Você está na página 1de 17

BAB II

PEMBAHASAN
2.1

Rangkaian tindakan
Kepailitan merupakan langkah terakhir yang diambil oleh usaha yang mengalami
tekanan keuangan. Namun, sebelum langkah ini diambil, manajemen biasanya berupaya
keras untuk bekerja sama dengan kreditor perusahaan untuk memenuhi klaim kreditor,
sekaligus berupaya untuk memastikan kelangsungan usaha perusahaan. Sejumlah perjanjian
nonyudisial dapat dilakukan dengan kreditor. Jika langkah ini gagal, maka perusahaan
umumnya akan menghadapi tindakan yudisial yang diberlakukan oleh pengadilan juga.
a. Tindakan Nonyudisial
Terdapat beberapa tindakan nonyudisial yang dapat dijalankan yaitu; perjanjian
restrukturisasi utang, manajemen komite kreditor dan pengalihan aset.
1) perjanjian restrukturisasi utang
perjanjian antara perusahaan debitor dengan salah satu atau kreditor merupakan hal
yang umum bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan untuk sementara waktu.
Pihak debitor dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh tempo utang, meminta penurunan
suku bunga utang, atau meminta modifikasi persyaratan dalam kontrak utang. Pihak kreditor
umumnya bersedia untuk memberikan konsesi kepada debitor daripada menghadapi risiko
beban legal dan kerugian legal yang timbul dari tindakan hukum terhadap debitor yang
sebelumnya sangat berharga.
Bentuk perjanjian restrukturisasi yang lain adalah perjanjian komposisi (composition
agreement). Dalam kasus ini, pihak kreditor bersepakat untuk menerima klaim dengan nilai
yang lebih rendah dari nilai pokoknya. Keuntungan bagi pihak kreditor adalah mereka akan
segera menerima pembayaran tunai umumnya menegosiasikan pembayaran tunai yang
tersisa. Perjanjian komposisi umumnya melibatkan seluruh kreditor, meskipun beberapa
kreditor mungkin tidak bersedia untuk menyetujui komposisi tersebut.

2) Manajemen komite kreditor


Melalui manajemen komite kreditor (creditors committee management), kreditor
menyetujui untuk membantu pihak debitor dalam mengelola pembayaran yang paing efisien
terhadap klaim kreditor. Kebanyakan komite kreditor memberikan nasihat dan pedoman
kepada pihak kreditor karena pihak kreditor tidak ingin menanggung tambahan kewajiban
dan masalah operasi aktua pihak debitor.
Pembentukan komite kreditor merupakan tindakan nonyudisial yang umumnya diawali
dengan rencana penyelesaian (plant of settlement) yang diajukan oleh pihak debitor. Rencana
penyelesaian ini merupakan dokumen lengkap yang berisi skedul pembayaran yang
menyebutkan utang khusu dan prakiraan pembayaran. Pihak kreditor kemudian bekerja sama
dengan debitor untuk melaksanakan rencana tersebut.

3) Pengalihan aset
Beberapa debitor dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan aset, seperti piutang
atau instrumen keuangan lainnya, dalam upaya untuk memperoleh uang tunai. Sebagai
contoh, debitor dengan kebutuhan akan uang tunai dapat melakukan anjak piutang usaha
dengan nilai diskon, dan kontrak yang dibuat dapat menentukan apakah piutang tersebut
dijual bersyarat (with recourse)atau tanpa syarat (without recourse).
Ketentuan bersyarat berarti pihak debitor harus menerima setiap pengembalian piutang
usaha yang tak tertagih sebelumnya telah dialihkan. Masalah akuntansi yang timbul adalah
menentukan apakah pengalihan ini harus dicatat sebagai penjualan piutang atau sebagai
perjanjian pendanaan antara perusahaan ddebitor dengan perusahaan anjak piutang. PSAK
54 menetapkan bahwa pengalihan aset keuangan dianggap sebagai penjualan hanya jika
pihak yang melakukan pengalihan (transferor atau perusahaan debitor) telah menyerahkan
kendali atas aset yang dialihkan tersebut.
Penyerahan kendali berarti aset yang dialihkan tersebut telah dipisahkan dari pihak
yang mengalihkan, dan kemudian pihak yang menerima pengalihan (transferee) memperoleh
hak untuk menjanjikan atau menukarkan aset yang dialihkan, dan bahwa pihak yang
mengalihkan tidak memiliki kendali efektif terhadap aset yang dialihkan, seperti melalui
perjanjian yang memperbolehkan pihak yang mengalihkan untuk membeli kembali atau
menebus aset yang dialihkan.

