Você está na página 1de 37

HEMOGLOBIN

Eritrosit mengandung protein khusus yaitu hemoglobin. Tiap eritrosit


mengandung sekitar 640 juta molekul Hb.
Hemoglobin adalah suatu pigmen pengangkut O2 utama dan
terdapat dalam eritrosit. Hemoglobin adalah pigmen merah dan menyerap
cahaya maksimum pada panjang gelombang 540 nm. Jika eritrosit dalam
konsentrasi tertentu mengalami lisis, terjadi pembebasan Hb. Hb
mengandung besi, oleh karena itu tampak kemerahan apabila berikatan
dgn O2 dan kebiruan apabila mengalami deoksigenisasi.
Darah orang dewasa normal mengandung 3 jenis Hb. Komponen
utamanya adalah HbA dgn struktur molekular 22. Hemoglobin minor
mengandung rantai (Hb janin atau HbF) atau (Hb A2) dan bukan rantai
.

KOMPONEN HEMOGLOBIN

Bagian globin, suatu protein yg terbentuk dari empat rantai


polipeptida yg sangat berlipat-lipat

Gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi yg dikenal sebagai


gugus hem(heme), yg masing-masing terikat ke satu polipeptida
Setiap atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu
molekul O2, jd satu molekul Hb mengangkut 4 O2.
98% O2 yang diangkut dalam darah terikat pada Hb karena O2
kurang larut dalam plasma.

JENIS IKATAN HEMOGLOBIN


Selain mengangkut O2, Hb juga dapat berikatan dengan zat-zat
berikut :

Karbon dioksida

Bagian ion hidrogen asam (H) dari asam karbonat yg terionisasi, yg


dibentuk dari CO2 pada tingkat jaringan

Karbon monoksida, gas ini dalam keadaan normal tidak terdapat


dalam darah, tetapi jika terhirup akan menempati tempat pengikatan O2
di hemoglobin, sehingga terjadi keracunan.

ASPEK MOLEKULAR

Semua sel globin memiliki 3 ekson dan 2 intron. RNA awal


ditranskripsi dari ekson dan intron, dan dari hasil transkripsi ini, RNA yg
berasal dari intron dibuang melalui suatu proses yg disebut splicing.

Intron selalu dimulai dgn dinukleotida G-T dan berakhir pada A-G.
Mesin splicing mengenali urutan tersebut dan juga sekuens dinukleotida
di dekatnya yg dipertahankan

RNA dalam nukleus juga ditutupi dgn penambahan struktur pada


ujung 5 yg mengandung gugus tujuh metil guanosin. Struktur ini mungkin
penting u/ perlekatan mRNA pada ribosom.mRNA yg baru terbentuk tsb
juga mengalami poliadenilasi pada ujung 3

PERALIHAN DARI HB JANIN KE HB DEWASA

Gen globin tersusun pada kromosom 16 dan 11 menurut urutan


diekspresikannya.Hb embrio tertentu biasanya hanya diekspresikan pada
eritroblas kantung kuning telur. Gen globin- diekspresikan pada kadar
rendah dalam awal kehidupan janin, tetapi perubahan utama menjadi Hb
dewasa terjadi 3-6 bulan setelah kelahiran pada saat sintesis rantai
sebagian besar digantikan oleh rantai . Cara terjadinya pertukaran ini
belum banyak diketahui.

Transkripsi gen tertentu ditentukan oleh : keadaan gen yg


termetilasi, kepadatan kromosom dan berbagai sekuens penguat

SINTESIS HEMOGLOBIN
Sintesis heme terutama terjadi di mitokondria yg bermula dengan
kondensasi glisin dan suksinil koenzim A oleh kerja enzim kunci yg bersifat
membatasi kecepatan reaksi yaitu asam -aminolevilunat (ALA) sintase.
Piridoksal fosfat (vitamin B6) adalah suatu koenzim untuk reaksi ini,
yg dirangsang oleh eritroprotein. Akhirnya, protoporfirin bergabung
dengan besi dalam bentuk ferro (Fe2+) untuk membentuk heme, masing-

masing molekul heme bergabung debgan satu rantai globin yg dibuat


pada poliribosom. Suatu tetramer yg terdiri dari empat rantai globin yg
masing-masing dengan gugus hemenya sendiri dalam suatu kantung
kemudian dibentuk u/ menyusun satu molekul Hb

KATABOLISME HEMOGLOBIN

FUNGSI HEMOGLOBIN
Pada saat Hb mengangkut dan melepas O2, masing-masing rantai
globin dalam molekul Hb bergerak satu sama lain. Kontak 11 dan 22
menstabilkan molekul tsb. Rantai bergeser pada kontak 12 dan 21
selama oksigenasi dan deoksigenasi.
Pada waktu O2 dilepaskan, rantai-rantai ditarik terpisah, sehingga
memungkinkan masuknya metabolit 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) yg
menyebabkan makin rendahnya afinitas molekul Hb terhadap O2.

METHEMOGLOBINEMIA
Methemoglobinemia adalah suatu keadaan klinis dengan
terdapatnya Hb dalam sirkulasi yg mengandung besi dalam keadaan
teroksidasi (Fe3+) dan bukan Fe2+ seperti biasa. Keadaan ini timbul
akibat defisiensi nikotinamida adenin dinukleotida tereduksi (NADH) yg
bersifat herediter, diaforase, atau diwariskannya Hb yg secara struktur
abnormal (Hb M). Hb ini mengandung substitusi asam amino yg
mempengaruhi kantung heme rantai globin.

Methemoglobinemia toksik terjadi apabila suatu obat atau zat


toksik lain mengoksidasi Hb. Pada semua keadaan ini, pasien mungkin
memperlihatkan sianosis.

PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN

Cara fotoelektrik : sianmethemoglobin (hemiglobinsianida)


Hemoglobin dapat diubah menjadi sianmethemoglobin dlm larutan
yg berisi kaliumferrisianida dan kaliumsianida. Absorbansi larutan diukur
pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yg dipakai pada
cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan
karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin
1 Ke dalam tabung kalorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin
2 Dengan pipet Hb diambil 20 ul darah (kapiler,EDTA, atau oxalat);
sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu dimasukkan ke dalam
tabung kalorimeter dgn membilasnya beberapa kali
3 Campurlah isi tabung dgn membalikkannya beberapa kali. Tindakan
ini juga akan menyelenggarakan perubahan Hb menjadi
sianmethemoglobin
4 Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai
blanko digunakan larutan Drabkin.
5 Kadar Hb ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan
absorbansi standard sianmethemoglobin
Catatan
Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat
dianjurkan untuk menetapkan kadar Hb dengan teliti karena standard
sianmethemoglobin yg ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat
dibeli. Ketelitian cara ini dapat mencapai 2%.
Larutan Drabkin : natriumbikarbonat 1 g; kaliumsianida 50 mg;
kaliumferrisianida 200 mg; aqua dest ad 1000 ml.
Hasil pemeriksaan ini hanya boleh menyebut satu digit di belakang
tanda desimal

