrol, atau secara sederhana temperature
transmitter dapat diartikan sebagai bagian alat pengendali yang mengirim sinyal
perubahan suhu ke antar elemen pengendali. Simbol indikator ini dapat dilihat pada
Gambar 3.3.

TT
103
Gambar 3.3 Simbol Temperature Transmitter
Temperature Controller (TC)
Temperature controller adalah alat yang digunakan sebagai pengatur suhu atau
pengukur sinyal dalam bentuk panas menjadi sinyal mekanis atau listrik. Pengaturan
temperatur dilakukan dengan mengatur jumlah material proses yang harus
ditambahkan atau dikeluarkan dari suatu proses yang sedang bekerja. Simbol
indikator ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

TC
103
Gambar 3.4 Simbol Temperature Controller
2. Instrumentasi Tekanan (Pressure Instrument)
Instrumentasi tekanan yang digunakan terdiri dari:
Pressure Indicator (PI)
Pressure indicator adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan tekanan pada alat
atau aliran proses.
Pressure Transmitter (PT)
Pressure transmitter merupakan alat yang meneruskan sinyal perubahan tekanan dari
sensor (elemen primer) pada suatu unit operasi ke elemen pengontrol. kemudian dari
elemen pengontrol ke terminal final kontrol, atau secara sederhana pressure transmitter
dapat diartikan sebagai bagian alat pengendali yang mengirim sinyal perubahan
tekanan ke antar elemen pengendali. Simbol indikator ini dapat dilihat pada Gambar
3.5.

PT
101
Gambar 3.5 Simbol Pressure Transmitter
Pressure Controller (PC)
Pressure controller adalah alat yang dapat digunakan sebagai pengukur tekanan atau
pengubah sinyal dalam bentuk tekanan menjadi sinyal mekanis. Pengukuran tekanan
dapat dilakukan dengan mengatur jumlah uap yang keluar dari suatu alat yang
tekanannya ingin dideteksi. Simbol indikator ini dapat dilihat pada Gambar 3.6.
PC
101

Gambar 3.6 Simbol Pressure Controller


3. Instrumentasi Laju Aliran (Flow Instrument)
Pada pabrik ini, instrumentasi tekanan digunakan untuk mengatur dan mengontrol
laju aliran dari keluaran pompa, tangki dan reaktor. Instrumentasi laju aliran yang
digunakan terdiri dari :
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Flow Transmitter (FT)


Flow transmitter merupakan alat yang meneruskan sinyal kecepatan aliran fluida dari
sensor (elemen primer) pada suatu unit operasi ke elemen pengontrol kemudian dari
elemen pengontrol ke terminal final kontrol, atau secara sederhana flow transmitter
dapat diartikan sebagai bagian alat pengendali yang mengirim sinyal perubahan laju
alir ke antar elemen pengendali. Simbol indikator ini dapat dilihat pada Gambar 3.7.
FT
104

Gambar 3.7 Simbol Flow Transmitter


Flow Controller (FC)
Flow controller adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan aliran fluida
dalam aliran pipa atau unit proses lainnya. Pengukuran kecepatan fluida biasanya
diatur dengan mengukur keluaran dari alat yang mengakibatkan fluida mengalir
dalam aliran pipa. Simbol indikator ini dapat dilihat pada Gambar 3.8.
FC
104

Gambar 3.8 Simbol Flow Controller


4. Flow Ratio Controller (FRC)
Flow Ratio Controller adalah alat yang digunakan untuk mengukur rasio kecepatan
aliran antara dua atau lebih fluida dalam aliran pipa atau unit proses lainnya. Flow Ratio
Controller pada pabrik ini terdapat pada pembagi aliran atau splitter. Simbol indikator ini
dapat dilihat pada Gambar 3.9.
FRC
123

