Você está na página 1de 25

ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT

Posted on April 24, 2008 by ismalianibaru

1. IDEALISME
Istilah idealisme yang menunjukkan suatu pandangan dalam filsafat belum lama
dipergunakan orang. Namun demikian, pemikiran tentang ide telah dikemukakan
oleh Plato sekitar 2.400 tahun yang lalu. Menurut Plato, realitas yang fundamental
adalah ide, sedangkan realitas yang tampak oleh indera manusia adalah
bayangan dari ide tersebut. Bagi kelompok idealis alam ini ada tujuannya yang
bersifat spiritual. Hukum-hukum alam dianggap sesuai dengan kebutuhan watak
intelektual dan moral manusia. Mereka juga berpendapat bahwa terdapat suatu
harmoni yang mendasar antara manusia dengan alam. Manusia memang bagian
dari proses alam, tetapi ia juga bersifat spiritual, karena manusia memiliki akal,
jiwa, budi, dan nurani.
Kelompok yang mengikuti pandangan ini cenderung menghormati kebudayaan dan
tradisi, sebab mereka mempunyai pandangan bahwa nilai-nilai kehidupan itu memiliki
tingkat yang lebih tinggi dari sekadar nilai kelompok individu. Ini menunjukkan bahwa
kekuatan idealisme terletak pada segi mental dan spiritual kehidupan.

2. HUMANISME
Sejak abad ke 15 yang disebut dengan masa kebangkitan kembali atau renaissance
yang berkembang di Italia, timbul pandangan humanisme yang didukung oleh berbagai

penemuan seperti mesin cetak serta ditemukannya benua Amerika dan India oleh
Columbus dan Vasco de Gama.
Humanisme memiliki dua arah, yakni humanisme individu dan humanisme social.
Humanisme individu mengutamakan kemerdekaan berpikir, mengemukakan
pendapat, dan berbagai aktivitas yang kreatif. Kemampuan ini disalurkan melalui
kesenian, kesusastraan, musik, teknologi, dan penguasaan tentang ilmu
kealaman. Humanisme social mengutamakan pendidikan bagi masyarakat
keseluruhan untuk kesejahteraan social dan perbaikan hubungan antarmanusia.

3. RASIONALISME
Para

penganut

rasionalisme

berpandangan

bahwa

satu-satunya

sumber

pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang. Perkembangan


pengetahuan mulai pesat pada abad ke-18. Orang yang dianggap sebagai bapak
rasionalisme adalah Rene Descartez (1596-1650) yang juga dinyatakan sebagai bapak
filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (saya berpikir, jadi
saya ada).
Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778) dan
Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan
pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insane diciptakan sama,
sebagai kertas kosong. Dengan demikian melatih atau memberikan pendidikan atau
pandai menalar merupakan tugas utama pendidikan formal.

J.J. Rousseau adalah seorang tokoh pendidikan yang berpandangan bahwa seorang
anak harus dididik sesuai dengan kemampuannya atau kesiapannya menerima
pendidikan. J.B. Basedow berpandangan bahwa pendidikan harus membentuk
kebijaksanaan, kesusilaan, dan kebahagiaan.

4. EMPIRISME
Asal

kata

empirisme

adalah

empiria

yang

berarti

kepercayaan

terhadap

pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman diolah oleh akal, sedangkan
yang merupakan sumber pengetahuan adalah pengalaman karena pengalamanlah
yang

memberikan

kepastian

yang

diambil

dari

dunia

fakta.

Empirisme

berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman


adalah tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu haru sdapat diuji melalui pengalaman.
Dengan demikian, kebenaran yang diperoleh bersifat a posteriori yang berarti
setelah pengalaman (post to experience).
Tokoh-tokoh empirisme antara lain Francis Bacon (1561-1626), Thomas Hobbes (15881679), dan John Locke (1632-1704). Francis Bacon telah meletakkan dasar-dasar
empirisme dan menyarankan agar penemuan-penemuan dilakukan dengan metode
induksi. Menurutnya ilmu akan berkembang melalui pengamatan dalam ekperimen
serta menyusun fakta-fakta sebagai hasil eksperimen.
Pandangan Thomas Hobbes sangat mekanistik. Karena mrupakan bagian dari dunia,
apa yang terjadi pada manusia atau yang dialaminya dapat diterangkan secara
mekanik. Ini yang menyebabkan Thomas Hobbes dipandang sebagai penganjur

materialisme. Sesuai dengan kodratnya manusia berkeinginan mempertahankan


kebebasan dan menguasai orang lain. Hal ini menyebabkan adanya ungkapan homo
homini lupus yang berarti bahwa manusia adalah srigala bagi manusia lain.