b. Tindakan Yudisial
Kepailitan atau kebangkrutan merupakan tindakan yudisial yang dilakukan oleh
pengadilan niaga dan hakim pengadilan niaga dengan menggunakan pedoman dalam
Undang-Undang kepailitan No.37/2004. UU kepailitan ini menyediakan kerangka yang
diperlukan untuk pengajuan kepailitan.
Baik debitor maupun kreditor dapat mengajukan sebuah petisi sukarela (voluntary
petition)untuk mendapat perlindungan yudisial dalam bentuk urutan pembebasan (order of
relief) dari inisiasi atau kelanjutan klaim hukum yang diajukan kreditor kepada debitor . Cara
yang lain adalah pihak kreditor mengajukan sebuah petisi pemaksaan (involuntary
petition) atas debitor.
Setelah petisi tersebut diajukan, pengadilan niaga akan mengevaluasi perusahaan dan
menentukan apakah manajemen saat ini tetap mengelola perusahaan atau seorang trustee
ditunjuk oleh pengadilan. Penunjukan trustee merupakan hal yang umum jika pihak kreditor
mengajukan tuduhan terjadinya tuduhan terjadinya kesalahan manajemen atau
ketidakmampuan manajemen secara umum.

UU kepailitan memberikan dua alternatif utama berdasarkan perlindungan pengadilan


niaga. Dua alternatif ini sering dikenal penundaan pembayaran (suspension of payments),
dimana pihak debitor memperoleh perlindungan yudisial selama periode rehabilitasi, yaitu
waktu yang digunakan untuk menghapuskan operasi yang tidak menguntungkan, memperoleh
kredit baru, mengembangkan struktur perusahaan yang baru dengan operasi yang
berkesinambungan dan melakukan perjanjian dengan pihak kreditor.
Alternatif kedua adalah pernyataan kebangkrutan dan likuidasi. Pernyataan
kebangkrutan dan likuidasi sering kali dilakukan oleh seorang trustee yang ditunjuk oleh
pengadilan. Aset debitor dijual dan kewajibannya dilunasi bersamaan dengan likuidasi
perusahaan. Perbedaan utama reorganisasi dan likuidasi adalah bahwa setelah reorganisasi
debitor tetap melanjutkan usahanya, sedangkan untuk likuidasi usaha tersebut dihentikan.

c.

Penundaan Pembayaran
Penundaaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan legal dari tindakan
kreditor selama periode waktu yang diperlukan untuk mereorganisasi perusahaan debitor dan
mengembalikan operasi perusahaan ke tingkat yang menguntungkan. Reorganisasi dilakukan
oleh pengadilan niaga dan trustee seringkali diangkat oleh pengadilan untuk mengarahkan
proses reorganisasi. Umumnya reorganisasi dijelaskan melalui 4P reorganisasi. Perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan mengajukan petisi (petition) kepada pengadilan niaga
untuk memperoleh perlindungan (protection) dari para kreditornya. Jika perlindungan telah
diberikan, perusahaan menerima surat perintah pembebasan untuk menunda melakukan
pembayaran atas utang-urang sebelum petisi diajukan. Perusahaan masih terus beroperasi
sambil mempersiapkan rencana reorganisasi (plan of reorganization), yang berfungsi sebagai
pedoman operasi selama masa reorganisasi. Proses reorganisasi (proceeding) tersebut
mencakup tindakan-tindakan yang terjadi dari saat petisi diajukan hingga perusahaan
menyelesaikan proses reorganisasi.
Petisi tersebut harus membahas berbagai alternatif untuk melikuidasi debitor dan
membagikan penerimaan kas yang diperkirakan kepada para kredior. Rencana tersebut harus
mencakup penjelasan lengkap mengenai tindakan yang diharapkan akan dilakukan oleh
debitor selama periode reorganisasi dan bagaimana tindakantindakan ini akan menjadi
kepentingan terbaik bagi debitor dan kreditor. Pernyataan pengungkapan (disclosure
statement) dikirimkan kepada seluruh kreditor dan pihak-pihak lain yang berwenang untuk
memberikan suara terhadap reorganisasi. Neraca perusahaan dalam reorganisasi memiliki
sifat khusus, yaitu :

1. Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari rencana reorganisai harus
dilaporkan secara terpisah dari kewajiban yang tidak akan dikompromikan. Kewajiban yang
akan dikompromikan mencakup utang yang tidak dijamin penuh yang terjadi sebelum proses

reorganisasi dan seluruh kewajiban yang terjadi setelah perusahaan memasukkan petisi
reorganisasi untuk proses reorganisasi.
2. Kewajiban harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang diperbolehkan oleh pengadilan
niaga. Jika estimasi yang memadai tidak mungkin dilakukan, maka klaim tersebut harus
diungkapkan dalam catatan kaki.
Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi memiliki ketentuan khusus
sebagai berikut :
1. Jumlah dalam laporan laba rugi yang berkaitan langsung dengan reorganisasi, seperti biaya
jasa hukum dan kerugian atas penjualan aset, harus dilaporkan secara terpisah sebagai pos
reorganisasi pada periode terjadinya. Namun demikian, setiap keuntungan atau kerugian yang
berasal dari operasi dalam penghentian, ataau pos-pos luar biasa, harus dilaporkan secara
terpisah menurut PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan.
2. Sebagian pendapatan bunga yang diperoleh selama proses reorganisasi merupakan hasil dari
debitor yang tidak diwajibkan untuk melunasi utangnya dan menginvestasikan sumber daya
yang tersedia pada instrumen yang menghasilkan bunga. Pendapatan bunga tersebut harus
dilaporkan secara terpisah sebagai pos-pos reorganisasi. Sejauh mana beban bunga yang
dilaporkan berbeda dari bunga kontraktual atas utang perusahaan harus diungkapkan, baik
dalam kurung laporan laba rugi atau dalam catatan kaki.
3. Laba per saham diungkapkan, namun antisipasi perubahan dalam jumlah lembar saham
biasaatau setara saham biasa yang terjadi sebagai akibat proses reorgansasi harus
diungkapkan.
Laporan arus kas sebuah perusahaan dalam reorganisasi memiliki karakter khusus
sebagai berikut :
1. PSAK 2 tentang laporan arus kas lebih menyarankan penggunaan metode langsung untuk
menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, namun jika metode tidak langsung yang
digunakan, maka perusahaan harus juga mengungkapkan secara terpisah arus kas dari
aktivitas operasi yang berkaitan dengan proses reorganisasi.
2. Arus kas yang berkaitan dengan proses reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari
arus kas yang berasal dari operasi rutin. Sebagai contoh, kelebihan bunga bersih yang
diterima sebagai hasil dari perusahaan tidak membayar utang-utangnya selama proses
reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah.

d. Akuntansi permulaan baru (fresh start accounting)


Akuntansi permulaan baru menghasilkan entitas pelaporan yang baru. Pertama,
perusahaan diwajibkan untuk menghitung nilai reorganisasi aset-aset entitas yang baru

