Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KOMPONEN HEMOGLOBIN
Karbon dioksida
ASPEK MOLEKULAR
Intron selalu dimulai dgn dinukleotida G-T dan berakhir pada A-G.
Mesin splicing mengenali urutan tersebut dan juga sekuens dinukleotida
di dekatnya yg dipertahankan
SINTESIS HEMOGLOBIN
Sintesis heme terutama terjadi di mitokondria yg bermula dengan
kondensasi glisin dan suksinil koenzim A oleh kerja enzim kunci yg bersifat
membatasi kecepatan reaksi yaitu asam -aminolevilunat (ALA) sintase.
Piridoksal fosfat (vitamin B6) adalah suatu koenzim untuk reaksi ini,
yg dirangsang oleh eritroprotein. Akhirnya, protoporfirin bergabung
dengan besi dalam bentuk ferro (Fe2+) untuk membentuk heme, masing-
KATABOLISME HEMOGLOBIN
FUNGSI HEMOGLOBIN
Pada saat Hb mengangkut dan melepas O2, masing-masing rantai
globin dalam molekul Hb bergerak satu sama lain. Kontak 11 dan 22
menstabilkan molekul tsb. Rantai bergeser pada kontak 12 dan 21
selama oksigenasi dan deoksigenasi.
Pada waktu O2 dilepaskan, rantai-rantai ditarik terpisah, sehingga
memungkinkan masuknya metabolit 2,3-difosfogliserat (2,3-DPG) yg
menyebabkan makin rendahnya afinitas molekul Hb terhadap O2.
METHEMOGLOBINEMIA
Methemoglobinemia adalah suatu keadaan klinis dengan
terdapatnya Hb dalam sirkulasi yg mengandung besi dalam keadaan
teroksidasi (Fe3+) dan bukan Fe2+ seperti biasa. Keadaan ini timbul
akibat defisiensi nikotinamida adenin dinukleotida tereduksi (NADH) yg
bersifat herediter, diaforase, atau diwariskannya Hb yg secara struktur
abnormal (Hb M). Hb ini mengandung substitusi asam amino yg
mempengaruhi kantung heme rantai globin.
Cara Sahli
NILAI NORMAL
Untuk laki-laki dewasa, kadar normal Hb adalah 13,5 sampai 18,0
gr/dl
gr/dl
KELAINAN HEMOGLOBIN
Penyebab :
1.
2.
Sintesis Hb abnormal
Berkurangnya kecepatan sintesis rantai globin - atau - yg normal
(thalasemia dan )
Penyakit penting secara klinis adalah anemia sel sabit. Defek
genetik Hb merupakan kelainan genetik yg paling banyak ditemukan di
seluruh dunia. Kelainan ini terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis.
Serta thalasemia- lebih banyak ditemukan di daerah mediterania,
sedangkan thalasemia- lebih banyak ditemukan di Timur Jauh.
HEMATOKRIT
VOL. RBC DLM 100 uL DARAH
DINYATAKAN DLM [ % ]
TINGGI KOLOM RBC
DIBAGI
TINGGI KOLOM DARAH X 100 %
PRINSIP PEMERIKSAAN :
BILA DARAH DENGAN ANTIKOAGULAN DISENTRIFUGE, PARTIKEL BERAT
(RBC) MENGENDAP DI DASAR TABUNG DAN PARTIKEL LEBIH RINGAN
[LEUKOSIT, TROMBOSIT] MENGENDAP DI ATASNYA
METODA RUJUKAN :
MIKRO-HEMATOKRIT
NILAI NORMAL :
BAYI BARU LAHIR 53 65 %
BAYI/ANAK
30 43 %
DEWASA LAKI
42 52 %
( G.Soebrata, 40 48 % )
WANITA
37 47 %
( G.Soebrata, 37 43 % )
BUFFY COAT : 0.5 1 mm
( 1 mm = 10.000 leukosit/uL )
MAKRO-HEMATOKRIT
TABUNG WINTROBE
DIAMETER 2.5 3 mm
PANJANG 110 mm
MIKRO-HEMATOKRIT
TABUNG KAPILER
DIAMETER 1 mm
PANJANG 75 mm
TEBAL 0.2 0.25 mm
ANTIKOAGULAN :
OKSALAT SEIMBANG, EDTA 1.5 2.0 mg/mL
HEPARIN 15 20 iu/mL
SENTRIFUGASI
KECEPATAN 3000 rpm
LAMA
30 menit
16.000 rpm
3 5 menit
PELAPORAN MAKRO-HEMATOKRIT
- NILAI HEMATOKRIT DINYATAKAN
DALAM PERSEN (%)
- TEBAL BUFFY COAT (mm)
- INDEKS IKTERUS
PELAPORAN MIKRO-HEMATOKRIT :
HANYA NILAI HEMATOKRIT (%)
CARA MAKRO-HEMATOKRIT
CV (PENYIMPANGAN HASIL) 1%
AKIBAT :
KESALAHAN TEKNIS PENANGANAN SAMPEL, TABUNG, SENTRIFUGASI
PENANGANAN SAMPEL :
BILA KADAR EDTA > 1.5 2 mg/mL DARAH, RBC KERIPUT NILAI Ht >
RENDAH DARI SEBENARNYA.