5. KRITISME
Aliran kritisme ini menjembatani pandangan rasionalisme dan empirisme.
Tokohnya adalah Emmanuel Kant (1724-1804). Menurut kant, baik empirisme maupun
rasionalisme , masing-masing kurang memadai, karena masih ada pernyataan yang
bersifat sintetis analitis, misalnya: semua kejadian ada sebabnya. Sedangkan menurut
Kant, berpikir adalah proses penyusunan keputusan yang terdiri dari subjek dan
predikat.

6. KONSTRUKTIVISME
Salah satu tokoh konstruktivisme adalah Giambattista Vico tahu 1710 yang
mengemukakan bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan hasil kontruksi
individu,

melalui

interaksi

dengan

objek,

fenomena,

pengalaman,

dan

lingkungannya. Jean Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh


secara pasif oleh seseorang, baik melalui indera maupun melalui komunikasi.
Pengetahuan dibangun secara aktif oleh individu itu sendiri.
Tokoh lain yaitu E. Von Glaserfeld yang mengemukakan bahwa pengetahuan dibentuk
oleh individu tersebut sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. The Liang Gie
mengemukakan bahwa pengetahuan adalah seluruh keterangan dan ide yang

terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai suatu gejala atau


peristiwa.

Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Modern


Dalam filsafat pendidikan modern dikenal beberapa aliran, antara lain
progresivisme, esensialisme, perenialisme, dan rekonstruksionisme .

1. Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas
progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive
menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme,
karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia
sebagai
alat
untuk
hidup,
untuk
kesejahteraan
dan
untuk
mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme,
karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk
menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme,
Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi
pembinaan kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229)
Adapun tokoh-tokoh aliran progresivisme ini, antara lain, adalah William James, John
Dewey, Hans Vaihinger, Ferdinant Schiller, dan Georges Santayana.
Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan
saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan
kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara
berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam
dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146).
Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi
(Suwarno, 1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat
mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu,
dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar
yang baik tidak cukup di sekolah saja.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya
berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari

masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian


karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah
itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program
pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang
menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme
menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar sekolah sambil berbuat atau
learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik.
Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan
pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai
pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan
berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah
dengan
masyarakat
harus
dihilangkan.

2. Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilainilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang
berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan
terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan
doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang
meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang
jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu
dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan
seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami
dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant,
segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure
apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu sudah
mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktu sudah ada
pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori yang
terarah buikanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi.
Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil
landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi spiritual yang
membina dan menciptakan diri sendiri (Poedjawijatna, 1983: 120-121).

Roose L. finney, seorang ahli sosiologi dan filosof , menerangkan tentang


hakikat social dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan ruhani
yang pasif, hal ini berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja Yng
telah ditentukan dan diatur oleh alam social. Jadi, belajar adalah menerima dan
mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai social angkatan baru yang timbul
untuk ditambah, dikurangi dan diteruskan pada angkatan berikutnya.

3. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan
yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan
pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari
pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran
yang memberikan kemungkinan bagi sseorang untukk bersikap tegas dan
lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan
menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama
dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi,
karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara
induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan.
Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal
bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan
pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu
mengenal dan memahami factor-faktor dan problema yang perlu
diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang
menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah
pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman
telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang telah banyak
memberikan sumbangan kepadaperkembangan zaman dulu.
Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik kea rah kematangan.
Matang dalam arti hiodup akalnya. Jadi, akl inilah yang perlu mendapat tuntunan
kea rah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan
pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca,

menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuanpengetahuan yang lain.
Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak didik ke
arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan tugas utama
guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak
didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam nidang akalnya sangat tergantung
kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.

4. Aliran Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme
merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada
prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis
kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran
tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang
mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan,
dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia
merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali
daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat
akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula
demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam
pengawasan umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa
merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis,
bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang
sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan,
sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan
kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,,
keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Diposkan oleh panji_aromdani di 21.47
Plato

