Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
Industri RBD Palm Olein merupakan salah satu aktivitas hilir dari industri
pertanian berbasis sawit. Minyak goreng dari sawit atau yang disebut RBDP Olein
(Refined Bleached Deodorized Palm Olein) dibuat dari CPO sebagai bahan bakunya.
RBDPO adalah minyak sawit yang telah mengalami proses penyulingan untuk
menghasilkan asam lemak bebas serta penjernihan untuk menghilangkan warna dan
penghilangan bau. Proses pengolahan minyak goreng ini menghasilkan hasil samping
RBD Stearin (Refined Bleached Deodorized Stearin) dan PFAD (Palm Fatty Acids
Destillation).
Dari data produksi CPO Indonesia tersebut perlu dikembangkan industri hilir
kelapa sawit berupa industri minyak goreng. Hal tersebut juga didukung dengan
produksi minyak goreng Indonesia dalam lima tahun terakhir (2009-2013) meningkat
rata-rata 16,5% pertahun, dari 7,13 juta ton ditahun 2009 menjadi 13,0 juta ton ditahun
2013. Selama periode tersebut kontribusi terbesar 96,44% berasal dari minyak goreng
kelapa sawit, sisanya dari minyak goreng kelapa 3,43% dan minyak goreng nabati
lainnya 0,13% (CDMI, 2013). Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia memproyeksikan
produksi CPO Indonesia mencapai 31,6 juta ton (Majalah Sawit Indonesia, 2014). Hal
ini perlu diimbangi dengan pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Dengan demikian
pembangunan industri hilir kelapa sawit berpotensi untuk didirikan.
Pada Pra Rancangan Pabrik RBD Palm Olein ini, CPO digunakan sebagai
bahan baku pembuatan RBDPO. CPO memiliki kapasitas produksi yang besar tiap
tahunnya dan didukung dengan lahan kelapa sawit yang luas. Selain dari ketersediaan
CPO yang berlimpah di Indonesia, minyak goreng dari CPO mengandung karoten yang
diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E.
Produksi minyak goreng dari CPO dilakukan melalui tahapan pemurnian, fraksinasi,
dan pengemasan.
Pabrik RBD Palm Olein dari CPO ini terdiri atas dua unit produksi utama dan
dua unit produksi pendukung. Unit produksi utama terdiri atas unit refinary CPO dan
unit fraksinasi RBD Palm Olein dengan RBD Palm Stearin. Unit produksi pendukung
terdiri atas unit penanganan aliran bahan dan utilitas. Unit penanganan aliran bahan
dan utilitas pada pabrik RBD Palm Olein dari CPO ini terdiri atas sistem perpipaan,
sistem kontrol, pompa, elevator, hoper, unit penyimpanan bahan dan utilitas lainnya.
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengakomodasi terjadinya perpindahan bahan dari
satu unit ke unit proses lainnya. Sistem kontrol berfungsi untuk menjaga dan
mengendalikan aliran bahan dan utilitas sehingga dapat bekerja sesuai dengan nilai set
point yang diinginkan.
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
yang tersisa akan terdekomposisi oleh panas, dan akan menghasilkan RBDPO yang
berwarna terang dan tidak berasa (Basiron, 2005).
2.2
Proses Fraksinasi
Proses fraksinasi bertujuan untuk memisahkan fraksi padat dengan fraksi cair
yang terdapat pada RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil). Proses fraksinasi
terdiri dari beberapa tahap :
a. Pemanasan (Heating)
RBDPO yang telah ditampung dipompakan kedalam crystalyzer, dimana
crystalizer terlebih dahulu dipanaskan pada suhu sekitar 68oC, pemanas digunakan
berupa steam dengan jarak pengisian 30 menit. Crystalyzer dilengkapi dengan agitator.