*. PEMERIKSAAN TIDAK BOLEH DITUNDA > 6 JAM SEJAK
PENGAMBILAN DARAH
PENUNDAAN PEMERIKSAAN
O2 DLM RBC HILANG
NILAI Ht > TINGGI
NILAI Ht DARAH VENA > TINGGI 2% DARI DARAH ARTERI
DARAH ARTERI > BANYAK O2.
BILA HARUS DITUNDA SIMPAN DI LEMARI PENDINGIN PADA 4 C
HOMOGENISASI SAMPEL TIDAK MERATA Ht > TINGGI / RENDAH.
* HINDARI TERJADINYA GELEMBUNG UDARA DI TABUNG WINTROBE
WAKTU MEMASUKKAN DARAH
* Ht > 50% TABUNG DIPUSING 30 MENIT LAGI
KESALAHAN YG DPT TERJADI PADA MAKRO-HEMATOKRIT:
- KADAR ANTIKOAGULAN TIDAK SESUAI
- SAMPEL TIDAK HOMOGEN
- PEMERIKSAAN TERTUNDA > 6 JAM
- ADA GELEMBUNG UDARA DI TABUNG
- ADA HEMOLISIS SAAT PENGISIAN
- ISI TIDAK SAMPAI TANDA 100.
CARA MIKRO-HEMATOKRIT
- PERHATIKAN SUMBAT TABUNG KAPILER.
KEBOCORAN Ht > RENDAH
PEMASANGAN TABUNG : BAGIAN DISUMBAT MENGARAH KELUAR.
- BILA NILAI Ht > 50% WAKTU PEMUSINGAN
DITAMBAH 5 MENIT
PEMBACAAN HASIL :
PEMERIKSAAN DILAKUKAN DUPLO,
PERBEDAAN HASIL TIDAK BOLEH LEBIH DARI 0.01
KESALAHAN YG DAPAT TERJADI.
- SAMPEL DARAH KAPILER : TETES DARAH PERTAMA TIDAK DIBUANG
- TERDAPAT BEKUAN DALAM SAMPEL
- TABUNG KAPILER-HEPARIN TIDAK DISIMPAN DI LEMARI PENDINGIN.
(HEPARIN CEPAT RUSAK PD SUHU KAMAR.
- SENTRIFUGE DIHENTIKAN SECARA PAKSA/ MENDADAK RBC
TERDORONG KE PUSAT NILAI Ht > TINGGI
SENTRIFUGE PANAS HEMOLISIS
Elevated hematocrit
Lowered hematocrit
Lowered hematocrit can imply significant hemorrhage (for example,
in an ectopic pregnancy.)
The mean corpuscular volume (MCV) and the red cell distribution
width (RDW) can be quite helpful in evaluating a lower-than-normal
hematocrit, because it can help the clinician determine whether blood loss
is chronic or acute. The MCV is the size of the red cells and the RDW is a
relative measure of the variation in size of the red cell population. A low
hematocrit with a low MCV with a normal RDW suggests a chronic irondeficient erythropoiesis, but a high RDW suggests a blood loss that is
more acute, such as a hemorrhage.
