Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Imaging
Waters
Schedel
Schuller
Towne
Caldwell
Rhese
Stenver
Ear
Otitis Externa
Malignant OE
Keratosis
Obturans
Miringitis Bulosa
Herpes Zooster
Oticus
Celulitis
&Erisipelas
Perichondritis
Othematom
Pseudokista
Cerumen Prop
Otomycosis
Preauricular
fistule
OMA
Mastoiditis
Labyrinthitis
OMSK
Otosclerosis
Aerotitis
Px pendengaran
Ototoxic Drug
Vertigo
Nose
Rhinitis Alergi
Rhinitis Non
Alergi
Rhinosinusitis
Epistaksis
Polip hidung
Nasal Foreign
Bodies
Throat
Tonsillitis
Tonsillectomy
Infiltrat Peritonsil
Abses Peritonsil
Angina Ludwig
LPR
Laryngitis
Laryngomalasia
Epiglotitis Akut
Vocal nodule
Massa lain pita
suara
Achalasia
Others
Malignancy in ENT
Airway
Obstruction
Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters
Waters view
Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal
arkus
Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller
Mastoid lateral
Towne
Dinding
posterior
maksilaris
Caldwell
Sinus frontalis
Rhese/
oblique
Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita
Stenver
sinus
BACK
Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters
Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal
arkus
Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller
Mastoid lateral
Towne
Dinding
posterior
maksilaris
Caldwell
Sinus frontalis
Rhese/
oblique
Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita
Stenver
sinus
BACK
Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters
Schuller view
Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal
arkus
Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller
Mastoid lateral
Towne
Dinding
posterior
maksilaris
Caldwell
Sinus frontalis
Rhese/
oblique
Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita
Stenver
sinus
BACK
Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters
Townes view
Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal
arkus
Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller
Mastoid lateral
Towne
Dinding
posterior
maksilaris
Caldwell
Sinus frontalis
Rhese/
oblique
Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita
Stenver
sinus
BACK
Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters
Caldwells view
Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal
arkus
Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal, maxillary, dan
ethmoidal
Schuller
Mastoid lateral
Towne
Dinding
posterior
maksilaris
Caldwell
Sinus frontalis
Rhese/
oblique
Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita
Stenver
sinus
BACK
Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters
Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal
arkus
Schedel
PA
sinus frontal
PA
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal,
maxillarydan
ethmoidal
Schuller
Mastoid lateral
Towne
Dinding
posterior
maksilaris
Caldwell
Sinus frontalis
Rhese/
oblique
Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita
Stenver
sinus
BACK
Imaging in Otorhinolaryngology
Foto
Waters
Stenver view
Deskripsi
Sinus
maksilaris,
zygoma, os nasal
arkus
Schedel
AP
sinus frontal
AP
dan Lateral
sinus frontal,
lateral
sphenoidal,dan ethmoidal
Schuller
Mastoid lateral
Towne
Dinding
posterior
maksilaris
Caldwell
Sinus frontalis
Rhese/
oblique
Posterior
ethmoid
cells,
kanalis optikus, dan dasar
orbita
Stenver
sinus
BACK
EAR
BACK
EAR
BACK
OTITIS EKSTERNA
Otitis Eksterna Furunkulosa (Sirkumskripta)
Penyebab: Staph. Aureus, Staph. Albus.
Terletak di folikel rambut atau gld.sebasea yang tersumbat.
Hanya terjadi di 1/3 ext canal (part kartilaginosa)
TRAUMA ABRASION / MACERATION STAPHY. SP (DM)
INFECTION SPONTANEUS / RECURRENCY
Terapi OE
Furunkulosa/Sirkumskripta
Difusa
Manifestasi Klinis:
Severe otalgia extend
to
temporomandibular
joint pain at
chewing
Purulent otorrhea
Cranial nerve
paralysis, most often
facial nerve paralysis
Terapi: antibiotik dan
debridement agresive
For adults,
ciprofloxacin (400 mg
intravenously [IV]
every 8 hours; 750 mg
orally every 12 hours)
remains the antibiotic
of choice
BACK
Keratosis Obturans
Penumpukan epitel skuamous dalam jumlah besar yang
susah di keluarkan
Sering terjadi pada usia muda
Akibat kegagalan migrasi sel epitel ke arah luar
BACK
Miringitis Bulosa
Infeksi pada membran timpani terkait dengan
kejadian OMA, yang dikarakteristikkan dengan onset
cepat, nyeri sekali, dan ukuran bula yang bervariasi
pada membran timpani dan struktur tulang sekitar
kanalis
Terjadi pada 5% kasus OMA anak usia di bawah 2 tahun
BACK
BACK
ERYSIPELAS
Penyebab: group A -hemolytic Streptococcus
Erysipelas has more distinctive anatomic features than cellulitis;
erysipelas lesions are raised above the level of surrounding skin, and
there is a clear line of demarcation between involved and
uninvolved tissue
Pilihan antibiotik : Penicillin, Amoxicillin, Erythromycin
BACK
Auricular Hematoma
Etiologi: Trauma langsung pada auricula anterior dan merupakan
cedera fasial yang sering terutama pada pegulat.