5. Aliran-aliran dalam filsafat

19 Oktober 2009 02.59

Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat sangat banyak dan kompleks. Di bawah ini
akan kita bicarakan aliran metafisika, aliran etika, dan aliran-aliran teori pengetahuan.
a. Aliran-aliran metafisika
Menurut Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu : (1) yang mengenai kuantitas (jumlah) dan (2) yang mengenai kualitas
(sifat).Yang mengenai kuantitas terdiri atas (a)monisme, (b) dualisme, dan (c)
pluralisme. Monisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa unsur pokok segala
yang ada ini adalah esa (satu). Menurut Thales: air menurut Anaximandros: apeiron
menurut Anaximenes: udara. Dualisme adalah aliran yang berpendirian bahwa unsur
pokok sarwa yang ada ini ada dua, yaitu roh dan benda. Pluralisme adalah aliran yang
berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini banyak. Menurut Empedokles:
udara, api, air dan tanah.
Yang mengenai kualitas dibagi juga menjadi dua bagian besar, yakni (a) yang melihat
hakikat kenyataan itu tetap, dan (b) yang melihat hakikat kenyataan itu sebagai
kejadian.
Yang termasuk golongan pertama (tetap) ialah:
Spiritualisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh.
Materialisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat materi.
Yang termasuk golongan kedua (kejadian) ialah:
Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini berlaku
dengan sendirinya menurut hukum sebab-akibat.
Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian yang satu
berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab-akibat, melainkan
semata-mata oleh tujuan yang sama.
Determinisme, yaitu aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak
merdeka dalam mengambil putusan-putusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih
dahulu.
Indeterminisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas
dalam arti yang seluas-luasnya.
b. Aliran-aliran etika
Aliran-aliran penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah:
1)
Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa
kebahagiaan
manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia
sekali.
2)
Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan
susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan hedone (kenikmatan dan kelezatan).
3)
Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya
perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility =
manfaat).
4)
Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang menilai baik buruknya perbuatan
manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasarkan atas
prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi.
5)
Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yang menilai baik-buruknya perbuatan
manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum
mengendalikan perbuatan itu.

6)
Aliran etika theologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan
buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya dengan
perintah Tuhan (Theos = Tuhan).
c. Aliran-aliran teori pengetahuan
Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat
pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku.
Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan. Termasuk ke
dalamnya:

Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan


manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa manusia.

Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu


berasal dari pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap
pancainderanya.

Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa


pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri.

Kedua, golongan yang


Termasuk ke dalamnya:

Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu


adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang
baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada.

Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain
daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui
manusia itu sekaliannya terletak di luarnya.

mengemukakan

hakikat

pengetahuan

manusia.

d. Aliran-aliran lainnya dalam filsafat


Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam filsafat. Aliranaliran itu antara lain ialah:
1. Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik
tolak pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai eksistensi, dan
sehubungan dengan titik tolak ini. maka bagi manusia eksistensi itu mendahului
esensi.
2. Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya
sesuatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atau
tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam
kehidupannya.

3. Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat untuk
mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai
jika kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.
4. Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya sematamata berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-peristiwa yang
dialami manusia.
5. Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah
mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga filsafat itu
tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga mengenai ada, yang
mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh hidup.
17 .ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
A. Empirisme
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosuf yang menekankan
pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan
mengecilkan peranan akal. Istilah Empirisme diambil dari bahasa yunani empiria
yang berarti coba-coba atau pengalaman. Aliran ini menegaskan bahwa
pengetahuan manusia berdasarkan pengalaman. Atau meminjam kata-kata John
Locke, salah satu dedengkotnya Manusia itu ibarat tabula rasa yang nantinya
akan diwarnai oleh keadaan eksternalnya. Dan Empirisme adalah lawan
Rasionalisme.
Filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran
Positivisme Logis (logical positivisme) dan filsafat Ludwig Wittegenstein, akan
tetapi teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran
pengalaman.
Filsafat empirisme dengan teori yang kedua, yaitu teori pengetahuan, dapat
diringkaskan sebagai berikut. Menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran
umum seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab, dan kebenaran-kebenaran

itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang
diperoleh lewat intuisi rasional.
Diantara tokoh dan pengikut aliran empirisme adalah Francis Bacon, Thomas
Hobbes, John Locke, David Hume, George Barkeley, dan Herbert Spencer.
1. Francis Bacon (1210-1292 M)
Menurut Francis Bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah
pengetahuan yang diterima orang melalui persentuhan inderawi dengan dunia
fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati. Pengetahuan
haruslah dicapai dengan induksi.
2. Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalamn inderawi sebagai
permulaan segala pengenalan, hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan inderalah
yang merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak lain hanyalah
merupakan penggabungan data-data inderawi belaka.
3. John Locke (1632-1704 M)
Ia adalah filosuf Inggris yang banyak mempelajari agama Kristen. Ia
menerima keraguan sementara yang di ajarkan oleh Descartes, tetapi ia menolak
intuisi yang digunakan oleh Descartes, ia juga menolak metode deduktif Descartes
dan menggantinya dengan generalisasiberdasarkan pengalaman.
4. David Hume (1711-1776 M)
Dalam pemikiran David Hume yang memilih pengalaman sebagai sumber
utama pengetahuan. Pengalamn itu bersifat lahiriah (yang menyangkut dunia),
maupun batiniah (yang menyangktu pribadi manusia).
Hume tidak menerima subtansi, sebab yang dialami hanya kesan-kesan saja
tentang beberapa ciri yang selalu ada bersama-sama. Dari kesan muncul gagasan.
Kesan adalah hasil penginderaan langsung, sedang gagasan adalah ingatan akan
kesan-kesan seperti itu.

