Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
0
Pernikahan memang satu upacara sakral yang diharapkan sekali seumur hidup. Bentuk
pernikahan banyak sekali bentuknya dari yang paling simple, dan yang ribet karena
menggunakan upacara adat. Seperti pernikahan adat Sunda ini, kekayaan budaya tatar Sunda bisa
dilihat juga lewat upacara pernikahan adatnya yang diwarnai dengan humor tapi tidak
menghilangkan nuansa sakral dan khidmat.
Ada beberapa acara yang harus dilakukan untuk melangsungkan pernikahan, mulai dari lamaran
dan lainnya.
Ada Neundeun Omong (Menyimpan Ucapan): Yaitu, Pembicaraan orang tua atau pihak Pria
yang berminat mempersunting seorang gadis. Dalam pelaksanaannya neundeun omong
biasanya, seperti berikut ini :
Pihak orang tua calon pengantin bertamu kepada calon besan (calon pengantin
perempuan). Berbincang dalam suasana santai penuh canda tawa, sambil sesekali
diselingi pertanyaan yang bersifat menyelidiki status anak perempuannya apakah sudah
ada yang melamar atau atau masih (belum punya pacar)
Pihak orang tua (calon besan) pun demikian dalam menjawabnya penuh dengan benyolan
penuh dengan siloka
Walapun sudah sepakat diantara kedua orang tua itu, pada jaman dahulu kadang-kadang
anak-anak mereka tidak tahu.
Narosan (Lamaran) : Dilaksanakan oleh orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat, yang
merupakan awal kesepakatan untuk menjalin hubungan lebih jauh. Pada pelaksanaannya orang
tua anak laki-laki biasanya sambil membawa barang-barang, seperti yaitu :
Pakaian perempuan
Cincin meneng
Beubeur tameuh (ikat pinggang sang suka dipakai kaum perempuan terutama setelah
melahirkan
Uang yang jumlahnya 1/10 dari jumlah yang akan dibawa pada waktu seserahan
Barang-barang yang dibawa dalam pelaksanaan upacara ngalamar itu tidak lepas dari simbol dan
makna seperti :
Sirih, bentuknya segi tiga meruncing ke bawah kalau dimakan rasanya pedas. Gambir
rasanya pahit dan kesat. Apu rasanya pahit. Tapi kalau sudah menyatu rasanya jadi enak
dan dapat menyehatkan tubuh dan mencegah bau mulut.
Cincin meneng yaitu cincin tanpa sambungan mengandung makna bahwa rasa kasih dan
sayang tidak ada putusnya
Pakaian perempuan, mengandung makna sebagai tanda mulainya tanggung jawab dari
pihak laki-laki kepada perempuan
Beubeur tameuh, mengandung makna sebagai tanda adanya ikatan lahir dan batin antara
kedua belah pihak
Tunangan : Pada tunangan dilakukan patukeur beubeur tameuh, yaitu penyerahan ikat pinggang
warna pelangi atau polos pada si gadis.
Seserahan : Dilakukan 3-7 hari sebelum pernikahan, yaitu calon pengantin pria membawa uang,
pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur, makanan dan lainnya.
Seminggu atau 3 hari menjelang peresmian pernikahan, di rumah calon mempelai berlangsung
sejumpah persiapan yang mengawali proses pernikahan, yaitu Ngebakan atau Siraman. Berupa
acara memandikan calon pengantin agar bersih lahir dan batin, acara berlangsung siang hari di
kediaman masing-masing calon mempelai. Bagi umat muslim, acara ini terlebih dahulu diawali
dengan pengajian. Tahapan acara siraman adalah:
Ngecagkeun Aisan. Calon pengantin wanita keluar dari kamar dan secara simbolis
digendong oleh sang ibu, sementara ayah calon pengantin wanita berjalan di depan
sambil membawa lilin menuju tempat sungkeman. Upacara ini dilaksanakan sehari
sebelum resepsi pernikahan, sebagai simbol lepasnya tanggung jawab orang tua calon
pengantin. Property yang digunakan:
o Palika atau pelita atau menggunakan lilin yang berjumlah tujuh buah. Hal ini
mengandung makna yaitu rukun iman dan jumlah hari dalam seminggu
o Kain putih, yang mengandung makna niat suci
o Bunga tujuh rupa, mengandung makna bahwa perilaku kita, selama tujuh hari
dalam seminggu harus wangi yang artinya baik.
o Bunga hanjuang, mengandung makna bahawa kedua calon pengantin akan
memasuki alam baru yaitu alam berumah tangga.