Trauma mengakibatkan terlepasnya perikondrium dan kartilagonya
Hal ini mengakibatkan pecahnya pembuluh darah perikondrium dan
terbentuknya hematoma
Pseudokista
Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan
oleh adanya kumpulan cairan kekuningan diantara
lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga
Manifestasi Klinis :
Biasanya asymptomatic
Rasa tidak nyaman
Tidak ada atau minimal tanda inflamasi
Cerumen Prop
Ear wax mixture of secretions of the ceruminose & pilosebaseus
glands, squames of epithelium, dust & other foreign debris located in
the cartilaginous portion of the ears canal.
Faktor Risiko
Penatalaksanaan
Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.Apabila dengan cara ini
Serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan lebih dahulu dengan
tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan
dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
Otomycosis
Overview
Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur
Mikosis pembengkakan, pengelupasan epitel superfisial
penumpukan debris yang berbentuk hifa, disertai suppurasi, dan nyeri
Gejala
Gatal
Otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai,
Kurangnya pendengaran,
Rasa penuh pada telinga
Aspergillus niger:
Newspaper mass
like appearance
Faktor Resiko
Candida sp :
Cotton wool
appearance
Pemeriksaan penunjang
Preparat langsung :
skuama dari kerokan kulit
liang telinga diperiksa dengan
KOH 10 % hifa-hifa lebar,
berseptum, dan dapat
ditemukan spora-spora kecil.
Pembiakan :
Skuama dibiakkan pada media
Agar Saboraud, dan
dieramkan pada suhu kamar.
Koloni akan tumbuh dalam
satu minggu.
Manajemen
Ear toilet
Obat anti jamur topikal
Nystatin efektif untuk
Candida sp.
Miconazole efektif utk
Aspergillus sp.
Asam asetat 2 % dalam alkohol
sebagai keratolytic
Jaga telinga tetap kering dan
cegah manuver2 pada telinga
1. P Hueso Gutirrez, S Jimenez Alvarez, E Gil-carcedo Sanudo, et al. (2005). Presumed diagnosis :
Otomycosis. A study of 451 patients. Acta Otorinolaringol Esp, 56, 181-186.
Preaurikular fistule
Adanya lubang kecil di depan auricula (crux helix)
Akibat tidak tertutupnya sulcus brachialis II lubang yang berlanjut sebagai
saluran pendek/panjang, dpt sampai kavitas tympani atau faring, dibatasi epitel
sehingga dari lubang dapat keluar hasil deskuamasi epitel
Bila lubang tetap terbuka tidak ada gangguan
BACK
BACK
BACK
BACK
<3 minggu
Subacute :
3 minggu 2
bulan
Chronic
> 2 bulan
BACK
Faktor Resiko
Patient Factors
Environmental Factors
Day care
Young age
Early onset
Family history
Race Native American, Inuit, Australian
aborigine
Altered immunity
Craniofacial abnormalities
Neuromuscular disease
Allergy
BACK
Stadium
Oklusi
Stadium
Hiperemis /
Presupuratif
Stadium
Supuratif
Stadium
Perforasi
Stadium
Resolusi
Patofisiologi
Fungsi tuba
terganggu,
terbentuk tekanan
negatif di telinga
tengah, memicu
terjadinya efusi
dan retraksi
membran timpani
Patogen masuk ke
telinga tengah,
terjadi respon
inflamasi di telinga
tengah
Tekanan
semakin
meningkat
mengakibatkan
rupturnya
membran
timpani
Fase
penyembuhan,
penutupan
kembali
membran
timpani
Symptoms
Penurunan
pendengaran
Sensasi penuh
di telinga
Tidak ada
demam
Nyeri telinga
berkurang
Anak-anak :
lebih tenang
Demam
berkurang
Keluar cairan
dari telinga
Membran
timpani
retraksi,
tampak suram
Tes penala :
Tuli konduktif
Membran timpani
tampak hiperemis
dan kongesti
Membran
timpani
tampak
perforasi
Tampak
discharge
dari telinga
tengah
Signs
Nyeri telinga
Penurunan
pendengaran
Demam tinggi
Nyeri telinga
semakin
memberat
Anak anak:
semakin rewel
Demam
Membran timpani
tampak menonjol
(bulging) dan
hiperemis
Cairan dari
telinga
berkurang
Penurunan
pendengaran
Edem
mukosa
berkurang
Discharge
berkurang
Perforasi
semakin
menutup
Terapi
Stadium
Oklusi
Stadium
Hiperemis /
Presupuratif
Stadium
Supuratif
Stadium
Perforasi
Stadium
Resolusi
Perbaiki fungsi
tuba :
tetes hidung HCl
efedrin 0,5-1%
(atau
oksimetazolin
0,025 0,05%)
Antibiotik 10 -14
hari:
Ampisilin : Dewasa
500 mg 4 x sehari;
Anak 25 mg/KgBB
4 x sehari atau
Amoksisilin:
Dewasa 500 mg 3 x
sehari; Anak 10
mg/KgBB 3 x
sehari atau
Eritromisin :
Dewasa 500 mg 4 x
sehari; Anak 10
mg/KgBB 4 x
sehari
Miringotomi
(kasus rujukan)
dan pemberian
antibiotik.