5. Herbert Spencer (1820-1903 M)


Filsafat Herbert Spencer berpusat pada teori evolusi. Menurut Spencer, kita
hanya dapat mengenali fenomena-fenomena atau gejala-gejal, memang benar
dibelakang gejala-gejala itu ada suatu dasar absolute, tetapi yang absolute itu tidak
dapat kita kenal.
B. Positivisme
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif,
sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan
filsafat dan ilmu pengetahuan.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang mengalalami banyak perubahan
mendasar dalam perjalanan sejarahnya. Istilah ini kemudian digunakan oleh Agust
Comte (1798-1857 M) dan dipatok secara mutlak sebagai tahapan paling akhir
sesudah tahapan-tahapan agama dan filsafat. Agust Comte berkeyakinan bahwa
makrifat-makrifat manusia melewati tiga (3) tahapan sejarah : pertama, tahapan
agama dan ketuhanan, pada tahapan ini untuk menjelaskan fenomena-fenomena
yang terjadi hanya berpegang kepada kehendak Tuhan; kedua, adalah tahapan
filsafat, yang menjelaskan fenomena-fenomena dengan pemahaman-pemahaman
metafisika seperti kauslitas, subtansi, dan aksiden, esensi dan eksistensi; dan
adapun positivisme sebagai tahapan ketiga, menafikan semua bentuk tafsir agama
dan tinjauan filsafat serta hanya mengedepankan metode empiris dalam
menyingkap fenomena-fenomena.
Menurut Agust Comte, perkembangan pemikiran manusia baik perorangan
maupun bangsa melalui tiga zaman; yaitu zaman teologis, metafisis, dan positif.
Zaman teologis adalah zaman dimana manusia percaya dibelakang gejala-gejala
alam, terdapat kuasa-kuasa akrodati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala
tersebut. Zaman metafisis adalah kekuatan yang adi kodrati diganti dengan

ketentuan-ketentuan abstrak. Zaman positif yaitu ketika orang tidak lagi berusaha
mencapai pengetahuan tentang yang mutlak baik teologis maupun metafisis.
Hukum tiga tahap ini tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh
umat manusia, tetapi juga berlaku bagi setiap perseorangan. Urutan perkembangan
ilmu-ilmu pengetahuan tersusun sedemikian rupa, sehingga yang satu selalu
mengandalkan semua ilmu yang mendahuluinya.
C. Pragmatisme
Aliran ini pertama kali tumbuh di Amerika pada tahun 1878M. Ketika itu
Charles Sanders Pierce (1839-1914M) menerbitkan sebuah makalah yang berjudul
How to make our ideas clear. Namun pragmatisme sendiri lahir ketika William
James membahas makalahnya yang berjudul Philosophycal conceptions and
pratical result (1898M) dan mendaulat Pierce sebagai bapak pragmatisme.
Selanjutnya aliran ini makin berkembang berkat kerja keras dari William James
dengan berbagai karya tulisnya. John Dewey juga ikut mengambil bagian dalam
mempopulerkan aliran ini. Namun ia dan para pengikutnya lebih suka menyebut
filsafatnya sebagai Instrumentalisme.
Pragmatisme berasal dari dua kata yaitu pragma dan isme. Pragma berasal
dari bahasa Yunani yang berarti tindakan atau perbuatan. Kata ini sering sekali
diucapkan orang yang biasanya dipahami dengan pengertian praktis. Sedangkan
pengertian Isme sama dengan pengertian isme-isme yang lainnya, yang merujuk
pada cara berpikir atau suatu aliran berpikir. Dengan demikian filsafat pragmatisme
beranggapan bahwa fikiran itu mengikuti tindakan. Pragmatisme menganggap
bahwa suatu teori dapat dikatakan benar apabila teori itu bekerja. Ini berarti
Pragmatisme dapat digolongkan kedalam pembahasan tentang makna kebenaran
atau theory of thurth. Hal ini dapat kita lihat dalam buku William James yang
berjudul The meaning of thurth. Menurut james kebenaran adalah sesuatu yang