Langkah-langkah upacara ini adalah:
Orang tua calon pengantin perempuan keluar dari kamar sambil membawa lilin/ palika
yang sudah menyala,
Kemudian di belakangnya diikuti oleh calon pengantin peremupan sambil dililit (diais )
oleh ibunya.
Setelah sampai di tengah rumah kemudian kedua orang tua calon pengantin perempuan
duduk dikursi yang telah dipersiapkan
Untuk menambah khidmatnya suasana biasanya sambil diiring alunan kecapi suling
dalam lagu ayun ambing.
Ngaras
Permohonan izin calon mempelai wanita kemudian sungkem dan mencuci kaki kedua orangtua
pelaksanaan upacara ini dilaksanakan setelah upacara ngecagkeun aisan. Pelaksaannya sebagai
berikut:
Calon pengantin perempuan bersujud dipangkuan orang tuanya sambil berkata:
Pencampuran air siraman. Kedua orangtua menuangkan air siraman ke dalam bokor dan
mengaduknya untuk upacara siraman.
Siraman. Diawali musik kecapi suling, calon pengantin wanita dibimbing oleh perias
menuju tempat siraman dengan menginjak 7 helai kain. Siraman calon pengantin wanita
dimulai oleh ibu, kemudian ayah, disusul oleh para sesepuh. Jumlah penyiram ganjil; 7, 9
dan paling banyak 11 orang. Secara terpisah, upacara yang sama dilakukan di rumah
calon mempelai pria. Perlengkapan yang diperlukan adalah air bunga setaman (7 macam
bunga wangi), dua helai kain sarung, satu helai selendang batik, satu helai handuk,
pedupaan, baju kebaya, payung besar, dan lilin.
Potong rambut atau Ngerik. Calon mempelai wanita dipotong rambutnya oleh kedua
orangtua sebagai lambing memperindah diri lahir dan batin. Dilanjutkan prosesi
ngeningan (dikerik dan dirias), yakni menghilangkan semua bulu-bulu halus pada wajah,
kuduk, membentuk amis cau/sinom, membuat godeg, dan kembang turi. Perlengkapan
yang dibutuhkan: pisau cukur, sisir, gunting rambut, pinset, air bunga setaman, lilin atau
pelita, padupaan, dan kain mori/putih. Biasanya sambil dilantunkan jangjawokan juga:
Rebutan Parawanten. Sambil menunggu calon mempelai dirias, para tamu undangan
menikmati acara rebutan hahampangan danbeubeutian. Juga dilakukan acara pembagian
air siraman.
Suapan terakhir. Pemotongan tumpeng oleh kedua orangtua calon mempelai wanita,
dilanjutkan dengan menyuapi sang anak untuk terakhir kali masing-masing sebanyak tiga
kali.
Tanam rambut. Kedua orangtua menanam potongan rambut calon mempelai wanita di
tempat yang telah ditentukan.
Lalu dilanjutkan dengan Ngeuyeuk Seureuh. Kedua calon mempelai meminta restu pada
orangtua masing-masing dengan disaksikan sanak keluarga. Lewat prosesi ini pula orangtua
memberikan nasihat lewat lambang benda-benda yang ada dalam prosesi. Lazimnya,
dilaksanakan bersamaan dengan prosesi seserahan dan dipimpin oleh Nini Pangeuyeuk (juru
rias). Kata ngeuyeuk seureuh sendiri berasal dari ngaheuyeuk yang ngartinya mengolah. Acara
ini biasanya dihadiri oleh kedua calon pengantin beserta keluarganya yang dilaksanakan pada
malam hari sebelum akad nikah.