Antibiotik yang
diberikan:
Amoxyciline
Erythromycine
Cotrimoxazole
Sekret tenang
observasi
Obat cuci
telinga
H2O2 3%
selama 3-5
hari
Antibiotik
adekuat
yang tidak
ototoksik
seperti
ofloxacin
tetes telinga
sampai 3
minggu
Indications :
(Bhargava, 2002)
BACK
Mastoiditis
Petrositis
Labyrinthitis
Facial nerve
paralysis
Intra-cranial
complications:
extradural
abscess
brain abscess
subdural abscess
sigmoid sinus
thrombophlebitis
otic
hydrocephalus
meningitis
BACK
Mastoiditis
Inflammation of the mastoid air cells
. of the
temporal bone
Acute mastoiditis
associated with AOM.
Chronic mastoiditis
most commonly associated with Chronic suppurative
otitis media (OMSK) and particularly with
cholesteatoma formation
BACK
Labyrinthitis
Labyrinthitis is an inflammatory disorder of the inner ear, or labyrinth
Etiology
Viral
Prenatal : Rubella, CMV
Postnatal : Mumps, measles, varicella zooster
Bacterial
Potential consequence of meningitis or otitis media. Labyrinthitis is the most common
complication of otitis media, accounting for 32%
Clinical Presentation
Vertigo
Hearing loss,
Otitis media-induced labyrinthitis: mixed hearing loss
Viral labyrinthitis : SNHL
Tinnitus
Fever
Otalgia
Facial weakness
BACK
BACK
gangguan
fungsi tuba
obstruksi
retraksi
membrane
timpani
transudat
resorbsi udara
tekanan
negative
OMSA
OMSK
perforasi
BACK
Safe
Dangerous/Unsafe
Central
Attic or marginal
Intermiten
Mukopurulen/purulen
+/Putih/kekuningan
Jarang
Banyak
Kontinu
Selalu purulent
+
Kekningan/kecoklatan/kehijauan
Bisa ada darah
Sedikit
Tidak berpengaruh
Polyp
Jarang
Sering
Kolesteatoma
Sangat jarang
Tuli
Complication
Sangat jarang
Sering
Radiograph mastoid
Seluler or sklerotik
Perforasi
Discharge
Frekuensi
Mukus
Bau tidak enak
Warna
Berdarah
Volume
Hubungan
dengan URTI
BACK
Sekret tenang:
Observasi selama 2 bulan
Bila membran timpani belum menutup, dilakukan miringoplasti atau
timpanoplasti
Otosclerosis
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah kaki
stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik
Penyebab belum dapat dipastikan, beberapa faktor yang mempengaruhi faktor keturunan dan
gangguan sirkulasi pada stapes
Gejala dan tanda klinis
Terapi
Stapedektomi, stapes diganti bahan prostesa
Bimbel UKDI MANTAP
Pemberian Alat Bantu Dengar (ABD)
BACK
Otosclerosis
Aerotitis (Barotrauma)
Disebabkan perubahan tekanan telinga tengah menjadi negatif dalam
waktu cepat
Mukosa tuba bersifat one way ball valve
Saat take off tekanan telinga tengah > lingkungan luar masih dapat
terkompensasi dengan absorpsi udara oleh mukosa telinga tengah
Saat landing tekanan telinga tengah < lingkungan luar Retraksi
membran timpani & resiko hemotympanum dan efusi
Pencegahan:
Preflight dose of a 12 hour vasoconstricting nasal spray like oxymetazoline
Oral decongestant
Gum chewing while landing
BACK
Pemeriksaan Pendengaran
1. Sound resources receiver
organ
2. Physical energy conversion
nerve impuls
3. Nerve impuls hearing
cortex
Objektif
Audiometri Impedans
OAE (Otoacoustic Emission)
BERA (Brainstem Evoked
Response Audiometry)
Subjektif
Tes Bisik
Tes Garpu Tala
Audiometri Nada Murni
Audiometri Nada Tutur
BACK
Tes Pendengaran
Subjektif
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)
Tes Garputala
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)
BACK
Tes Pendengaran
Subjektif
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)
TES RINNE
Tes Garputala
TES WEBER
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)
TES SCHWABACH
Garpu tala 512 HZ!!!
