Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABSES HEPAR
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rat-rata sekitar 1.500 gr. 2 % berat badan
orang dewasa normal. Hati merupakan organ lunak yang lentur dan tercetak oleh struktur sekitar.
Hati memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak di bawah kubah merupakan atap
dari ginjal, lambunga, pancreas dan usus. Hati memilikki dua lobus yaitu kiri dan kanan. Setiap
lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut lobulus, yang merupakan unit
mikroskopi dan fungsional organ. Hati manusia memiliki maksimal 100.000 lobulus. Di antara
lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai sinusoid. Sinusoid dibatasi oleh
sel fagostik dan sel kupffer. Sel kupffer fungsinya adalah menelan bakteri dan benda asing lain
dalam darah. (Sylvia a. Price, 2006).
Hati memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta
hepatica, dan dari aorta melalui arteri hepatica. Sekitar sepertiga darah yyang masuk adalah
darah arteri dan dua pertiganya adalah darah vena porta. Volume total darah yang melewati hati
setiap menitnya adalah 1.500 ml. (Sylvia a. Price, 2006).
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting dalam tubuh. Organ ini melakukan
berbagai fungsi, mencakup hal-hal berikut:
Pengolahan metabolik kategori nutrient utama (karbohidrat, lemak, protein) setelah penyerapan
mereka adalah saluran pencernaan.
Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainnya.
Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein-protein yang penting untuk pembekuan
darah, serta untuk mengangkut hormon tiroid, steroid dan kolesterol dalam darah.
Penyimpangan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
Pengaktifan vitamin D.
Pengeluaran bakteri dari sel-sel darah merah yang usang berkat adanya makrofag residen.
7.
2.
3.
a.
b.
ETIOLOGI.
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan abses hati pyogenik.
Abses hati amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebgai parasit non patogen dalam
mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya
sebagian individu yang terinfeksi Enteremoeba histolytica yang memberi gejala invasif, sehingga
di duga ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin patogen dan non patogen. Bervariasinya virulensi
strain ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar (Aru W Sudoyo,
2006).
E.histolytica di dlam feces dapat di temukan dalam dua bentuk vegetatif atau tropozoit dan
bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar tuibuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20
mikron, resisten terhadap suasana kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana
kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit, mengandung
protease yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi
jaringan.
Abses hati piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah
E.coli. Selain itu, penyebabnya juga adalah streptococcus faecalis, Proteus vulgaris, dan
Salmonellla Typhi. Dapat pula bakteri anaerob seperti bakteroides, aerobakteria, akttinomesis,
dan streptococcus anaerob. Untuk penetapannya perlu dilakukan biakan darah, pus, empedu, dan
swab secara anaerob maupun aerob (Aru W Sudoyo, 2006).
4.
a.
PATOFISIOLOGI.
Amoebiasis Hepar
Amebiasis hati penyebab utamanya adalah entamoeba hystolitica. Hanya sebagian kecil
individu yang terinfeksi E.hystolitica yang memberi gejala amebiasis invasif, sehingga ada
dugaan ada 2 jenis E.hystolitica yaitu strain patogen dan non patogen. Bervariasinya virulensi
berbagai strain E.hystolitica ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada
hati. Patogenesis amebiasis hati belum dapat diketahi secara pasti. Ada beberapa mekanisme
yang telah dikemukakan antara lain : faktor virulensi parasit yang menghasilkan toksin,
ketidakseimbangan nutrisi, faktor resistensi parasit, imunodepresi pejamu, berubah-ubahnya
antigen permukaan dan penurunan imunitas cell-mediated. (Arief Mansjoer, 2001)
1.
2.
1.
2.
3.
4.
c.
e.
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan proses yang
disebut peradangan.
Awalnya, seperti bakteri mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, beberapa kejadian terjadi:
a.
Darah mengalir ke daerah meningkat.
b.
Suhu daerah meningkat karena meningkatnya pasokan darah.
Wilayah membengkak akibat akumulasi air, darah, dan cairan lainnya.
d. Ternyata merah.
Rasanya sakit, karena iritasi dari pembengkakan dan aktivitas kimia.
f. Keempat tanda-panas, bengkak, kemerahan, dan sakit-ciri peradangan
http://cwechadel.blogspot.com/2012/01/askep-abses-hepar.html di akses pada tanggal 7 April
2013.
6.
PENATALAKSANAAN.
1.
1.
2.
3.
2.
Medikamentosa
Derivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit intestinal/ekstraintestinal atau kista.
Obat ini dapat diberikan secara oral atau intravena.
Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai berikut :
Metronidazole : 3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah dengan ;
Kloroquin fosfat : 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20 hari, ditambah;
Dehydroemetine : 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuskular (maksimum 99 mg/hr) selama 10 hari.
1.
2.
3.
3.
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I, (1998). Pemeriksaan penunjang antara lain
Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan faal
hati.
Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan diafragma, efusi pleura,
kolaps paru dan abses paru.
Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas diatas hati.
Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas diafragma.
Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I (1998) Pengobatan dilakukan tiga cara :
a. Kemotrapi
Obat-obat dapat diberikan secara oral atau intravena sebagai contoh untuk gram negatif
diberi Metranidazol, Clindamisin atau Kloramfenikal.
b. Aspirasi Jarum
Panda abses yang kecil atau tidak toksik tidak perlu dilakukan aspirasi. Hanya dilakukan
pada ancaman ruktur atau gagal pengobatan konserfatif. Sebaliknya aspirasi ini dilakukan
dengan tuntunan USG. http://munajat96.blogspot.com/2012/03/lp-abses-hepar.html di akses pada
tanggal 7 April 2013.
8.
PROGNOSIS.
1.
2.
3.
4.
Virulensi parasit
Status imunitas d an keadaan nutrisi penderita
Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk letak dan jumlah abses,
prognosis lebih buruk bila abses di lobus kiri atau multiple. Sejak digunakan pemberian obat
seperti emetine, metronidazole, dan kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab kematian
biasanya karena sepsis atau sindrom hepatorenal.
http://lombokraizaltravel.blogspot.com/2011/04/abses-hepar.html di akses pada tanggal 7 April
2013.
9.
KOMPLIKASI.
Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture abses sebesar
5 15,6%, perforasi
abses keberbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru, pericardium, usus, intraperitoneal atau
kulit. Kadang-kadang dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase.
(Menurut Julius, Ilmu penyakit dalam, jilid I, 1998).
http://munajat96.blogspot.com/2012/03/lp-abses-hepar.html di akses pada tanggal 7 April 2013.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Menurut Doenges,E.M (2000), diagnosa keperawatan pasien dengan Abses Hepar
meliputi :
Pola napas, tidak efektif berhubungan dengan Neuromuskular, ketidakseimbangan
perceptual/kognitif.
Perubahan persepsi/sensori: proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia: penggunaan
obat-obat farmasi.
Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap pembatasan pemasukan cairan secara oral
(proses/prosedur medis/adanya rasa mual).
Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas otot.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanisme pada kulit/jaringan.
Resiko tinggi infeksi berubungan dengan luka oprasi dan prosedur invasif.
Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan proses penyakit, efek hospitalisasi, perubahan
lingkungan
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/situasi, prognosis, kebutuhan
pengobatan.
12.
INTERVENSI KEPERAWATAN.
Intervensi / Perencanaan berdasarkan Doenges,E.M (2000) perawatan pasien pasca operatif
:
a.
Tujuan : pola pernapasan normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia.
Intervensi :
1)
Pertahankan jalan udara pasien memiringkan kepala
2) Auskultasi suara napas.
3)
Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu pernapasan.
4)
Pantau tanda-tanda vital secara terus-menerus.
5)
Lakukan gerak sesegera mungkin
6)
Observasi terjadinya yang berlebih
7)
Lakukan penghisapan lendir bila perlu
8)
Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan
9)
Berikan terapi sesuai instruksi
b.
1)
c.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
d.
Tujuan: rasa nyeri/sakit telah terkontrol/dihilangkan, klien dapat beristirahat dan beraktifitas
sesuai kemampuan.
Intervensi:
1)
Kaji skala nyeri, intensitas, dan frekuensinya.
2)
Evaluasi rasa sakit secara regular.
3)
Kaji tanda-tanda vital.
4)
Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin sesuai prosedur operasi.
5)
Letakkan reposisi sesuai petunjuk.
6)
Dorong penggunaan teknik relaksasi.
7)
Berikan obat sesuai petunjuk.
e.
Intervensi:
1)
Kaji kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional
2)
Letakkan klien pada posisi tertentu.
3)
Pertahankan kesejahteraan tubuh secara fungsional.
4)
Bantu atau tindakan untuk melakukan latihan rentang gerak.
5)
Berikan perawatan kulit dengan cermat.
6)
Pantau haluaran urine.
f.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi dan prosedur invasif.
Gangguan kebutuhan istrahat tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan dan efek
hopitalisasi.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
h.
DAFTAR PUSTAKA
Aru, W. Sudoyo, dkk. (2006). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 Edisi Empat. Jakarta : Balai
Penerbitan FK-UI.
Bruner dan Suddarth. ( 2000 ). Buku Ajaran KMB. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Cameeron. (1995). Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara.
Doenges, E., Moorhouse, MF dan Geissler, A. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Harjono, dkk. (1996). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Mansjoer, Arief. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran; Jilid 1, Edisi Ketiga. Jakarta : Media
Aesculapius. Halaman 512.
Microsoft Encantta Reference Library.( 2004 ). Liver, Amebiasis Abses and Calf Diphteria/ Fusa
bakteriun necrosphorum.
Sherwood. (2001). System Pencernaan, dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke sistem. Jakarta : EGC.
Halaman 565.
Sylvia a. Price. (2006). Gangguan System Gastro Intestinal, dalam buku Patofiologi. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteranm EGC. Halaman 472-474.
Abses hepar. (online). http://netral-collection-knowledge.blogspot.com/2009/07/abses-hepar.html.
Diakses 13 Maret, 2011
http://adriananers.blogspot.com/2011/12/abses-hepar.html.
http://cwechadel.blogspot.com/2012/01/askep-abses-hepar.html
http://lombokraizaltravel.blogspot.com/2011/04/abses-hepar.html
http://munajat96.blogspot.com/2012/03/lp-abses-hepar.html