Cara Sahli

Pada cara ini Hb diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yg


terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu
1 Masukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1n ke dalam tabung pengencer
hemometer
2 Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalat) dengan pipet Hb sampai
garis tanda 20 ul
3 Hapuslah darah yg melekat pada sebelah luar ujung pipet
4 Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet ke dalam
dasar tabung pengencer yg berisi HCl itu. Jangan sampai terjadi
gelembung udara
5 Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCl yg jernih itu ke dalam
pipet 2 atau 3 kali untuk membersihka darah yg masih tinggal dalam
pipet
6 Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa;
warna campuran menjadi coklat tua
7 Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan
batang pengaduk yg tersedia. Persamaan warna campuran dan batang
standard harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl
dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya tabung diputar
demikian sehingga garis bagi tidak terlihat
8 Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah
Kesalahan- kesalahan pada penetapan kadar Hb cara Sahli:
1 Tidak tepat mengambil 20 ul darah
2 Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl
karena tidak dibilas
3 Tidak baik mengaduk campuran darah dan asam pada waktu
mengencerkan
4 Tidak memperhatikan waktu yg seharusnya berlalu untuk
mengadakan pembandingan warna
5 Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya,
tabung itu dibolakbalikkan dgn menutupnya memakai ujung jari
6 Ada gelembung udara di permukaan pada waktu membaca
7 Membandingkan warna pada cahaya yang kurang tenang

8 Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukkan alat


yang dipakai
Catatan
Cara Sahli ini bukan cara yg teliti. Kelemahan metodik berdasarkan
kenyataan bahwa kalorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu
bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat
distandarkan.

NILAI NORMAL
Untuk laki-laki dewasa, kadar normal Hb adalah 13,5 sampai 18,0

gr/dl

Sedangkan rentang normal untuk perempuan adalah 12 sampai 16

gr/dl

KELAINAN HEMOGLOBIN
Penyebab :
1.
2.

Sintesis Hb abnormal
Berkurangnya kecepatan sintesis rantai globin - atau - yg normal
(thalasemia dan )
Penyakit penting secara klinis adalah anemia sel sabit. Defek
genetik Hb merupakan kelainan genetik yg paling banyak ditemukan di
seluruh dunia. Kelainan ini terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis.
Serta thalasemia- lebih banyak ditemukan di daerah mediterania,
sedangkan thalasemia- lebih banyak ditemukan di Timur Jauh.

HEMATOKRIT
VOL. RBC DLM 100 uL DARAH
DINYATAKAN DLM [ % ]
TINGGI KOLOM RBC
DIBAGI
TINGGI KOLOM DARAH X 100 %

PRINSIP PEMERIKSAAN :
BILA DARAH DENGAN ANTIKOAGULAN DISENTRIFUGE, PARTIKEL BERAT
(RBC) MENGENDAP DI DASAR TABUNG DAN PARTIKEL LEBIH RINGAN
[LEUKOSIT, TROMBOSIT] MENGENDAP DI ATASNYA

PEMERIKSAAN HEMATOKRIT DIGUNAKAN


UNTUK :
- MENGETAHUI ADA/TIDAK ANEMIA.
- MENGHITUNG NILAI.ERITOSIT.RATA-RATA.
ADA 2 CARA :
1) CARA MAKRO-HEMATOKRIT
2) CARA MIKRO-HEMATOKRIT

METODA RUJUKAN :
MIKRO-HEMATOKRIT

NILAI NORMAL :
BAYI BARU LAHIR 53 65 %
BAYI/ANAK
30 43 %
DEWASA LAKI
42 52 %
( G.Soebrata, 40 48 % )
WANITA
37 47 %
( G.Soebrata, 37 43 % )
BUFFY COAT : 0.5 1 mm
( 1 mm = 10.000 leukosit/uL )

MAKRO-HEMATOKRIT
TABUNG WINTROBE
DIAMETER 2.5 3 mm
PANJANG 110 mm

MIKRO-HEMATOKRIT
TABUNG KAPILER
DIAMETER 1 mm
PANJANG 75 mm
TEBAL 0.2 0.25 mm

ANTIKOAGULAN :
OKSALAT SEIMBANG, EDTA 1.5 2.0 mg/mL
HEPARIN 15 20 iu/mL

SENTRIFUGASI
KECEPATAN 3000 rpm
LAMA
30 menit

16.000 rpm
3 5 menit

PELAPORAN MAKRO-HEMATOKRIT
- NILAI HEMATOKRIT DINYATAKAN
DALAM PERSEN (%)
- TEBAL BUFFY COAT (mm)
- INDEKS IKTERUS

PELAPORAN MIKRO-HEMATOKRIT :
HANYA NILAI HEMATOKRIT (%)

CARA MAKRO-HEMATOKRIT
CV (PENYIMPANGAN HASIL) 1%
AKIBAT :
KESALAHAN TEKNIS PENANGANAN SAMPEL, TABUNG, SENTRIFUGASI
PENANGANAN SAMPEL :
BILA KADAR EDTA > 1.5 2 mg/mL DARAH, RBC KERIPUT NILAI Ht >
RENDAH DARI SEBENARNYA.
*. PEMERIKSAAN TIDAK BOLEH DITUNDA > 6 JAM SEJAK
PENGAMBILAN DARAH
PENUNDAAN PEMERIKSAAN
O2 DLM RBC HILANG
NILAI Ht > TINGGI
NILAI Ht DARAH VENA > TINGGI 2% DARI DARAH ARTERI
DARAH ARTERI > BANYAK O2.
BILA HARUS DITUNDA SIMPAN DI LEMARI PENDINGIN PADA 4 C
HOMOGENISASI SAMPEL TIDAK MERATA Ht > TINGGI / RENDAH.
* HINDARI TERJADINYA GELEMBUNG UDARA DI TABUNG WINTROBE
WAKTU MEMASUKKAN DARAH
* Ht > 50% TABUNG DIPUSING 30 MENIT LAGI
KESALAHAN YG DPT TERJADI PADA MAKRO-HEMATOKRIT:
- KADAR ANTIKOAGULAN TIDAK SESUAI
- SAMPEL TIDAK HOMOGEN
- PEMERIKSAAN TERTUNDA > 6 JAM
- ADA GELEMBUNG UDARA DI TABUNG
- ADA HEMOLISIS SAAT PENGISIAN
- ISI TIDAK SAMPAI TANDA 100.

- PEMBACAAN SKALA SALAH

CARA MIKRO-HEMATOKRIT
- PERHATIKAN SUMBAT TABUNG KAPILER.
KEBOCORAN Ht > RENDAH
PEMASANGAN TABUNG : BAGIAN DISUMBAT MENGARAH KELUAR.
- BILA NILAI Ht > 50% WAKTU PEMUSINGAN
DITAMBAH 5 MENIT
PEMBACAAN HASIL :
PEMERIKSAAN DILAKUKAN DUPLO,
PERBEDAAN HASIL TIDAK BOLEH LEBIH DARI 0.01
KESALAHAN YG DAPAT TERJADI.
- SAMPEL DARAH KAPILER : TETES DARAH PERTAMA TIDAK DIBUANG
- TERDAPAT BEKUAN DALAM SAMPEL
- TABUNG KAPILER-HEPARIN TIDAK DISIMPAN DI LEMARI PENDINGIN.
(HEPARIN CEPAT RUSAK PD SUHU KAMAR.
- SENTRIFUGE DIHENTIKAN SECARA PAKSA/ MENDADAK RBC
TERDORONG KE PUSAT NILAI Ht > TINGGI
SENTRIFUGE PANAS HEMOLISIS

Elevated hematocrit

In cases of dengue fever a high hematocrit is a danger sign of an


increased risk of dengue shock syndrome.