BACK
TES
TUJUAN
RINNE
WEBER
SCHWABACH
AC VS BC
BC Ka VS Ki
BC Px VS Pasn
Tes Pendengaran
Subjektif
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)
Tes Garputala
Audiometri Nada
Murni (Pure tone
audiometry)
Audiometri Nada
Tutur (Speech
audiometry)
BACK
Audiogram
Tuli Konduktif
BC normal atau kurang dari 25 dB
AC lebih dari 25 dB
Antara AC dan BC terdapat air-bone
gap
Tes Pendengaran
Subjektif
Pemeriksaan
Pendengaran
Tes Bisik (Whispered
Voice Test)
Tes Garputala
Audiometri Nada Murni
(Pure tone audiometry)
1.
2.
3.
4.
Impedance Audiometri
BACK
Diagnosis
Tes penala didapat tuli sensorineural
Pemeriksaan audiometri nada murni didapat hasil tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris
Pemeriksaan audiometri nada tutur menunjukkan gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination)
PRESBIKUSIS
Tuli sensorineural
Usia > 65 tahun
Bilateral
Akibat proses degenerasi
BACK
Presbycusis
BACK
BACK
Ototoxic Drug
Kerusakan yang ditimbulkan
Aminoglikosida
(Streptomisin,
Degenerasi stria vaskularis
Terjadi pada hampir semua obat Neomisin, Kanamisin
Gentamisin)
ototoksik
Degenerasi sel epitel sensori pada
organon corti dan labirin
Loop Diuretic
vestibular. Pada penggunaan
(Furosemide,
aminoglikosida
bumetanide,
Degenerasi sel ganglion
ethycrinic acid)
Sekunder akibat degenerasi sel
epitel sensori
Anti Malaria
(Kina dan Klorokuin)
Eritromisin
Anti inflamasi
(Salisilat dan aspirin)
Anti Tumor
(Cisplatin
Karboplatin)
BACK
Vertigo
Vertigo adalah perasaan penderita merasa dirinya atau dunia berputar
Otologi
24-61% kasus
Benigna
Paroxysmal
Positional
Vertigo (BPPV)
Meniere
Desease
Parese N VIII
Uni/bilateral
Otitis Media
Neurologik
Interna
23-30% kasus
Gangguan
serebrovaskuler
batang otak/
serebelum
Ataksia karena
neuropati
Gangguan visus
Gangguan
serebelum
Gangguan
sirkulasi LCS
Multiple
sklerosis
Malformasi
Chiari
Vertigo servikal
Psikiatri
> 50% kasus
Klinik dan
laboratorik :
dbn
Depresi
Fobia
Anxietas
Psikosomatik
Fisiologi
Melihat dari
ketinggian
BACK
Jenis Vertigo
Gejala
Vertigo Perifer
Vertigo Sentral
Onset
Mendadak
Tersembunyi
Intensitas
Berat
Ringan -Sedang
Munculnya
Episodik
Konstan
Durasi
Singkat
Panjang
Eksaserbasi posisi
Berat
Ringan
Nistagmus
Vertikal, horizontal,
torsional
Normal
Abnormal
Abnormal
Abnormal
Gejala Neurologis
Jarang
Sering
Vertigo perifer
Vertigo sentral
BPPV
KRITERIA DIAGNOSIS BPPV:
a. Recurrent vestibuler vertigo
b. Duration of attack always < 1 minute
c. Symptoms invariably provoked by the following
changes of head position:
- lying down or
- turning over in the supine position
- or at least 2 of the following manouvres:
- reclining the head
- rising up from supine position
- bending forward
d. Not attributable to another disorder
DIX-HALLPIKE MANEUVER
D
I
A
G
N
O
S
I
S
EPLEY
d. Keep head
turn and to
sitting
e. Turn
forward chin
down 20
degrees
SEMONT
Meniere disease
Disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum
Trias Meniere :
Vertigo (Periodik yang semakin mereda pada serangan berikutnya)
Tinnitus
Tuli sensorineural terutama nada rendah
Px penunjang :
Tes Gliserin Pasien diberi minuman gliserin 1,2cc/kgBB setelah diperiksa
tes kalori dan audiogram. Setelah 2 jam diperiksa ulang, bila menunjukan
perbaikan bermakna menunjukan adanya hidrops endolimfa
Terapi : Simtomatik vertigo, diuretik, pengaturan diet (hindari garam, coklat,
kafein)
Vertigo
Terapi Simptomatik
1. Anti kolinergik
2.