terjadi pada ide. Menurutnya kebenaran adalah sesuatu yang tidak statis dan tidak
mutlak. Dengan demikian kebenaran adalah sesuatu yang bersifat relative. Hal ini
dapat dijelaskan melalui sebuah contoh. Misalnya ketika kita menemukan sebuah
teori yang masih bersifat relative sebelum kita membuktikan sendiri kebenaran dari
teori itu.
Menurut james, dunia tidak dapat diterangkan dengan berpangkal pada satu
asas saja. Dunia adalah dunia yang terdiri dari banyak hal yang saling
bertentangan. Tentang kepercayaan agama dikatakan, bagi orang-perorangan,
kepercayaan adanya suatu realitas cosmis lebih tinggi itu merupakan nilai
subyektif yang relative, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepadanya suatu
hiburan rohani, penguatan keberanian hidup, perasaan damai, keamanan dan
sebagainya. Segala macam pengalaman keagamaan mempunyai nilai yang sama,
jikalau akibatnya sama-sama memberikan kepuasan kepada kebutuhan keagamaan.
Filsafat mulanya, sampai kapan pun merupakan usaha menjawab pertayaan yang
penting-penting. James membawa pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada
Dewey yang mempraktekanya dalam pendidikan. Dengan kata lain, orang yang
paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William
James dan John Dewey.
D. Fenomenologi
Fenomenologi bersal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal
yang tidak nyata dan semu. Kebalikannya kenyataan, juga dapat diartikan sebagai
ungakapan kejadian yang diamati lewat indera. Misalnya, penyakit flu gejalanya
batuk, pilek.
Sebagai sebuah arah baru dalam filsafat, fenomenologi dimulai oleh Edmund
Husserl (1859-1938M), untuk mematok suatu dasar yang tak dapat di bantah, ia
memakai apa yang disebutnya metode fenomenologis. Ia kemudian dikenal sebagai

tokoh besar dalam mengembangkan fenomenologi. Edmund Husserl memahami


fenomenologi sebagai suatu analisis deskriptif serta introspektif mengenai
kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung;
religius, moral, estesis, konseptual, serta inderawi.
Fenomenologi

merupakan

metode

dan

filsafat.

Sebagai

metode,

fenomenologi membentangkan langkah-langkah yang harus diambil sehingga kita


sampai pada fenomena yang murni. Fenomenologi mempelajari dan melukiskan
ciri-ciri intrinsik fenomen-fenomen itu sendiri menyingkapkan diri kepada
kesadaran.
Secara umum pandangan fenomenologi bisa dilihat pada dua posisi. Pertama
ia merupakan reaksi terhadap dominasi positivisme, dan kedua, ia sebenarnya
sebagai kritik terhadap pemikiran kritisisme Immanuel Kant, terutama konsepnya
tentang

fenomena-noumena.

Kant

menggunakan

kata

fenomena

untuk

menunjukkan penampakan sesuatu dalam kesadaran, sedangkan noumena adalah


realitas (das Ding an Sich) yang berada diluar kesadaran pengamat.
Husserl menggunakan istilah fenomenologi untuk menunjukkan apa yang
nampak dalam kesadaran kita dengan membiarkannya termanifestasi apa adanya,
tanpa memasukan kategori pikiran kita padanya. Sebagai reaksi terhadap
positivisme, filsafat fenomenologi berbeda dalam memandang objek, bila
dibandingkan dengan filsafat positivisme, baik secara ontologis, epistemologis,
maupun axiologis.
Tugas utama fenomenologi menurut Husserl adalah menjalin keterkaitan
manusia dengan realitas. Bagi Husserl, realitas bukan sesuatu yang berbeda pada
dirinya lepas dari manusia yang mengamati. Sebagai suatu metode keilmuan,
fenomenologi dapat mendeskripsikan fenomena sebagai adanya dengan tidak
memanipulasi data.

Selain itu, fenomenologi memandang objek kajiannya sebagai kebulatan


yang utuh tidak terpisah dari objek lainnya. Dibalik kelebihan-kelebihannya,
fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari berbagai kelemahan. Tujuan
fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada
pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama, ataupun ilmu
pengethuan. Fenomenologi memberikan peran terhadap subjek untuk ikut terlibat
dalam objek yang diamati. Dengan demikian, pengetahuan atau kebenaran yang
dihasilkan cenderung subjektif, yang hanya berlaku pada kasus tertentu, situasi dan
kondisi tertentu, serta dalam waktu tertentu. Dengan ungkapan lain, pengetahuan
atau kebenaran yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasi.
PENUTUP
A.Empirisme
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Empirisme bukan
saja berkaitan dengan tugas pengumpulan data. Tetapi sejak awal pengkajian
masalah sebenarnya kerja empirisme sudah terlibat. Karena empirisme adalah
salah satu aliran dalam filosuf yang menekankan pengalaman dalam memperoleh
pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan mengecilkan peranan akal.
Filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran
Positivisme Logis (logical positivisme) dan filsafat Ludwig Wittegenstein, akan
tetapi teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran
pengalaman.
Filsafat empirisme dengan teori yang kedua, yaitu teori pengetahuan, dapat
diringkaskan sebagai berikut. Menurut orang rasionalis ada beberapa kebenaran
umum seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab, dan kebenaran-kebenaran
itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang
diperoleh lewat intuisi rasional.