Polycythemia vera (PV), a myeloproliferative disorder in which the


bone marrow produces excessive numbers of red cells, is associated with
elevated hematocrit.

Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) and other pulmonary


conditions associated with hypoxia may elicit an increased production of
red blood cells. This increase is mediated by the increased levels of
erythropoietin by the kidneys in response to hypoxia.

Lowered hematocrit
Lowered hematocrit can imply significant hemorrhage (for example,
in an ectopic pregnancy.)

The mean corpuscular volume (MCV) and the red cell distribution
width (RDW) can be quite helpful in evaluating a lower-than-normal
hematocrit, because it can help the clinician determine whether blood loss
is chronic or acute. The MCV is the size of the red cells and the RDW is a
relative measure of the variation in size of the red cell population. A low
hematocrit with a low MCV with a normal RDW suggests a chronic irondeficient erythropoiesis, but a high RDW suggests a blood loss that is
more acute, such as a hemorrhage.

BLOOD COUNT

Blood : cairan yang beradar melalui jantung, arteri, kapiler, dan


vena, membawa zat makanan dan oksigen ke sel sel tubuh. Cairan ini
mengandung plasma, cairan kuning pucat yang mengandung elemen
elemen yang secara mikroskopis terlihat : eritrosit (korpuskel darah
merah), leukosit (korpuskel darah putih), dan trombosit

Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap


(HDL) atau complete blood count (CBC). Tes ini memeriksa jenis sel dalam
darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet).
Hasil tes menyebutkan jumlahnya dalam darah (misalnya jumlah sel per
milimeter kubik) atau persentasenya.

ALAT ALAT

Jarum dan semprit


Untuk mendapatkan darah vena jarum
hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya
harus runcing, tajam dan lurus
Dibuang setelah pakai
Dianjurkan menggunakan jarum tabung
steril (vacutainer / venoject) : jarum yang dilengkapi dengan tabung gelas
hampa udara
Hemositometer

Dipakai untuk menghitung jumlah sel

darah

Terdiri dari :

Kamar hitung

Kaca penutup

Pipet (pipet eritrosit, pipet leukosit,


pipet hemoglobin mL)

Dipakai menggunakan garis improved neubauer

Luas seluruhnya 9 mm dibagi menjadi 9 bidang besar

Bidang besar dibagi menjadi 16 bidang


sedang

Bidang sedang dibagi 25 bagian


kemudian bagian tersebut dibagi kembali
menjadi 16 sehingga terbentuk 400 bagian kecil

Tinggi kamar hitung (jarak antara


permukaan yang bergaris dan kaca
penutup) 1/10 mm

Maka volume tiap bidang tersebut:

Seluruh bidang : 3
x1/10=9/ 10mm3

x3

Bidang besar
x1/10=1/ 10mm3

x1

Bidang sedang : 1/4 x 1/4


x1/10=1/ 160mm3

Bidang kecil

:1

: 1/20x1/20x1/10=1/4000mm3

Lanset darah

Untuk mendapatkan darah kapiler

Digunakan sekali pakai

Kaca objek dan kaca penutup

Untuk membuat sediaan apusan

CARA MEMPEROLEH DARAH UNTUK


PEMERIKSAAN

Tempat yang akan ditusuk harus bersih, jika perlu dicuci dengan air
sabun. Bersihkan menggunakan alkohol 70%

Darah kapiler : pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak
daun telinga. Pada bayi dan anak kecil boleh dilakukan pada tumit atau
ibu jari kaki. (hendaknya jangan menekan jari atau telinga untuk
mendapat cakupan darah. Buang tetes darah pertama. Tetes darah
berikutnya dipakai untuk pemeriksaan)

Darah vena : pada dewasa dipakai pada salah satu vena fossa
cubiti. Pada bayi dapat dilakukan di vena jugularis superficial

MENGHITUNG SEL SEL DARAH

Ketiga jenis sel darah, leukosit, eritrosit dan trombosit dihitung


jumlahnya per satuan volume darah dengan terlebih dahulu membuat
pengenceran dari darah yang diperiksa

MENGHITUNG ERITROSIT

Erytrocyte : salah satu unsur darah tepi. Bentuk normal adalah


cakram bikonkaf, berwarna kekuningan, dan tak
berinti. Untuk mengangkut oksigen dengan
berkonfigurasi dengan kandungan
hemoglobine

RBC (Red Blood Cell Count) : hitung sel


darah merah. Penentuan jumlah eritrosit dalam satuan volume darah

Mengisi pipet eritrosit. Dilakukan pengenceran dengan larutan


hayem atau larutan gowers

Mengisi kamar hitung


Menghitung jumlah sel. Hitung semua eritrosit yang terdapat dalam
5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil. Cara menghitung sel dari

sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan
ke kiri, lalu turun lagi kebawah dimulai dari kiri ke kanan. Sel yang
letaknya menyinggung batas kiri atau atas dihitung. Sedangkan sel yang
meninggung sebelah kanan dan bawah tidak dihitung

Perhitungan :
Pengenceran yang biasa dilakukan adalah 200 kali. Jumlah luas
bidang tempat menghitung adalah 1/5mm2 (5x16x1/400=80/400=1/5).
Tinggi ruang 1/10mm

Faktor perhitungan ritrosit = 200x5x10=10000

Jumlah eritrosit total = jumlah eritrosit dalam kamar hitung x 10 000

Tindakan menghitung eritrosit tergolong sukar. Sekurang kurangnya


400 eritrosit dihitung untuk mencapai keadaan normal. Ketelitian untuk
orang yang cermat dan yang telah mahir 15%

Hemoglobin : pigmen merah pada eritrosit


Hematocrit : proporsi volume sampel darah dengan sel darah merah
(sel darah merah padat) yang diukur dalam ML per dL dri darah
keseluruhan atau dalam persen

MCV (MEAN CORPUSCULAR VOLUME)

Volume erritrosit rata rata

Penentuan volume indeks

RUMUS :
nilai hematokrit

x 10

Jumlah eritrosit (juta)

Nilai normal : 77 93 mikron kubik ( 3)

MCHC (MEAN CORPUSCULAR HEMOGLOBINE


CONCERTATION)