Didalam tangki dihomogenkan selama 30 menit agar minyak bercampur secara
merata, sehingga dalam pembuatan kristal tidak mengalami kesulitan dan suhunya
dapat dipertahankan sekitar 68-70oC.
b. Pendingin (Cooling)
Setelah minyak dihomogenisasikan dari suhu tetap antara 68-70 oC,
kemudian dilakukan pendinginan dengan air (cooling water) dengan suhu 30-33oC
dan pompa air akan bekerja secara otomatis. Bila suhu minyak pada tangki
crystalyzer sudah mencapai 38-40oC maka cooling water akan dihentikan, dilanjutkan
dengan pendinginan chilled water dari chiller yang bersuhu 14oC. Pertukaran ini
disebut dengan komutasi yang dilakukan secara otomatis. Pembentukan kristal
mulai terjadi pada saat suhu chilling mencapai 28 29 oC, dengan temperatur oil 32
30 oC. Pada suhu ini stearin sudah mengkristal menjadi fraksi padat, sedangkan
olein tetap tinggal sebagai fraksi cair. Kemudian dilakukan pendinginan sampai suhu
minyak mencapai 26 oC. Apabila sudah tercapai temperatur tersebut, maka
RBDPO yang ada pada crystalyzer tank sudah dapat di transfer ke filter melalui
pompa untuk di saring.
c. Filtrasi
Proses ini bertujuan untuk memisahkan fraksi padat dan fraksi cair yang
dilakukan dengan metode penyaringan pada membrane filter press ( menggunakan filter
cloth ).
Pressure and membran filter bekerja berdasarkan sistem hidrolik. Alat ini
tersusun dari plat yang berjumlah 85 buah, media yang digunakan uuntuk
penyaringan adalah filter cloth yang tahan terhadap tekanan tinggi dengan ukuran air
permeability 500 600. RBDPO dari crystalyzer dipompakan oleh pompa pada suhu
26 oC memasuki filter, setelah mengalami proses penyaringan, olein akan lolos dan
ditampung pada tangki ( Olein Storage ). Biasanya bila sudah mencapai tekanan 3
barr, filtrasi sudah dapat dihentikan dan dilakukan squeeze
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Elemen yang melakukan perubahan agar variabel sesuai dengan kondisi proses
yang diinginkan.
3.2
Instrumentasi
Keberhasilan sistem pengendalian sangat ditentukan dengan adanya data yang
benar dan akurat. Kondisi tersebut dapat diketahui melalui pengukuran terhadap
variabel-variabel proses dengan menggunakan instrument. Pada dasarnya instrumentasi
mempunyai bagian-bagian sebagai berikut.
1. Proses kimia
Proses kimia meliputi peralatan proses dan operasi baik secara kimia maupun fisika
yang terjadi di dalam peralatan tersebut.
2. Sensor atau alat ukur
Sensor merupakan sumber informasi yang mengidentifikasi hal-hal yang terjadi
dalam suatu proses.
3. Transducer
Transducer merupakan alat penterjemah yang digunakan untuk mengubah hasil
pengukuran menjadi besaran yang ditransmisikan.
4. Jalur transmisi
Jalur transmisi merupakan media yang digunakan untuk membawa informasi hasil
pengukuran dari alat ukur ke controller. Pada sistem pengendalian pabrik ini terdiri
dari 2 jenis jalur transmisi yaitu jalur listrik dan jalur pneumtik yang ditampilkan
pada Gambar 3.1.
(a)
(b)
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
TT
103
Gambar 3.3 Simbol Temperature Transmitter
Temperature Controller (TC)
Temperature controller adalah alat yang digunakan sebagai pengatur suhu atau
pengukur sinyal dalam bentuk panas menjadi sinyal mekanis atau listrik. Pengaturan
temperatur dilakukan dengan mengatur jumlah material proses yang harus
ditambahkan atau dikeluarkan dari suatu proses yang sedang bekerja. Simbol
indikator ini dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
TC
103
Gambar 3.4 Simbol Temperature Controller
2. Instrumentasi Tekanan (Pressure Instrument)
Instrumentasi tekanan yang digunakan terdiri dari:
Pressure Indicator (PI)
Pressure indicator adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan tekanan pada alat
atau aliran proses.
