Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, terutama dalam
siklus penjualan dan penagihan, auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti
transaksi yang harus diaudit dengan waktu audit yang sangat terbatas. Sesuai dengan
tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan
pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya.
Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya akan dapat menerbitkan laporan
yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini
tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari segi waktu dan biaya hal ini akan memerlukan
sumber daya yang sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidak dirancang
untuk memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan kondisinya. Oleh
karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut.
Cara yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang
ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan secara
menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit. Dengan carademikian
maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan waktu yang rasional. Jadi digunakannya
metode pengujian dengan sampling audit diharapkan auditordapat memperoleh hasil
pengujian yang objektif dengan waktu dan biaya yang minimal, sehingga pekerjaan audit bisa
efektif dan efisien.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Akun-akun dan Kelompok-kelompok Transaksi dalam Siklus Penjualan
dan Penagihan?
1.2.2 Apa Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus penjualan dan Penagihan serta Dokumen dan
Catatan yang Terkait?
1.2.3 Apa saja Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Transaksi Penjualan?
1.2.4 Bagaimana audit terhadap Retur Penjualan dan Pengurangan Harga?
1.2.5 Apa saja Metodologi untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Transaksi Penerimaan Kas?
1.2.6 Bagaimana Pengujian Audit Untuk Penghapusan Piutang Tidak Tertagih?
1
1.2.7 Bagaimana Pemilihan Sampel Audit Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Transaksi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan
auditing yang diberikan kepada setiap kelompok mahasiswa agar setiap mahasiswa dapat
memahami bagaimana pengauditan pada siklus penjualan dan penagihan serta pemilihan
sampel audit terhadap pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Akun-akun dan Kelompok-kelompok Transaksi dalam Siklus Penjualan dan
Penagihan
Tujuan
audit
siklus
penjualan
dan
penagihan
adalah
untuk
lima
kelompok
transaksi
dalam
siklus
penjualan
dan
penagihan :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjualan
Penerimaan kas
Retur penjualan dan pengurangan harga
Penghapusan piutang tak tertagih
Estimasi beban piutang tak tertagih
2.2 Fungsi-fungsi Bisnis dalam Siklus penjualan dan Penagihan serta Dokumen dan
Catatan yang Terkait
Siklus
penjualan
dan
penagihan
melibatkan
keputusan-
tersebut
tersedia
untuk
dijual.
Hal
tersebut
dimulai
dengan
pemintaan pelanggan dan berakhir dengan konversi bahan baku atau jasa
ke dalam akun piutang dagang, dan selanjutnya ke dalam kas. Fungsi
bisnis terjadi pada setiap bisnis dalam mencatat transaksi bisnis pada
siklus penjualan dan penagihan. Fungsi-fungsi bisnis serta dokumen dan
catatan dalam suatu bisnis :
1. Pemrosesan Pesanan Pelanggan
Sebuah
permintaan
pelanggan
atas
barang
akan
memulai
yang disepakati.
Permintaan Pelanggan merupakan permintaan atas barang yang
dilakukan oleh pelanggan, permintaan dapat dilakukan melalui telephone,
pelanggan
yang
sudah
ada,
melalui
tenaga
penjualan,
Penjualan
Pengiriman
disiapkan
untuk
memulai
pengiriman
Akun
Fungsi Bisnis
Dokumen dan
Penjualan
Pemrosesan
catatan
Permintaan pelanggan
Piutang
pesanan
Pesanan penjualan
dagang
pelanggan
Pesanan
Pemberian kredit
atau
Pengiriman
penjualan
barang
Dokumen pengiriman
pelanggan
pesanan
Penagihan
pelanggan
Faktur penjualan
dan Arsip
transaksi
mencatat
penjualan
penjualan
Jurnal
atau
daftar
penjualan
Arsip
utama
piutang
dagang
Neraca saldo piutang
dagang
Penerimaan
Kas
(debit
Laporan
penagihan
bulanan
dan Slip
pembayaran
dari pencatatan
penerimaan
(remittance advice)
penerimaan kas
Daftar
kas)
penerimaan kas
Piutang
Arsip
dagang
penerimaan kas
Jurnal
Retur
awal
Retur
Pemrosesan
transaksi
atau
daftar
penerimaan kas
dan Memo kredit
pengurangan
dan
penjualan
harga
pengurangan
pengurangan
harga
harga
dan dan
pengurangan
harga
Piutang
Penghapusan
piutang
tertagih
dagang
Piutang
tak dagang
putang
penyisihan
piutang
Beban
Penghapusan
tertagih
Beban
Formulir
otorisasi
tertagih
tak
Pembebanan
piutang
tak piutang
tak piutang
tertagih
tertagih
tertagih
Jurnal umum
tak
Penyisihan
piutang
tak
tertagih
merupakan
informasi
kepada
pelanggan
mengenai
jumlah tertagih yang dilakukan secara benar dan tepat waktu dan harus
memperhatikan hal berikut :
1. Semua pengiriman yang dilakukan telah ditagih (kelengkapan)
2. Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari sekali (keterjadian)
3. Ditagih dengan jumlah yang tepat (akurasi)
Faktur Penjualan. Suatu dokumen yang mengindikasikan deskripsi
dan kuantitas barang yang dijual, harga, biaya pengiriman, asuransi,
syarat-syarat, serta data terkait lainya. Faktur ini menginformasikan
kepada
pelanggan
jumlah
penjualan
dan
tanggal
jatuh
tempo
pembayarannya.