Gambar 3.9 Simbol Flow Ratio Controller


5. Intrumentasi Level (Level Instrument)
Instrumentasi level yang digunakan terdiri dari :
Level Indicator (LI)
Level indicator adalah alat untuk menunjukkan tinggi cairan dalam tangki.
Level Transmitter (LT)
Level transmitter merupakan alat yang meneruskan sinyal perubahan ketinggian fluida
dari sensor (elemen primer) pada suatu unit operasi ke elemen pengontrol kemudian
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

dari elemen pengontrol ke terminal final kontrol, atau secara sederhana level
transmitter dapat diartikan sebagai bagian alat pengendali yang mengirim sinyal
perubahan level/ketinggian fluida ke antar elemen pengendali. Simbol indikator ini
dapat dilihat pada Gambar 3.10.
LT
121

Gambar 3.10 Simbol Level Transmitter


Level Controller (LC)
Level controller adalah alat yang dipakai untuk mengukur tinggi cairan dalam alat.
Pengukuran tinggi permukaan cairan dilakukan dengan operasi dari sebuah control
valve yaitu dengan mengatur laju alir fluida masuk atau keluar proses. Simbol
indikator ini dapat dilihat pada Gambar 3.11.
LT
121

Gambar 3.11 Simbol Level Controller


Pada setiap pengendalian/kontrol terhadap suatu proses, hal yang penting untuk
diperhatikan adalah mengenai variabel proses. Variabel proses adalah semua kondisi
operasi proses yang dapat mengalami perubahan. Diantara variabel proses tersebut, ada
yang memberikan informasi tentang proses yang berlangsung, dan ada juga variabel
proses yang dapat mempengaruhi jalannya proses. Variabel proses dapat dikategorikan
kedalam 2 kelompok :
1. Variabel Input
Variabel input adalah variabel yang menunjukkan efek lingkungan pada proses yang
dituju. atau dapat diartikan sebagai semua veriabel yang terdapat pada bagian input dari
suatu proses. Variabel input ini diklasifikasikan dalam 2 bagian yaitu :
Manipulated Variable, jika harga variabel ini dapat diatur atau dikendalikan dengan
bebas oleh operator atau sistem pengendali. Variable ini merupakan variabel yang
dapat diukur atau disebut juga measured variable pada suatu sistem pengendali.
Disturbance Variable, jika harga variabel tidak dapat diatur/dikendalikan oleh
operator atau sistem pengendali. Variabel ini dapat berupa variabel terukur dan
tidak terukur (measured and unmeasured variable).
2. Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang menunjukkan gambaran kondisi di dalam
proses/unit proses, yang diketahui melalui mekanisme pengukuran. Variable ini
diklasifikasikan menjadi 2 bagian :

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Controlled Variable (Variabel yang dikontrol), variabel ini terbagi 2 yaitu measured
output variable (jika variabel dapat diketahui/diukur secara langsung menggunakan
elemen pengukur) dan unmeasured output variable (jika variabel tidak dapat diketahui
dengan pengukuran secara langsung.
Uncontrolled Variable (Varibel yang tidak dikontrol)

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Bab 4. Tata Letak Pabrik dan Peralatan