BLOOD COUNT
ALAT ALAT
darah
Terdiri dari :
Kamar hitung
Kaca penutup
Seluruh bidang : 3
x1/10=9/ 10mm3
x3
Bidang besar
x1/10=1/ 10mm3
x1
Bidang kecil
:1
: 1/20x1/20x1/10=1/4000mm3
Lanset darah
Tempat yang akan ditusuk harus bersih, jika perlu dicuci dengan air
sabun. Bersihkan menggunakan alkohol 70%
Darah kapiler : pada orang dewasa pakailah ujung jari atau anak
daun telinga. Pada bayi dan anak kecil boleh dilakukan pada tumit atau
ibu jari kaki. (hendaknya jangan menekan jari atau telinga untuk
mendapat cakupan darah. Buang tetes darah pertama. Tetes darah
berikutnya dipakai untuk pemeriksaan)
Darah vena : pada dewasa dipakai pada salah satu vena fossa
cubiti. Pada bayi dapat dilakukan di vena jugularis superficial
MENGHITUNG ERITROSIT
sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke bawah dan dari kanan
ke kiri, lalu turun lagi kebawah dimulai dari kiri ke kanan. Sel yang
letaknya menyinggung batas kiri atau atas dihitung. Sedangkan sel yang
meninggung sebelah kanan dan bawah tidak dihitung
Perhitungan :
Pengenceran yang biasa dilakukan adalah 200 kali. Jumlah luas
bidang tempat menghitung adalah 1/5mm2 (5x16x1/400=80/400=1/5).
Tinggi ruang 1/10mm
RUMUS :
nilai hematokrit
x 10
RUMUS :
nilai hemoglobin x 100
nilai hematokrit
Nilai normal : 31 35 %
RETICULOCYTE
Reticulocyte : eritrosit imatur
ABSOLUTE RETICULOCYTE
RUMUS
Hemoglobine
SATUAN LAMA
SATUAN BARU
Pria
Wanita
Hematokrit
Eritrosit
Pria
40 48 %
0,4 0,48
Wanita
37 43 %
0,37 0,43
Pria
Wanita
Mrs. AISHA
RBC
1,03
NORMAL
4,00 5,20 x
10 / L
6
Hemoglobine
4,1
Hematocrit
14,9
37 43 %
Reticulocyte %
40,7
0,5 1,5%
MCV
nilai hematokrit
x10 = 14,9 x 10
1,03
= 144,7
Nilai normal : 77 93
MCHC
RUMUS :
nilai hemoglobin x 100 = 4,1 x 100
nilai hematokrit
14,9
= 27,5
Nilai normal : 31 35 %
Lebih kecil dari normal : hipokrom
ABSOLUTE RETICULOCYTE
retikulosit (%) x RBC = 40,7 % x 1,03
= 0,419 X 106
=
419 X 103
ANEMIA
APA ITU ANEMIA
Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin
dalam darah di bawah normal, diukur per mm kubik atau melalui volume
sel darah merah (packed red cell) dalam 100 ml darah; terjadi ketika
keseimbangan antara kehilangan darah (melalui perdarahan atau
perusakan) dan produksi darah terganggu. _Kamus Kedokteran Dorland_
DERAJAT ANEMIA
Ringan sekali
Ringan
Hb 8 9,9 g/dl
Sedang
Hb 6 7,9 g/dl
Berat
PENYEBAB ANEMIA
Berbagai penyebab anemia dapat di kelompokkan ke dalam enam
kategori:
1. Anemia gizi
Sebab
: defisiensi dalam diet suatu faktor yang diperlukan untuk
eritropoiesis, misal defisiensi besi dan asam folat.
2. Anemia pernisiosa
Sebab
: ketidakmampuan saluran pencernaan menyerap vitamin B12
dalam jumlah adekuat.
3. Anemia aplastik
Sebab
: kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah
merah dalam jumlah yang adekuat, walaupun semua bahan yang
diperlukan untuk eritropoiesis tersedia.
