Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BRONKHIAL
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversibel dimana
Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor timbulnya serangan asma bronkhial:
1.
Genetik
Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2.
Alergen
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh: debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri, dan polusi.
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh: perhiasan, logam, dan jam
tangan.
3.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin, serbuk bunga, dan debu.
4.
Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma dan memperberat serangan asma
yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk menyelesaikan masalah pribadinya
karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5.
Sebagian besar penderita akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
C.
Klasifikasi
Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin), dan
spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi.
2.
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3.
Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
D.
Patofisiologi
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi
darah paru
3.
1. Hipoksemia
2. Hiperkapnia
3. Asidosis respiratorik pada tahap yang sangat lanjut
E.
Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa
nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara
lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan
cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari.
F.
Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1.
Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan
tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat
digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2.
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3.
4.
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya
paru.
5.
Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan
yang luas.
G.
Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronkhial adalah:
1.
2.
3.
Pengobatan
e.
1)
a.
Memberikan penyuluhan
b.
c.
Pemberian cairan
d.
Fisioterapi
Pengobatan farmakologik
Santin (teofilin)
Kromalin
Ketolifen
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengkajian
a.
Aktivitas
Pernapasan
- Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
- Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
- Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
- Adanya bunyi napas mengi
- Adanya batuk berulang
d.
Sirkulasi
Integritas ego
- Ansietas
- Ketakutan
- Peka rangsangan
- Gelisah
f.
Asupan nutrisi
Hubungan sosial
Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b.
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c.
Elektrokardiografi
Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh
pada paru-paru.
e.
Spirometri
DIAGNOSA
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan bronkhokonstriksi,
TUJUAN
INTER
Dalam waktu 3x24 jam setelah
1. Kaji w
diberikan tindakan bersihan jalan napas2. Atur p
kembali efektif
3.
4.
Kriteria hasil :
5.
Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
6.
Dapat menyatakan strategi untuk
menurunkan kekentalan sekresi
Tidak ada suara napas tambahan dan
7.
wheezing (-)
Pernapasan klien normal (16-20x/m)
Ajarka
Bantu
Pertah
kecual
Kolab
dengan
fibrasi
Kolab
Bronk
Nebul
terbuta
orcipre
Intrav
ethilen
mg/kg
Agen
kortik
1. Kaji k
2. Kolab
aeroso
3. Lakuk
4. Kolab
5. Kolab
Kaji s
integri
riwaya
Pantau
period
Lakuk
dan se
Kolab
kompo
Fasilit
kecil t
Kolab
khusus
7. Kolab
ANALISA DATA
NO
DATA
1.
DS :
Kien mengatakan sesak
napas
2.
3.
4.
DO :
Adanya suara napas
tambahan dan wheezing
Pernapasan >20x/m
DS :
Kien mengatakan sesak
napas
DO :
Frekuensi napas >20x/m
Frekuensi nadi >90x/m
Dispnea
Sianosis
GDA abnormal
DS :
Pasien mengeluh nafsu
makan menurun (tak ada
keinginan makan)
DO :
BB
Mual/ muntah
Tampak letih dan lemah
DS :
Pasien mengatakan
cemas dengan penyakit
yang dialaminya
DO :
ETIOLOGI
Faktor pencetus serangan asma
Ketida
Ketida
Ansietas
PENYIMPANGAN KDM
Faktor pencetus Serangan Asma : Alergen, Infeksi Saluran Napas, Tekanan
jiwa, Olahraga/kegiatan jasmani yang berat, obat-obatan, polusi udara,
lingkungan kerja.