4.1

Lokasi Pendirian Pabrik

Dalam perencanaan sebuah pabrik, penentuan lokasi pabrik merupakan salah satu
bagian yang terpenting dalam pendirian pabrik. Pemilihan lokasi yang tepat dapat
menurunkan biaya investasi dan biaya produksi. Lokasi pendirian pabrik ini
direncanakan di Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Adapun
faktor-faktor yang berperan penting dalam pemilihan lokasi pabrik RBD Palm Olein,
antara lain :
1. Bahan baku
Bahan baku pabrik RBD Palm Olein ini adalah berupa CPO, yang merupakan salah
produk hilir yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS).
Berdasarkan data statistik Dinas Perkebunan Propinsi Riau (BPS Riau, 2010),
Rokan Hilir, Riau merupakan daerah terbesar ke-3 penghasil Crude Palm Oil
(CPO). Bahan baku diperoleh dari beberapa pabrik yang berlokasi di Rokan Hilir,
Riau. Berdasarkan informasi dari Dinas Perkebunan Kabupaten Rokan Hilir, pabrik
Kelapa Sawit (PKS) di wilayah hukum Kabupaten Rokan Hilir terdata 22 PKS.
2. Transportasi dan Pemasaran
Lokasi pabrik harus dibangun dekat dengan pasar agar produk dapat cepat sampai
ke konsumen dan untuk menghemat biaya distribusi. Sarana transportasi darat dan
laut sudah tidak menjadi masalah, karena fasilitas jalan raya terhubung dengan
jalan lintas timur dan dekat pelabuhan industri yakni Pelabuhan Sinaboy dan
Pelabuhan Panipahan yang melayani pelayaran dari dan ke luar negeri via 2
pelabuhan di Malaysia yaitu, Port Dickson dan Port Kelang.Adanya pelabuhan ini
memudahkan untuk distribusi produk RBD Palm Olein.
3. Utilitas
Kebutuhan air baik untuk proses maupun untuk domestik diperoleh dengan
mengolah air sungai yang berdekatan dengan lokasi pabrik yang akan didirikan.
Sumber air yang digunakan dalam utilitas berasal dari sungai Rokan sungai terbesar
yang melintas sejauh 350 km dari muaranya di Rokan Hilir hingga ke Hulunya di
Rokan Hulu.. Kebutuhan akan listrik didapat dari generator sendiri, sedangkan
kebutuhan bahan bakar dan minyak pelumas dapat diperoleh dari PT. Pertamina
EP Lirik.
4. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Sumber Daya Manusia
Untuk tenaga kerja dengan kualitas tertentu dapat dengan mudah diperoleh meski
tidak dari daerah setempat. Sedangkan untuk tenaga buruh diambil dari daerah
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

setempat atau dari para pendatang pencari kerja. Dengan pembangunan pabrik ini
diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi jumlah
pengangguran di Indonesia.

4.2

Tata Letak Pabrik dan Alat


Tata letak pabrik dan alat yang efektif merupakan suatu perencanaan dari
komponen-komponen pabrik sehingga diperoleh hubungan yang ekonomis dan efektif
antara operator, peralatan, gerakan material bahan baku hingga produk. Hal-hal yang
perlu dipertimbangkan untuk merencanakan tata letak pabrik dan tata letak alat adalah
sebagai berikut :
1. Arah dan aliran angin
Arah angin di dalam dan di sekitar area proses perlu diperhatikan untuk
menghindari stagnasi udara pada suatu tempat yang dapat menyebabkan akumulasi
bahan kimia yang berbahaya, sehingga dapat membahayakan keselamatan pekerja.
Beberapa peralatan yang harus diletakkan dibagian upwind (berlawanan dengan
arah angin) pada pabrik metanol adalah :
- Semua peralatan yang berisi zat-zat yang mudah terbakar. Jika ada zat yang mudah
terbakar yang tumpah, uapnya tidak akan terbawa oleh angin ke seluruh bagian
pabrik.
- Unit pengolahan limbah. Jika diletakkan searah dengan arah angin, dapat
membawa bau tak sedap ke seluruh bagian pabrik. Hal ini akan mengganggu
kenyamanan pekerja pabrik tersebut.
Sedangkan peralatan yang diletakkan di bagian downwind (searah dengan arah angin)
pada pabrik metanol adalah
- Perkantoran
- Laboratorium
- Ruang kontrol
- Tempat penyimpanan bahan yang berisi bahan-bahan tidak beracun, tidak
berbahaya dan tidak mudah terbakar.
2. Jarak antar alat
Dalam perancangan, jarak antar alat merupakan hal yang perlu diperhatikan. Tata
letak pabrik yang tepat dapat dicirikan oleh jarak optimum antar mesin atau alatalat proses, yang dapat memberikan keleluasaan yang diperlukan bagi pekerja.
Dengan penentuan jarak antar alat yang tepat maka penggunaan area pabrik dapat
lebih efisien sehingga dari segi ekonomis akan menguntungkan. Selain itu alasan
keamanan juga perlu dipertimbangkan, sebab apabila terjadi kerusakan yang
menimbulkan ledakan atau kebakaran tidak akan membahayakan proses lainnya
pada jarak tersebut.
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