4. Anemia ginjal
Sebab
: penyakit ginjal, sekresi eritropoietin dari ginjal tidak
adekuat, yang merupakan stimulus utama untuk mendorong eritropoiesis.
5. Anemia hemoragik
Sebab
: hilangnya darah dalam jumlah bermakna, misalnya akibat
perdarahan dari luka, wanita dengan riwayat haid berlebihan.
6. Anemia hemolitik
Sebab
: pecahnya eritrosit yang bersirkulasi dalam jumlah besar,
atau karena hemolisis.
1.
2.
3.
Anemia sideroblastik
Stomatitis angularis
Disfagia
Gambaran laboratorium
MCV, MCHC, dan MCH menurun. MCV< 70. MCHC < 31%
RDW meningkat
Gambaran laboratorium
MCV 75-90 f
TIBC menurun
ANEMIA SIDEROBLASTIK
Ialah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam
sumsum tulang.
Retikulosit normal
Terjadi karena adanya mutasi gen, satu gen pada gen beta, yaitu
adenine (A) diganti oleh thymine (T) sehuingga setelah translai
menghasilkan asam amino glutamic acid yang seharusnya valine pada
rantai beta.
Gambaran laboratorium
THALASSEMIA
Gambaran laboratorium
TIBC menurun
HbF meningkat
ANEMIA APLASTIK
Ialah anemia yang disertai oleh pansitopenia pada darah tepi yang
disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang.
Leukopenia
Trombositopenia
ANEMIA HEMOLITIK
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis.
Peningkatan eritropoesis
Patogenesis
Sekitar 60% AHA tipe panas menunjukan IgG. Eritrosit yang diselimuti IgG
difagositir oleh makrofag dalam lien dan hati sehingga terjadi hemolisis
ekstravaskuler yang menimbulkan anemia dan ikterus karena
bilirubinemia indirek.
Gejala klinik
Gejala yang menonjol adalah anemia, demam, ikterus, dan splenomegali.
Gejala laboratorium
GENERAL CHEMISTRY
Albumin
Protein Total
HIPOALBUMINEMIA
Etiologi
Hipoalbuminemia dapat disebabkan oleh penurunan produksi
albumin, sintesis yag tidak efektif karena kerusakan sel hati, kekurangan
intake protein, peningkatan pengeluaran albumin karena penyakit lainnya,
dan infamasi akut maupun kronis.
Malnutrisi protein
HIPERBILIRUBINEMIA
DEFINISI
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai diskolorasi kulit, mukosa
membran dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin dalam serum > 2
mg/dl (Sukadi, 2002).
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar
bilirubin dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit dan
mukosa akan berwarna kuning (Azis Alimul, 2005).
Etiologi
1) Pembentukan bilirubin berlebihan karena hemolisis.
Disebabkan oleh penyakit hemolitik atau peningkatan destruksi eritrosit
karena :
Hb dan eritrosit abnormal (Hb S pada anemia sel sabit)
Inkompabilitas ABO
Defisiensi G6PD
Sepsis
Obat-obatan seperti oksitosin
Pemotongan tali pusat yang lambat
Polistemia
COOMBS TEST
Dua coombs tes tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa antihuman antibodies, yang dihasilkan oleh immunizing spesies non-manusia
dengan serum manusia, akan mengikat pada antibodi manusia, umumnya
IgG atau IgM. Anti-human antibodi hewan juga akan mengikat antibodi
manusia yang dapat diperbaiki menuju antigen pada permukaan sel darah
merah (juga disebut sebagai RBCs), dan sesuai dgn kondisi tabung tes ini
dapat mengakibatkan penggumpalan pada RBCs.
Laboratory method
First stage
Dicuci tes sel darah merah (RBC) diinkubasi dengan tes serum. Jika
berisi serum antibodies ke antigens pada permukaan RBC, yang akan
mengikat antibodies ke permukaan RBCs.