Simpatomimetika
3.
NOSE
Klasifikasi
seasonal
Waktu
timbulnya
perennial
Alergi
WHO
ARIA
Viral
Rhinitis
Rhinitis
Sifat
berlangsungnya
Berat/ringannya
Moderatesevere
Vasomotor rhinitis
Rhinitis Medicamentosa
Persistent
Mild
Occupational
Rhinitis
Non
Alergi
Intermitten
Rhinitis Alergi
Rhinitis
alergi
adalah
penyakit
inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang
sebelumnya
sudah
tersensitisasi
dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia
ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik terkait. (Von Pirquet,
1986)
Kelainan pada hidung dengan gejala
bersin-bersin, rinorea, rasa gatal dan
tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantai oleh
IgE. (WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its
Impact on Asthma) tahun 2007)
BACK
BACK
How to diagnose?
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
Serangan bersin
berulang
Keluar ingus
(rhinorrhea) encer
dan banyak
Hidung tersumbat
Hidung dan mata
yg gatal
Kadang2 disertai
dengan lakrimasi
Riwayat alergi
BACK
Nasal Obstruction
Nasal pruritus
Conjunctivitis
Unilateral symptoms
Nasal obstruction without
other symptoms
Mucopurulent rhinorhea
Posterior rhinorhea
with thick mucus
and no anterior
rhinorhea
Pain
Recurrent epistaxis
Anosmia
Alergen
inhalan
Alergen
ingestan
Alergen
injektan
Alergen
kontaktan
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
BACK
Allergic Shiner
Facies adenoid
Cobblestone Appearance
Geographic tongue
Allergic Salute
Allergic Crease
BACK
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
sitologi hidung,
Hitung eosinofil
darah tepi,
Pemeriksaan IgE
total
Uji kulit
uji intrakutan tunggal atau serial (Skin End-Point Titration/SET), uji cukit
(prick test)
uji tempel (patch test). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan
menyuntikan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat
kepekatannya. Keuntungannya adalah selain menentukan alergen
penyebab juga dapat menentukan derajat alergi serta dosis inisial untuk
desensitisasi.
BACK
BACK
Medikamentosa
1. H1-antagonist,
generasi 2:
2. Decongestant
3. Steroid
4. Leukotriene
inhibitor
- Fluticasone spray
- Mometasone spray
- Zafirlukast
BACK
Rhinitis hormonal:
Banyak pd saat hamil -> estrogen terbukti meningkatkan asam
hyaluronat yg membuat edema dan nasal congestion. Estradiol dan
progesteron juga meningkatkan jumlah reseptor H1 shg membuat
nasal congestion. Rhinitis paling berat biasanya terjadi pada trimester
kedua dan ketiga
Rhinitis
alergi
Rhinitis non
alerginon
contd
Viral rhinitis:
Very common and often associated with other
manifestations of viral illness, which can include
headache, malaise, body aches, and cough.
Nasal drainage in viral rhinitis is most often
clear or white and can be accompanied by nasal
congestion and sneezing
Rhinosinusitis
Rinosinusitis peradangan mukosa sinus paranasal &
mukosa hidung (Benninger et al., 2003)
BACK
Klasifikasi RSK
Rhinosinusitis
Akut
4 minggu
Subakut
4-12 minggu
Kronis
Rekuren
12 minggu
S. Pneumonia
(30-50%), H.
Influenzae
(20-40%), M.
Catarrhalis
S. Aureus
(40%), P.
Aeruginosa
(10-25%), K.
Pneumoniae,
P. Mirabilis,
Kronik
Perburukan RSK, namun kembali ke
eksaserbasi
baseline setelah terapi
akut Bimbel UKDI MANTAP
Patofisiologi
Edema
ostium KOM
tersumbat dan
cilia tidak dapat
bergerak
tekanan negatif
RSA non
bakterial
bisa self-limiting
transudasi
serosa
Bila menetap
pertumbuhan
bakteri
RSA bakterial
terapi antibiotik
tidak berhasil
Gangguan
patensi ostiumostium sinus dan
mucociliary
clearance
hipertrofi,
polipoid, atau
pembentukan
polip dan kista
mukosa makin
bengkak
inflamasi,
hipoksia, bakteri
anaerob, faktor
predisposisi
BACK
Temuan Objektif
Bailey 2006
CT Scan Coronal
Bimbel UKDI MANTAP
Waters View
XRay
Treatment
Komplikasi
Kelainan orbita
Selulitis orbita
abses subperiosteal
Abses orbital
Optic neuritis
Thrombosis sinus cavernosis
Epistaksis
Epistaksis anterior
Perdarahan dari arteri
eithmoidalis anterior atau
pleksus kisselbach
Biasanya diawali oleh trauma
atau infeksi
Penanganan awal berupa
penekanan digital selama 1015 menit. Jika perdarahan
terlihat dapat dikauter
Jika masih berdarah dapat
ditampon anterior 2x24 jam
Epistaksis posterior
Perdarahan dimulai dari
arteri ethmoidalis posterior
atau arteri sphenopalatina
Mempengaruhi pasien
dengan hipertensi atau
arteriosklerosis
Terapi: aplikasi tampon
belloq/posterior selama 2-3
hari.
