Você está na página 1de 6

MODUL 1

ANALISIS KESELAMATAN PLTN


Qiva Chandra, Sarah Azzahwa, Yakobus Geganaseta, Ahmad Sibaq Ukhrowi Ulwi, Muhammad
Jiehan Lampuasa
10212065, 10212019, 10212060, 10212007,10212062
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email : qiva@s.itb.ac.id
Asisten : Astari Ratiza / 10211034
Tanggal Praktikum : 24-2-2015
Abstrak
Pada praktikum yang berjudul analisis keselamatan PLTN kita akan mensimulasikan efek
Xenon serta mengaalisis akibat efek Xenon yang dapat menyebabkan kecelakaan nuklir. Pembangkit
listrik tenaga menggunakan reaksi inti (fisi) sebagai sumber tenaga. Reaksi fisi merupakan reaksi dari
atom yang kurang stabil terbagi menjadi atom atom penyusunya yang lebih stabil. Pada praktikum ini
akan digunakan software untuk menghasilkan kurva yang menunjukkan kenaikan konsentrasi Xenon
akibat variasi fluks yang diberikan. Kita akan melakukan dua buah simulasi yaitu simulasi efek Xenon
dan simulasi point kinetic. Pada praktikum ini telah dilakukan simulasi yang hasilnya dapat dilihat pada
bagian data. Dapat dilihat bahwa efek Xenon dapat menimbulkan kecelakaan nuklir akibat reaktivitas
positif yang terjadi.
Kata kunci : Iodine, Xenon, PLTN, Reaktivitas
I.
Pendahuluan
2. Kegagalan sistem thermal hidrolik
Pembangkit
listrik
tenaga
utama saat PLTN beroperasi (pompa
menggunakan reaksi inti (fisi) sebagai
mati, pompa pecah, dll) (TMI II)
sumber tenaga. Reaksi fisi merupakan
3. Masalah pembuangan panas sisa
reaksi dari atom yang kurang stabil terbagi
(Decay heat; sekitar 1-6% dari daya
menjadi atom atom penyusunya yang
penuh)(Fukushima karena gempa
lebih stabil. Proses fisi ini menghasilkan
dan tsunami)
energi yang diubah menjadi energi listrik.
Xenon merupakan salah satu hasil
Energy yang dihasilkan oleh reaksi fisi
pecahan fisi yang muncul dari reactor
sangat besar. Oleh karena itu pembangkit
nuklir.
Xenon 135 dapat menyerap
ini perlu diawasi.
neutron dengan sangat kuat pada
Pada
praktikum
ini
akan
penampang lintang mencapai 2 juta barn
disumlasikan efek osilasi Xenon serta akan
dimana keadaan ini membuat kondisi
dianalisa efek Xenon yang dapat
tidak stabil.
menimbulkan kecelakaan nuklir.
Telah
tercatat
beberapa
kecelakaan yang terjadi pada reactor
nuklir yaitu diantaranta peristiwa
Fukushima, Chernobyl, dan Three Miles
Island. Kecelakaan ini dapat diindetifikasi
secara umum menjadi :
Gambar1. Skema pembentukan Xenon
1. Reaktivitas positif (dimana batang
dari reaksi fisi bahan reactor nuklir.
kendali ditarik keluar secara eksesif)
Skema yang terdapat gambar diatas
maka reaktor mengalami kenaikan
merupakan skema peluruhan Xenon yang
daya secara cepat (Chernobyl)

umum terjadi. Dengan skema ini kita dapat


merumuskan persamaan berikut.