Second stage
RBC dicuci 3 atau 4 kali dengan salin isotonik lalu diinkubasi
dengan antihuman globulin. Jika antibodi telah terikat ke permukaan
CT SCAN
Indfikasi CT-Scan
Berbagai kelainan dari beberapa jaringan maupun organ tubuh dapat
dideteksi dengan pemeriksaan CT-Scan pada:
ROENTGENOGRAM
Eritrosit yg tdk bereaksi dng anti-A maupun anti-B dsbt gol darah O
Eritrosit yg bereaksi baik dng anti-A maupun anti-B dsbt gol darah AB
Sel di
tes dng
Serum
dites dng
Interpret
asi grup ABO
Anti-A
Anti-B
Antigen
-A
Antigen
B
Jenis
phenotype
(-)
(-)
(+)
(+)
Gol
darah O
(+)
(-)
(-)
(+)
Gol
darah A
(-)
(+)
(+)
(-)
Gol
darah B
(+)
(+)
(-)
(-)
Gol drh
AB
Anti-B
Anti-AB
Anti-D
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
Gol
Darah
O,
Rh(+)
A, Rh(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
B, Rh(+)
AB,
Rh(+)
Cara Tabung
1. Buat suspensi sel darah dalam larutan garam faal; suspensi itu
sebaiknya mempunyai nilai Ht 2 %
2. sediakan 3 tabung kecil dlm rak; ke dlm tabung kiri mskkn 1 tetes antiA, ke dlm tabung di tengah mskn anti-B, ke dlm tabung kanan mskn antiAB
3. tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah ke msng2 tabung,
campurlah.
4. Sentrifuge slm 1 menit pd 1000 rpm
5. Goyang tabung dng hati2 dan perhatikan adanya aglutinasi scr
makroskopik
6. konfirmasi adanya aglutinasi scr mikroskopik dng mengambil 1 tetes isi
tabung ke atas kaca obyek
7. penilaian hasil sm dng cara slide Reverse grouping
Menentukan jenis aglutinin (antibodi)darah penderita dng mereaksikan
serum penderita dng sel darah merah yg telah diketahui antigennya. Cara
1. buat suspensi segar sel2 darah merah gol A dan gol B dlm larutan
garam faal, dng nilai Ht 2% ( 2 tetes darah + 3 mL larutan garam faal
2. sediakan 2 tetes serum yg diperiksa ke dlm msng2 tabung kecil
bertanda A dan B
3. mskn setetes sel darah gol A ke dlm tabung A dan sel darah gol B ke
dlm tabung B. Campurlah
4. Biarkan masing2 tabung dalam suhu kamar selama 5-15 menit
5. sentrifuge tabung2 itu slm 1 menit pd 1000 rpm
6. goyang hati2 dan perhatikan adanya aglutinasi scr makroskopik
Tabung B
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(-)
AB
TRANSFUSI DARAH
Merupakan pemindahan darah atau komponen-komponen darah dari
donor ke resipien
TUJUAN
INDIKASI
Perdarahan
Trombositopenia
Hemofilia
Anemia kronik
Berat 45
pria
: 12,5g/dL
tes serologik untuk hepatitis (B&C), HIV, sifilis (VDRL) dan CMV.
major side cross match: serum resipien diinkubasikan dengan RBC donor
untuk mencari antibodi dalam serum resipien.
minor side cross match: mencari antibodi dalam serum donor. Tujuannya
hamper sama dengan prosedur 2a.
KOMPLIKASI
gejala
urtikaria, nyeri pinggang, flushing, sakit kepala, nyeri dada, sesak napas,
muntah, menggigil, febris, hipotensi sampai syok. Dapat terjadi
hemoglobinema, bilirubinemia, ikterus atau DIC;
TERAPI
Prinsip pengobatan reaksi transfusi hemolitik ialah mempertahankan
tekanan darah dan perfusi ke ginjal. Tindakan tersebut berupa:
KESIMPULAN
Mrs. Aisha 51 tahun di duga mengalami gejala anemia hemolitik
autoimun (AHA) tipe panas. Hal ini dilandasi oleh gejala-gejala yang
muncul pada Mrs. Aisha baik gejala klinik maupun gejala laboratorik.
Gejala klinik
: letih, lemas, nafas pendek dengan tenaga
berlebih (kehabisan tenaga)