Você está na página 1de 6

Nama

NIM
Kel.
Shift

: Anastasia Cindy Novela


: 03031281320023
:1
:A

PEMBUATAN BIODIESEL DARI GELOMBANG MIKRO


Cadangan bahan bakar diesel fosil semakin menipis dan pada suatu saat
akan habis. Biodiesel sangat berpotensi untuk menggantikan bahan bakar solar,
karena dapat dibuat dari sumber yang terbarukan, minyak nabati ataupun minyak
hewani. Keuntungan menggunakan bahan bakar alternatif adalah emisi yang lebih
baik, biodegradabilitas, dan tidak berkontribusi dalam peningkatan kadar CO2 di
atmosfer. Biodiesel memiliki beberapa keuntungan tersendiri dibanding solar
dalam aspek keamanan, biodegradabilitas, dan lingkungan. Keuntungan biodiesel
yaitu salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena biodiesel
dapat mengurangi emisi gas karbon monoksida (CO) dan gas karbon dioksida
(CO2) dan bebas kandungan sulfur dibandingkan dengan bahan petroleum diesel
lainnnya
Reaksi

antara

minyak

(trigliserida)

dengan

alkohol

telah

lama

dikembangkan untuk memproduksi sabun, detergen, dan produk berbasis lemak.


Transesterifikasi adalah reaksi reversible, dimana trigliserida berubah secara
sempurna menjadi digliserida, monogliserida, dan terakhir menjadi gliserin.
Stoikiometrinya, tiga mol alkohol diperlukan untuk satu mol trigliserida, tetapi
dalam prakteknya diperlukan perbandingan yang lebih besar dari itu untuk
menggeser kesetimbangan sehingga menghasilkan ester yang lebih banyak. Reaksi
transesterifikasi mengubah trigliserida (96-98% minyak) dan alkohol menjadi
ester, dengan sisa gliserin sebagai produk sampingnya. Hasilnya molekul-molekul
trigliserida yang panjang dan bercabang diubah menjadi ester-ester yang lebih
kecil yang memiliki ukuran dan sifat yang serupa dengan minyak solar.
Alkohol yang digunakan adalah alkohol dengan rantai pendek, seperti
metanol, etanol dan butanol. Metanol dan etanol dapat dengan mudah dihasilkan
dari bahan nabati. Etanol menghasilkan etil ester yang lebih sedikit dan
meninggalkan sisa karbon yang banyak. Metanol selain harganya yang lebih
murah, juga adalah jenis alkohol yang paling umum digunakan. Metanol dan
etanol adalah jenis alkohol yang banyak dipakai dalam industri, karena kedua jenis
alkohol ini memberikan reaksi yang relatif lebih cepat. Reaksi dengan alkohol

yang mempunyai titik didih lebih rendah dilaksanakan pada suhu 70-85C,
sedangkan untuk reaksi dengan alkohol yang mempunyai titik didih tinggi
dilakukan pada suhu 200-250 C. Reaktor yang dipakai diusahakan dalam keadaan
kering dan kadar asam lemak bebas yang ada dalam minyak atau lemak harus
kecil. Konsentrasi katalisator akan berkurang karena air dan asam lemak bebas
akan bereaksi dengan katalisator yang sifatnya basa dan membentuk sabun.
Katalis yang digunakan untuk reaksi tersebut dapat berupa katalis asam
atau basa. Reaksi transesterifikasi baik yang menggunakan katalis asam atau basa
membutuhkan panas. Pada proses pembuatan biodiesel secara konvensional, panas
mengalir secara konveksi. Proses transesterifikasi merupakan bagian terpenting
pada rangkaian proses produksi biodiesel dan berpengaruh pada proses pemurnian
pasca reaksi. Microwave atau gelombang mikro telah lama digunakan sebagai
metode

pemanasan.

Pemanasan

dengan

gelombang

mikro

mempunyai

karakteristik yang berbeda dengan pemanasan konvensional, karena panas


dibangkitkan secara internal akibat getaran molekul-molekul target oleh
gelombang mikro. Karena karakter gelombang mikro yang dapat menembus
molekul target, maka pemanasan dengan gelombang mikro berlangsung secara
simultan. Hal ini berbeda dengan pemanasan konvensional, dimana panas mengalir
dari sumber eksternal secara konveksi atau konduksi. Pemanasan seperti ini
memerlukan energi yang besar dan waktu yang cukup lama.
Berbagai