Pressure Transmitter (PT)
Pressure transmitter merupakan alat yang meneruskan sinyal perubahan tekanan dari
sensor (elemen primer) pada suatu unit operasi ke elemen pengontrol. kemudian dari
elemen pengontrol ke terminal final kontrol, atau secara sederhana pressure transmitter
dapat diartikan sebagai bagian alat pengendali yang mengirim sinyal perubahan
tekanan ke antar elemen pengendali. Simbol indikator ini dapat dilihat pada Gambar
3.5.
PT
101
Gambar 3.5 Simbol Pressure Transmitter
Pressure Controller (PC)
Pressure controller adalah alat yang dapat digunakan sebagai pengukur tekanan atau
pengubah sinyal dalam bentuk tekanan menjadi sinyal mekanis. Pengukuran tekanan
dapat dilakukan dengan mengatur jumlah uap yang keluar dari suatu alat yang
tekanannya ingin dideteksi. Simbol indikator ini dapat dilihat pada Gambar 3.6.
PC
101
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
dari elemen pengontrol ke terminal final kontrol, atau secara sederhana level
transmitter dapat diartikan sebagai bagian alat pengendali yang mengirim sinyal
perubahan level/ketinggian fluida ke antar elemen pengendali. Simbol indikator ini
dapat dilihat pada Gambar 3.10.
LT
121
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Controlled Variable (Variabel yang dikontrol), variabel ini terbagi 2 yaitu measured
output variable (jika variabel dapat diketahui/diukur secara langsung menggunakan
elemen pengukur) dan unmeasured output variable (jika variabel tidak dapat diketahui
dengan pengukuran secara langsung.
Uncontrolled Variable (Varibel yang tidak dikontrol)
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
4.1
Dalam perencanaan sebuah pabrik, penentuan lokasi pabrik merupakan salah satu
bagian yang terpenting dalam pendirian pabrik. Pemilihan lokasi yang tepat dapat
menurunkan biaya investasi dan biaya produksi. Lokasi pendirian pabrik ini
direncanakan di Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Adapun
faktor-faktor yang berperan penting dalam pemilihan lokasi pabrik RBD Palm Olein,
antara lain :
1. Bahan baku
Bahan baku pabrik RBD Palm Olein ini adalah berupa CPO, yang merupakan salah
produk hilir yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS).
Berdasarkan data statistik Dinas Perkebunan Propinsi Riau (BPS Riau, 2010),
Rokan Hilir, Riau merupakan daerah terbesar ke-3 penghasil Crude Palm Oil
(CPO). Bahan baku diperoleh dari beberapa pabrik yang berlokasi di Rokan Hilir,
Riau. Berdasarkan informasi dari Dinas Perkebunan Kabupaten Rokan Hilir, pabrik
Kelapa Sawit (PKS) di wilayah hukum Kabupaten Rokan Hilir terdata 22 PKS.
2. Transportasi dan Pemasaran
Lokasi pabrik harus dibangun dekat dengan pasar agar produk dapat cepat sampai
ke konsumen dan untuk menghemat biaya distribusi. Sarana transportasi darat dan
laut sudah tidak menjadi masalah, karena fasilitas jalan raya terhubung dengan
jalan lintas timur dan dekat pelabuhan industri yakni Pelabuhan Sinaboy dan
Pelabuhan Panipahan yang melayani pelayaran dari dan ke luar negeri via 2
pelabuhan di Malaysia yaitu, Port Dickson dan Port Kelang.Adanya pelabuhan ini
memudahkan untuk distribusi produk RBD Palm Olein.
3. Utilitas
Kebutuhan air baik untuk proses maupun untuk domestik diperoleh dengan
mengolah air sungai yang berdekatan dengan lokasi pabrik yang akan didirikan.
Sumber air yang digunakan dalam utilitas berasal dari sungai Rokan sungai terbesar
yang melintas sejauh 350 km dari muaranya di Rokan Hilir hingga ke Hulunya di
Rokan Hulu.. Kebutuhan akan listrik didapat dari generator sendiri, sedangkan
kebutuhan bahan bakar dan minyak pelumas dapat diperoleh dari PT. Pertamina
EP Lirik.
4. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Sumber Daya Manusia
Untuk tenaga kerja dengan kualitas tertentu dapat dengan mudah diperoleh meski
tidak dari daerah setempat. Sedangkan untuk tenaga buruh diambil dari daerah
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
setempat atau dari para pendatang pencari kerja. Dengan pembangunan pabrik ini
diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi jumlah
pengangguran di Indonesia.
4.2
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
3. Penempatan alat
Faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja pabrik salah satunya adalah penempatan
alat. Adanya pengaturan yang efektif terhadapat alat alat produksi tentunya akan
mempengaruhi kinerja proses produksi. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan tata letak peralatan adalah :
- Pertimbangan ekonomis
Penyusunan alat dilakukan secara berurutan menurut prosesnya, sehingga sistem
perpipaan dan penyusunan letak pompa dapat lebih sederhana dan teratur.
Sehingga biaya konstruksi dan operasi dapat diminimalkan.
- Kemudahan operasi
Penempatan antara alat yang satu dengan alat yang lain harus memberikan ruang
gerak yang memadai untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan alat. Fasilitas
jalan juga memberikan ruang gerak yang sangat penting. Untuk itu jalan yang ada
di area pabrik dibuat cukup lebar dengan penataan jalan yang rapi dan arah yang
teratur bagi kemudahan transportasi.
- Pertimbangan Keamanan
Tata letak alat yang teratur menciptakan suasana kerja aman dan nyaman. Jika
terjadi kecelakaan kerja atau kebakaran akan memungkinkan penanganan yang
cepat.
4. Elevasi alat
Pengaliran bahan baku dan produk yang tepat akan memberikan keuntungan
ekonomis yang besar serta menunjang kelancaran dan keamanan produksi. Guna
mendukung hal tersebut perlu diperhatikan elevasi pipa, dimana untuk pipa yang
ditempatkan di atas tanah perlu dipasang pada ketinggian tiga meter atau lebih.
Sedangkan untuk pemipaan pada permukaan tanah diatur sedemikian rupa agar
tidak mengganggu lalu lintas pekerja. Jika tidak ada alasan khusus bagi suatu alat
untuk diletakkan pada elevasi tertentu sebaiknya diletakkan didasar saja. Alasannya
adalah :
- Biaya konstruksi untuk menaikkan elevasi suatu alat atau membuat pabrik yang
bertingkat jauh lebih besar dibandingkan jika semua peralatan ditempatkan didasar.
Diperlukan perhatian lebih mengenai bahaya adanya kebakaran, ledakan atau
gempa bumi.
5. Maintenence alat
Pemasangan dan distribusi yang baik dari bahan-bahan proses dan fasilitas
pendukungnya seperti listrik akan membantu kemudahan kerja dan perawatannya.
Penempatan perangkat proses sedemikian rupa diupayakan agar petugas mudah
untuk mencapainya. Dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan dalam
pengaturan mengenai tata letak pabrik dan peralatan, maka tata letak Pabrik RBD
Palm Olein dari CPO meliputi :
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Storage tank
Fasilitas penyimpanan bahan baku dan produk diletakkan di area tebuka dan jauh
dari lokasi yang mudah terbakar namun dekat dengan area proses sehingga
meningkatkan efisiensi kerja.
Area proses
Daerah ini merupakan daerah berlangsungnya proses produksi. Tata letak peralatan
proses diatur sedemikian rupa sehingga tercapai efisiensi proses, keselamatan dan
kenyamanan kerja. Hal ini meliputi penempatan alat yang sesuai dengan urutan
proses, pengelompokan alat untuk memudahkan pengawasan, pengaturan alat
sehingga dapat memudahkan pemeriksaan, perawatan dan lalu lintas.