Konsentrasi hemoglobine eritrosit rata rata

Penentuan saturated index

RUMUS :
nilai hemoglobin x 100
nilai hematokrit
Nilai normal : 31 35 %

RETICULOCYTE
Reticulocyte : eritrosit imatur

Sel eritrosit muda yang kehilangan intinya. Memiliki sebagian kecil


RNA yang tertinggal

Di hitung berapa retikulosit yang didapat


antara 1000 eritrosit

Jumlah retikulosit menggambarkan


produksi eritrosit di sumsum tulang
Nilai normal : 0,5 1,5% / 0,2 2,0%

ABSOLUTE RETICULOCYTE
RUMUS

reticulocyte (%) x RBC


3

Nilai normal : 25-75 x10 3 / 25-85 x10


/mm 3

NILAI NORMAL PEMERIKSAAN CBN (COMPLETE BLOOD


COUNT : DARAH LENGKAP)

Hemoglobine

SATUAN LAMA

SATUAN BARU

Pria

13,5 17,5 g/dL

8,4 10,9 mmol/L

Wanita

12,0 16,0 g/dL

7,4 9,9 mmol/L

Hematokrit

Eritrosit

Pria

40 48 %

0,4 0,48

Wanita

37 43 %

0,37 0,43

Pria

4,50 5,90 x 106 / L

4,50 5,90 x 1012 / L

Wanita

4,00 5,20 x 106 / L

4,00 5,20 x 1012 / L

CONTOH PERHITUNGAN DALAM KASUS


DIKETAHUI

Mrs. AISHA

RBC

1,03

NORMAL
4,00 5,20 x
10 / L
6

Hemoglobine

4,1

12,0 16,0 g/dL

Hematocrit

14,9

37 43 %

Reticulocyte %

40,7

0,5 1,5%

MCV
nilai hematokrit

x10 = 14,9 x 10

Jumlah eritrosit (juta)

1,03
= 144,7

Nilai normal : 77 93

Lebih besar dari normal : mikrositer

MCHC

RUMUS :
nilai hemoglobin x 100 = 4,1 x 100
nilai hematokrit

14,9
= 27,5

Nilai normal : 31 35 %
Lebih kecil dari normal : hipokrom

ABSOLUTE RETICULOCYTE
retikulosit (%) x RBC = 40,7 % x 1,03
= 0,419 X 106
=

419 X 103

Nilai normal : 25-75 x10 3 / 25-85 x10 3 /mm 3

ANEMIA
APA ITU ANEMIA
Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin
dalam darah di bawah normal, diukur per mm kubik atau melalui volume
sel darah merah (packed red cell) dalam 100 ml darah; terjadi ketika
keseimbangan antara kehilangan darah (melalui perdarahan atau
perusakan) dan produksi darah terganggu. _Kamus Kedokteran Dorland_

DERAJAT ANEMIA

Ringan sekali

10 g/dl cut off point

Ringan

Hb 8 9,9 g/dl

Sedang

Hb 6 7,9 g/dl

Berat

Hb < 5,9 g/dl

PENYEBAB ANEMIA
Berbagai penyebab anemia dapat di kelompokkan ke dalam enam
kategori:
1. Anemia gizi
Sebab
: defisiensi dalam diet suatu faktor yang diperlukan untuk
eritropoiesis, misal defisiensi besi dan asam folat.
2. Anemia pernisiosa

Sebab
: ketidakmampuan saluran pencernaan menyerap vitamin B12
dalam jumlah adekuat.
3. Anemia aplastik
Sebab
: kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah
merah dalam jumlah yang adekuat, walaupun semua bahan yang
diperlukan untuk eritropoiesis tersedia.
4. Anemia ginjal
Sebab
: penyakit ginjal, sekresi eritropoietin dari ginjal tidak
adekuat, yang merupakan stimulus utama untuk mendorong eritropoiesis.
5. Anemia hemoragik
Sebab
: hilangnya darah dalam jumlah bermakna, misalnya akibat
perdarahan dari luka, wanita dengan riwayat haid berlebihan.
6. Anemia hemolitik
Sebab
: pecahnya eritrosit yang bersirkulasi dalam jumlah besar,
atau karena hemolisis.

JENIS JENIS ANEMIA


Anemia Hipokromik Mikrositer Dengan Gangguan Metabolisme Besi

Patogenesis dasar dari kelompok ini ialah berkurangnya penyediaan


besi atau gangguan utilisasi besi oleh progenitor eritroid dalam sumsum
tulang.
Termasuk dalam kelompok ini ialah:

1.

Anemia defisiensi besi

2.

Anemia akibat penyakit kronik

3.

Anemia sideroblastik

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh


sehingga penyediaan besi untuk eritropoeisis berkurang, yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
Gejala klinik
Gejala umum anemia

Hb < 7-8 g/dl

Badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga


mendenging

Gejala khas akibat defisiensi besi

Koilonychia / spoon nail

Atrofi papil lidah

Stomatitis angularis

Disfagia

Atrofi mukosa gaster

Gejala penyakit dasar

Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang


menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya, pada anemia
akibat penyakit cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak.

Gambaran laboratorium

MCV, MCHC, dan MCH menurun. MCV< 70. MCHC < 31%

RDW meningkat

Protoporfirin eritrosit meningkat ( > 100 g/dl)

Hb turun. Hb < 7-8 g/dl

Besi serum < 50 mg/dl

TIBC > 350 mg/dl

Saturasi transferin < 15%

Feritin serum < 20 g/dl

ANEMIA AKIBAT PENYAKIT KRONIK

Adalah anemia yang dijumpai pada penyakit kronik tertentu yang


khas ditandai oleh gangguan metabolisme besi, yaitu adanya hipoferemia
sehingga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi yang dibutuhkan
untuk sintesis hemoglobin tetapi cadangan besi sumsum tulang masih
cukup.

Beberapa contoh penyakit yang dapat menyebabkan anemia:


tuberkolosis paru, infeksi saluran kemih kronik, karsinoma, dll.

Gambaran laboratorium

Hb jarang < 8 g/dl

MCV 75-90 f

Protoporfirin sedikit meningkat

Besi serum menurun

TIBC menurun

Besi transferin sedikit menurun

Feritin serum normal atau meningkat

ANEMIA SIDEROBLASTIK

Adalah anemia dengan sideroblas cincin (ring sideroblast) dalam


sumsum tulang. Terjadi kegagalan inkorporasi besi ke dalam senyawa hem
pada mitokondria yang mengakibatkan besi mengendap pada
mitokondria, sehingga terjadi kegagalan pembentukan hemoglobin yang
disertai eritropoeisis inefektif.
Gambaran laboratorium

Anemia bervariasi dari ringan sampai berat

Pada bentuk didapat RARS/ refractory anemia with ring sideroblast


dijumpai tanda displastik terutama pada eritrosit

Besi serum dan feritin serum normal atau meningkat

Dijumpai cincin lebih dari 15% dari sel eritroblas

Ialah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam
sumsum tulang.

Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit.


Penyebabnya oleh gangguan pembentukan DNA pada inti
eritroblast, terutama akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat.
Gambaran laboratorium

Hb menurun, (3-4 g/dl)

MCV meningkat, 110-125 f

Retikulosit normal

Kadar bilirubin indirek serum dan LDH meningkat

ANEMIA SEL SABIT (SICKLE CELL ANEMIA)

Ialah bentuk homosigot penyakit HbS (,s).