Diantara tokoh dan pengikut aliran empirisme adalah Francis Bacon, Thomas
Hobbes, John Locke, David Hume, George Barkeley, dan Herbert Spencer.
B. Positivisme
Kesimpulan dari semua pandangan positivisme adalah aliran filsafat yang
berpangkal dari fakta yang positif, sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan
dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang mengalalami banyak perubahan
mendasar dalam perjalanan sejarahnya. Istilah ini kemudian digunakan oleh Agust
Comte (1798-1857 M) dan dipatok secara mutlak sebagai tahapan paling akhir
sesudah tahapan-tahapan agama dan filsafat. Agust Comte berkeyakinan bahwa
makrifat-makrifat manusia melewati tiga (3) tahapan sejarah : pertama, tahapan
agama dan ketuhanan, pada tahapan ini untuk menjelaskan fenomena-fenomena
yang terjadi hanya berpegang kepada kehendak Tuhan; kedua, adalah tahapan
filsafat, yang menjelaskan fenomena-fenomena dengan pemahaman-pemahaman
metafisika seperti kauslitas, subtansi, dan aksiden, esensi dan eksistensi; dan
adapun positivisme sebagai tahapan ketiga, menafikan semua bentuk tafsir agama
dan tinjauan filsafat serta hanya mengedepankan metode empiris dalam
menyingkap fenomena-fenomena.
C. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari dua kata yaitu pragma dan isme. Pragma berasal
dari bahasa Yunani yang berarti tindakan atau perbuatan. Kata ini sering sekali
diucapkan orang yang biasanya dipahami dengan pengertian praktis. Sedangkan
pengertian Isme sama dengan pengertian isme-isme yang lainnya, yang merujuk
pada cara berpikir atau suatu aliran berpikir. Dengan demikian filsafat pragmatisme
beranggapan bahwa fikiran itu mengikuti tindakan. Pragmatisme menganggap
bahwa suatu teori dapat dikatakan benar apabila teori itu bekerja. Ini berarti

Pragmatisme dapat digolongkan kedalam pembahasan tentang makna kebenaran


atau theory of thurth. Hal ini dapat kita lihat dalam buku William James yang
berjudul The meaning of thurth. Menurut James kebenaran adalah sesuatu yang
terjadi pada ide. Menurutnya kebenaran adalah sesuatu yang tidak statis dan tidak
mutlak. Dengan demikian kebenaran adalah sesuatu yang bersifat relative. Hal ini
dapat dijelaskan melalui sebuah contoh. Misalnya ketika kita menemukan sebuah
teori yang masih bersifat relative sebelum kita membuktikan sendiri kebenaran dari
teori itu.
D. Fenomenologi
Fenomenologi bersal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal
yang tidak nyata dan semu. Kebalikannya kenyataan, juga dapat diartikan sebagai
ungkapan kejadian yang diamati lewat indera. Misalnya, penyakit flu gejalanya
batuk, pilek.
Sebagai sebuah arah baru dalam filsafat, fenomenologi dimulai oleh Edmund
Husserl (1859-1938M), untuk mematok suatu dasar yang tak dapat di bantah, ia
memakai apa yang disebutnya metode fenomenologis. Ia kemudian dikenal sebagai
tokoh besar dalam mengembangkan fenomenologi. Edmund Husserl memahami
fenomenologi sebagai suatu analisis deskriptif serta introspektif mengenai
kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung;
religius, moral, estesis, konseptual, serta inderawi
Syadali Ahmad. Drs.H,MA. Mudzakir. Drs. 1997. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka
Setia.
gn:jus< ; e We e : 18.0pt;line-height:150%'>Neo-platonisme dengan unsur-unsur

tersebut datang dan bersatu dengan kaum muslimin melalui aliran masehi timur
dekat, tetapi dengan baju lain, yaitu tasawuf timur dan pengakuan akan keesaan
Tuhan, yang pertama dengan ketunggalan yang sebenar-benarnya.

