Você está na página 1de 11

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PARU
RSUD KEBUMEN

Oleh :
Retmiza
08711202
Pembimbing :
dr. Iwan Danardono, Sp.Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat lama
dikenal pada manusia, misalnya dihubungkan dengan tempat tinggal didaerah urbanisasi,
lingkungan yang padat, dan dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vetebra
thorak yang khas TB dari kerangka. Pada permulaan abad 19, insidensi penyakit tuberkulosis
di Eropa dan amerika Serikat sangat besar. Angka kematian cukup tinggi yakni 400 per
100.000 penduduk dan angka kematian berkisar 15-30% dari semua kematian. Usaha-usaha
untuk mengurangi angka kematian dilakukan seperti menghirup udara segar di alam terbuka,
makan/ minum makanan bergizi, memberikan obat-obatanb sepertyi tuberkulin, digital,
minyak ikan dan lain-lain.
Indonesia adalah negeri prevalensi ke 3 tertinggi di dunia setalah China dan India.
Perkiraan kejadian BTA disputum yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998.
Berdasarkan survey rumaha tangga 1985 dan survey Kesehatan Nasional 2001, Tb
menempati ranking nomor 3 sebgai penyebab kematian tertinggi di Indinesia. Suatu survey
mengenai prevalensi TB yang dilaksanakan di 15 propinsi Indonesia tahun 1979-1982 yaiu
rata-rata prevalensi TB pada 15 propinsi Indonesia yaitu 0,29%, dengan pervalensi tertinggi
ada di NTT yaitu 0,74% dan yang terendah di Bali yaitu 0,08%.
Pemerikasaan penunjang yang sering dilakukan pada kasus ini adalah rontgen thorak.
Rontgen adalah sebuah satuan pengukuran radiasi ion di udara berupa sinar X atau sinar
Gamma. Rontgen yaitu jumlah radiasi yang dibutuhkan untuk menghantarkan muatan positif
dan negatif dari satuan elektroda statik muatan listrik. Rontgen merupakan gelombang cahaya
yang dipancarkan oleh dinding kaca pada tabung saat elektron menabrak dinding tersebut,
akibat terjadinya pelucutan listrik melalui gas yang masih tersisa di dalam tabung. Pada saat
bersamaan elektron itu merangsang atom pada kaca untuk mengeluarkan gelombang
elektromagnetik yang panjang gelombangnya sangat pendek dalam bentuk sinar X.
Sinar X dapat memudarkan berbagai jenis bahan kimia. Sinar X juga dapat menembus
berbagai materi yang tidak dapat ditembus oleh sinar tampak biasa yang sudah dikenal saat
itu. Penyakit- penyakit yang dapat dilakukan pemeriksaan rontgen thorak seperti sesak napas,
batuk darah, keganasan, fraktur, infeksi paru, kelainan jantung. Penggunaan tehnologi ini
sudah merata penyebarannya. Rumah sakit di daerah terpencil pun kini sudah banyak
memiliki alat ini.

BAB II
LANDASAN TEORI
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis, yaitu kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Proses terjadinya infeksi oleh
M. Tuberkulosis biasanya secara inhalasi. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui
inhalasi hasil yang mengandung droplet nuclei, yang didapat dari pasien Tb paru dengan
batuk berdarah atau nerdahak yang mengandung BTA. Pada TB kulit atau jaringan lunak
penularanya biasanya disebabkan oleh M. Bovis yang dapat disebabkan oleh susu yang
kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi.
PATOGENESIS
Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap di udara
selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan
kelembaban. Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dengan sitoplasma
makrofag. Di sana ia akan dapat masuk organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di
jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut sarang
primer atau efek primer atau fokus Ghon. Bila menjalar ke pleura akan terjadi efusi pleura.
Kuman ini juga dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring dan
kulit , yang kemudian akan terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam
vena dan menjalar keseluruh organ seperti paru, otak, injal, tulang. Bila masuk ke arteri
pulmonalis maka akan terjadi perjalaran keseluruh bagian paru menjadi Tb milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesan kelenjer getah bening hilus ( limfadenitis
regional). Limfangitis lokai + limfadenitis regional = Kompleks Primer (Ranke).
Tuberkulosis Sekunder
Tuberkulosis sekunder terjad karena imunitas yang

menurun seperti malnutrisi,

alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis sekunder dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apikal- posterior lobus superior
atau inferior)

TB sekunder juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB usia
tua (elderly tuberkulosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien,
sarang ini dapat dibagi menjadi :
Direabsorsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis
GEJALA-GEJALA KLINIS

Demam, biasanya subfebris, bisa mencapai 40-41 Derajat Celcius


Batuk dan batuk berdarah
Sesak napas
Nyeri dada
Malaise

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, subfebris, badan kurus atau berat
badan menurun.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah
Leukositosis pada TB yang baru aktif, limfosit di bawah normal, laju endap
darah meningkat
Anemia ringan
Gamma Globulin meningkat
Kadar natrium menurun
2. Sputum
BTA positif
3. Tes tuberkulin Positif

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan Roentgen adalah penting untuk diagnosis tuberkulosis paru.

Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen. Salah satu
pembagian yang dipergunakan di Indonesia dan memang lebih praktis ialah :
Sarang-sarang berbentuk awan atau bercak- bercak dengan dentitas rendah
atau sedang dengan batas tidak tegas. Sarang- sarang seperti ini biasanya
menunjukkan bahwa proses aktif
Lubang (kavitas). Ini selalu bearti proses aktif kecuali bila lubang sudah
sangat kecil, yang dinamakan lubang sisa- (residual cavity)
Sarang seperti garis-garis (fibrotik) atau bintik-bintik kapur (kalsifikasi) yang
biasanya menunjukkan bahwa proses telah tenang
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti TB paru yaitu ditemukan kuman Mycobacterium Tuberculae dalam
sputum atau jaringan paru secara biakan.
PENGOBATAN
Pengobatan medikamentosa TB miler adalah 4-5 macam obat anti-TB selama 2 bulan
pertama, dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampicin selama 4-6 bulan sesuai dengan
perkembangan klinis. Kortikosteroid (Prenisone) diberikan pada TB milier. Predisone
biasanya diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari selama 4-8 minggu kemudian diturunkan
perlahan-lahan hingga 2-6 minggu kemudian.
Dengan pengobatan yang tepat, akan terjadi perbaikan TB milier berjalan dengan
cepat. Respon keberhasilan terapi antara lain adalah hilangnya demam setlah 2-3 minggu
pengobatan, peningkatan nafsu makan, perbaikan kualitas hidup sehari-hari dan peningkatan
berat badan.
Nama obat

Dosis harian

Dosis maksimal

Efek samping

isoniazid

(mg/kgBB/hari)
5-15

(mg/hari)
300

Hepatitis, neuritis

Rifampicin

10-20

600

ferifer
hepatitis

Pirazinamid

15-30

2000

Hepatotoksik, artralgia

Etambutol

15-20

1250

Neuroritis optik

Strepomicin

15-40

1000

Ototoksik, nefrotolsik

KOMPLIKASI
Komplikasi dini : Pleuritis, efusi pleura, empisema, laringitis, poncets
arthropathy
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas, kerusakan paru berat hingga fibrosis
paru, cor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindroma gagal napas
dewasa, TB milier dan kavitas TB

BAB III
ANAMNESIS

Nama

: Ny. M

Umur

: 48 tahun

Alamat

: kemanggungan Alian Kebumen

Pekerjaan

: Wiraswasta

Keluhan utama : sesak napas


Riwayat Penyakit Sekarang :
Sesak napas dirasakan sejak 1 minggu ini, dirasakan terus-menerus dan mengganggu
aktifitas. Selain itu pasien juga mengeluh batuk sejak 1 tahun ini yang tak kunjung sembuh
dan 1 minggu ini pasien mengeluh batuknya berdahak dan dengan dahak yang berwarna
coklat. Pasien juga mengeluh sering keluar keringat dimalam hari. Pasien juga mengaku tidak
nafsu makan akhir-akhir ini dan mengalami penurunan berat badan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Batuk lama (1 tahun)
Hipertensi disangkal
Merokok disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga dengan keluhan serupa
Kebiasaan:
Kebersihan lingkungan rumah pasien mencukupi, ventilasi rumah kurang, pasien
sehari-hari makan dengan makanan seadanya. Pasien tidak mengetahui lingkungan tetangga
dengan riwayat TB

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: tampak sesak, compos mentis

Vital sign

Tekanan darah
Temperatur
Nadi
Respirasi

: 120/80
: 38 derajat celcius
: 100 x/ menit
: 28x/ menit

Pemeriksaan per Regio

Kepala
Leher
Jantung
Paru
Abdomen

: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)


: tidak ada pembesaran limfonodi, JVP tidak meningkat
: suara jantung 1 dan 2 reguler, tidak ada bising
: suara paru normal veskuler, ronkhi (-), wheezing (-)
: supel, nyeri tekan (-), peristaltik normal, teraba massa(-), hepar dan

lien tidak teraba


Ektremitas
: oedema(-)
DIAGNOSIS
TB paru
DIAGNOSIS BANDING
Kanker paru
Bronkitis kronik

RONTGEN THORAK

Deskripsi
Tampak perselubungan semiopak inhomogen di lobus inferior pulmo dextra

Tampak infiltrat diparakardial dextra dan di pulmo (+)


Sinus costofrenicus dextra dan sinistra lancip
Diafragma dextra dan sinistra licin
CTR < 0,5

Kesan :
TB pulmo dextra aktif dengan bronkogenik space ding ke pulmo (+)
Besar Cor normal

BAB IV
PEMBAHASAN DAN RADIOLOGI
Lokasi lesi umumnya di apeks paru, tetapi bisa juga dilobus bawah atau daerah hilus
menyerupai tumor paru. Pada awal lesi masih berupa sarang-sarang pneumonia, bercakbercak awan dengan batas yang tidak tegas. Bila lesi mengenai jaringan ikat maka bayangan
terlihat bulat tegas yang disebut tuberculoma.
Kavitas bayangannya berupa cincin, mulanya tipis kemudian menjadi dinding
sklerotik dan menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayngan bergaris-garis. Pada kalsifikasi
bayangannya tampak bercak padat. Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai
penciutan pada sebagian lobus paru. Gambaran tuberculosos milier berupa bercak halus

tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran lain adalah penebalan pada pleura
(pleuritis), efusi pleura/ empisema, bayangan hitam radiolusen di pinggir paru/ pleura
(pneumothoraks).
Pemeriksaan khusus adalah bronkografi, yaitu untuk melihat kerusakan bronkus yang
disebabkan oleh tuberkulosis. Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang akan dilakukan
operasi paru. Pemeriksaan yang lebih canggih adalah Computed Tomography Scanning (CT
Scan). Perbedaan dentitas jaringan lebih jelas dan sayatan dapat dibuat tranfersal.
Pemeriksaan yang lebih canggih lagi dalah Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan ini dapat mengevaluasikan proses-proses dekat apeks paru, tulang belakang,
perbatasan dada-perut. Sayatan dapat dibuat tranfersal, sagital dan koronal.

DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.
Jakarta. EGC
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi II. Jakarta : FK UI
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, jilid I. Jakarta: FK UI

Você também pode gostar