Você está na página 1de 9

Glukosa dalam darah mengikat secara nonenzymatik residu Nterminal valine dari rantai -hemoglobin A dalam sel darah

merah.
Setelah modifikasi kimia spontan, dan penataan ulang Amadori,
produk ireversibel HbA1c terbentuk, maka semakin tinggi glukosa,
HbA1c semakin tinggi pula. HbA1c beredar pada seumur sel darah
merah. Hal ini mencerminkan konsentrasi glukosa darah yang
berlaku selama 2-3 bulan sebelumnya.
The Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) pada diabetes
tipe 1dan the UK Prospective Study (UKPDS) pada diabetes tipe 2
keduanya menunjukkan hubungan antara risiko meningkatnya
mikrovaskuler dan komplikasi makrovaskuler diabetes dengan
meningkat HbA1c. HbA1c menunjukkan ukuran risiko individu dari
komplikasi jangka panjang dari diabetes.
Seri pengukuran HbA1c menunjukkan bagaimana melakukan kontrol
glukosa individu, dan kemungkinan risiko komplikasi, perubahan
dalam manajemen terapi. HbA1c harus diukur 2-6 bulan. Target
tingkat HbA1c dapat diatur untuk setiap pasien dan terapi dapat
disesuaikan.
Target Umum HbA1c adalah 6.5-7.5% harus ditetapkan untuk setiap
individu, dengan mempertimbangkan risiko hipoglikemia parah,
status kardiovaskular dan co-morbiditas.
Table 1. Distribution of Mean HbA1c levels (% of total hemoglobin)
(Population Norms)
Age

Men

Wome
n

Source

5-24
years

5.02
%

4.95%

NHANES III; (Saaddine,FagotCampagna et al.2002

40-45
years

5.02
%

4.1%

The
Telecom
Study;(Simon,
Senan et al.1989)

60
years

5.05
%

5.32%

The
Telecom
Study;(Simon,
Senan et al.1989)

HbA1c bukanlah satu satunya alat untuk mendiagnosis Diabetes.


Pada pertemuan Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes, HbA1c untuk
diagnosis (At the European Association for the Study of Diabetes
meeting on HbA1c for diagnosis), banyak dokter tidak percaya
tingkat hemoglobin terglikasi spontan untuk mendiagnosa diabetes,
meskipun merupakan pedoman ADA.
Adalah risiko tinggi, pasien pre-diabetes tidak diobati jika HbA1c
kurang dari 6,5%, dan Glukosa puasa atau tes toleransi glukosa
sering ditunjukkan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Beberapa

penelitian
yang
dipresentasikan
pada
pertemuan
EASD
menunjukkan bahwa banyak pasien di populasi berisiko tinggi yang
memang memiliki diabetes dengan HbA1c 6,5% yang cutoff.
Pada bulan Januari 2010, ADA menganjurkan penggunaan HbA1c
lebih besar dari atau sama dengan 6,5% untuk mendiagnosa
diabetes. Secara historis, tes telah direkomendasikan hanya untuk
kontrol pemantauan glukosa, sedangkan diagnosis tergantung pada
tes glukosa plasma puasa (126 mg / dL atau 7,0 mmol / L) atau dua
jam tes toleransi glukosa (200 mg / dL atau 11,1 mmol / L).
Keuntungan pengukuran HbA1c atas pengukuran gula darah, adalah
puasa termasuk yang tidak diperlukan dan HbA1c tidak dipengaruhi
oleh stres dan dengan demikian lebih dapat diandalkan. Hemoglobin
terglikasi juga umumnya lebih tinggi bagi kelompok etnis tertentu,
terutama kulit hitam, serta pasien yang lebih tua dan terkena
anemia, yang dapat menyebabkan misdiagnosis.
Setelah DCCT, ada sebuah standar baru yang spesifik untuk HbA1c
disiapkan oleh Federasi Internasional Kimia Klinik dan Laboratorium
Kedokteran (IFCC). Di masa depan, produsen akan memasok nilai
standar IFCC untuk kalibrator mereka serta nilai-nilai yang selaras
DCCT. Unit untuk melaporkan HbA1c juga akan berubah sehingga
HbA1c yang dilaporkan oleh laboratorium dapat dilacak dengan
metode referensi IFCC. Perbandingan global hasil HbA1c dapat
dilakukan. Nilai eqivalen DCCT untuk HbA1c juga akan diberikan
untuk dua tahun pertama perubahan.
Hasil HbA1c dilacak dengan metode referensi IFCC dan dinyatakan
sebagai mmol per mol unglycated hemoglobin.
Hubungan pengukuran antara metode referensi baru IFCC dan
DCCT aligned telah stabil selama beberapa tahun. Hasil HbA1c
yang dinyatakan sebagai
%hemoglobin, maka persamaan
menggambarkan hubungan adalah:
IFCC-HbA1c (mmol / mol) = [DCCT-HbA1c (%) 2,15] x 10,929
panduan untuk nilai-nilai baru dinyatakan sebagai mmol / mol
adalah:
Saat
selaras
(%)