Pandangan hidup orang Sunda senantiasa dilandasi oleh tiga sifat utama yakni silih asih, silih
asuh, dan silih asah atau secara literal diartikansebagai saling menyayangi, saling menjaga, dan
mengajari. Ketiga sifat itu selalu tampak dalam berbagai upacara adat atau ritual terutama acara
ngeuyeuk seureuh. Diharapkan kedua calon pengantin bisa mengamalkan sebuah peribahasa
kawas gula jeung peuet (bagaikan gula dengan nira yang sudah matang) artinya hidup yang
rukun, saling menyayangi dan sebisa mungkin menghindari perselisihan. Tata cara
Ngeuyeuk Sereuh:
1. Nini Pangeuyeuk memberikan 7 helai benang kanteh sepanjang 2 jengkal kepada kedua
calon mempelai. Sambil duduk menghadap dan memegang ujung-ujung benang, kedua
mempelai meminta izin untuk menikah kepada orangtua mereka.
2. Pangeuyeuk membawakan Kidung berisi permohonan dan doa kepada Tuhan sambil
nyawer (menaburkan beras sedikit-sedikit) kepada calon mempelai, simbol harapan hidup
sejahtera bagi sang mempelai.
3. Calon mempelai dikeprak (dipukul pelan-pelan) dengan sapu lidi, diiringi nasihat untuk
saling memupuk kasih sayang.
4. Kain putih penutup pangeuyeukan dibuka, melambangkan rumah tangga yang bersih dan
tak ternoda. Menggotong dua perangkat pakaian di atas kain pelekat; melambangkan
kerjasama pasangan calon suami istri dalam mengelola rumah tangga.
5. Calon pengantin pria membelah mayang jambe dan buah pinang. Mayang jambe
melambangkan hati dan perasaan wanita yang halus, buah pinang melambangkan suami
istri saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri. Selanjutnya calon pengantin pria
menumbuk alu ke dalam lumping yang dipegang oleh calon pengantin wanita.
6. Membuat lungkun, yakni berupa dua lembar sirih bertangkai berhadapan digulung
menjadi satu memanjang, lalu diikat benang. Kedua orangtua dan tamu melakukan hal
yang sama, melambangkan jika ada rezeki berlebih harus dibagikan.
7. Diaba-abai oleh pangeuyeuk, kedua calon pengantin dan tamu berebut uang yang berada
di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba mencari rezeki dan disayang
keluarga.
8. Kedua calon pengantin dan sesepuh membuang bekas ngeuyeuk seureuh ke perempatan
jalan, simbolisasi membuang yang buruk dan mengharap kebahagiaan dalam menempuh
hidup baru.
9. Menyalakan tujuh buah pelita, sebuah kosmologi Sunda akan jumlah hari yang diterangi
matahari dan harapan akan kejujuran dalam mebina kehidupan rumah tangga.
Pada hari yang telah ditetapkan oleh kedua keluarga calon pengantin. Rombongan keluarga calon
pengantin Pria datang ke kediaman calon pengantin perempuan. Selain membawa mas kawin,
biasanya juga membawa peralatan dapur, perabotan kamar tidur, kayu bakar, gentong (gerabah
untuk menyimpan beras). Di daerah Priangan, susunan acara upacara akad nikah biasanya
sebagai berikut:
Pembukaan:
1. Penyambutan calon pengantin Pria, dalam acara ini biasanya dilaksanan upacara mapag.
2. Mengalungkan untaian bunga melati
3. Gunting pita
1. Yang mewakili pemasrahan calon pengantin pria biasanya adalah orang yang dituakan
dan ahli berpidato.
2. Yang menerima dari perwakilan wanita juga diwakilkan
Akad Nikah:
2. Kedua mempelai saling menyuapi, Tersedia 7 bulatan nasi punar ( Nasi ketan kuning )
diatas piring. Saling menyuap melalui bahu masing masing kemudian satu bulatan di
perebutkan keduanya untuk kemudian dibelah dua dan disuapkan kepada pasangan .
Melambangkan suapan terakhir dari orang tua karena setelah berkeluarga, kedua anak mereka
harus mencari sendiri sumber kebutuhan hidup mereka dan juga menandakan bahwa kasih
sayang kedua orang tua terhadap anak dan menantu itu sama besarnya.
Pabetot Bakakak (Menarik Ayam Bakar)
Kedua mempelai duduk berhadapan sambil tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam
bakakak di atas meja, kemudian pemandu acara memberi aba aba , kedua mempelai serentak
menarik bakakak ayam tersebut hinggak terbelah. Yang mendapat bagian terbesar, harus
membagi dengan pasangannya dengan cara digigit bersama. Melambangkan bahwa berapapun
rejeki yang didapat, harus dibagi berdua dan dinikmati bersama.