: =
Secara numerik persamaan diatas
menjadi :
= 1 + ( 1 ) (1)
Untuk Xenon :

= + ,

Secara numerik menjadi :


= 1 + ( + 1
, 1 1 ) (2)
Keterangan :
: Konstanta fisi Iodine
: Konstanta fisi Xenon
: Fluks Neutron
, : Cross section absorpsi Xenon
: Konstanta peluruhan Iodine
: Konstanta peluruhan Xenon
Populasi Xenon dipengaruhi oleh jumlah
fluks neutron () yang berbanding lurus
dengan rapat daya rata-rata :
= 200 (3)
Keterangan :
: Rapat daya rata-rata
Jumlah populasi Xenon juga dapat
dinyatakan dengan nilai perubahan reaktivitas
negatif akibat dinamika Xenon tersebut.
Persamaannya dituliskan di bawah ini :
(),

(4)

Osilasi Xenon dalam reaktor nuklir


menyebabkan terjadinya kenaikan daya,
kenaikan daya ini disebabkan karena reaktivitas
negatif yang ditimbulkan dinamika Xenon.
Kenaikan daya dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan point kinetic.
()

= 1 + (

+ 1 ) (5)

= 1 + (1 + ) (6)
Keterangan :
: Konstanta prekursor neutron tunda
: Konstanta peluruhan
: Fraksi neutron tunda
: Mean generation tunda
Perubahan temperatur yang terjadi di
coolant dirumuskan sebagai berikut :

= 1 + ( ) (7)

Keterangan :
P(t) : Power relative
Po : Power density
: Densitasi coolant
: Kapasitansi panas coolant
Kemudian
reaktivitas
feedback
diperoleh dari perumusan :
= (() ) (8)
Keterangan :
= Reaktivitas coolant
= Koefisien reaktivitas feedback
T(t) = Temperatur yang bergantung
waktu
To = Temperatur awal
II.
Metode Percobaan
Pada
percobaan
pertama
akan
disimulasikan Iodine dahulu karena untuk
terbagi menjadi Xenon dibutuhkan Iodine. Kita
hidupkan laptop dan buka software microsoft
excel dan kita tuliskan dahulu konstantakonstanta yang akan dipakai.
Table 1. konstanta untuk osilasi Xenon
i
0,10548
x
0,07596
i
0,06368
x
0,00228
ax
2,63E-18

1,12E+17
f
0,109
a
0,098
t
0.1
min
-0,11343
Table 2. kondisi awal
t
I
Xe

+ min
0
0
0
0
0
Pertama-tama yang kita lakukan
adalah melakukan variasi nilai t yaitu dari t = 0
sampai t = 200 dengan interval 0.1 s. Setelah itu
kita lakukan perhitungan untuk Iodine
menggunakan rumus persamaan (1) yang telah
diintegralkan lalu kita ganti nilai fluksnya ketika
t = 99.9 s menjadi 5% dari semula, 25% dari
semula, 50% dari semula dan 100% dari semula
(fluks = 0). Setelah itu dapat kita lanjutkan
dengan mengisi bagian Xenon. Sama seperti
pada Iodine dimana pada detik ke 99.9 s kita
variasikan fluksnya menjadi 5%, 25%, 50%, dan

100% dari nilai semula menggunakan rumus


pada persamaan (2). Setelah itu kita dapat
menghitung sisanya dengan rumus yang ada
pada persamaan diatas. Diharapkan dengan
metode ini kita dapat mensimulasikan kondisi
saat daya tiba tiba dipadamkan.
Pada percobaan kedua yaitu Kinetic
Point, hal yang dilakukan juga serupa hanya
saja tidak perlu memvariasikan nilai fluksnya.
Konstanta yang ditulis kurang lebih sama.
Table 3. konstanta untuk point kinetic

0,0002

0,08

0,07

-0,001
co
1000
Cpco
4200
P0
1E+8
Tin
330
t
0.0001
+ fb
5,4E-2
Table 4. kondisi awal
t
P
C
Tco
fb

0
1 437,5 330
0
0
Setelah semua data didapatkan kita
plot data tersebut sebagai sumbu y dan t
sebagai sumbu x. diharapkan dengan metode
ini kita mendapatkan data tentang kondisi
rekativitas saat point kinetic.
III.
Data dan Pengolahan Data
Pada percobaan efek Xenon, dengan
persamaan (6) didapat gambar 2.