Utilitas
Daerah ini merupakan lokasi dari alat-alat penunjang seperti boiler, generator listrik
dan sarana penunjang pengolahan air. Daerah utilitas diletakkan di bagian belakang
pabrik agar dekat dengan aliran sungai.
Perkantoran
Perkantoran merupakan daerah pusat kegiatan administrasi pabrik baik urusan
dengan pihak luar maupun urusan dengan pihak dalam.
Area perluasan
Penyediaan area untuk perluasan pabrik baik berupa penambahan unit atau
peningkatan kapasitas produksi dimasa yang akan datang direncanakan dengan
baik.
Fasilitas Umum
Fasilitas umum yang disediakan terdiri dari area parkir, mushalla, kantin, klinik,
sarana olahraga dan mess karyawan. Penempatan fasilitas umum ini di letakkan
sedemikian rupa agar seluruh karyawan dapat memanfaatkannya. Fasilitas pabrik
tidak hanya yang berkaitan dengan alat-alat proses tapi juga daerah-daerah
pelayanan seperti poliklinik, tempat penerimaan dan pengiriman barang, gudang
dan sebagainya.
Susunan tata letak (layout) Pabrik RBD Palm Olein dari CPO dapat dilihat pada
Lampiran C. Sedangkan susunan tata letak (layout) peralatan Pabrik RBD Palm Olein
dari CPO dapat dilihat pada Lampiran D.
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Daftar Pustaka
Baasel, W., D., 1990, Preliminary Chemical Engineering Plant Design, 2nd ed., Van Nostrand
Reinhold, New York.
Bausbacher. Ed., & Hunt. Roger, 1993, Process Plant Layout and Piping Desind., Prentice
Hall., Inc., Singapore.
Brownell, L.E. And Young, E.H., 1959, Process Equipment Design, John Willey & Sons,
New York
Bula, A., et al, 2012, Syngas for methanol production from palm oil biomass residues,
international journal of thermodynamiics (IjoT), vol. 15 (no 3) / 169.
CDMI.2013. Studi Potensi Bisnis dan Pelaku Utama Industri Minyak Goreng (Sawit, Kelapa
dan Nabati Lainnya) di Indonesia, 2014-2018. The CDMI Consulting Group
Coughanowr. Donal R., 1991, Process System Analysis and Control, 2nd ed., Mc Graw Hill
Book Co., Inc.,Singapore
Coulson, J.M. and Richardson, J.F., 1993, Chemical Engineering Design, Vol. 6, 2nd ed,
Pergamon Press, Oxford.
Fogler, H.S., 1986, Element of Chemical Reaction Engineering, London, Prentice Hall
International.
Geankoplis, CJ., 1999, Transport Processes and Unit Operations, 3rd Edition, London,
Prentice Hall International.
Kern, DQ 1983, Process Heat Transfer, McGraw-Hill International Book Company,
Japan.
Leong W.L.1992. The Refinning and Fractionation of Palm Oil. Palm Oil Mill EngineersExecutives Training Course 14th Semester 1. PORIM Bangi. 1-6
McCabe, WL et al 1993, Unit Operations of Chemical Engineering Fifth Edition, McGrawHill International Editions, Singapore.
McKetta J. J. (ed.), 1988, Encyclopedia of Chemical Processing and Design, Vol. 29. New
York, Marcel Dekker.
Perry, J. H.et al, 1997, Chemical Engineers' Handbook, 7th Edition, McGraw-Hill, New
York.
Peter, et all. 2003. Plant Design and Economics for Chemical Engineers, 5th ed. New York :
University of Colorado.
Reklaitis GV & Schneider DR, Introduction to Material and Energy Balances, Jhon Wiley &
Sons, In,c, New York,
Sieder, WD., JD. Seader, Daniel RL., Soemantri W. 2010. Product and Process Design
Principles Syntesis, Analysis and Evaluation, 3rd edition. Asia : John Wiley & Sons.
Pra-Rancangan Pabrik RBD Palm Olein dari CPO
By
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS
Checked
Ella Awaltanova
Arief Maulana Ilham
Santoso Nugroho
Bonita Esther FS