Terjadi karena adanya mutasi gen, satu gen pada gen beta, yaitu
adenine (A) diganti oleh thymine (T) sehuingga setelah translai
menghasilkan asam amino glutamic acid yang seharusnya valine pada
rantai beta.

HbS pada tekanan oksigen yang rendah bersifat tidak larut,


mengalami presipitasi (sickling) sehingga menyebabkan perubahan
bentuk eritrosit, seperti bulan sabit.

Gambaran laboratorium

Anemia sedang dengan Hb 6-9 g/dl

Pada apusan darah tepi ditemukan sel sabit

Tanda hemolisis seperti bilirubin indirek meningkat dan retikulositosis

THALASSEMIA

Ialah suatu kelainan genetik yang sangat beraneka ragam yang


ditandi oleh penurunan sintesis rantai atau dari globin.
Terdapat 2 tipe utam, yaitu:

Thalassemia alfa : dimana terjadi penurunan sintesis rantai alfa

Thalassemia beta : dimana terjadi penurunan sintesis rantai beta

Gambaran laboratorium

Resistensi osmotic meningkat

TIBC menurun

Cadangan besi meningkat

Feritin serum meningkat

HbF meningkat

ANEMIA APLASTIK

Ialah anemia yang disertai oleh pansitopenia pada darah tepi yang
disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang.

Dapat diklasifikasikan menjadi:

Anemia aplastik di dapat

Anemia aplastik familial


Gambaran laboratorium

Anemia dengan kadar Hb < 7 g/dl

Leukopenia

Trombositopenia

Besi seru mormal atau meningkat, TIBC normal, HbF meningkat

ANEMIA HEMOLITIK
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis.

Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah


sebelum waktunya (sebelum masa hidup rata-rata eritrosit yaitu 120 hari).

Patofisiologi, proses hemolisis akan menimbulkan: penurunan kadar


hemoglobin yang akan mengakibatkan anemia, dan peningkatan hasil
pemecahan eritrosit dalam tubuh.
Anemia hemolitik dibagi menjadi:

Anemia Hemolitik Autoimun (AHA)

Anemia Hemolitik Non-Imun

Anemia Hemolitik Akibat Defek Yang Di dapat Pada Membran


Eritrosit
Gambaran laboratorium

Penurunan hemoglobin dan hematokrit

Ikterus ringan hingga berat

Penurunan Hb > 1 g/dl dalam waktu 1 minggu

Penurunan masa hidup eritrosit

Retikulositosis, peningkatan eritropoesis

Menentukan adanya anemia hemolitik


Destruksi eritrosit berlebihan

Anemia, retikulositosis, peningkatan bilirubin indirek dalam darah.

Peningkatan eritropoesis

Penurunan hemoglobin lebih dari 1 g/dl dalam waktu 1 minggu.

ANEMIA HEMOLITIK AUTOIMUN (AUTOIMMUNE


HEMOLYTIC ANEMIA)

Ialah anemia yang timbul karena terbentuknya autoantibodi


terhadap eritrosit sendiri sehingga menimbulkan destruksi (hemolisis)
eritrosit.
AHA dibagi 2 golongan, yaitu:

AHA Tipe Panas (Warm AIHA)

AHA Tipe Dingin (Cold AIHA)

Patofisiologi karena sebab yang belum diketahui, mungkin akibat


gangguan regulasi imun, terbentuk antibodi terhadap eritrosit sendiri
(autoantibodi).

AHA TIPE DINGIN (COLD AIHA)

Reaksi antigen-antibodi terjadi maksimal pada suhu rendah (<37C)


autoantibodi aktif maksimal pada suhu rendah.

Patogenesis autoantibodi IgM mengikat antigen membran eritrosit


dan membawa Clq ketika melewati bagian yang dingin kemudian
terbentuk kompleks penyerang membran, yang kemudian akan
menimbulkan kerusakan membran eritrosit.
Apabila kerusakan membran hebat terjadi hemolisis intravaskuler.
Kerusakan minimal di fagositosis oleh makrofag hemolisis
ekstravaskuler.

AHA TIPE PANAS (WARM AIHA)

Reaksi antigen-antibodi terjadi maksimal pada suhu tubuh (37C)


autoantibodi aktif maksimal pada suhu tubuh (37C).

Patogenesis karena sebab yang belum diketahui, mungkin akibat


gangguan regulasi imun, terbentuk antibodi terhadap eritrosit sendiri
(autoantibodi).

Patogenesis

Sekitar 60% AHA tipe panas menunjukan IgG. Eritrosit yang diselimuti IgG
difagositir oleh makrofag dalam lien dan hati sehingga terjadi hemolisis
ekstravaskuler yang menimbulkan anemia dan ikterus karena
bilirubinemia indirek.
Gejala klinik
Gejala yang menonjol adalah anemia, demam, ikterus, dan splenomegali.
Gejala laboratorium

Anemia dapat sampai berat

Retikulosit sangat meningkat

Bilirubin serum meningkat 2-4 mg/dl

Tes Coombs direct (DAT) positif

GENERAL CHEMISTRY

Creatinine : 0.6 - 1.2 mg/dL

Albumin

: 3.5 - 5.0 gm/dL

Protein Total

: 6.0 - 8.4 gm/dL

Bilirubin Total : up to 1.0 mg/dL

Glucose Tested after fasting: 70 - 110 mg/dL


Lactic Dehydrogenase : 50 - 150 units/L

HIPOALBUMINEMIA
Etiologi
Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh penurunan produksi
albumin, sintesis yag tidak efektif karena kerusakan sel hati, kekurangan
intake protein, peningkatan pengeluaran albumin karena penyakit lainnya,
dan infamasi akut maupun kronis.

Malnutrisi protein

Sintesis yang tidak efektif

Kehilangan protein ekstravaskular

Infamasi akut dan kronis

HIPERBILIRUBINEMIA
DEFINISI
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai diskolorasi kulit, mukosa
membran dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum > 2
mg/dl (Sukadi, 2002).
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar
bilirubin dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit dan
mukosa akan berwarna kuning (Azis Alimul, 2005).
Etiologi
1) Pembentukan bilirubin berlebihan karena hemolisis.
Disebabkan oleh penyakit hemolitik atau peningkatan destruksi eritrosit
karena :
Hb dan eritrosit abnormal (Hb S pada anemia sel sabit)
Inkompabilitas ABO
Defisiensi G6PD
Sepsis
Obat-obatan seperti oksitosin
Pemotongan tali pusat yang lambat
Polistemia

COOMBS TEST

Coombs test (juga dikenal sebagai Coombs' test, antiglobulin tes


atau AGT) merujuk kepada dua klinis tes darah yang digunakan dalam
immunohematology dan imunologi. Coombs tes kedua adalah tes Direct
Coombs (juga dikenal sebagai tes langsung antiglobulin atau DAT), dan
Indirect Coombs test (juga dikenal sebagai tes antiglobulin tidak langsung
atau IAT).