muncul. Nilai reorganisasi (reorganization value) merupakan nilai wajar entitas sebelum
mempertimbangkan kewajiban dan mendekati jumlah yang akan dibayar oleh seorang
pembeli aset entitas yang berminat. Pelaporan permulaan baru harus digunakan per tanggal
konfirmasi rencana reorganisasi jika dua kondisi berikut ini terjadi :
1. Nilai reorganisasi aset dari entitas yang akan muncul sesaat sebelum tanggal konfirmasi lebih
kecil daripada total seluruh kewajiban dan klaim pasca petisi.
2. Pemegang saham dengan hak suara yang ada sesaat sebelum konfirmasi menerima kurang
dari 50 persen saham dengan hak suara dari entitas yang akan muncul. Hal ini menendakan
bahwa pemegang saham lama telah kehilangan kendali atas perusahaan yang akan muncul.
Nilai reorganisasi ini kemudian dialokasikan untuk aset yang menggunakan alokasi
metode nilai dalam PSAK 22, tentang akuntansi penggabungan usaha. Nilai reorganisasi
yang melebihi jumlah yang dialokasikan terhadap aset berwujud dilaporkan sebagai aset tidak
berwujud yang disebut sebagai nilai reorganisasi yang melebihi jumlah yang dialokasikan
pada aset yang dapat diidentifikasi. Kelebihan ini kemudian dicatat sesuai dengan PSAK 19
tentang aset tak berwujud. Aset tak berwujud dengan umur terbatas akan diamortisasi
sepanjang umurnya, sedangkan aset tak berwujud dengan umur tak terbatas akan ditinjau
ulang setiap tahun penurunan nilainya untuk mengetahui apakah nilai tercatat melebihi nilai
wajarnya. Kewajiban perusahaan yang baru muncul dicatat sebesar nilai sekarang jumlah
yang akan dibayar. Seluruh saldo laba atau defisit yang ada dihapuskan. Laporan operasi final
disusun sesaat sebelum mengakhiri proses reorganisasi. Pada intinya, perusahaan merupakan
entitas pelaporan yang baru setelah reorganisasi.
Perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan untuk akuntansi permulaan baru harus
menentukan apakah asetnya mengalami penurunan nilai. Selain itu, mereka harus melaporkan
kewajiban sejumlah nilai sekarang jumlah yang akan dibayarkan, dengan keuntungan atau
kerugian dari penilaian kembali kewajiban sebagai pos luar biasa atau biasa.
Banyak perusahaan yang memutuskan untuk merestrukturisasi operasinya sebagai
bagian dari rencana reorganisasi. Perusahaan-perusahaan tersebut yang tidak memenuhi
untuk akuntansi permulaan baru mencatat biaya restrukturisasi, seperti biaya penutupan
pabrik dan pengurangan tanaga kerja, menggabungkan beberapa sisa operasi, dan sebagainya
berdasarkan PSAK 58, tentang Penghentian Operasi. Pernyataan ini membolehkan
pengakuan kewajiban atas biaya terkait dengan berhentinya atau aktivitas pelepasan pada saat
kewajiban tersebut terjadi, bukan pada waktu yang lebih cepat pada saat perusahaan
melakukan komitmen atas rencana berhenti.
Kerugian penurunan nilai dari aset jangka panjang yang dipegang dan digunakan diakui
hanya jika nilai tercatat aset lebih kecil dari estimasi arus kas dari operasi didiskontokan
selama masa manfaatnya. Jumlah kerugian penurunan nilai adalah perbedaan antara nilai
tercatat aset dan nilai wajarnya. Untuk aset jangka panjang individul yang akan dihapuskan

dengan penjualan akan dinilai kembali menjadi nilai terendah antara nilai tercatat atau nilai
wajar dikurangi biaya penjualan.

e.

1.
2.
3.
4.

Rencana Reorganisasi
Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah dokumen terperinci dengan
pembahasan penuh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan ditempuh selama proses
reorganisasi. Selain tindakan-tindakan utama ini, manajemen juga terus berproduksi dan
menjual produk, menagih piutang, dan menjalankan operasi harian lainnya. Kebanyakan
rencana ini berisi pembahasan yang teperinci mengenai hal-hal berikut :
Penghapusan operasi yang tidak menguntungkan, melalui penjualan atau likuidasi.
Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu.
Revaluasi aset dan kewajiban.
Pengurangan atau penghapusan klaim pemegang saham terdahulu dan penerbitan saham baru
kepada kreditor atau pihak lainnya.

Rencana reorganisasi harus disetujui oleh paling sedikit separuh dari semua kreditor,
yang memiliki dua pertiga dari jumlah nominal total utang debitor yang belum lunas,
meskipun pihak pengadilan masih dapat mengesahkan rencana yang disetujui oleh kreditor
dengan jumlah yang tidak memenuhi ketentuan, asalkan pihak pengadilan menemukan alasan
bahwa rencana tersebut mewakili kepentingan terbaik seluruh pihak, layak dan adil bagi
kelompok yang tidak menyetujui rencana tersebut.
f. Ilustrasi Reorganisasi
Neraca induk pada tanggal 31 Desember 20x6 disajikan dalam figur 17-1. Pada tanggal 2
Januari 20X7, manajemen PT. Induk mengajukan petisi pada pengadilan niaga dalam rangka
penundaan pembayaran untuk memperoleh penangguhan pembayaran utang dan waktu untuk
merehabilitas perusahaan serta mengembalikannya pada operasi yang menguntungkan.
Berikut ini adalah garis waktu yang menunjukkan tanggal-tanggal yang relevan untuk contoh
ini.