3. Penempatan alat
Faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja pabrik salah satunya adalah penempatan
alat. Adanya pengaturan yang efektif terhadapat alat alat produksi tentunya akan
mempengaruhi kinerja proses produksi. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan tata letak peralatan adalah :
- Pertimbangan ekonomis
Penyusunan alat dilakukan secara berurutan menurut prosesnya, sehingga sistem
perpipaan dan penyusunan letak pompa dapat lebih sederhana dan teratur.
Sehingga biaya konstruksi dan operasi dapat diminimalkan.
- Kemudahan operasi
Penempatan antara alat yang satu dengan alat yang lain harus memberikan ruang
gerak yang memadai untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan alat. Fasilitas
jalan juga memberikan ruang gerak yang sangat penting. Untuk itu jalan yang ada
di area pabrik dibuat cukup lebar dengan penataan jalan yang rapi dan arah yang
teratur bagi kemudahan transportasi.
- Pertimbangan Keamanan
Tata letak alat yang teratur menciptakan suasana kerja aman dan nyaman. Jika
terjadi kecelakaan kerja atau kebakaran akan memungkinkan penanganan yang
cepat.
4. Elevasi alat
Pengaliran bahan baku dan produk yang tepat akan memberikan keuntungan
ekonomis yang besar serta menunjang kelancaran dan keamanan produksi. Guna
mendukung hal tersebut perlu diperhatikan elevasi pipa, dimana untuk pipa yang
ditempatkan di atas tanah perlu dipasang pada ketinggian tiga meter atau lebih.
Sedangkan untuk pemipaan pada permukaan tanah diatur sedemikian rupa agar
tidak mengganggu lalu lintas pekerja. Jika tidak ada alasan khusus bagi suatu alat
untuk diletakkan pada elevasi tertentu sebaiknya diletakkan didasar saja. Alasannya
adalah :
- Biaya konstruksi untuk menaikkan elevasi suatu alat atau membuat pabrik yang
bertingkat jauh lebih besar dibandingkan jika semua peralatan ditempatkan didasar.
Diperlukan perhatian lebih mengenai bahaya adanya kebakaran, ledakan atau
gempa bumi.
5. Maintenence alat
Pemasangan dan distribusi yang baik dari bahan-bahan proses dan fasilitas
pendukungnya seperti listrik akan membantu kemudahan kerja dan perawatannya.
Penempatan perangkat proses sedemikian rupa diupayakan agar petugas mudah
untuk mencapainya. Dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan dalam
pengaturan mengenai tata letak pabrik dan peralatan, maka tata letak Pabrik RBD
Palm Olein dari CPO meliputi :
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Storage tank
Fasilitas penyimpanan bahan baku dan produk diletakkan di area tebuka dan jauh
dari lokasi yang mudah terbakar namun dekat dengan area proses sehingga
meningkatkan efisiensi kerja.
Area proses
Daerah ini merupakan daerah berlangsungnya proses produksi. Tata letak peralatan
proses diatur sedemikian rupa sehingga tercapai efisiensi proses, keselamatan dan
kenyamanan kerja. Hal ini meliputi penempatan alat yang sesuai dengan urutan
proses, pengelompokan alat untuk memudahkan pengawasan, pengaturan alat
sehingga dapat memudahkan pemeriksaan, perawatan dan lalu lintas.
Utilitas
Daerah ini merupakan lokasi dari alat-alat penunjang seperti boiler, generator listrik
dan sarana penunjang pengolahan air. Daerah utilitas diletakkan di bagian belakang
pabrik agar dekat dengan aliran sungai.
Perkantoran
Perkantoran merupakan daerah pusat kegiatan administrasi pabrik baik urusan
dengan pihak luar maupun urusan dengan pihak dalam.
Area perluasan
Penyediaan area untuk perluasan pabrik baik berupa penambahan unit atau
peningkatan kapasitas produksi dimasa yang akan datang direncanakan dengan
baik.
Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang disediakan terdiri dari area parkir, mushalla, kantin, klinik,
sarana olahraga dan mess karyawan. Penempatan fasilitas umum ini di letakkan
sedemikian rupa agar seluruh karyawan dapat memanfaatkannya. Fasilitas pabrik
tidak hanya yang berkaitan dengan alat-alat proses tapi juga daerah-daerah
pelayanan seperti poliklinik, tempat penerimaan dan pengiriman barang, gudang
dan sebagainya.