Gambar 2. Koefisien Neutron Delay terhadap


Waktu

Dengan persamaan (1) didapat gambar 3 dan 4


dibawah. Dilakukan shutdown pada jam 99,9
dengan suplai neutron dikurangi hingga 0%,
5%, 25% dan 50%.

Gambar 3. Populasi Iodine terhadap Waktu (tanpa


shutdown)

Gambar 4. Populasi Iodine terhadap Waktu


(shutdown 0%, 5%, 25%, 50%)

Dengan persamaan (2) didapat gambar 5 dan 6


dibawah. Dilakukan shutdown pada jam 99,9
dengan suplai neutron dikurangi hingga 0%,
5%, 25% dan 50%.

Gambar 5. Populasi Xenon terhadap Waktu (tanpa


shutdown)

Gambar 6. Populasi Xenon terhadap Waktu


(shutdown 0%, 5%, 25%, 50%)

Untuk mencari reaktivitas total digunakan


persamaan (4) + (8) untuk shutdown dengan
suplai neutron 0%, 5%, 25%, dan 50%.

Gambar 7. Reaktivitas Total terhadap Waktu


(shutdown 0%, 5%, 25%, 50%)

Gambar 9. Daya rata-rata terhadap waktu


(shutdown 25%, 50%)

Dengan persamaan (8) didapat delta


reaktivitas pada gambar (10).

Gambar 10. Delta Reaktivitas (shutdown)


Dengan persamaan (7) didapat gambar (11) yaitu
suhu reaktor beberapa saat dinyalakan.

Dengan persamaan (5) didapat gambar 8 dan


(9).

Gambar 11. Suhu terhadap Waktu (shutdown


0%,5%,25%,50%)

IV.

Gambar 8. Daya rata-rata terhadap Waktu


(shutdown 0%, 5% Neutron)

Pembahasan
Efek osilasi Xenon terjadi akibat pada
Xenon merupakan salah satu hasil antara dari
produk
fisi
Uranium
yang
memiliki
kecenderungan untuk menyerap neutron.

Neutron yang seharusnya diserap oleh batang


pengendali diserap oleh Xenon sehingga
memunculkan reaksi lagi akibat Xenon
merupakan unsur yang tidak stabil dan
memiliki waktu paruh yang relative sangat
singkat. Perubahan fluks in yang menyebabkan
osilasi Xenon.
Setelah terjadi penurunan daya,
konsentrasi Xenon meningkat drastis dan
akhirnya menurun.
Pada saat proses
penurunan konsenterasi Xenon tersebut terjadi
proses peluruhan Xenon menjadi Iodin dan hal
tersebut menghasilkan energy yang sangat
besar. Dan ketika Xenon telah habis meluruh
energy yang dihasilkan akan turun drastic, hal
tersebut ditunjukkan juga dengan kurva
reaktivtas hal tersebut yang menyebabkan
daya tidak stabil.
Waktu
yang
dibutuhkan
untuk
menghidupkan kembali reactor setelah
shutdown adalah 20 jam. Hal tersebut dapat
dillihat pada kurva konsterasi Xenon terhadap
waktu setelah 20 jam konsenterasi Xenon mulai
turun dan menjadi stabil sehingga tidak akan
terjadi pelonjakan konsentrasi yang akan
menyebabkan ketidakstabilan daya.