Proses Reorganisasi

2 Jan
20X7
31 Des
20X7
2 Jan
20X8
1 Jan
20X8

1 Juli
20X7

Petisi
diajukan
Rencana reorganisasi diajukan
Reorganisasi selesai
Akhir tahun fiskal
Rencana reorganisasi diajukan
Periode
Prapetisi
Figur 17-1

PT INDUK
NERACA
31 DESEMBER
20X6
ASET
KAS
EFEK YANG
DIPASARKAN

2.000.000
8.000.000

PIUTANG USAHA
DIKURANGI: PENYISIHAN PIUTANG TAK
TERTAGIH

20.000.000
(2.000.000)

PERSEDIAAN
ASET DIBAYAR
DIMUKA
KJUMLAH ASET
LANCAR

18.000.000
45.000.000
1.000.000
74.000.000

ASET TETAP
BIAYA

AKUMULASI
PENYUSUTA
N

BIAYA
BELUM
DISUSUTKA
N

TANAH

10.000.000

10.000.000

BANGUNAN

75.000.000

20.000.000

55.000.000

PERALATAN

40.000.000

4.000.000

36.000.000

125.000.000

(24.000.000)

101.000.000

TOTAL
TOTAL ASET

KEWAJIBAN
UTANG USAHA
WESEL BAYAR :

101.000.000
175.000.000

DIJAMINKAN
SEBAGIAN

10.000.000

TIDAK DIJAMINKAN, BUNGA 10%

80.000.000

90.000.000

AKRUAL BUNGA

3.000.000

UPAH YANG MASIH HARUS DIBAYAR


JUMLAH KEWAJIBAN
LANCAR

14.000.000
133.000.000

UTANG HIPOTEK

50.000.000

TOTAL KEWAJIBAN
EKUITAS PEMEGANG
SAHAM

183.000.000

SAHAM ISTIMEWA

40.000.000

SAHAM BIASA (NILAI NOMINAL RP 1.000)

10.000.000

SALDO LABA (DEFISIT)

(58.000.000)

TOTAL EKUITAS PEMEGANG SAHAM


TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
PEMEGANG SAHAM

(80.000.000)
175.000.000

Figur17-2

Pengadilan niaga menerima petisi tersebut dan PT.Induk menyusun rencana reorganisasi.
Rencana ini diajukan pada tanggal 1 Juli 20X7, dan pernyataan pengungkapan dikirimkan
kepada seluruh kreditor dan pihak-pihak yang terpengaruh. Pada tanggal 31 Desember 20X7,
perusahaan menyajikan laporan keuangan untuk periode fiskal tahun 20x7 yang tercantum
didalam penundaan pembayaran. Pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi pada
tanggal 2 Januari 20X8 dan dan selesai 1 April 20X8.
PT INDUK
RENCANA REORGANISASI
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN
a.

DIAJUKAN PADA TANGGAL 1 JULI 20X7


utang usaha sebesar Rp 26.000.000 diperlakukan sebagai berikut (1) sebanyak Rp6.000.000 akan dihapuskan
(2) sebanyak Rp4.000.000 akan dibayarkan secara tunai, (3) sebanyak Rp12.000.000 dari utang yang ada ditukarkan
dengan utang subordinasi dan (4) utang sebesar Rp4.000.000 akan dipertukarkan dengan 4.000 lembar saham biasa
yang baru dikeluarkan.

b.

Wesel bayar yang sebagian dijamin sebesar Rp10.000.000 akan doperlakukan sebagai berikut (1) sebanyak Rp2.000.000
akan dibayar secara tunai dan (2) sisanya sebesar Rp 8.000.000 akan ditukarkan menjadi utang prioritas
yang dijamin dengan peralatan

c.

Wesel bayar yang tidak dijamin sebesar Rp80.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut : (1) sebanyak
Rp12.000.000 akan dihapuskan, (2) sebanyak Rp14.000.000 akan dibayar tunai , (3) sebanyak Rp49.000.000
akan ditukarkan menjadi utang prioritas yang dijamin dengan agunan terhadap aset tetap , dan (4) sebanyak
5.000.000 akan ditukarkan dengan 5.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.

d.

beban bunga yang masih harus dibayar sebesar Rp3.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut : (1) sebanyak
Rp2.000.000 akan dihapuskan dan (2) sisanya sebesar rp1.000.000 akan dibayar tunai

e.

beban upah yang masih harus dibayar Rp14.000.000 akan diperlakukan sebagai berikut : (1)sebanyak
Rp12.000.000 akan dibayar tunai, (2) sisanya sebesar Rp2.000.000 akan ditukarkan dengan 2.000 lembar
saham biasa yang baru dikeluarkan

f.

pemegang saham istimewa akan menerima 80000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan sebagai ganti

saham istimewa yang mereka miliki.


g.

pemegang saham biasa sekarang akan menerima 1.000 lembar saham biasa yang baru dikeluarkan sebagai ganti
saham biasa yang mereka miliki sekarang

FIGUR 17-3
PT INDUK
(BERADA DIBAWAH PENGUSAAN DEBITOR)
NERACA
31 DESEMBER 20X6
ASET
KAS
PIUTANG PENGEMBALIAN PAJAK
PENGHASILAN