Penyakit tertentu atau dalam kondisi darah seorang individu dapat


berisi IgG antibodies yang dapat mengikat secara khusus untuk antigens
pada sel darah merah (RBC) permukaan membran, dan sel darah merah
yang beredar (RBCs) dapat dilapisi dengan IgG alloantibodies dan / IgG
autoantibodies. Komplemen protein kemudian dapat mengikat ke ikatan
antibodies.

Direct Coombs tes digunakan untuk mendeteksi ini antibodies atau


komplemen protein yang diikat ke permukaan sel darah merah, sampel
darah yang diambil dan RBCs yang dicuci (menghilangkan plasma pasien)
dan kemudian incubated dengan antihuman globulin (juga dikenal sebagai
"Coombs reagen"). Jika ini menghasilkan gumpalan dari RBCs, direct
Coombs tes positif, indikasi visual bahwa antibodies (dan / atau
komplemen protein) yang terikat pada permukaan sel darah merah. Direct
Coombs test digunakan dalam pengujian prenatal dari ibu hamil, dan
dalam tes darah sebelum transfusi darah. Mendeteksi antibodies terhadap
RBCs yang hadir yg tdk terikat dalam serum pasien. Dalam hal ini, serum
yang diekstraksi dari darah, dan serum diinkubasi dengan RBCs yang
dikenal antigenicity. Jika penggumpalan terjadi, indiect Coombs tes adalah
positif.
Mechanism

Dua coombs tes tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa antihuman antibodies, yang dihasilkan oleh immunizing spesies non-manusia
dengan serum manusia, akan mengikat pada antibodi manusia, umumnya
IgG atau IgM. Anti-human antibodi hewan juga akan mengikat antibodi
manusia yang dapat diperbaiki menuju antigen pada permukaan sel darah
merah (juga disebut sebagai RBCs), dan sesuai dgn kondisi tabung tes ini
dapat mengakibatkan penggumpalan pada RBCs.

Fenomena dari penggumpalan RBCs penting disini karena


menghasilkan gumpalan RBCs yg dapat divisualisasi; Ketika
penggumpalan terlihat,tes adalah positive dan ketika penggumpalan tdk
terlihat, test adalah negative.

Klinik Umum menggunakan Coombs test mencangkup persiapan


darah untuk transfusi dalam cross-matching, screening untuk atypical
antibodi dalam plasma darah wanita hamil sebagai bagian dari antenatal
care, and deteksi dari antibodi untuk diagnosa meditasi kekebalan
haemolytic anemia.

Coombs test dilakukan pada serum dari sampel darah vena yg


diambil dari pasien dgn venipuncture. The venous blood diambil ke
laboratorium (atau bank darah), dimana pelatihan staff teknik ilmiah
melakukan Coombs test. Klinis yang penting adalah hasil yg dinilai oleh
dokter yg meminta Coombs test, mungkin dgn asisten dari laboratorium
berdasarkan hematologist.

Direct Coombs Test


Tes Coombs langsung (juga dikenal sebagai direct antiglobulin test or
DAT) digunakan untuk mendeteksi jika antibodi atau system komplemen
factor telah terikat ke permukaan RBC antigens in vivo. DAT yang saat ini
tidak diperlukan untuk pra-pengujian transfusi namun mungkin termasuk
oleh laboratoris.
Examples of diseases that give a positive direct Coombs test
Direct Coombs test digunakan secara klinis ketika immune-mediated
hemolytic anemia (antibody-mediated destruction of RBCs) diduga. A
positive Coombs test mengindikasi bahwa mekanisme imun menyerang
RBC pasien. Mekanisme ini berupa autoimmunity, alloimmunity atau obat
yang menyebabkan mekanisme immune-mediated.
Examples of alloimmune hemolysis

Hemolytic disease of the newborn (also known as HDN or


erythroblastosis fetalis)
Alloimmune hemolytic transfusion reactions
Examples of autoimmune hemolysis

Warm antibody autoimmune hemolytic anemia

Cold antibody autoimmune hemolytic anemia

Laboratory method

Sel darah merah pasien (RBCs) dicuci (mengangkat serum pasien)


lalu diinkubasi dengan antihuman globulin (juga dikenal sebagai Coombs
reagent). Jika immunoglobulin or complement factors telah diperbaiki
pada permukaan in-vivo RBC, antihuman globulin akan menggumpalkan
RBC dan direct Coombs test akan menjadi positif. (representasi visual dari
Coombs test positif ditunjukan dalam diatas pertengahan schematic).
Indirect Coombs test
Kamus Stadman : Suatu uji yang secara rutin dilakukan dalam
pencocokan silang darah atau investigasi reaksi tranfusi: uji untuk pasien
diinkubasi dgn suspensi eritrosit donor, jika eritrosit ada, antibodi menjadi
melekat ke antigen di dalm sel donor, setelah pencucian dengan salin,
globulin anti human ditambahkan; aglutinasi pada saat ini menunjukan
bahwa antibodi yang terdapat dalam serum uji asal telah terikat pada
eritrosit donor.
Indirect Coombs test (juga dikenal sebagai indirect antiglobulin test
atau IAT) digunakan untuk mendeteksi in-vitro to detect in-vitro reaksi
antibody-antigen.
Ini digunakan untuk mendeteksi konsentrasi sangat rendah antibodi
yang hadir dalam plasma pasien/serum sebelum tranfusi darah. Dalam
layanan prakelahiran perawatan, IAT yang digunakan pada sekat ibu hamil
yang dapat menyebabkan penyakit hemolytic pada kelahiran. IAT juga
dapat digunakan untuk menguji kompatibilitas, identifikasi antibodi, RBC
phenotyping, dan titration studi.
Examples of clinical uses of the indirect Coombs test

Persiapan Tranfusi darah


Laboratory method
IAT merupakan dua tahap pengujian. (pencocokan silang ditunjukan
secara visual di pertengahan bawah pada Schematic sebagai contoh dari
indirect coombs test).

First stage
Dicuci tes sel darah merah (RBC) diinkubasi dengan tes serum. Jika
berisi serum antibodies ke antigens pada permukaan RBC, yang akan
mengikat antibodies ke permukaan RBCs.

Second stage
RBC dicuci 3 atau 4 kali dengan salin isotonik lalu diinkubasi
dengan antihuman globulin. Jika antibodi telah terikat ke permukaan

antigen di first stage. RBC akan menggumpal ketika diinkubasi dengan


antihuman globulin (juga dikenal Coombs reagent) di stage ini, dan
indirect Coombs test akan menjadi positive.

CT SCAN

CT-Scan merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai


aplikasi yang universal utk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti
sususan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut.

Dengan melakukan CT-Scan diagnosa suatu penyakit akan lebih


cepat ditegakkan sehingga tindakan terapi yang optimal dapat segera
dilakukan.