Polip Hidung
Massa lunak dan berwarna putih/ keabu-abuan
yang terdapat pada rongga hidung. Bertangkai
dengan permukaan licin.
Epidemiologi
Biasanya timbul di dewasa usia >20 thn dan lebih sering di usia
> 40 thn
menyerang pria 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan
wanita
BACK
Polip Hidung
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Gejala Utama
Hidung tersumbat
Rinore (dari jernih sampai
purulen)
Hiposmia / Anosmia
Nyeri pada hidung
Sakit kepala
Gejala Sekunder
Pemeriksaan Penunjang
Naso-Endoskopi
Foto polos SPN (posisi Waters, AP, Caldwell dan
lateral)
CT Scan SPN
BACK
Polip Hidung
Tatalaksana
Medikamentosa
Kortikosteroid
Operasi
Indikasi: anak dengan multipel ,
benign polip nasi atau
rhinosinustitis kronis yang
tidak membaik dengan terapi
medis maximum
Polipektomi
Etmoidektomi
intranasal/ekstranasal polip
etmoid
Operasi Caldwell-Luc sinus
maxilla
Antileukotriene
Antiallergi
Bimbel UKDI MANTAP
Daily lavage of the sinuses
BACK
Polip Hidung
Prognosis
Komplikasi
Polip antro-koana
Obstructive sleep apnea
Chronic mouth breathing
BACK
THROAT
Tonsilitis
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin waldeyer
Cincin waldeyer:
tonsil pharyngeal (adenoid)
tonsil palatina (faucial)
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah) dan
tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding
faring/Gerlachs tonsil)
BACK
Klasifikasi
Viral
GABHS
Akut
Bakterial
Fungal
Tonsilitis
Other
bacteria
Candida albicans
7 or more episodes
of tonsillitis in 1 year
Rekuren
akut
Consider
surgery
5 episodes/y for 2
consecutive years
3 episodes/y for 3
consecutive years
Kronis
Bimbel UKDI MANTAP
BACK
Tonsilitis
akut
Tonsilitis
kronis
BACK
Tonsilitis Viral
Gejala yang tampak seperti common cold + nyeri tenggorok
BACK
Tonsilitis Fungal
Oropharyngeal candidiasis
(thrush) often presents in
immunocompromised patients or
in patients who have undergone
prolonged treatment with antibiotics.
On exam:
White cottage-cheese-like plaques over
the pharyngeal mucosa
Plaques bleed if removed with a tongue
depressor
Bimbel UKDI MANTAP
BACK
Tonsilitis Bakterial
GABHS
most common and important pathogen
causing acute bacterial pharyngotonsillitis
most commonly presents in children aged
56
characterized by fever, dry sore throat,
cervical adenopathy, dysphagia, otalgia
(referred pain from n.IX) and odynophagia.
The tonsils and pharyngeal mucosa are
erythematous and may be covered with
purulent exudate; the tongue may also
become red ("strawberry tongue")
Bentuk detritus:
Jelas tonsilitis folikularis
Bercak detritus menjadi satu, membentuk alur
tonsilitis lakunaris
Melebar membentuk pseudomembrane
BACK
1. pharyngeal or
tonsillar exudate
2. swollen anterior
cervical nodes
3. a history of a fever
greater than 38C
4. absence of cough
a 44% chance
that they will not
have Group A
Streptococcal
pharyngitis.
Bimbel UKDI MANTAP
BACK
Tonsilitis Bakterial
Other bacterial
Angina Plaut Vincent (stomatitis
ulseromembranosa), akibat bakteri
spirocheta atau treponema, gejala:
demam, rasa nyeri dimulut,
hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah
Tonsilitis septik, penyebabnya
Steptococcus hemoliticus, terdapat
dalam susu sapi
Bimbel UKDI MANTAP
BACK
Tonsilitis difteri
Disebabkan oleh bakteri gram
positif Corynebacterium
diphteriae.
Gejala: kenaikan suhu
subfebris, nyeri kepala, tidak
nafsu makan, badan lemah,
nadi lambat serta keluhan nyeri
menelan.
