Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI DERMOSKOPI
Dermoskopi, disebut juga dermatoskopi, epiluminescence dermoscopy,
incidence light dermoscopy, dan surface microscopy, adalah teknik non
invasif yang menggunakan alat genggam dengan cahaya dan pembesaran
(umumnya pembesaran 10 kali) untuk melihat lesi kulit yang dalam. Alat ini
digunakan untuk mendeteksi struktur dan detail dibawah epidermis yang
tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Setelah dokter melakukan
pemeriksaan pada lesi yang dicugai dengan mata telanjang, kemudian
digunakan dermatoskop untuk melihat lebih dekat dan detail. (3, 4, 5)
Dermoskopi terbagi atas tiga jenis yaitu.
Oil
immersion devices,
menggunakan
medium
untuk
mengurangi
dan
penyebaran
permukaan cahaya.
(a)
(b)
(c)
B. KEGUNAAN DERMOSKOPI
Kegunaan dermoskopi adalah sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Jaminan pasien.
i.
b.
c.
gelembung
udara.
Cairan
perantara
menghalangi
Gambar 3. Proses optik dari dermoskopi dengan cahaya terpolarisasi dan non
polarisasi (7)
F. GAMBARAN DERMOSKOPI
Pola yang diobservasi pada dermoskopi terdiri atas 5 elemen dasar
sebagai berikut.
a. Garis (line): objek bersambungan dua dimensi dengan ukuran panjang
lebih besar daripada lebar.
b. Titik (dot): sebuah objek sangat kecil yang memiliki bentuk yang terlihat.
c. Gumpalan (clod): berbatas jelas, objek padat yang lebih besar dari titik,
memiliki bentuk.
d. Lingkaran (circle): garis melengkung yang sama jauhnya dari titik
tengah.
e. Pseudopoda: garis dengan akhiran bulat. (2, 9)
Gambar 4. 5 elemen dasar struktur dermoskopi yaitu garis, titik, gumpalan, lingkaran
dan pseudopoda (atas ke bawah) (2)
Gambar 5. Pola garis pada tampakan dermoskopi yaitu retikular, bercabang, paralel,
radial dan melengkung (dari kiri ke kanan, atas ke bawah) (2, 9)
10
11
12
13
dengan melanoma secara umum, tetapi tidak dapat mendeteksi seluruh lesi
maligna. (10)
a. Analisis pola
Berbagai tipe dari lesi berpigmen kulit, dan perbedaan spesifik
antara lesi melanoma benigna dan maligna, dapat ditentukan melalui
analisis pola pada bentuk spesifik secara dermoskopik. Terdapat 2
langkah dalam proses analisis pola yaitu. (11)
Analisis pola Tahap 1
Tahap pertama yaitu mengidentifikasi lesi melanoma untuk
mencari adanya agregasi globulus, PN, atau corak bercabang (branched
streaks). Jika pola tersebut tidak ada, maka karakteristik lain harus dicari.
Pertama, cari tanda khas untuk blue nevus yaitu adanya area biru
homogen. Kedua, lesi harus di evaluasi adanya mont-eaten border (batas
seperti dimakan ngenat), fingerprinting,comedo-like openingdan milialike cyst. Pada kasus ini, lesi dicurigai sebagai solar lentigo atau keratosis
seboroik. Ketiga, jika terdapat lagoon berwarna merah atau merah
kebiruan hingga hitam, lesi dicurigai sebagai hemangioma atau
angiokeratoma. Terakhir, lesi diperiksa untuk melihat adanya struktur
maple leaf-like, arborizing telangiektasis, spoke-wheel areas, dan sarang
burung abu biru. Lesi ini sesuai dengan karsinoma sel basal. Semua lesi
harus dievalusi kembali untuk menentukan adanya struktur melanoma,
bahkan jika tidak terdapat struktur yang dijelaskan diatas. (11)
14
15
Gambar 11. Diagram menunjukkan pola nevi benigna secara dermoskopik (7)
b. ABCD rule
Gambaran konvensional asimetris, atau yang lebih dikenal ABCD
pada melanoma, yaitu asimetris, tepi ireguler, warna bervariasi, diameter
lebih dari 6 mm. (2)
c. 7 point checklist
7 point checklist berdasarkan pada deteksi 7 bentuk dermoskopik
yang umumnya berhubungan dengan melanoma yaitu.
16
Irregular streaks
Irregular blotches
Skor di kalkukasi melalui jumlah poin, tiap kriteria satu poin. Jika
skor lesi 1 atau lebih, maka harus diperiksa secara hati-hati dengan
kecurigaan sebagai melanoma. (7)
17
d. Metode Menzies
Klasifikasi ini mengidentifikasi 2 aspek negatif dan 9 aspek positif.
Untuk mendiagnosis sebagai melanoma, kedua aspek negatif tidak boleh
ditemukan pada lesi, yaitu satu warna atau poin, dan pigmentasi simetris
axial. Sebagai tambahan, sekurang-kurangnya 1 atau 2 aspek positif
harus ditemukan pada lesi, yaitu blue-white veil, bintik coklat multipel,
pseudopoda, radial streaming, depigmentasi seperti skar, globulus atau
bintik dengan tepi berwarna hitam, banyak warna (5 atau 6), bintik biru
atau abu-abu yang multipel atau broadened network. (7, 11)
e. 3 point checklist
3 point checklist merupakan metode yang sederhana untuk
dipelajari dan digunakan, dan memiliki sensitifitas tertinggi untuk
mengidentifikasi melanoma. Metode ini merupakan algoritme skrining
untuk mendekteksi kanker kulit (melanoma dan karsinoma sel basal
berpigmen) dan diaplikasikan hanya pada lesi berpigmen. Satu poin
diberikan pada tiap kriteria yang tampak pada lesi sebagai berikut. (2)
Jaringan atipik: jaringan pigmen ireguler atau atipik terdiri atas garis
tebal dan lubang ireguler.
18
Gambar 14. Contoh lesi pada 3 point checklist. Skor total 2 atau 3 mengindikasikan
positif, dan lesi harus di lakukan biopsi untuk pemeriksaan lanjut. A: pola asimetris dan
jaringan pigmen atipik. B: pola asimetris dan struktur biru-putih (total 2 poin; diagnosis
melanoma in situ). C dan D: pola asimetris dan struktur biru-putih (total 2 poin, diagnosis
karsinoma sel basal). Lesi C memiliki tampakan klinis oval, tetapi secara dermoskopik
terlihat asimetris karena distribusi warna dan struktur yang tidak merata pada lesi. (2)
Gambar 15. Algoritma chaos and clues. Pengecualian: perubahan lesi pada orang
dewasa, tampakan dermatoskopik abu-abu pada kepala atau leher, lesi nodular berpigmen,
pola mengerut paralel (telapak tangan atau kaki) (9)
19
dapat
mendeteksi
melanoma
secara
dini,
yang
belum
20
BAB III
KESIMPULAN
21
REFERENSI