40.000.000
12.000.000

EFEK YANG DAPAT DIPASARKA


PIUTANG USAHA
DIKURANGI : PENYISIHAN PIUTANG
TAK TERTAGIH

8.000.000
6.000.000
(1.000.000)

PERSEDIAAN

37.000.000

JUMLAH ASET LANCAR


ASET TETAP
DIKURANGI : AKUMULASI
PENNYUSUTAN

5.000.000

102.000.000
104.000.000
(26.000.000
)

TOTAL ASET

78.000.000
180.000.000

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN YANG TIDAK
DIKOMPROMIKAN :
KEWAJIBAN LANCAR (PASCAPETISI)
PINJAMAN JANGKA
PENDEK

15.000.000

UTANG USAHA
KEWAJIBAN TIDAK
LANCAR :

10.000.000

UTANG HIPOTEK, DIJAMIN PENUH


TOTAL KEWAJIBAN YANG TIDAK
DIKOMPROMIKAN

48.000.000
73.000.000

KEWAJIBAN YANG DIKOMPROMIKAN :


UTANG USAHA
WESEL BAYAR, SEBAGIAN
DIJAMINKAN
WESEL BAYAR, TIDAK DIJAMIN
AKRUAL BUNGA
UPAH YANG MASIH HARUS DIBAYAR
TOTAL KEWAJIBAN YANG
DIKOMPROMIKAN

28.000.000
10.000.000
80.000.000
3.000.000
14.000.000
133.000.000

TOTAL KEWAJIBAN

206.000.000

EKUITAS PEMEGANG SAHAM


SAHAM ISTIMEWA
SAHAM BIASA (NILAI NOMINAL RP.
1000)
SALDO LABA (DEFISIT)
TOTAL EKUITAS PEMEGANG SAHAM
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS

40.000.000
10.000.000
(76.000.000
)
(26.000.000)
180.000.000

PEMEGANG SAHAM

PT. Induk mengajukan rencana reorganisasi yang disajikan pada figur 17-02, beserta
laporan keuangan yang telah diaudit dan pengungkapan lain yang diminta oleh pengadilan
niaga.

Satu-satunya pembayaran yang disetujui pengadilan untuk kewajiban prapetisi


adalah pembayaran sebesar Rp. 2.000.000,00 atas hutang hipotek. Pada tanggal 2 Januari
20X8, pengadilan niaga menyetujui rencana reorganisasi, seperti yang diajukan PT.Induk
menjalankan rencana sebagaiman disajikan figur 17-6.
FIGUR 17-4

Setelah analisis yang lengkap, nilai reorganisasi sebesar Rp. 195.000.000,00 ditetapkan
untuk aset PT. Induk.
PT INDUK
(BERADA DIBAWAH PENGUSAAN DEBITOR)
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31
DESEMBER 20X7
PENDAPATAN
PENJUALAN

120.000.000

BIAYA DAN BEBAN :


BEBAN HARGA POKOK PENJUALAN

110.000.000

PENJUALAN, OPERASI DAN ADMINISTRASI

21.000.000

BUNGA(BUNGA KONTRAKTUALRP 6.000.000)


KERUGIAN SEBELUM POS REORGANISASI DAN MANFAAT
PAJAK PENGHASILAN

3.000.000

134.000.000
(14.000.000)

KERUGIAN PENGHAPUSAN ASET

(10.000.000)

IMBALAN JASA PROFESIONAL


BUNGA YANG DIHASILKAN DARI AKUMULASI
KAS

(8.000.000)
2.000.000

DARI PENUNDAAN PEMBAYARAN


TOTAL POS REORGANISASI
KERUGIAN SEBELUM MANFAAT PAJAK
PENGHASILAN

(16.000.000)
(30.000.000)

MANFAAT PAKJAK PENGHASILAN

12.000.000

KERUGIAN BERSIH

Kewajiban
pascapetisi
Kewajiban yang ditangguhkan karena penundaan
pembayaran
000.000,00
Jumlah kewajiban pascapetisi dan klaim yang
diperoleh
206.000.000,00
Nilai

(18.000.000)

Rp.