Arsip Transakasi Penjualan. Arsip yang memasukkan semua
transaksi penjualan yang diproses oleh sistem akuntansi untuk suatu
periode, bisa berupa satu hari, satu minggu atau satu bulan. Informasi
dalam arsip ini digunakan untuk beragam catatan, daftar atau laporan,
bergantung pada kebutuhan perusahaan.
Jurnal atau daftar Penjualan. Sebuah daftar atau laporan yang
dihasilkan dari arsip transaksi penjualan yang biasanya mencakup nama
pelanggan, tanggal, dan klasifikasi akun atau klasifikasi transaksi. Daftar
ini juga mengidentifikasi apakah penjualan merupakan penjualan tunai
atau kredit. Daftar atau jurnal ini biasanya untuk satu bulan.
Arsip Utama Akun Piutang Dagang. Arsip komputer yang
digunakan untuk mencatat setiap penjualan, penerimaan kas serta retur
penjualan dan pengurangan harga untuk setiap pelanggan dan mencatat
saldo akun piutang pelanggan. Total dari saldo akun dalam arsip utama
sama dengan total saldo akun piutang dagang di jurnal umum.
pembayaran
kasnya.
Dokumen
ini
mengindikasikan
nama
oleh
seorang
yang
tidak
memiliki
tanggungjawab
untuk
Transaksi
Penerimaan
Kas
merupakan
arsip
yang
karena adanya
dipindahtangankan
kepada
agensi
penagihan.
Perlakuan
menggunakan
suatu
pendekatan
yang
tipikal
untuk
memerlukan
kerangka
kerja
untuk
menilai
resiko
pengendalian
2. Auditor harus mengidentifikasikan pengendalian internal kunci dan
kelemahannya bagi penjualan
3. Auditor mengaitkan dengan tujuan
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan
Pengendalian kunci yang ada pada siklus penjualan antara lain:
1. Pemisahan tugas yang memadai. Dengan ini dapat mencegah jenis
salah saji karena kesalahan maupun kecurangan. Harus ada pemisahan
fungsi bagi pegawai yang mengelola kas dengan yang mencatat kas,
fungsi pemberian kredit harus dipisahkan dari fungsi penjualan.
2. Otorisasi yang tepat. Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga
titik kunci, yaitu :
1. Kredit yang harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan
dilakukan,
2. Barang harus dkirim hanya setelah otorisasi diberikan
3. Harga juga harus diotorisasi termasuk syarat dasar, ongkos
angkut dan diskon.
Dua
pengendalian
pertama
mencegah
hilangnya
aktiva
akibat
dengan
transaksi
dapat
dipenuhi.