Perbeadaan neo-platonisme dengan aliran iskandari yang berkembang


sejak pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7 ialah:
Neo-Platonisme
Aliran Iskandariah
1. berkisar pada segi metafisika pada
1. lebih condong kepada matematika
filsafat yunani yang mungkin dalam
serta ilmu alam, meninggalkan
beberapa hal berlawanan dengan
lapangan metafiika, dan tidak
agama masehi.
berlawanan dengan agama masehi.
2.
lebih
banyak
mendasarkan
2. lebih banyak membuat ulasan-ulasan
pikirannya
pada
seleksi
dan
terhadap pikiran-pikiran filsafat.
pemaduan
Platinus adalah tokoh yang terpenting. Ia mendasarkan atas dua dialektika (dua
jalan), yaitu:
-

Dialektika menurun

Dilektika menarik
Dialektika menurun digunakan untuk menjelaskn wujud tertinggi (the Highest
Being, atau the First, atau At-Tabiatul-ula, atau Wujudul Awwal) dan cara
keluarnya alam dari-Nya.
Dengan penjelasan terhadap wujud tertinggi itu Platonus terkenal dengan
teorinya Yang Esa atau Esanya Platonus. Dengan penjelasan kedua, yaitu
keluarnya alam dari Yang Esa, ia sampai kepada kesimpulan bahwa semua wujud,
termasuk didalamnya wujud pertama (Tuhan), merupakan rangkaian mata rantai
yang kuat erat, dan terkenal dengan istilah kesatuan wujud (wihdatul-wujud).
Pada akhir masa kuno. Neo-platonisme merupakan aliran intelektual yang
dominan di hampir seluruh wilayah Hellenistik, sehingga seakan-akan neoplatonisme bersaingan dengan pandangan dunia yang berdasarkan agama kristen.
Perhyrios (232-301 M) murid platinus menulis suatu karya yang dengan tajam
menyerang agama kristen.

Namun pada tahun 529 M kaisar Jurtianus dari Byzantium pelindung agama
kristen menutup semua sekolah filsafat Yunani di Athena. Peristiwa itu diangagap
sebagai akhir masa yunani purba.

C. Faham dan Aliran Filsafat


1. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah,
atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar
(the greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali
dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill.
Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang
berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak
bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan
ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini,
tersusunlah teori tujuan perbuatan.
2. Idealisme
Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi
pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang
materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri,
pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi. Kata idealisme pun merupakan istilah yang
digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan
istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme Epikuros.
Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai
kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai
dalam pengklarifikasian filsafat. Tokoh-tokoh lain cukup banyak ; Barkeley, Jonathan Edwards,
Howison, Edmund Husserl, Messer dan sebagainya.
3. Rasionalisme
Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa
kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan
fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama.
Pada pertengahan abad ke-20, ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi
secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual. Rasionalisme modern hanya
mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan Ren Descartes.
Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang
mengandalkan percobaan dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental
sama sekali
4. Pragmatisme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala
sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat
atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran objektif
dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan
kepada individu-individu. Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa
yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual dan
konkret. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja.
Representasi atau penjelmaan realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan
bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan
kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaanpertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh
kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.
5. Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan
berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah
membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris
dengan tiga eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke.
6. Positivisme
Istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke
pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah cara
pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham positivisme
meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam,
karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian
juga alam.
7. Materialisme
Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan;
benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari
dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan sematamata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu,
orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis. Orangorang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang
mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb). Maka materilisme adalah paham yang
menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada
dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi
material. Materi adalah satu-satunya substansi. Kemudian, istilah inipun sering digunakan
dalam filsafat.
Filsuf yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia merupakan salah satu
filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga turut
mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus. Pendapat mereka
tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang berkembang di Prancis pada

masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini
adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).
Dalam waktu yang sama, di tempat lain muncul seorang Baron von Holbach yang
mengemukakan suatu materialisme ateisme. Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan
substansinya, yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan
fungsi-fungsi otak. Pada Abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti
Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian meneruskan
keberadaan materialisme.
8. Humanisme
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang
memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang
berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang
cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan
sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis
tertentu. Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme keagamaan/religi dan
Humanisme Sekular.
Diantara tokoh-tokoh Humanisme: Abraham Maslow, Albert Einstein, Bertrand Russell, Carl
Rogers, Cicero, Edward Said, Erasmus, Gene Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry
Morgentaler, Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.
9. Feminisme
Tokoh feminisme disebut Feminis adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut
emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Mengenai latar belakang lahirnya
gerakan feminisme adalah ketika pada waktu itu setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi
Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung
daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan
atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan
pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan. Oleh karena itulah, kedudukan
perempuan tidaklah sama dengan laki-laki dihadapan hukum.
Pada 1785 perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di
Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda. Gerakan feminisme berkaitan dengan Era
Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de
Condorcet. Sedangkan mengenai tokoh-tokoh yang terkenal dalam faham feminisme diantaranya
adalah Foucault, Naffine, Derrida (Derridean)
10. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang
bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam
mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana
yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran

bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang
menurutnya benar.
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat.
Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat
kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah melulu soal
kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan
doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi
terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre, yang
terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free", manusia dikutuk untuk bebas,
maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering
muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas?
atau "dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung
jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka
batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain.
Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang lain daripada yang
lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar kendali manusia,
tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari
eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung
jawabnya dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita
akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi
yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas keinginan orang
tua, atau keinginan sendiri.
KESIMPULAN
Filsafat adalah hasil pemikiran ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof sepanjang zaman diseluruh
dunia. Sejarah pemikiran filsafat yang amat panjang dibandingkan dengan sejarah ilmu
pengetahuan, telah memperkaya khazanah (perbendaharaan) ilmu filsafat. Sebagai ilmu
tersendiri filsafat tidak saja telah menarik minat dan perhatian para pemikir, tetapi bahkan filsafat
telah amat banyak mempengaruhi perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Filsafat telah
mempengaruhi sistem politik, sistem sosial, sistem ideologi semua bangsa-bangsa-bangsa. Juga
filsafat mempengaruhi sistem ilmu pengetahuan itu sendiri, yang tersimpul di dalam filsafat ilmu
pengetahuan tertentu seperti filsafat huku, filsafat ekonomi, filsafat ilmu kedoteran, filsafat
pendidikan dan sebagainya. Akhirnya yang pokok dari semua iatu, filsfat telah mempengaruhi
sikap hidup, cara berpikir, kepercayaan atau ideologinya. Filsafat telah mewarisi subyek atau
pribadi sedemikian kuat, sehingga tiap orang menjadi penganut suatu faham filsafat baik sadar
maupun tidak, langsung ataupun tidak langsung.
Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat
tentang sesuatu secara fundamental. Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach suatu
masalah akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah yang
sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli tersebut, di

samping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Kenyataankenyataan itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok suatu ajaran filsafat. Dan
oleh penelitian para ahli kemudian, ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu sistematika dengan
kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran
(sistem) suatu ajaran filsafat. Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai produk suatu zaman,
produk suatu cultural and social matrix. Dengan demikian suatu ajaran filsafat dapat merupakan
reaksi dan aksi atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia. Filsafat dapat berbentuk citacita, idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu.
Terkhusus pada bidang filsafat awal mula timbulnya berasal dari rasa ingin tahu kemudian
terbentuklah mitos yang mempercayai keberadaan sifat gaib yaitu roh-roh di balik alam jagat
raya ini, dan ini dipercayai oleh orang dahulu sebagai suatu kebenaran. Selanjutnya rasa kritis
pun mulai menderai orang-orang atas kebenaran mitos itu rasa sangsi pun muncul, lalu ingin
kepastian, timbulnya pertanyaan dan rasa-rasa tersebut adalah dasar timbulnya filsafat.
Berdasarkan kenyataan sejarah, filsafat bukanlah semata-mata hasil perenungan, hasil pemikiran
kreatif yang terlepas daripada pra kondisi yang menantang. Paling sedikit, ide-ide filosofis
adalah jawaban terhadap problem yang menentang pikiran manusia, jawaban atas ketidak tahuan,
atau verifikasi tentang sesuatu. Filsafat juga merupakan usaha meneuhi dorongan-dorongan
rasional manusiawi demi kepuasan rohaniah, untuk kemantangan pribadi, untuk integritas.
Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijnkannya, tapi
saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah
Makalah Aliran-Aliran Filsafat, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam
Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik
disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com
Kepada Teman-Teman semua sebelumya saya mohon maaf jika ada kesalahan dan kekurangan baik dari penulisan
maupun isi dari Judul Makalah Aliran-Aliran Filsafat ini, Saya secara pribadi hanya berniat untuk memberikan
pengetahuan yang bermanfaat dan tidak ada unsur untuk memojokkan, menghina atau yang lain. jika terdapat Unsur
yang tidak pantas ditampilkan atau menyinggung sesuatu yang tidak pantas, mohon saya diingatkan agar saya bisa
memperbaikinya. Sekali lagi saya mohon maaf dan niat saya hanya untuk kebaikan. Teman-teman Telah Membaca
Makalah Aliran-Aliran Filsafat. Semoga dengan membaca Makalah Aliran-Aliran Filsafat Memberikan Manfaat
dan Berikan Komentar untuk saran dan kritik melalui email saya di ibrahimstwo0@gmail.com

Você também pode gostar