73.000.000,00
133.

reorganisasi
0,00)
Kelebihan kewajiban dari nilai
reorganisasi

(195.000.00
11.000.000,00

Perhatikan bahwa kondisi pertama untuk akuntansi permulaan baru telah terpenuhi.
Kondisi kedua untuk akuntansi permulaan baru juga terjadi, sebagaimana yang ditujukan
pada figur 17-6. Pemegang saham biasa sesaat sebelum rencana reorganisasi disepakati untuk
memiliki hanya 5% dari saham biasa entitas yang akan muncul. Oleh karena itu akuntansi
permulaan baru digunakan oleh PT. Induk .

Setelah mempelajari dengan seksama maka struktur modal perusahaan yang timbul
adalah sebagai berikut.

Kewajiban pasca petisi


25.000.000
Utang hipotek
pascapetisi
Utang
senior
000
Utang
subordinasi
00
Saham biasa
(baru)
Total struktur modal

Rp

48.000.000
57.000.

12.000.0

20.000.000

pascapetisi

Rp 162.000.000

Daftar Pustaka

Jika nilai ditetapkan atas saham yang baru dikeluarkan lebih besar dari nilai
nominalnya, maka akun tambahan modal akan disetor akan dikredit untuk kelebihanny.
Modal pascareorganisasi sebesarRp162.000.000 merupakan nilai reorganisasi sebesar
Rp195.000.000 dikurangi dengan Rp.33.000.000 yang dibayarkan untuk kewajiban prapetisi
sebagai bagian dari rencana reorganisasi.
PT INDUK
(BERADA DIBAWAH PENGUSAAN
DEBITOR)
LAPORAN ARUS KAS

FIGUR 17-5

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31


DESEMBER 20X7

ARUS KAS YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI :


KAS YANG DITERIMA DARI PELANGGAN
KAS YANG DIBAYAR KE SUPPLIER DAN KARYAWAN

133.000.000
(109.000.000)

BUNGA DIBAYAR
ARUS KAS BERSIH YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI SEBELUM POS
REORGANISASI
ARUS KAS OPERASI YANG DIGUNAKAN OLEH KEGIATAN
REORGANISASI :

(3.000.000)

IMBALAN JASA PROFESIONAL


BUNGA YANG DITERIMA DARI AKUMULASI KAS DARI
PENUNDAAN PEMBAYARAN
ARUS KAS BERSIH YANG DIGUNAKAN UNTUK KEGIATAN
REORGANISASI
ARUS KAS BERSIH YAG DIPEROLEH DARI KEGIATAN OPERASI DAN
REORGANISASI

(8.000.000)

21.000.000

2.000.000
(6.000.000)
15.000.000

ARUS KAS YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN INVESTASI


HASIL YANG DIPEROLEH DARI PENJUALAN ASET AKIBAT PENUNDAAN
PEMBAYARAN

10.000.000

ARUS KAS BERSIH YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN INVESTASI

10.000.000

ARUS KAS YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN PENDANAAN :


PINJAMAN BERSIH BERDASARKAN RENCANA PENDANAAN
JANGKA PENDEK

15.000.000

IMBALAN JASA PROFESIONAL

(2.000.000)

BUNGA YANG DIHASILKAN DARI AKUMULSI KAS DAN


PENUNDAAN
PEMBAYARAN

13.000.000

PERTAMBAHAN BERSIH KAS

38.000.000

KAS PADA 1 JANUARI 20X7

2.000.000

KAS PADA 31 DESEMBER 20X7

40000000

Figur 17-7 menunjukkan kertas kerja yg menggambarkan pengaruh pelaksanaan


rencana reorganisasi terhadap akun-akun neraca PT induk ayat jurnal yang pertama (1)
mencatat restrukturisasi utang dan penyesuaian keuntungan dan pembebasan utang.
1 januari- 1 april 20x8
(1) kewajiban yang dikompromikan

13.000.00
0
33.000.00
0
57.000.00
0
12.000.00
0
11.000.00
0
20.000.00
0

Kas
utang usaha
utang subordinasi
saham biasa (baru)
keuntungan pembebasan utang
mencatat pembebasan utang

Ayat jurnal yang kedua(2) mencatat pertukaran saham dengan saham


1 januari- 1 april
20x8
(2) saham istimewa
saham biasa (lama)
saham biasa
(baru)
tambahan modal setor

40.000.000
10.000.000
9.000.000
41.000.000

Ayat jurnal ketiga dan terakhir (3) mencatat penyesuaian baru dan nilai yang ditetapkan atas
aset entitas yang baru muncul dan penghapusan saldo laba yang ada atau defisit.
PSAK 19 menyatakan bahwa aset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas harus
diamortisasi selama umurnya. Aset tak berwujud dengan masa manfaat tak tersebut harus
diuji untuk penurunan nilai paling tidak tiap tahun untuk menentukan apakah aset tersebut
mengalami penurunan nilai dan harus mengakui kerugian untuk pengurangan nilai tercatat
aset.