Contohnya
adalah
pengujian
pengendalian
untuk
mendukung
resiko
Pada
pencatatan
penjualan
yang
terjadi,
terdapat
tiga
piutang tidak tertagih dan penyisihan piutang tidak tertagih. Pada penyelesaian pengujian
pengendalian dan pengujian sustantif transaksi, auditor harus menganalisis masing-masing
pengecualian baik audit publik maupun nonpublik untuk menentukan penyebab dan implikasi
dari pengecualian risiko pengendalian yang ditetapkan, yang mungkin mempengaruhi risiko
deteksi pendukung dan pengujian substantif. Pengaruh signifikan dari hasil pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi pada siklus penjualan dan penagihan adalah
pada konfirmasi piutang.
2.7 Pemilihan Sampel Audit Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Transaksi
2.7.1 Sampel yang Representatif
Sampel yang representatif merupakan sampel dimana karakteristik sampel tersebut
mendekati karakteristik populasinya. Hal ini berarti bahwa pos-pos yang dipilih sebagai
sampel harus mirip dengan pos yang tidak dipilih.(Aren et. al: 2011)
Dalam praktiknya, auditor tidak mengetahui apakah sampel yang mereka pilih
representatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian telah selesai dilakukan. Namun,
auditor dapat meningkatkan kemungkinan sebuah sampel menjadi representatif dengan
menggunakan kehati-hatian dalam perancangan proses, pemilihan, dan evaluasi hasil sampel.
Sebuah hasil sampel menjadi tidak representatif karena kesalahan sampel dan kesalahan nonsampel. Risiko kedua kesalahan ini disebut resiko non-sampel dan risiko sampel. Kedua
risiko ini dapat dikendalikan.
1. Risiko non-sampel adalah risiko dimana pengujian audit tidak mampu
mengungkap pengecualian-pengecualian dalam sampel tersebut. Dalam penyebab
resiko non-sampel ini yaitu kegagalan auditor dalam mengenali pengecualian dan
prosedur audit yang tidak tepat atau tidak memadai.
2. Risiko sampel merupakan risiko dimana seorang auditor mencapai sebuah
kesimpulan yang tidak benar karena sampelnya yang tidak representatif terhadap
populasi. Risiko sampel merupakan bagian melekat pada pemilihan sampel yang
kurang terhadap keseluruhan populasi.
Auditor dapat melakukan dua cara berikut untuk mengendalikan risiko sampel:
1. Menyesuaikan ukuran sampel
Meningkatkan ukuran sampel akan mengurangi risiko sampel, dan sebaliknya. Di
titik ekstrim, sebuah sampel dari semua pos populasi memiliki risiko sampel nol.
13
Di titik ekstrim lainnya, sebuah sampel yang hanya terdiri dari dua atau tiga pos
saja memiliki risiko sampel yang paling tinggi.
2. Menggunakan metode yang tepat dalam pemilihan pos sampel dari populasi.
Menggunakan metode pemilihan sampel yang tepat akan meningkatkan sifat
sampel yang representatif. Hal ini tidak menghapus atau bahkan mengurangi
risiko sampel, namun memungkinkan auditor untuk mengukur risiko yang
berkaitan dengan ukuran sampel jika metode statistik pemilihan dan evaluasi
sampel digunakan.
2.7.2 Pengambilan Sampel secara Statistik vs Non-Statistik dan pemilihan Sampel
Probabilistik vs Non-Probabilistik
Pemilihan Sampel statistik dan Non-statistik
Metode pengambilan sampel dapat dibedakan dalam dua kategori besar, yaitu
pengambilan seampel secara statistik dan non-statistik. Kedua kategori ini identik satu sama
lainnya dan melibatkan ketiga fase berikut:
a. merencanakan sampel
b. memilih sampel dan melakukan pengujian-pengujian
c. mengevaluasi hasilnya
Tujuan perencanaan sampel adalah untuk meyakinkan agar pengujian audit dilakukan
dengan cara yang dapat memberikan risiko sampel yang diinginkan dan meminimalkan
terjadinya kesalahan non-sampel. Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana suatu
sampel dipilih dalam populasi. Auditor hanya dapat melakukan pengujian setelah pos-pos
sampel dipilih. Pengevaluasian hasilnya merupakan pengambilan kesimpulan dari hasil
pengujian-pengujian audit.
Pengambilan sampel statistik berbeda dengan pengambilan sampel non-statistik.
Dalam pengambilan sampel statistik dengan menerapkan aturan-aturan matematis, auditor
dapat mengukur risiko pengambilan sampel dalam merencanakan sampel serta dalam
mengevaluasi
hasil.