Indfikasi CT-Scan
Berbagai kelainan dari beberapa jaringan maupun organ tubuh dapat
dideteksi dengan pemeriksaan CT-Scan pada:

Kepala, leher, tulang belakang


(infeksi, tumor, kelainan pembuluh darah)

Telinga, Hidung, Tenggorokan


(Sinusitis, ca nasopharynx, larynx

Rongga Dada (Thorax)


(Tumor paru, infeksi)

Rongga Perut (abdomen)


(Hati, ginjal, limpa, pankreas, tractus biliaris

Organ kebidanan dan kandungan

ROENTGENOGRAM

Roentgen : merupakan besaran radiasi sinar-x dan sinar-y yang


setara dengan emisi partikel bersesuaian per 0,001293gram udara kering
yg menghasilkan ion2 pembawa 1 satuan elektrostatik muatan listrik
positif atau negatif di dalam udara. Lambang R (kamus Dorland)
Roentgenogram : gambar rontgen

SISTEM GOLONGAN DARAH


ABO
Sistem ABO diketemukan pertama kali oleh landsteiner pd th 1900
Ia membagi individu dlm 3 klmpk golongan darah: A, B dan O. Pd th 1902
Von Decastello dan Strurli menemukan kelompok gol darah AB. Antigen
gol darah ini diturunkan dr orang tua kpd anaknya.
Klasifikasi ABO didasarkan pd ditemukannya 2 jenis antigen A atau B
di eritrosit dan 2 antibodi (anti A dan anti B) di plasma. Eritrosit yg
memiliki antigen A tdk mmlk antibodi A (anti-A) dlm plasmanya. Eritrosit
yg mmlk antigen B tidak mmlk antibodi B (anti-B) di plasmanya. Eritrosit
yg tdk mmlk antigen A maupun antigen B, dlm plasmanya trdpt anti-A dan
anti-B.
Gol darah A, mmlk antigen A, gol darah B mmlk antigen B, gol darah
AB mmlk antigen A dan antigen B dan gol darah O tdk mmpny antigen
baik antigen A maupun antigen B dipermukaan eritrositnya. Plasma gol
darah A mmlk anti-B, yg bkrj trhdp antigen B. Plasma gol darah B mmlk
anti-A yg bkrj trhdp antigen A. Plasma gol darah AB tdk mmlk anti-A
maupun anti-B, sdngkn gol darah O mmlk anti-A maupun anti-B
Anti-A dan anti-B di serum dignkn unt memeriksa adanya antigen A
atau antigen B di eritrosit, sebaliknya bs jg mnggnkn antigen A atau
antigen B di eritrosit yg sdh diketahui unt mmrks adanya anti-A atau antiB di serum. Tes unt mmrks adanya antigen dieritrosit disebut forward
Grouping dan tes unt mengetahui adanya anti-A atau anti-B di serum
disebut Reverse Grouping
Pemeriksaan gol darah mengidentifikasi 4 phenotype eritrosit :
Eritrosit yg bereaksi dng anti-A (mnmblkn aglutinasi) disbt gol darah A
Eritrosit yg bereaksi dng anti-B (mnmblkn aglutinasi) dsbt gol darah B

Eritrosit yg tdk bereaksi dng anti-A maupun anti-B dsbt gol darah O
Eritrosit yg bereaksi baik dng anti-A maupun anti-B dsbt gol darah AB

Sel di
tes dng

Serum
dites dng

Interpret
asi grup ABO

Anti-A

Anti-B

Antigen
-A

Antigen
B

Jenis
phenotype

(-)

(-)

(+)

(+)

Gol
darah O

(+)

(-)

(-)

(+)

Gol
darah A

(-)

(+)

(+)

(-)

Gol
darah B

(+)

(+)

(-)

(-)

Gol drh
AB

Golongan darah AB disebut universal resipien (dpt menerima darah


gol A, gol B, gol AB, dan gol O. Golongan darah O disebut universal donor
krn dpt diberikan kpd semua gol darah lain

SISTEM GOLONGAN DARAH RHESUS


Sistem Rhesus trdr lbh dr 30 jenis, ttp yg peran dlm proses transfusi
ada 5, yaitu antigen C, antigen c, antigen D, antigen E, antigen e. Namun
yg plng pntng adlh antigen D.Rhesus diatur oleh gen Rh di kromosom 1.
Berbeda dng siste ABO, antibodi trhd antigen Rh (D) hy trjd bl orang
dng Rh (-) terpapar dng eritrosit Rh(+), mll transfusi atau pd khmln dmn
drh fetus Rh(+) msk mll plasenta ke sirkulasi darah ibu Rh (-). Bl
seseorang Rh (-) mnrm transfusi Rh (+), darah resipien tersensitisasioleh
Rh(+) dan membentuk antibodi trhdp Rh (+). Bl kmdn si resipien
menerima transfusi berikutnya dng darah Rh(+), akan timbul reaksi
transfusi.

Rh inkompatibilitas dpt mrpkn mslh serius pd kehamilan , bl ibu Rh (-)


mengandung fetus Rh (+). Bl darah fetus bocor mll plasenta msk k
sirkulasi darah ibu, darah ibu tersensitisasi oleh antigen Rh dan
membentuk antibodi Rh. Antibodi Rh ibu msk fetus mll plasenta dan
menyebabkan aglutinasi dan hemolisis darah fetus. Kelainan ini disbt
Hemolytic Disease of the Newborn (HDN) atau disbt jg Erytroblastosis
fetalis.

PENENTUAN GOLONGAN DARAH


Pemeriksaan Forward Grouping
Pemeriksaan golongan darah ABO-Rh forward grouping dpt dilakukan dng
cr tabung atau slide menggunakan mikropipet.
Cara slide
1. Siapkan kaca obyek atau kartu gol darah serta botol2 reagen gol
darah, biarkan pd suhu kamar slm 10 meniT.
2. siapkan lanset steril, kapas alkohol, unt mengambil darah kapiler,
bl tdk tersedia darah vena
3. teteskan 1 tetes serum. Reagen anti-A, 1 tetes anti-B, 1 tetes antiAB(gol O), 1 tetes anti-D, di masing2 kotak kartu gol darah. (bl mnggnkn
kaca obyek teteskan serum/reagen anti-A disblh kiri, anti-B, anti-AB, kmdn
anti-D di kanan kaca obyek
4. Teteskan 1 tetes darah yg akan diperiksa gol darahnya pd
serum/reagen anti-A, anti-B, anti-AB, campur dng ujung lidi.
5. goyangkan kartu gol darah/kaca obyek dng gerakan lingkaran
6. perhatikan adanya aglutinasi, konfirmasi adanya aglutinasi dng
kaca pembesar (bl dignkn kaca obyek lht adanya aglutinasi dng mikroskop
Penilaian Hasil :
Anti-A

Anti-B

Anti-AB

Anti-D

(-)

(-)

(-)

(+)

(+)

(-)

(+)

(+)

Gol
Darah
O,
Rh(+)
A, Rh(+)

(-)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

B, Rh(+)
AB,
Rh(+)