Nilai buku

Nilai wajar

Selisih

Kas
Piutang dana pajak penghasilan
Efek yang dapat dipasarkan
Piutang usaha (bersih)

7.000.000
12.000.000
8.000.000
5.000.000

7.000.000
12.000.000
10.000.000
5.000.000

Persediaan
Aset tetap
Kelebihan nilai reorganisasi atas jumlah yang
dialokasikan terhadap aset yang dapat
diidentifikasikan

37.000.000
78.000.000

33.000.000
85.000.000

0
147.000.00
0

10.000.000
162.000.00
0

Total

0
0
2.000.000
0
(4.000.000
)
7.000.000

10.000.000
15.000.000

Ayat jurnal untuk mencatat revaluasi aset dan penghapusan defisit pada permulaan baru
adalah sebagai berikut

Nilai buku
Kas
Piutang dana pajak penghasilan
Efek yang dapat dipasarkan
Piutang usaha (bersih)
Persediaan
Aset tetap
Kelebihan nilai reorganisasi atas jumlah yang
dialokasikan terhadap aset yang dapat diidentifikasikan
Total

Nilai wajar

Selisih

7.000.000
12.000.000
8.000.000
5.000.000
37.000.000
78.000.000

7.000.000
12.000.000
10.000.000
5.000.000
33.000.000
85.000.000

0
0
2.000.000
0
(4.000.000)
7.000.000

0
147.000.000

10.000.000
162.000.000

10.000.000
15.000.000

FIGUR 17-7

Pengaruh rencana reorganisasi terhadap neraca perusahaan


PENYESUAIAN UNTUK MENCATAT
KONFIRMASI RENCANA
NERACA

PERUSAHA
PENGHAPUSA
N
PRAKONFIRMAS
I

UTANG

PERTUKARAN
SAHAM

SETELAH
PERMULAAN
BARU

REORGANI

ASET
KAS

40.000.000

PIUTANG PENGEMBALIAN

12.000.000

EFEK YANG DAPAT DIPASARKAN

8.000.000

PIUTANG USAHA (BERSIH)

5.000.000

PERSEDIAAN

(33.000.000)

12.00
2.000.000

ASET TETAP (BERSIH)

10.00

5.00

37.000.000
TOTAL

7.00

(4.000.000)

102.000.000

33.00

67.00

78.000.000

7.000.000

85.00

10.000.000

10.00

15.000.000

162.00

KELEBIHAN NILAI REORGANISASI DARI


JUMLAH YG DIALOKASIKAN PADA ASET
YANG DAPAT
DIIDENTIFIKASI
TOTAL ASET

180.000.000

(33.000.000)

KEWAJIBAN
KEWAJIBAN YANG TIDAK DIKOMPROMIKAN :
KEWAJIBAN LANCAR :
PINJAMAN JANGKA PENDEK

(15.000.000)

(15.000

UTANG USAHA

(10.000.000)

(10.000

(48.000.000)

(48.000

(73.000.000)

(73.000

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR:


UTANG HIPOTEK
TOTAL
KEWAJIBAN YANG DI KOMPROMIKAN:

(133.000.000)

133.000.000

UTANG PRIORITAS

(57.000.000)

(57.000

UTANG SUB ORDINASI

(12.000.000)

(12.000

64.000.000

(142.000

TOTAL KEWAJIBAN

(206.000.000)

EKUITAS PEMEGANG SAHAM


SAHAM ISTIMEWA

(40.000.000)

40.000.000

SAHAM BIASA (LAMA)

(10.000.000)

10.000.000

SAHAM BIASA (BARU0

(11.000.000)

TAMBAHAN MODAL DISETOR


SALDO LABA(DEFISIT)

(9.000.000)
(41.000.000)

76.000.000

(20.000.000)

(20.000
41.000.000
20.000.000
(76.000.000)

TOTAL EKUITAS PEMEGANG SAHAM

26.000.000

(31.000.000)

(15.000.000)

(20.000

(180.000.000)

33.000.000

(15.000.000)

(162.000

TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS PEMEGANG


SAHAM

DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E., dkk. 2010. Akuntansi Keuangan Lanjutan Perspektif Indonesia. Jakarta :
Salemba Empat.

Você também pode gostar