Dalam
pengampbilan
sampel
non-statistik,
auditor
tidak
mengkuantifikasikan risiko sampel. Namun, auditor memilih pos-pos sampel yang diyakini
akan memberikan informasi yang paling berguna dalam kondisi tersebut dan menarik
kesimpulan atas populasi berdasarkan pertimbangan profesional. Karena itu, pengambilan
sampel non-statistik ini sering dinamai pengambilan sampel dengan pertimbangan
(judgemental sampling).
Pemilihan Sampel Probabilistik dan Non-probabilistik
14
Pengambilan sampel blok juga dapat digunakan untuk menambah sampel yang
lainnya. Sebagai contoh, auditor dapat memilih 100 penerimaan kas dari minggu ketiga bulan
Mei jika pada saat itu petugas pembukuan sedang berlibur dan pegawai pengganti yang tidak
berpengalaman memproses transaksi penerimaan kas.
3. Pemilihan sampel sembarangan (Haphazard sample selection)
Pemilihan sampel sembarangan adalah pemilihan sampel tanpa bias yang disengaja
oleh auditor. Pada beberapa kasus, auditor memilih pos populasi tanpa mempertimbangkan
ukuran, sumber, atau karakteristik khusus lainnya.
Kekurangan dalam pemilihan sampel sembarangan yaitu kesulitan dalam menentuka
sisa yang pasti tidak bias dalam pemilihan sampel. Beberapa pos populasi lebih mungkin
dimasukkan dalam sampel dibandingakan dengan pos lainnya karena keterampilan auditor
dan bias yang tidak disengaja.
Tiga jenis metode pemilihan sampel biasanya dikaitkan dengan pengambilan sampel
audit non-statistik.
dalam tabel yang memiliki kolom dan baris yang sudah diberi nomor. Auditor
memilih sampel acak dengan menentukan hubungan antara nomor dokumen klien
yang akan dipilih dan digit nomor dalam tabel nomor acak terelebih dahulu,
kemudian mencari nomor acak pertama yang jatuh dalam urutan nomor dokumen
yang akan diuji. Proses ini berlangsung sampai sampel terakhir yang dipilih.
b. Nomor acak yang dihasilkan oleh komputer
Sebagian besar sampel acak yang digunakan auditor menggunakan salah satu dari
tiga jenis program komputer, yaitu kertas kerja elektronik, penghasil nomor acak,
dan peranti lunak audit umum.
2. Pemilihan Sampel Sistematik
Dalam pemilihan sampel sistematik, auditor menghitung suatu interval dan kemudian
memilih pos-pos sampel tersebut berdasarkan ukuran interval. Intervalnya diperoleh dengan
membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan.
Keunggulan pemilihan sampel sistematik adalah kemudahan dalam penggunaannya.
Pada sebagian besar populasi, sampel sistematik dapat diambil dengan cepat dan pendekatan
ini akan secara otomatis memasukkan nomor secara berurutan, sehingga mudah untuk
mengembangkan dokumentasi yang tepat.
Masalah yang harus diperhatikan dalam pemilihan sampel sistematis adalah
kemungkinan terjadinya bias. Karena dalam pengambilan sampel sistematis jika pos pertama
telah dipilih maka semua pos lainnya dipilih secara otomatis.
3. Pemilihan Sampel Probabilitas Proporsional Terhadap Ukuran dan
Stratifikasi Sampel
pada berbagai situasi, akan bermanfaat untuk memilih sampel yang menekankan pos
populasi dengan jumlah yang tercatat lebih besar. Ada dua cara untuk mendapatkan hal
tersebut:
a. Ambillah suatu sampel di mana probabilitas untuk memilih setiap pos populasi
proporsional terhadap jumlah tercatatnya.
b. Bagilah populasi ke dalam sub-sub populasi, biasanya dengan menggunakan
ukuran nilai rupiahnya, dan ambillah sampel yang lebih besar dari sub-sub
populasi yang berukuran lebih besar.
2.7.5 Pengambilan Sampel untuk Tingkat Pengecualian
Auditor menggunakan pengambilan sampel pengujian pengendalaian dan pengujian
substantif transaksi untuk memperkirakan persentase pos-pos dalam populasi yang memuat
17
karakteristik atau atribut yang penting. Persentase ini dinamakan dengan tingkat keterjadian
(occurence rate) atau tingkat pengecualian (exception rate).