penelitian

penggunaan

gelombang

mikro

pada

reaksi

transesterifikasi secara batch menunjukkan bahwa gelombang mikro sangat efektif


untuk menunjang reaksi transesterifikasi. Gelombang ini dapat merambat melewati
cairan sehingga proses pemanasan akan berlangsung lebih efektif dan proses
pembuatan biodiesel dapat dilakukan lebih singkat. Derajat pemanasan yang
dihasilkan oleh gelombang mikro dipengaruhi oleh intensitas daya dan lama
pemberian gelombang tersebut.
Rhesa P. Putra dkk, mahasiswa ITS, melakukan penelitian dengan tujuan
untuk membuat biodiesel dari minyak goreng dari kelapa sawit melalui proses
transesterifikasi dengan menggunakan radiasi microwave secara batch serta
mempelajari berapa daya dan waktu optimal yang diperlukan untuk proses

pembuatan biodiesel dengan radiasi microwave dengan katalis H2SO4, CaO dan
tanpa katalis. Metode yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dari minyak
goreng adalah proses reaksi transesterifikasi dengan menggunakan radiasi
gelombang microwave. Bahan yang digunakan adalah minyak goreng yang berasal
dari lemak tumbuhan yang sudah dimurnikan (mengalami proses penyulingan, dan
penghilangan bau) dan berbentuk cair dalam suhu kamar. Minyak goreng yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan FFA sebesar 0,05%.
Peralatan utama yang digunakan adalah sebuah microwave Electrolux
model EMM2007X dengan frekuensi sebesar 2450 MHz dan daya sebesar 800W.
Reaksi transesterifikasi dilakukan dalam reactor kaca volume 250 ml. Pertamatama dilakukan pengukuran densitas minyak goreng. Selanjutnya katalis dengan
metanol (persen massa katalis terhadap minyak goreng disesuaikan dengan
variabel) dicampur dan diaduk. Campuran tersebut kemudian dituang kedalam
reaktor bersam dengan minyak goreng. Setelah itu mengatur daya dan waktu
pemanasan didalam microwave yang disesuaikan dengan variabel. Produk yang
dihasilkan kemudian didiamkan dan didinginkan hingga terbentuk dua lapisan,
lapisan atas (biodiesel) dari lapisan bawah (gliserol). Selanjutnya biodiesel yang
terbentuk dicuci dengan aquades untuk mencegah adanya kontaminasi.
Dalam penelitian ini digunakan tiga variabel, yaitu daya (Watt): 100, 200,
300, 400; waktu (menit): 5, 10, 15, 20; dan jenis katalis: CaO, H2SO4, dan tanpa
katalis. Pada tahap analisis, biodiesel dari hasil reaksi transesterifikasi dianalisa
untuk mendapatkan data yield metil ester, densitas, viskositas, dan flash point. Dari
penelitian diperoleh bahwa hasil yang didapatkan masih belum dapat memenuhi
standar biodiesel yang ditetapkan karena reacktor tidak mampu beroperasi pada
suhu dan tekanan tinggi. Katalis CaO dapat memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan katalis H2SO4 dan tanpa katalis. Kondisi operasi untuk
menghasilkan kualitas yield biodiesel terbaik yaitu pada daya 200 Watt selama 20
menit dengan menggunakan katalis CaO. Yield biodiesel terbesar didapatkan yield
sebesar 60,11%. Bila ditinjau dari waktu reaksi, proses ini jauh lebih cepat dengan
waktu reaksi dalam satuan menit, jika dibandingkan proses konvensional masih
membutuhkan waktu dalam satuan jam. Dari segi katalis, katalis heterogen alkali

memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan katalis homogen asam.
Selain biayanya lebih murah, katalis heterogen juga lebih mudah untuk dipisahkan
dan dapat digunakan kembali untuk proses selanjutnya.
Ketika proses transesterifikasi telah banyak digunakan dan menjadi
penting, ada beberapa pertimbangan inefisiensi dalam proses transesterifikasi saat
ini. Pada pemanasan konvensional untuk proses transesterifikasi (proses batch,
kontinyu, dan supercritical methanol), energi panas ditransfer secara konveksi,
konduksi, dan radiasi dari permukaan ke bahan baku. Dengan demikian,
pemanasan konvensional mengkonsumsi energi lebih banyak dan membutuhkan
waktu lama untuk preheating dan reaksi, optimalnya satu jam untuk menghasilkan
yield biodiesel 95 %. Pemanasan dengan gelombang mikro lebih menguntungkan
jika dibanding pemanasan metode konvensional, dimana pemanasannya sangat
lambat dan tidak efisien karena transfer energi ke bahan tergantung pada arus
konveksi dan konduktivitas termal campuran reaksi.
Ketika proses transesterifikasi konvensional memerlukan waktu 75 menit,
proses dengan microwave hanya memerlukan waktu 4 menit. Pada kenaikan
persentase daya, dalam waktu yang sama, jumlah konversi yang didapat agak
konstan. Penggunaan proses transesterifikasi dengan bantuan gelombang mikro
secara dramatis mengurangi waktu reaksi dari 75 menit menjadi 4 menit, (pada 60
C) sehingga sangat menghemat waktu. Waktu iradiasi harus dikontrol untuk
menghindari overheating yang dapat menghancurkan beberapa molekul organik.
Level daya radiasi tidak boleh terlalu tinggi, yang dapat menyebabkan kerusakan
molekul organik (Saifuddin and Chua, 2004).
Astsari Abdul Majid dkk, mahasiswa Universitas Sebelas Maret,
melakukan penelitian mengenai pembuatan biodiesel dari minyak jelantah dengan
menggunakan iradiasi gelombang mikro. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh daya dan waktu reaksi dalam pembuatan biodiesel dari
minyak jelantah menggunakan iradiasi gelombang mikro. Tahapan percobaan
terdiri dari perlakuan awal, transesterifikasi, pemisahan, pencucian, dan analisis
hasil biodiesel. Perlakuan awal dimulai dengan proses pemucatan (bleaching)
minyak jelantah dengan cara pemanasan dan pengadukan serta penambahan

