Você está na página 1de 2

Analisis Data

Pada saat praktikum bioindikator perairan dengan lokasi pengambilan sampel pada
tepi kiri, tengah, dan tepi kanan, diperoleh hasil bahwa ada 5 jenis makrozoobentos yang
ditemukan. Kelima makrozoobentos yang ditemukan tersebut diantaranya kepiting air sungai
sebanyak 2 ekor dengan skor 3, pupa lalat kecil sebanyak 45 ekor dengan skor 5, larva mrutu
biasa sebanyak 14 ekor dengan skor 2, larva lamuk hantu sebanyak 8 ekor dengan skor 5, dan
larva kumbang rifle sebanyak 1 ekor dengan skor 5. Adapun faktor abiotik dari lokasi sungai
yang digunakan dalam pengambilan sampel diantaranya pH sebesar 7, kadar oksigen terlarut
sebesar 5,2 mg/liter, salinitas air sebesar 0%, dan suhu air sebesar 23,6 C.

Pembahasan
Praktikum bioindikator yang dilakukan di sungai belakang gedung biologi bertujuan
untuk menguji mengidentifikasi makrozoobentos perairan dan menguji kualitas perairan di
lokasi tersebut ditinjau dari faktor biologi. Makrozoobentos merupakan organisme yang
menempati substrat dasar perairan, baik diatas maupun didalam sedimen perairan (Horne and
Goldman, 1994). Rosenberg dan Resh (1993) menjelaskan bahwa makrozoobentos tergolong
zoobentos makroskopik dan dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3-5 mm pada
saat pertumbuhan maksimum.
Berdasarkan data pengamatan, diperoleh data bahwa ada 5 jenis makrozoobentos
yang ditemukan. Kelima makrozoobentos yang ditemukan tersebut diantaranya kepiting air
sungai, pupa lalat kecil, larva mrutu biasa, larva lamuk hantu, dan larva kumbang rifle
sebanyak 1 ekor . Setelah itu, dilakukan pemberian skor pada masing-masing taksa yang
didasarkan dari tabel panduan pengenalan invertebrata kolam dan sungai di Asia Tenggara.
Susanti (Tanpa Tahun), menjelaskan bahwa untuk mengukur pencemaran, para ilmuwan
memberi angka skor pencemaran pada binatang tersebut. Misalnya, binatang yang
membutuhkan banyak oksigen terlarut dan idak tahan terhadap pencemaran diberi skor
tertinggi (10 dalam tabel), sedangkan yang dapat hidup di tempat yang sangat tercemar diberi
skor terendah (1-2) dalam tabel. Jika diamati, pada kelima makrozoobentos yang ditemukan
rata-rata tergolong makrozoobentos yang dapat hidup di tempat yang cukup tercemar karena
masing-masing taksa memiliki skor diantara 2-5. Rerata skor kemudian digunakan untuk
menentukan kualitas perairan di wilayah tersebut. Dari hasil analisis, diperoleh hasil bahwa
rerata skornya adalah 4, dan apabila hal ini dicocokkan pada rentangan indeks kualitas air ,
diperoleh data bahwa dengan rerata skor sebesar 4 maka perairan yang ada di sungai gedung
biologi tergolong kotor. Susanti (tanpa tahun), menjelaskan bahwa jika dilihat dari indikator
makrozoobentos pada perairan, maka kondisi perairan dapat dikategorikan menjadi lima
kondisi yaitu kondisi sangat buruk, kondisi buruk, kondisi sedang, kondisi baik, dan kondisi
sangat baik. Pada kondisi sangat baik Ditandai dengan adanya beberapa makrozoobentos,
diantaranya dari bangsa Plecoptera, Ephemeroptera, Trichoptera, Decapoda, dan Hemiptera.
Pada kondisi baik ditemukan adanya beberapa makrozoobentos, diantaranya dari bangsa
Plecoptera, Trichoptera, Mollusca, dan Diptera . Pada kondisi sedang ditemukan adanya
beberapa makrozoobentos, diantaranya dari bangsa Tricladida, Coleoptera dan diptera. Pada

kondisi buruk, ditemukan adanya beberapa makrozoobentos, diantaranya dari bangsa


Tricladida, Coleoptera, dan Diptera. Sedangkan pada kondisi sangat buruk, ditemukan
adanya makrozoobentos dari bangsa Diptera. Makrozoobentos yang dapat dijadikan indikator
biologis pencemaran sungai dapat diamati dari keanekaragaman spesies dan laju
pertumbuhan spesies.
Dalam praktikum juga dilakukan pengukuran terhadap faktor abiotik diantaranya
adalah pH, salinitas, suhu air, dan kadar oksigen terlarut. Menurut Horne and Goldman
(1994), kehidupan makrozoobentos dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik
yang mempengaruhi diantaranya adalah produsen, sedangkan faktor abiotik berupa substrat
dasar, kandungan kimia dan fisika air, serta kecepatan arus.
Peranan makrozoobentos dalam perairan sangat penting sekali, terutama dalam
struktur rantai makanan dan struktur aliran energi, dimana dalam ekosistem sungai,
makrozoobentos bertindak sebagai konsumen primer (herbivor), dan konsumen sekunder
(karnivor), selanjutnya mereka akan dimakan oleh tiap karnivor. Demikian pentingnya
peranan makrozooentos dalam ekosistem sehingga bila makrozoobentos terganggu, akan
menyebabkan ekosistem yang terganggu pula (Horne and Goldman, 1994).

Daftar Rujukan
Horne, A.J. and C.R.Goldman. 194. Limnology. Mc. Graw Hill INC.
Rosenberg, D.M and V.H. Resh. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic
Macroinvertebrates. New York: Chapman and Hall.
Susanti, S. Tanpa Tahun. Panduan Pengenalan Invertebrata Kolam & Sungai di Asia
Tenggara. Bogor: Wetands International-Indonesia Programme.

Você também pode gostar