Auditor memperhatikan dengan beberapa jenis pengecualian berikut dalam populasi
data akuntansi:
1. Deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien
2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
3. Salah saji moneter dalam populasi perincian saldo akun
2.7.6 Penerapan Pengambilan Audit Non-Statistik
Penerapan dalam pengambilan sampel audit non-statistik dalam pengujian transaksi
deviasi pengendalian dan salah saji moneter biasanya dilakukan dengan langkah berikut:
Merencanakan Sampel
1. Menetapkan tujuan pengujian audit
Biasanya, auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi sebagai :
Keberadaan
dokumen
pengiriman
yang
dilampirkan
(pengujian
pengendalian)
18
4. Mendefinisikan populasi
Populasi adalah pos-pos yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat
mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka inginkan, tetapi ketika
memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari sepuluh populasi seperti yang telah
didefinisikan. Auditor harus mendefinisikan dengan cermat terlebih dahulu, sejalan dengan
tujuan pengujian audit.
5. Mendefiniskan unit sampel
Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan
pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik uang berhubungan dengan angka acak ang
dihasilkan auditor. Jadi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling sebagai titik awal
untuk melakukan pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit sampling
biasanya berupa nomor faktur penjualan atau dokumen pengiriman.
6. Menentukan tingkat pengecualian yang dapat diterima
Penerapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerabel exeption rate =
TER) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor. TER merupakan
tingkat pengecualian tertinggi yang akan diizinkan auditor dalam pengendalian yang sedang
diuji dan masi bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan atau
tingkat salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima).
19
7. Menentukan risiko yang dapat diterima akibat penilaian risiko pengendalian yang
terlalu rendah
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi risiko tersebut sebagai risiko pengendalian yang terlalu rendah (acceptable risk of
assessing control risk to low-ARACR) mengukur risiko yang bersedia ditanggung auditor
untuk menerima suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat slah saji sebagai dapat
ditoleransi) apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar daripada
tingkat pegecualian yang dapat ditoleransi (TER).
8. Mengestimasikan tingkat pengecualian populasi
Auditor harus lebih dulu membuat estimasi tingkat pengecualian populasi untuk
merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian populasi
(estemated population exception rate = eper) rendah, ukuran sampel yang lebih kecil akan
memenuhi tingkat pengecualian yang dapat di toleransi (TER) auditor, karena hanya
diperlukan lebih sedikit estimasi yang tepat.
Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate =
TER) untuk setiap atribut memerlukan pertimbangan proffesional auditor,TER merupakan
tingkat pengecualian tertinggi yang akan diijikan auditordalam pengendalian yang sedang
diuji dan masi bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan dengan
efektif(dan/tingkat salah saji moneter dalam transaksi masi dapat diterima).
9. Menentukan ukuran sampel awal
Empat faktor dalam menentukan ukuran sampel awal untuk pengambilan sampel audit
yaitu ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Ukuran populasi bukan merupakan faktor
yang signifikan, dan biasanya diabaikan, khususnya untuk populasi yang besar. Auditor yang
menggunakan pengambilan sampel non-statistik menentukan ukuran sampel berdasarkan
pertimbangan profesional daripada menggunakan formula statistik. Setelah tiga faktor utama
yang mempengaruhi ukuran sampel ditentukan, auditor dapat memutuskan ukuran sampel
awal.
Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
1. Memilih sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan memilih pos-pos dalam populasi untuk
dimasukkan ke dalam sampel. Auditor dapat memilih sampel dengan menggunakan metode
probabilistik atau non-probabilistik. Dalam memilih sampel ini auditor tidak boleh
memberitahu klien tentang sampel mana yang dipilih. Ini bertujuan untuk meminimalkan
kemungkinan klien untuk mengubah pos-pos sampel.