Pemeriksaan fisik: Tonsil
membengkak ditutupi bercak
putih kotor yang melekat erat
dengan dasarnya, mudah
berdarah, infeksi yang menjalar
ke kelenjar limfe bull neck (+)
Terapi
BACK
Tonsilitis kronis
Defined by persistent sore
throat, anorexia, dysphagia,
and pharyngotonsillar
erythema.
It is also characterized by the
presence of malodorous
tonsillar concretions and the
enlargement of jugulodigastric
lymph nodes.
The organisms involved are
usually both aerobic and
anaerobic mixed flora, with a
predominance of streptococci.
Pada
tonsilitis
kronis,
permukaan tonsil tampak
tidak rata, tampak pelebaran
kripta, dan beberapa kripta
dapat terisi oleh detritus.
BACK
Grading
Grading disusun berdasarkan rasio tonsil terhadap jarak antar arcus palatoglosus.
Grading pembesaran tonsil adalah:
T0
: tonsil masih berada dalam fossa
tonsilaris
T1
T2
: 25-<50% tonsil menempati
orofaring
T3
: 50-<75%
T4
: >75%
Bimbel UKDI MANTAP
How to diagnose
Anamnesis
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
penunjang pada
tonsilitis ditujukan
untuk mengetahui
organisme penyebab
dengan kultur dan
mengetahui
sensitivitas terhadap
antibiotik.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan ini
dilakukan terutama
jika Streptococcus
beta hemolitikus
grup A dicurigai
sebagai penyebab.
Kultur organisme
diperoleh dengan
cara mengambil
apusan dari
permukaan tonsil
dan orofaring
posterior, dan
diapus di permukaan
medium agar darah.
Bailey 2006
BACK
Tonsillectomy
BACK
Infiltrat Peritonsil
Infiltrat peritonsil merupakan satu tahap sebelum terjadinya abses. Namun pada infiltrate
jumlah pus belum banyak dan terlokalisir sehingga tidak ditemukan fluktuasi.
Komplikasi dari tonsilitis yang tidak diobati dengan sempurna.
Pada daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar sehingga
bisa terjadi penjalaran pus.
Keluhan: nyeri menelan, trismus, hipersalivasi.
Pada pemeriksaan fisik terlihat: palatum mole membengkak dan uvula bergeser
Terapi: antibiotik, obat kumur dan obat simptomatik.
Bimbel UKDI MANTAP
BACK
Abses Peritonsiler
Kumpulan pus di belakang tonsil palatina. Nama lain dari abses ini adalah
abses quinsy
SIMPTOM
SIGN
Demam
Palatum molle
edematous, hiperemis;
deviasi uvula ke sisi
kontralateral;
pembesaran tonsil
Malaise
Trismus
Nyeri tengorrokan
(lebih pada satu sisi)
Drooling
Dysphagia
Otalgia (ipsilateral
Halitosis
Cervical lymphadenitis
Abses Peritonsiler
DIAGNOSIS
Dibuat melalu anamnesis dan
pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Aspirasi dengan jarum pus
mengkonfirmasi diagnosis
Intraoral USG cellulitis VS abses
(Steyer, 2002)
Pasien dengan PTA dextra
Suspek penyebaran infeksi selain
peritonsiler / komplikasi leher lateral =
CT/MRI diindikasi
Tonsil displaced ke inferior dan
Abses Peritonsiler
TATALAKSANA
Pilihan Antibiotik
Drainage
Antibiotics
Supportive
(hydration dan
kontrol nyeri)
BACK
Angina Ludwig
Ditandai
dengan
pembengkakan
(edema) pada bagian bawah ruang
submandibular
yang
mencakup
jaringan yang menutupi otot2 antara
laring dan dasar mulut.
Penyebab:
Gejala:
Demam
Nyeri tenggorokan
Pembengkakan
Drooling
Trismus
Terjadi secara bilateral
BACK
Clinical
Manifestation
Dysphonia or
hoarseness
Cough
Globus
Throat clearing
Dysphagia
GERD vs LPR
GERD
LPR
YES
NO (minimal)
NO
YES
Endoscopic esophagitis
YES
NO
Laryngeal inflammation
NO
YES
YES
Sometimes
Sometimes
YES
Laryngitis
Inflammation of the larynx
Causes:
BACK
Laryngitis
Diagnosis
Treatment
Clinical evaluation
Sometimes direct or indirect laryngoscopy
Diagnosis is based on symptoms.
Indirect or direct flexible laryngoscopy is
recommended for symptoms
persisting > 3 wk
Findings include mild to marked
erythema of the mucous membrane,
which may also be edematous.