karbon aktif untuk mengurangi kadar asam lemak bebas pada minyak jelantah.
Proses transesterifikasi dilakukan dengan mencampur minyak jelantah sebelumnya
dengan campuran metanol dan katalis KOH. Selanjutnya campuran ini
dimasukkan ke dalam oven microwave dengan mengatur: (a) variasi daya
microwave (100, 150, 200, 250, dan 300 Watt) pada waktu masing-masing 5 menit,
dan (b) variasi waktu reaksi (5, 10, 15, 20 dan 25 menit) pada daya tetap 100 Watt.
Selanjutnya dilakukan pemisahan biodiesel dan gliserol, lapisan atas adalah
biodiesel dan lapisan bawah adalah gliserol. Biodiesel hasil pemisahan dicuci
berulang kali dengan akuades agar dihasilkan biodiesel yang lebih murni.
Pada awalnya hasil berat biodiesel yang didapatkan akan meningkat
seiring dengan semakin besar daya dan lama waktu pemanasan. Akan tetapi,
ketika daya dan waktu pemanasan optimum telah tercapai maka hasil berat
biodiesel yang didapatkan akan menurun. Dari penelitian diketahui bahwa kondisi
operasi untuk menghasilkan kualitas yield biodiesel terbaik pada daya microwave
sebesar 100 watt dan waktu pemanasan selama 10 menit. Yield biodiesel yang
didapatkan sebesar 93,06%. Hasil analisis GC-MS menunjukkan lima senyawa
metil ester (biodiesel) seperti: metil miristat, metil palmitat, metil linoleat, metil
oleat, dan metil stearat. Sifat fisika biodiesel yang dihasilkan sudah memenuhi
beberapa kriteria SNI untuk biodiesel.
Secara umum, gelombang mikro dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
biodiesel. Pembuatan biodiesel dengan memanfaatkan gelombang mikro
membutuhkan waktu yang jauh lebih singkat jika dibandingkan dengan proses
pembuatan biodiesel secara konvensional. Pengaruh waktu reaksi dan daya
microwave terhadap produk menunjukkan bahwa semakin besar waktu dan daya
pemanasan, maka yield produk yang dihasilkan memiliki kecenderungan
meningkat sampai titik tertinggi (optimum) kemudian akan turun kembali. Hal ini
disebabkan karena reaksi transesterifikasi merupakan reaksi dapat balik. Dimana
setelah mencapai titik optimum, maka reaksi akan bergeser ke reaktan kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Handayani, S.P. 2010. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Ikan dengan Radiasi
Gelombang Mikro. Skripsi S1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Haryanto, A., Silviana, U., Triyono, S., dan Prabawa, S. 2015. Produksi Biodiesel
dari Transesterifikasi Minyak Jelantah dengan Bantuan Gelombang
Mikro: Pengaruh Intensitas Daya dan Waktu Reaksi Terhadap Rendemen
dan Karakteristik Biodiesel. AGRITECH. Vol. 35 No. 2.
Majid, A. A., Prasetyo, D., dan Danarto, Y.C. 2012. Pembuatan Biodiesel dari
Minyak Jelantah Menggunakan Iradiasi Gelombang Mikro. Simposium
Nasional RAPI XI FT UMS-2012.
Saifuddin, N., & Chua, K. H. 2004. Production of Ethyl Ester (Biodiesel) from
Used Frying Oil: Optimization of Transesterification Process using
Microwave Irradiation. Malaysian Journal of Chemistry. p. 077-082.

Você também pode gostar