20
21
a. Merevisi TER atau ARACR. Alternatif ini harus diikuti hanya jika auditor
telah menyimpulkan bahwa spesifikasi awal terlalu konservatif. Mengurangi
baik TER maupun ARACR mungkin sulit dipertahankan jika auditor akan
direview olehpengadilan atau komisi. Auditor harus mengubah persyaratan
trsebut hanya setelah persyaratan yang cermat diberikan.
b. Memperluas ukuran sampel. Kenaikan ukuran sampel dapat menurunkan
kesalahan sampling jika tingkat pengecualian sampel (SER) aktual tidak
meningkat. SER juga dapat meningkat atau menurun jika pos-pos tambahan
dipilih. Kenaikan ukuran sampel akan diberikan jika auditor yakin sampael
awal tidak bersifat presentatif, atau jika penting untukmemperoleh bukti
bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif.
c. Merefisi penilaian risiko pengendalian. Jika hasil pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi tidak mendukung penilaian risiko pengendalian
pengendalian, auditor harus merivisi penilaian risiko pengendalian keatas. Hal
ini meungkin menyebabkan auditor meningkatkan pengujian substantif atas
transaksi dan pengujian atas rincian saldo.
d. Mengomunikasikan kepada komite audit atau manajemen. Komunikasi
dikombinasikan dengan salah satu atau tiga tindakan lainnya yang baru saja
dijelaskan, memang harus dilakukan tanpa memandang sifat pengecualian.
Jika auditor menentukan menentukan bahwa pengendalian intrnal tidak
beroperasi secara efektif.
4. Dokumentasi yang memadai
Auditor perlu menyimpan catatan yang memadai atas prosedur yang telah dijalankan,
metode yang digunakan untuk memilih sampel dan melakukan pengujian, hasil dari
pengujian serta kesimpulan yang dicapai. Dokumentasi diperlukan baik untuk pendekatan
statistik maupun non-statistik untuk mengevaluasi hasil gabungan dari semua pengujian yang
dilakukan untuk mendukung audit jika suatu saat dibutuhkan.
2.7.7 Pengambilan Audit Secara Statistik
Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut (atribute
sampling). Sampling nonstatistik juga memiliki atribut, yang merupakan karakteristik yang
sedang diuji dalam populasi, tetapi sampling atribut merupakan metode statistik.
Distribusi Pemilihan Sampel
22
terlalu rendah
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
Menggunakan tabel
Jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal, mereka akan
mengikuti empat langkah berikut :
a. memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR
b. menempatkan TER pada bagian atas tabel
c. menempatkan EPER pada kolom bian kiri
d. membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongn dengan baris
EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran sampel awal
dampak ukuran populasi
Memilih sampel dan menjalankan prosedur audit
Memilih sampel. Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling
statistikdan nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik
harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun
sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
Mengevaluasi hasil
24
BAB III
KESIMPULAN
Metodologi desain pengujian perincian saldo yang menggunakan model resiko audit
digunakan para auditor dalam mendesain pengujian yang tepat untuk saldo piutang
dagang.Dalam metodologi tersebut berkaitan dengan kertas kerja perencanaan bukti yang
diperkenalkan dalam bab materialitas dan resiko.
Meskipun auditor menekankan akun-akun neraca dalm pengujian perincian saldo,
akun laporan laba-rugi tidak dilupakan karena akun laporan laba/rugi diuji sebagai produk
sampingan dari pengujian neraca. Sebagai contoh, jika auditor mengkonfirmasi saldo piutang
dagang dan menemukan lebih saji yang disebabkan karena kesalahan dalam penagihan ke
pelanggan, maka baik piutang dagang maupun penjualan menjadi lebih saji.
Ketika memilih sampel dari populasi, auditor berusaha untuk mendapatakn sampel
yang representatif, dimana karakteristik sampel tersebut mendekati karakteristik populasinya.
Dalam pemilihan sampel pun, ada dua metode pemilihan sampel yaitu pemilihan sampel
probabilistik dan pemilihan sampel non-probabilistik, dan ada dua jenis pengambilan sampel
yaitu pengambilan sampel statistik dan pengambilan sampel non-statistik.
Dalam aplikasinya metode pemilihan sampel non-probabilistik maupun metode
pemilihan sampel non-probabilistik juga terbagi dalam berbagai metode. Begitupun dengan
pengambilan sampel statistik dan non-statistik auditor memiliki beberapa metode dalam
penerapannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
J. Elder, Randal, Arens A, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance. Jakarta: Salemba Empat.
26