DCCT
HbA1c

New IFCC HbA1c


(mmol / mol)

4.0

20

5.0

31

6.0

42

6.5

48

7.0

53

7.5

58

8.0

64

9.0

75

10.0

86

Setara dengan target HbA1c DCCT saat ini sebesar 6,5% dan 7,5%
yang 48mmol/mol dan 58mmol/mol di unit baru, dengan kisaran
referensi non-diabetes dari 4,0% menjadi 6,0% menjadi 20 mmol /
mol sampai 42 mmol / mol .
Hasil HbA1c dinyatakan dalam unit baru jelas sangat berbeda
dengan yang saat ini digunakan. Sejak 1 Juni 2009, hasil akan
diberikan di Inggris karena kedua unit IFCCstandardised (mmol /
mol) dan unit selaras DCCT (%). Ini akan memberikan waktu semua
orang untuk menjadi akrab dengan unit baru dan bagaimana
mereka berhubungan dengan angka DCCT, dan dengan risiko
komplikasi.
Mulai 1 Oktober 2011, semua hasil pengukuran HbA1c akan
dilaporkan hanya dalam unit IFCC
( dari berbagai sumber)
naskah lain :
Obat Tradisional untuk diabetes, klik disini :
https://muhlis3.wordpress.com/?s=daun+bungur&searchbutton=go!
Apakah HbA1c itu ?
HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa dengan
hemoglobin (bagian dari sel darah merah yang bertugas
mengangkut oksigen ke seluruh bagian tubuh). HbA1c yang
terbentuk akan tersimpan dan tetap bertahan di dalam sel darah
merah selama 3 bulan, sesuai masa hidup sel darah merah.
Jumlah HbA1c yang terbentuk, tergantung kadar glukosa di dalam
darah sehingga hasil pemeriksaan HbA1c dapat menggambarkan
rata-rata kadar glukosa darah selama 3 bulan.
Mengapa diabetisi perlu periksa HbA1c ?
Diabetisi perlu melakukan pemeriksaan HbA1c untuk mengetahui
rata-rata kadar glukosa darah dalam waktu 1-3 bulan sebelumnya.
Dengan demikian, diabetisi dapat menilai pengendalian diabetesnya
dengan tujuan untuk mencegah komplikasi diabetes. Selain itu,
pemeriksaan HbA1c juga dapat digunakan untuk menilai efektivitas
perubahan terapi setelah 2-3 bulan.
Apa tidak cukup periksa glukosa darah saja ?
Pemeriksaan glukosa darah hanya mencerminkan kadar glukosa
darah pada saat diabetisi diperiksa, tetapi tidak menggambarkan
pengendalian diabetes jangka panjang ( 3 bulan). Meski demikian,

pemeriksaan glukosa darah tetap diperlukan dalam pengelolaan


diabetes, terutama untuk mengatasi permasalahan yang mungkin
timbul akibat perubahan kadar glukosa darah secara mendadak.
Jadi, pemeriksaan HbA1c tidak dapat menggantikan maupun
digantikan oleh pemeriksaan glukosa darah, tetapi pemeriksaan ini
saling menunjang untuk memperoleh informasi yang tepat
mengenai kualitas pengendalian diabetes seseorang.
Apa

makna hasil pemeriksaan HbA1c ?


Nilai HbA1c < 6.5 % berarti kendali diabetes baik.
Nilai HbA1c 6.5 8 % berarti kendali diabetes sedang.
Nilai HbA1c > 8 % berarti kendali diabetes buruk.

Siapa yang perlu periksa HbA1c ?


Semua diabetisi memerlukan pemeriksaan HbA1c secara berkala
untuk mendapatkan pengendalian diabetes yang baik.
Kapan diabetisi perlu periksa HbA1c ?
Sebaiknya diabetisi melakukan pemeriksaan HbA1c pada evaluasi
medis pertama kali semenjak terdiagnosa menderita diabetes,
selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali sebagai bagian
dari pengelolaan diabetes.
Di mana dapat periksa HbA1c ?
Pemeriksaan HbA1c dapat dilakukan di Laboratorium
Bagaimana cara melakukan pemeriksaan HbA1c ?
Oleh karena hasil pemeriksaan HbA1c tidak dipengaruhi oleh
asupan makanan, obat maupun olahraga, maka diabetisi dapat
melakukannya kapan saja tanpa perlu persiapan khusus. Sampel
yang diperlukan berupa darah yang diambil dari pembuluh darah
vena (di lengan).
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Penilaian status gizi terbagi atas dua yakni penilaian status gizi secara
langsung yang dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik. Dan penilaian status gizi secara tidak langsung yakni,
survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Pengukuran
antropometri relatif mudah dilaksanakan. Akan tetapi untuk berbagai cara,
pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan
keterangan untuk pelaksananya.[6]
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Dalam
pengukuran indeks antropometri sering terjadi kerancuan, hal ini akan
mempengaruhi interpretasi status gizi yang keliru. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Perbedaan
penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status
gizi yang berbeda.6

Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari


sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran
dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada
berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal
lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status
gizi pada bayi dan anak.1
Istilah Antropometri berasal dari kata Anthro yang berarti manusia dan metri
yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu
studi yang berkaitan dengan pengukuran bentuk, ukuran (tinggi, lebar) berat dan lainlain yang berbeda satu dengan lainnya (Sutalaksana,1996). Menurut Nurmianto
(1991), antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari
data tersebut untuk penanganan masalah desain. Antropometri secara lebih luas
digunakan sebagai pertimbangan ergonomis proses perencanaan produk maupun
sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.2
Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara lebih luas
antara lain dalam hal perancangan areal kerja (work station), perancangan alat kerja
seperti mesin, equipment, perkakas (tools), perancangan produk-produk konsumtif
seperti pakaian, kursi, meja, dan perancangan lingkungan fisik. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk,
ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang akan dirancang sesuai
dengan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut.2
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara
antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Pengertian istilah Nutritional
Anthropometry mula-mula muncul dalam Body Measurements and Human Nutrition
yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966)
sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia
pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2
tipe yaitu: pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran
lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut
umur pada umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk
menilai pertumbuhan. Kurang berat tidak hanya menunjukkan konsumsi pangan yang
tidak cukup tetapi dapat pula mencerminkan keadaan sakit yang baru dialami.3
Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh
manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran
persentil. Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat
dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan
mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing. Penelitian
yang dilakukan Chang terhadap 30 orang laki-laki sebegai operator pneumatic
screwdriver usia 22 tahun panjang lengannnya rata-rata 18,2 cm dan tinggi tubuh ratarata 168,5 cm, ternyata yang melakukan kerja pada posisi duduk lebih menerima
getaran pneumatic screwdriver dan otot lengan depannya mengalami stress dibanding
yang posisi kerja berdiri.3
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun.
IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan
olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya
seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat untuk
penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat

dengan bertambahnya umur.


Rumus perhitungan IMT:
IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia
harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau
BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu
mempertimbangkan berat badan orang tua.1
Tabel 2: Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia:[7]
Kategori
Kurus

IMT
Kekurangan BB tingkat berat

< 17,0

Kekurangan BB tingkat ringan

17,0 - < 18,5

Normal

Gemuk

18,5 22,9
Kelebihan BB tingkat ringan

23 24,9

Kelebihan BB tingkat moderat (Obes I)

> 25 29,9

Kelebihan BB tingkat berat (Obes II)


> 30,0
Sumber. Sirajuddin 2012.
Indeks massa tubuh telah digunakan dalam beberapa penelitian populasi
internasional untuk menilai risiko penyakit di antara orang dewasa. BMI meningkat
jelas terkait dengan risiko yang lebih tinggi dari tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus tipe 2, faktor risiko kardiovaskular penyakit lainnya, dan mortalitas
meningkat. Memang, risiko relatif untuk faktor risiko penyakit kardiovaskular
kejadian penyakit kardiovaskular meningkat dinilai dengan peningkatan BMI pada
semua kelompok populasi. Selain itu, asosiasi antara gangguan muskuloskeletal,
gangguan dalam fungsi pernapasan dan fisik, dan kualitas hidup. Akibatnya, dalam
studi epidemiologi, BMI digunakan untuk mengetahui kelebihan berat badan atau
obesitas pada orang dewasa dan untuk memperkirakan risiko terkena penyakit. Perluh
diketahui bahwa anak yang pendekpun dapat mengalami kelebihan berat badan. Maka
perluh mempertahankan berat badan normal.7
Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Digunakan untuk mendiagnosa bayi
normal atau BBLR (dibawah 2500 gram). Pada masa bayi atau balita, berat badan
dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali
terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan
menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja,
lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien edema dan asites,
terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan
lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.6
Penimbangan (berat badan) adalah pengukuran antropometri yang umum
digunakan dan merupakan kunci yang memberi petunjuk nyata dari perkembangan
tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat badan merupakan suatu pencerminan dari
kondisi yang sedang berlaku dan ukuran yang paling baik mengenai konsumsi kalori
protein dan karbohidrat.[8]
Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama:6

- Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan
gambaran pertumbuhan.
Umum dan luas dipakai di Indonesia.
Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
KMS yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor
kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.
Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,
berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks
yang tidak tergantung pada umur.
Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi dengan
menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan
di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:6
a. Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain.
b. Mudah diperoleh dan relatife murah harganya.
c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg.
d. Skalanya mudah dibaca.
e. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Tinggi badan merupakan parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu
dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Merupakan ukuran
kedua yang penting, karena dengan menghubungkan BB terhadap TB (quac stick)
factor umur dapat dikesampingkan.6
WHR (Rasio lingkar pinggang dan panggul)
Pengukuran rasio lingkar pinggang dan panggul yang menghasilkan indeks tinggi
harus memperhatikan penyebabnya karena simpanan lemak atau otot torso yang
berkembang. Jadi perlu diukur tebal lipatan kulit abdomen untuk mengetahuinya.
Tujuan pengukuran lingkar pinggang dan pinggul adalah untuk mengetahui resiko
tinggi terkena penyakit DM II, kolesterol, hipertensi, dan jantung. Lingkar pinggang
diukur di indentasi terkecil lingkar perut antara tulang rusuk dan krista iliaka, subjek
berdiri dan diukur pada akhir ekspirasi normal dengan ketelitian 0,6 cm menggunakan
pitameter. Lingkar pinggul diukupenonjolan terbesar pantat, biasanya di sekitar pubic
sympisis, subjek berdiri diukur menggunakan pitameter dengan ketelitian 0,1 cm.[10]
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan
metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak
bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan.
Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh ukuran umur yang digunakan
adalah rasio lingkar pinggal-pinggul. Pengukuran lingkar pinggang dan lingkar
pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tetap, karena
perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang beerbeda.7
Suatu studi prospektif menunjukkan rasio pinggang-pinggul berhubungan dengan
penyakit kardiovaskular.7
Rumus Menghitung Nilai WHR:7

Tabel 4: Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada


jenis kelamin dan kelompok umur:7
Jenis
kelamin

Pria

Wanita

Kelompok
umur

Resiko
Low

Moderate

High

Very high

20-29

< 0,83

0,83-0,88

0,89-0,94

> 0,94

30-39

< 0,84

0,84-0,91

0,92-0,96

> 0,96

40-49

< 0,88

0,88-0,95

0,96-1,00

> 1,00

20-29

< 0,71

0,71-0,77

0,78-0,82

> 0,82

30-39

< 0,72

0,72-0,78

0,79-0,84

> 0.84

< 0,73

0,73-0,79

0,80-0,87

> 0,87

40-49
Sumber. Sirajuddin 2012.
DAFTAR PUSTAKA
1.

Sandjadja dkk. 2010. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta :


Kompas.
2.
Nugroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan
Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia. Cermin Dunia
Kedokteran. XI : 678-745.
3.
Deniz Nazire. 2007. Antropometrik pengukuran dan analisis komposisi tubuh
remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik.
4.
Karmegam, dkk., 2011. Antropometrik studi di kalangan orang dewasa yang
berbeda etnis di Malaysia.
5.
Perisinotto, dkk., 2002. Anthropometric measurements in the elderly: age and
gender differences.
6.
Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
7.
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara
Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.
8.
Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University
Press.
9.
Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut
(Manula) Berdasarkan Usia dan etnis pada 6 Panti terpilih di DKI Jakarta dan
Tangerang tahun 2005. Jurnal UI. X :ISSN 1693-6728.
10. Kristanti. 2010. Penakit Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan
Elektrolit. Yogyakarta : Citra Pustaka.
11. Steven, june., Jianwencai., Pamuk, E., Williamson, Df., Michaelj. Thun, M.D.,&
Joy L. Wood, M.S.. (1998) . The Effect Of Age On The Association Between BodyMass Index And Mortality. The New England Journal Of Medicine Vol. 338 Januari
1, 1998no.1.
12. Esmaillzadeh, A., Mirmiran, P., & Azizi, F. (2004) Waist-To-Hip Ratio Is A
Better Screening Measure For Cardiovascular Risk Factors Than Other
AnthropometricIndicators In Tehranian Adult Men International Journal Of Obesity
(2004) 28,13251332.
13. Campbell., Avenel. A & A.E. Walker. (2002). Assessment Of Nutritional Status

In Hospital In-Patients. Q J Med 2002; 95:8387.


14. Afif maulidiyah & adiani sulistiani. 2012. Jurnal kebidanan, vol. IV. No.01, Juni
2012. Hungan lingkar lengan atas (LILA) dan kadar hemoglobin dengan berat lahir.
15. Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). Wealth Status, Mid Upper Arm
Circumference (MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth
Weight in Kersa, Ethiopia. PLoS ONE www.plosone.org June 2012, Vol. 7 Issue 6
e39957.
16. Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003).
Body composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of initial
adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity (2003)
27, 410415.

Você também pode gostar