Cara Tabung
1. Buat suspensi sel darah dalam larutan garam faal; suspensi itu
sebaiknya mempunyai nilai Ht 2 %
2. sediakan 3 tabung kecil dlm rak; ke dlm tabung kiri mskkn 1 tetes antiA, ke dlm tabung di tengah mskn anti-B, ke dlm tabung kanan mskn antiAB
3. tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah ke msng2 tabung,
campurlah.
4. Sentrifuge slm 1 menit pd 1000 rpm
5. Goyang tabung dng hati2 dan perhatikan adanya aglutinasi scr
makroskopik
6. konfirmasi adanya aglutinasi scr mikroskopik dng mengambil 1 tetes isi
tabung ke atas kaca obyek
7. penilaian hasil sm dng cara slide Reverse grouping
Menentukan jenis aglutinin (antibodi)darah penderita dng mereaksikan
serum penderita dng sel darah merah yg telah diketahui antigennya. Cara
1. buat suspensi segar sel2 darah merah gol A dan gol B dlm larutan
garam faal, dng nilai Ht 2% ( 2 tetes darah + 3 mL larutan garam faal
2. sediakan 2 tetes serum yg diperiksa ke dlm msng2 tabung kecil
bertanda A dan B
3. mskn setetes sel darah gol A ke dlm tabung A dan sel darah gol B ke
dlm tabung B. Campurlah
4. Biarkan masing2 tabung dalam suhu kamar selama 5-15 menit
5. sentrifuge tabung2 itu slm 1 menit pd 1000 rpm
6. goyang hati2 dan perhatikan adanya aglutinasi scr makroskopik

7. untuk lbh memastikan adanya aglutinasi ambil 1 tetes isi tabung


letakkan pd kaca obyek Penilaian Hasil
Tabung A

Tabung B

Serum brsl dr darah


golongan

(+)

(+)

(-)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

AB

TRANSFUSI DARAH
Merupakan pemindahan darah atau komponen-komponen darah dari
donor ke resipien

TUJUAN

Untuk mengatasi kekurangan volume darah

Untuk memperbaiki kemampuan transportasi darah oksigen

Untuk memperbaiki pembekuan darah

Untuk pengobatan suportif

INDIKASI

Perdarahan

Trombositopenia

Hemofilia

Anemia kronik

Penyakit hemolitik kronik


Syarat menjadi donor

Berat 45

Kadar HB wanita: 12g/dL

Donor dlm keadaan sehat

pria

: 12,5g/dL

Donor wnt : tdk dlm keadaan haid, hamil, dan menyusui

Tekanan sistolik 100-180 mm/Hg, diastolik 50-100 mm/Hg

Pengambilan darah terakhir, minimal 8

PROSEDUR TRANSFUSE DARAH

Tentukan gol. Darah ABO

Pemeriksaan untuk donor terdiri atas:

penapisan (screening) terhadap antibodi dalam serum donor dengan tes


antiglobulin indirek (tes Coombs indirek)

tes serologik untuk hepatitis (B&C), HIV, sifilis (VDRL) dan CMV.

Pemeriksaan untuk resipien:

major side cross match: serum resipien diinkubasikan dengan RBC donor
untuk mencari antibodi dalam serum resipien.

minor side cross match: mencari antibodi dalam serum donor. Tujuannya
hamper sama dengan prosedur 2a.

Pemeriksaan klerikal (identifikasi):


Memeriksa dengan teliti dan mencocokkan label darah resipien dan
donor. Reaksi transfusi berat sebagian besar timbul akibat kesalahan
identifikasi (klerikal).

Prosedur pemberian darah, yaitu:

hangatkan darah perlahan-lahan

catat nadi, tensi, suhu dan respirasi sebelum transfusi

pasang infus dengan infus set darah (memakai alat penyaring)

KOMPLIKASI

Reaksi segera (immediate reactions), yaitu:

reaksi hemolitik akibat lisis eritrosit donor oleh antibodi dalam


serum resipien;

reaksi fibril karena antibodi terhadap leukosit atau trombosit;

reaksi sensivitas paru dan bronkhospasme karena antibodi terhadap


leukosit

reaksi alergik anafilaktoid terhadap suatu antigen protein dalam plasma;

endotoksinema akibat transfusi mamakai darah yang terkontaminasi


kuman gram negative;
Reaksi lambat (delayed reactions)

reaksi hemolitik lambat

penularan infeksi: hepatitis B dan C, cytomegalovirus (CMV),


malaria dan sifilis 5

gejala

Fase syok hemolitik (haemolytic shock phase), yaitu :

Timbul segera atau 1-2 jam setelah transfuse;

urtikaria, nyeri pinggang, flushing, sakit kepala, nyeri dada, sesak napas,
muntah, menggigil, febris, hipotensi sampai syok. Dapat terjadi
hemoglobinema, bilirubinemia, ikterus atau DIC;

Fase oliguria: timbul akibat acute tubular necrosis yang dapat


menimbulkan GGA (gagal ginjal akut)

Fase diuresis: timbul setelah rekoveri dari GGA


Segera hentikan transfusi. Kerusakan berbanding langsung dengan
jumlah drah yang masuk. Ganti infus set.

Berikan tindakan penanggulangan.

Ambil contoh darah dari penderita, periksa adanya hemoglobinemia

Ambil serum antara lain:

satu dikirim kembali ke dinas transfusi untuk pemeriksaan ulang golongan


darah dan pemeriksaan serologik

satu lagi dikirim ke laboratorium klinik untuk pemeriksaan ulang bilirubin,


hemoglobinema dan methemalbunemia.

Serahkan kembali sisa darah ke dinas transfusi untuk pemeriksaan


kembali golongan darah dan serologik.

periksa adanya hemoglobinuria.


Setelah 8-10jam, ambil contoh darah kedua untuk pemeriksaan
kembali bilirubin dan methalbuminemia.

TERAPI
Prinsip pengobatan reaksi transfusi hemolitik ialah mempertahankan
tekanan darah dan perfusi ke ginjal. Tindakan tersebut berupa:

berikan infus plasma expander. (Dextran, plasma atau NaCl


fisiologik). Pertahankan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa;

forced diuresis : pemberian furosemid atau manitol;

pemberian hidrokortison 100 mg iv dan antihistamin

jika terjadi anemia berat, berikan transfusi darah yang cocok


dengan pengawasan ketat;

GGA di atasi, seperti biasa, jika perlu dilakukan dialisis.

KESIMPULAN
Mrs. Aisha 51 tahun di duga mengalami gejala anemia hemolitik
autoimun (AHA) tipe panas. Hal ini dilandasi oleh gejala-gejala yang
muncul pada Mrs. Aisha baik gejala klinik maupun gejala laboratorik.

Gejala klinik
: letih, lemas, nafas pendek dengan tenaga
berlebih (kehabisan tenaga)

Gejala laboratorik: RBC , Hb , Ht , MCV , MCHC , Abs


Retic , MCH , RDW-CV , Neut% , Abs Neut (N), Lymph ,
Abs Lymph .

Ditambah pula dengan hasil tes coombs yang positif.

Gejala yang sesuai dengan tanda-tanda penyakit anemia,


SDM menurun Hb menurun

Você também pode gostar