Numbas
Upacara numbas biasa dilaksanakan satu minggu setelah akad nikah. Upacara numbas
mengandung maksud untuk memberi tahu kepada keluarga dan tetangga bahwa pengantin
perempuan tidak mengecewakan pengantin laki-laki. Upacara numbas dilakukan dengan cara
membagi-bagikan nasi kuning.
DIKUTIP DARI BEBERAPA SUMBER ARTIKEL SUNDA
Adapun acara formal, pada dasarnya tujuannya pun tidak jauh berbeda. Hanya
dalam beberapa hal, terdiri dari beberapa sambutan dan biasanya orang tua suka
diwakilkan untuk menyampaikan kehendak mereka.
Seperti contohnya, jika kasus Eny dan Agus tadi, orang tua menyampaikannya
dengan cara diwakilkan oleh Pamannya misalnya. Selain itu juga supaya acara lebih
runut biasanya dihadirkan Master of Ceremony (MC) atau pembawa acara.
Setelah selesai, MC mempersilakan kepada Orang Tua atau Wakil dari Orang Tua
Eny untuk menyampaikan jawabannya.
Orang tua Eny menyampaikan pertanyaan kepada Eny apakah bersedia untuk
diperistri oleh Agus.
Setelah ada jawaban, kemudian MC menyampaikan kemungkinan ada hal lain
yang akan disampaikan oleh orang tua Agus.
Lantas orang tua Agus menyampaikan bahwa Agus akan memberikan tali
pengikat kepada Eny yang biasanya berupa cincin.
MC memberikan waktu untuk melangsungkan acara memasang cincin pengikat.
Penerimaan barang bawaan yang dibawa oleh keluarga Pria.
Acara doa bersama.
Makan-makan.
Selain acara tersebut, ada kebiasaan lain yang biasanya dibaw oleh pihak keluarga
laki-laki yang biasa disebut bawaan yang biasanya berbentuk pernik-pernik
kebutuhan perempuan menjelang pernikahan dan kebutuhan keluarga untuk
mempersiapkan acara. Malah dalam adat tertentu, kita pernah dengar ada yang
membawa beras, ternak dan yang lainnya.
Itulah sedikit gambaran umum tentang cara melamar pria kepada wanita yang
tentu saja tiap daerah akan berbeda. Kelak saya coba mengangkat artikel unik
tentang Susunan Acara Lamaran ini yang berharap akan menjadi inspirasi bagi yang
akan melakukan pertunangan.
Berbicara tentang prosesi pernikahan adat sunda, ada sebuah prosesi inisiasi yang
ada di runtutan upacara pernikahan ini. Tahap ini disebut sebagai ngeuyeuk
seureuh. Dijelaskan dalam laman kamus-sunda.com, ngeuyeuk seureuh adalah
tahap yang dilakukan di malam sebelum akad nikah dilangsungkan.
Bagaimana ya tahap tahap prosesi ngeuyeuk seureuh ini? Seperti yang dilansir di
rt6cbr.blogspot.com dan salangit.wordpress.com, proses ngeuyeuk seureuh ini
dipimpin oleh seorang pengeuyeuk. Kemudian pengeuyeuk mewejangi kedua calon
mempelai untuk meminta ijin dan restu kepada kedua orang tuanya. Selanjutnya
pengeuyeuk akan mengiringi kedua mempelai dengan menyanyikan sebuah kidung.
Lalu, kedua orang tua mempelai akan menyawer kedua mempelai dengan beras
dengan harapan dapat hidup dengan sejahtera. Dan mengeprak dengan sapu lidi
yang disertai dengan nasihat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja.
Kemudian, calon mempelai akan membuka kain putih yang menutupi pengeuyeuk
sebagai simbol bahwa pernikahan yang akan dibina belum ternoda. Lalu, calon
pengantin pria akanmembelah mayang jambe dan buah pinang dengan harapan
bahwa kedua mempelai akan dapat menyesuaikandiri satu sama lain dan
menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali.
Itulah tahap prosesi ngeuyuk seuruh Ladies. Memang banyak yang perlu disiapkan
Ladies, namun demi hari yang paling bahagia, prosesi ini sangat layak untuk dilakuk