Pada simulasi yang kita lakukan dapat


ditunjukkan kita mendapatkan nilai reaktivitas
positif yang pada keadaan normal reaktivitas
harus bernilai negative.
Neutron yang
harusnya diserap batang kendali justru
bereaksi dengan Xenon dengan tanpa kendali.
Hal tersebut menimbulkan ledakan yang sama
seperti bom atom.
Pada fast reactor neutron memang tidak
diserap oleh batang pengendali untuk
melanjutkan reaksi. Dan hal itu menunjukkan
bahwa variasi efek Xenon tidak berpengaruh
dalam fast reactor.
V.
Kesimpulan
Pada praktikum ini telah dilakukan
simulasi yang hasilnya dapat dilihat pada
bagian data. Dapat dilihat bahwa efek Xenon
dapat menimbulkan kecelakaan nuklir akibat
reaktivitas positif yang terjadi.
VI.
Pustaka
[1] Stacey, Weston. Nuclear Reactor Physics.
Second edition. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co.
KGaA. 2007.
[2] Duderstadt, James J. 1976. Nuclear Reactor
Analysis, New York: John Wiley & Sons.

VII.

Lampiran
Judul
: Chernobyl, 25 tahun yang lalu
Penulis
: Septilarso, Anggoro
Penerbit : Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Jakarta
Tahun
: 2011
Review
:
Pada tanggal 26 April 1986 telah terjadi kecelakaan nuklir yang memiliki akibat
terbesar dalam sejarah manusia. Zat radioaktif dalam jumlah besar terlepas ke lingkungan
dan hampir menutupi seluruh daratan Eropa. Kecelakaan in terjadi saat dilakukan seuatu
percobaan oleh operator pada system listrik dari salah satu unti reactor Chernobyl. Pemicu
terjadinya kecelakaan in adalah kombinasi dari buruknya desain reactor dan kesalahan
tindakan operator. Pada makalah ini dibahas tentang buruknya desain reactor serta
pengaruh tindakan operator yang memicu terjadinya proses neutronik dan termo hidrolik
pada system reactor tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan nuklir.
Kecelakaan Chernobyl terjadi berawal dari sebuah reaktor yang sedang shutdown
untuk maintenance digunakan untuk menguji bagaimana pasokan listrik ke pompa sirkulasi
utama dengan dasar berapa lama turbin akan berputar saat power supply dalam keadaan
mati sampai nyala kembali. Saat eksperien ini, sistem pendingin inti darurat (ECCS) dalam
keadaan mati, dimana ECCS mempunyai kegunaan untuk mengalirkan air saat pendinginan
reaktor. Saat shutdown, reaktor beroperasi di daerah setengah dari dayanya, yang artinya
reactor masih beroperasi pada setengah daya padahal ECCS dimatikan. Idealnya, Reaktor
harus dalam keadaan stabil pada 700-1000MWt sebelum shutdown, tetapi kenyataannya
daya turun hingga 30 MWatt. Untuk mengembalikan daya yang turun, ditariklah batang
kendali hingga stabil di 200MWatt. Pada kondisi ini, turbin dibuat berhenti, sedangkan
empat pompa yang berkaitan dengan turbin mulai melambat dan katup ditutup. Air
pendingin menjadi semakin panas karena laju aliran semakin melambat. Adanya Xenon
juga menyebabkan peningkatan daya hingga 530 MWatt. Kenaikan daya itu terus
meningkat terhdapa waktu. Akibatnya adalah peningkatan uap yang sebelumnya
diakibatkan oleh pecahnya bahan bakar. Hal ini membuat daya semakin meningkat.
Tekanan di reactor menjadi semakin tinggi setelah beberapa bahan bakar berikutnya
pecah. Ditambah dengan saluran bahan bakar yang juga pecah yang selanjutnya berakibat
pada terpisahnya plat pendukung reactor. Hal yang terjadi kemudian adalah batang kendali
yang menjadi macet padahal pada saat itu hanya setengah penuh daya. Hal-hal ini
mengakibatkan terjadinya ledakan akibat tekanan yang tinggi. Selanjutnya disusul oleh
ledakan lagi dikarenakan zirconium dari selongsong bahan bakar yang membuat hydrogen
menumpuk.

Você também pode gostar