With reflux, there is swelling of the
inner lining of the larynx and redness of
the vocal cords that extends above and
below the edges of the back part of the
cords. If a pseudomembrane is present,
diphtheria is suspected.
BACK
Laringomalasia
Laringomalasia adalah kelainan kongenital dimana kartilago epiglotis lemah
Kelemahan epiglotis akan menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan nafas
berbunyi/stridor terutama saat berbaring, no feeding intolerance, biasanya remisi usia 2
tahun
Pada pemeriksaan dapat terlihat laring berbentuk omega
Bila sumbatan semakin hebat maka dapat dilakukan intubasi
BACK
Epiglotitis akut
Akibat Hib
Onset rapid, sorethroat,
odynophagia/dysphagia, muffled voice/hot
potato voice, adanya preceeding ISPA
Tripod position, drolling, stridor (late
finding), cervical adenopathy
X ray : thumb sign
Bimbel UKDI MANTAP
BACK
BACK
Achalasia
Achalasia is an uncommon
swallowing disorder
Affects about 1 in every
100,000 people.
The major symptom of
achalasia is usually difficulty
with swallowing.
Most people are diagnosed
between the ages of 25 and
60 years.
Although the condition
cannot be cured, the
symptoms can usually be
controlled with treatment.
Bimbel UKDI MANTAP
BACK
Achalasia
ACHALASIA CAUSE
SYMPTOMS
BACK
Achalasia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Esophageal manometry (aka esophageal
motility study) measures changes in pressures
within the esophagus that are caused by the
contraction of the esophageal muscles.
The test typically reveals three abnormalities in
people with achalasia:
high pressure in the LES at rest,
failure of the LES to relax after swallowing, and
an absence of useful (peristaltic) contractions
in the lower esophagus
X ray : Bird beak sign or Rat tail Sign
BACK
Malignancy in ENT
Ca Sinonasal
History
Male in 5th decade,
exposed with nickel,
chrom, formalin,
terpentin.
Physical Exam.
unilateral obstruction &
rhinorrea. Diplopia, proptosis
. Bulging of palatum, cheek
protrusion, anesthesia if
involving n.V
Diagnosis
Treatment
Ca sinonasal
Surgery
BACK
Karsinoma Nasofaring
History
Elderly with history of
smoking, preservative
food. Tinnitus, otalgia
epistaxis, diplopia,
neuralgia trigeminal.
Physical Exam.
Posterior rhinoscopy: mass at
fossa Rosenmuller, cranial
nerves abnormality,
enlargement of jugular lymph
nodes.
Diagnosis
Treatment
KNF
Radiotherapy,
chemoradiatio
n, surgery.
BACK
Karsinoma Nasofaring
Juvenile Nasopharyngeal
Angiofibroma
History
Male, young adult, with
recurrent epistaxis.
Physical Exam.
Anterior rhinoscopy: red
shiny/bluish mass. No lymph
nodes enlargement.
Diagnosis
Treatment
Juvenile
angiofibroma
Surgery
BACK
Ca Tonsil
History
Physical Exam.
Diagnosis
Treatment
Painful ulceration,
otalgia & slight bleeding
of the tonsil.
Ca tonsil
Surgery
BACK
AIRWAY OBSTRUCTION
BACK
Definition
Stridor
Snoring
Gurgling
Expiratory wheezes
Hoarseness
A.
B.
C.
D.
At first, during the initial coughing fit, there is usually a by-pass valve (air moves freely around
the foreign body).
After a small amount of swelling occurs, there is a check-valve. Air can enter during inspiration,
but can no longer freely exit around the foreign body during expiration (when our bronchi
collapse a little). This causes trapping of air, often within an entire lung.
Each time the patient breaths out, the affected lung remains hyperinflated (obstructive
emphysema). As seen on Xrays, this causes shifting of the heart to the opposite side, with each
expiration. Also, with each breath out, only a tiny amount of air can escape past the foreign
object. This causes turbulent air flow and a rippling effect on the soft tissues; thus producing
those high-pitched sounds which are known as expiratory wheezes.
After more swelling, there is a stop-valve. This causes lung collapse (atelectasis
)
Jackson classification
Jackson 1 : pernafasan cuping hidung, retraksi
suprasternal, stridor, tanpa sianosis, pasien
tenang
Jackson 2: retraksi suprasternal dan
epigastrium,gelisah, sianosis ringan
Jackson 3: retraksi suprasternal, infraklavikula,
intercostal, tampak gelisah dan sianosis
Jackson 4: retraksi sangat jelas, sianosis, paralisa
pusat pernafasan o/k hiperkapnea, penderita
bisa tampak tenang seperti tidur, asfiksia
Bimbel UKDI MANTAP
BACK
TERIMA KASIH
BACK