Susunan tata letak (layout) Pabrik RBD Palm Olein dari CPO dapat dilihat pada
Lampiran C. Sedangkan susunan tata letak (layout) peralatan Pabrik RBD Palm Olein
dari CPO dapat dilihat pada Lampiran D.

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Daftar Pustaka

Baasel, W., D., 1990, Preliminary Chemical Engineering Plant Design, 2nd ed., Van Nostrand
Reinhold, New York.
Bausbacher. Ed., & Hunt. Roger, 1993, Process Plant Layout and Piping Desind., Prentice
Hall., Inc., Singapore.
Brownell, L.E. And Young, E.H., 1959, Process Equipment Design, John Willey & Sons,
New York
Bula, A., et al, 2012, Syngas for methanol production from palm oil biomass residues,
international journal of thermodynamiics (IjoT), vol. 15 (no 3) / 169.
CDMI.2013. Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri Minyak Goreng (Sawit, Kelapa
dan Nabati Lainnya) di Indonesia, 2014-2018. The CDMI Consulting Group
Coughanowr. Donal R., 1991, Process System Analysis and Control, 2nd ed., Mc Graw Hill
Book Co., Inc.,Singapore
Coulson, J.M. and Richardson, J.F., 1993, Chemical Engineering Design, Vol. 6, 2nd ed,
Pergamon Press, Oxford.
Fogler, H.S., 1986, Element of Chemical Reaction Engineering, London, Prentice Hall
International.
Geankoplis, CJ., 1999, Transport Processes and Unit Operations, 3rd Edition, London,
Prentice Hall International.
Kern, DQ 1983, Process Heat Transfer, McGraw-Hill International Book Company,
Japan.
Leong W.L.1992. The Refinning and Fractionation of Palm Oil. Palm Oil Mill EngineersExecutives Training Course 14th Semester 1. PORIM Bangi. 1-6
McCabe, WL et al 1993, Unit Operations of Chemical Engineering Fifth Edition, McGrawHill International Editions, Singapore.
McKetta J. J. (ed.), 1988, Encyclopedia of Chemical Processing and Design, Vol. 29. New
York, Marcel Dekker.
Perry, J. H.et al, 1997, Chemical Engineers' Handbook, 7th Edition, McGraw-Hill, New
York.
Peter, et all. 2003. Plant Design and Economics for Chemical Engineers, 5th ed. New York :
University of Colorado.
Reklaitis GV & Schneider DR, Introduction to Material and Energy Balances, Jhon Wiley &
Sons, In,c, New York,
Sieder, WD., JD. Seader, Daniel RL., Soemantri W. 2010. Product and Process Design
Principles Syntesis, Analysis and Evaluation, 3rd edition. Asia : John Wiley & Sons.
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Smith, JM et al 2001, Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics Sixth Edition,


McGraw-Hill Higher Education, Singapore.
Walas, M.S., 1990, Chemical Process Equipment Selection and Design, London, BetterworthHeinemann.

Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO


By

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Checked

Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS

Kelompok 8/S. Ganjil/2014-2015


Approved

Você também pode gostar