Você está na página 1de 3

Jenis-jenis Alkohol

Alkohol dapat dibagi kedalam beberapa kelompok tergantung pada bagaimana posisi
gugus -OH dalam rantai atom-atom karbonnya. Masing-masing kelompok alkohol ini juga
memiliki beberapa perbedaan kimiawi (Anonim, 2009).
1. Alkohol Primer
Pada alkohol primer(1), atom karbon yang membawa gugus -OH hanya terikat pada
satu gugus alkil.
Beberapa contoh alkohol primer antara lain:

Perhatikan bahwa tidak jadi masalah seberapa kompleks gugus alkil yang terikat. Pada
masing-masing contoh di atas, hanya ada satu ikatan antara gugus CH2 yang mengikat gugus
-OH dengan sebuah gugus alkil.
Ada pengecualian untuk metanol, CH3OH, dimana metanol ini dianggap sebagai sebuah
alkohol primer meskipun tidak ada gugus alkil yang terikat pada atom karbon yang
membawa gugus OH (Anonim, 2009).
2. Alkohol sekunder
Pada
alkohol
sekunder
(2),
atom
karbon
yang
mengikat
gugus -OH berikatan langsung dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini bisa sama atau
berbeda (Anonim, 2009).
Contoh:

3. Alkohol tersier
Pada alkohol tersier (3), atom karbon yang mengikat gugus -OH berikatan langsung
dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang sama atau berbeda
(Anonim, 2009).
Contoh:

Pada percobaan kadar alkohol digunakan pikno. Hal ini dikarenakan pikno digunakan
sebagai alat untuk menghitung berat jenis suatu larutan
Destilat yang diperoleh di dalam gelas kimia, sebelumya dimasukkan aquadest 2 ml
bertujuan untuk mengikat alkohol yang keluar dari kondensor sehingga tidak ada alkohol
yang menguap begitu saja.
Di dalam perhitungan berat jenis alkohol, dapat dilihat bahwa berat pikno ditambah
alkohol lebih kecil daripada berat pikno ditambah air. Hal ini disebabkan karena berat jenis
air lebih besar daripada berat jenis alkohol
Di dalam perhitunggannya dibandingkan dengan air karena pada saat didestilasi
ditambahkan aquadest. Selain itu karen perbedaan berat jenis air dengan alkohol berbeda.
Alkohol yang terdapat pada tape akibat dari proses fermentasi karbohidrat menjadi
alkohol (etanol) dan gas CO2. Tape terbuat dari beras ketan yang merupakan sumber
karbohidrat, yang difermentasi dengan penambahan khamir dengan suasana anaerobik (tanpa
oksigen). Kadar alkohol pada tape akan meningkat bila proses fermentasi dilakukan sangat
lama bahkan bila karbohidrat telah habis difermentasi, maka bahan tersebut akan berubah
menjadi asam.
Proses fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam
amino secara anaerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah
dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat. Sedangkan asam amino hanya dapat
difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fardiaz, 1992, Hal 57).
Tape atau uli (bahasa Betawi) adalah sejenis penganan yang dihasilkan dari proses
peragian (fermentasi). Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya dinamakan tape
singkong atau peuyeum. Bila dibuat dari ketan hitam maupun ketan putih, hasilnya
dinamakan tape pulut atau tape ketan (Anonim, 2009).
Pembuatan tape memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar singkong atau
ketan dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang baik. Ragi adalah bibit jamur yang
digunakan untuk membuat tape. Agar pembuatan tape berhasil dengan baik alat-alat dan
bahan-bahan harus bersih, terutama dari lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika
digunakan untuk mengolah pembuatan tape bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Air
juga harus bersih. Menggunakan air hujan juga bisa menyebabkan gagal fermentasi (Anonim,
2009).
Selain dimakan langsung, tape juga enak dijadikan olahan lain atau dicampur dengan
makanan atau minuman lain. Seperti tape pulut sangat enak untuk campuran cendol atau es
campur, bisa juga diolah kembali menjadi wajik atau dodol. Sedangkan tape singkong selain
bisa dijadikan campuran cendol, es campur atau es doger, bisa juga dibuat makanan gorengan
rondo royal (tape goreng), colenak, dan lain-lain (Anonim, 2009).
Pada percoban kadar alcohol ini pertama yang dilakukan adalah menimbang pikno
hingga memperoleh berat yang konstan. Kemudian dimasukkan aquadest sebanyak 2 ml ke
dalam pikno dan ditimbang. 25 gram sampel peyeum ditimbang dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer ditambah dengan 25 ml aquadest. Sampel didestilasi hingga memperoleh destilat
(alkohol) sebanyak 23 ml. Adapter dicelupkan ke dalam wadah destilat (gelas kimia) yang
berisi 2 ml air. Hasil destilat dimasukkan ke dalam pikno yang berisi 2 ml air kemudian berat
jenis alkohol dihitung.
Pada percobaan kadar alkohol digunakan pikno. Hal ini dikarenakan pikno digunakan
sebagai alat untuk menghitung berat jenis suatu larutan.
Destilat yang diperoleh di dalam gelas kimia, sebelumya dimasukkan aquadest 2 ml
bertujuan untuk mengikat alkohol yang keluar dari kondensor sehingga tidak ada alkohol
yang menguap begitu saja.

Di dalam perhitungan berat jenis alkohol, dapat dilihat bahwa berat pikno ditambah
alkohol lebih kecil daripada berat pikno ditambah air. Hal ini disebabkan karena berat jenis
air lebih besar daripada berat jenis alkohol
Di dalam perhitunggannya dibandingkan dengan air karena pada saat didestilasi
ditambahkan aquadest. Selain itu karen perbedaan berat jenis air dengan alkohol berbeda.
Alkohol yang terdapat pada tape akibat dari proses fermentasi karbohidrat menjadi
alkohol (etanol) dan gas CO2. Tape terbuat dari beras ketan yang merupakan sumber
karbohidrat, yang difermentasi dengan penambahan khamir dengan suasana anaerobik (tanpa
oksigen). Kadar alkohol pada tape akan meningkat bila proses fermentasi dilakukan sangat
lama bahkan bila karbohidrat telah habis difermentasi, maka bahan tersebut akan berubah
menjadi asam.
Fessenden. 1999. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.
Pomeranz, et all. 1994. Food Analysis Theory and Practice. Third edition, Chapman &
Hall, a division of International Thomson Publishing Inc.
Said, Gumbira E. 1987. Teknologi Fermentasi. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Sudarmadji, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi kedua, Cetakan
pertama. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Você também pode gostar