Você está na página 1de 10

Rekayasa Genetika dalam Produksi Vaksin Malaria

Genetic Engineering in a Malaria Vaccine Production


Moch. Agus Krisno B, Sri Wahyuningsih
Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Tlogomas 246 Malang Telp 464318
Abstract
Malaria is caused by a protozoan parasite Plasmodium strains. Plasmodium falciparum is
the most dangerous species of the four species that infect humans. Infection with P.
falciparum can cause death. Malaria vaccine is an action that is expected to help prevent
malaria in this vaccine is made using genetically engineered pieces of plasmodium that
causes malaria to the chickenpox virus is less active, with chunks of DNA isolation
plasmodium genes combined with the chickenpox virus DNA less active so as to produce a
antygen then use vaccine that is immune to the deadly malaria disease.
Key word : malaria vaccine, cloning, plasmodium and chickenpox virus
Abstract
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit Protozoa galur Plasmodium. Plasmodium
falciparum adalah spesies paling berbahaya di antara empat spesies lain yang menginfeksi
manusia. Infeksi oleh P. falciparum dapat menyebabkan kematian. Vaksin malaria
merupakan tindakan yang diharapkan dapat membantu mencegah penyakit malaria dalam
hal ini vaksin dibuat dengan menggunakan rekayasa genetika potongan plasmodium yang
menjadi faktor penyebab penyakit malaria dengan virus cacar air yang kurang aktif, dengan
potongan DNA dari isolasi plasmodium gen dikombinasikan dengan DNA virus cacar air
yang kurang aktif sehingga dapat menghasilkan antigen yang kemudian digunakan sebagai
vaksin yang kebal terhadap penyakit malaria yang mematikan.
PENDAHULUAN
Sejak beberapa dekade, manusia
ibaratnya menjadi sandera oleh penyakit
malaria. Statistik dari organisasi kesehatan
dunia WHO, semakin menegaskan besaran
dari ancaman wabah penyakit malaria di
dunia. Dilaporkan, setiap tahunnya 300
juta orang terinfeksi malaria. Lebih dari
satu juta orang, meninggal sebagai dampak
penyakit . Terutama kawasan Afrika hitam
yang menjadi kawasan endemik malaria.
Sekitar 90 persen kasus malaria di dunia,

terjadi di kawasan yang selalu diguncang


konflik bersenjata. Akibatnya, selain mutu
kesehatan menurun drastis, beban sosial
dan ekonomi akibat dari wabah penyakit
malaria, sangat membebani perkembangan
kawasan Afrika hitam (Wulandari, 2010).
Malaria merupakan suatu penyakit
infeksi akut hingga kronik yang dapat
disebabkan oleh satu atau lebih spesies
plasmodium, ditandai dengan panas tinggi
bersifat intermitten, anemia, dan hepatosplenomegali, cara untuk memastikan
diagnosis diperlukan pemeriksaan darah

Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

tepi (apusan tebal atau tipis) untuk


konfirmasi adanya parasit Plasmodium,
baagi dunia medis, wabah malaria adalah
tantangan besar yang harus dihadapi,
seperti lazimnya standar dari metode
pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular, pencegahan selalu merupakan
cara terbaik. Disnilah letak masalahnya.
Sejauh ini, pencegahan malaria yang
efektif yakni dalam bentuk vaksinasi,
siklus perkembang biakan penyebab
malaria, yakni Plasmodium falciparum
amat rumit. Memang sudah diketahui,
penyebaran parasit bersel tunggal itu
melalui gigitan nyamuk Anopheles. Tapi,
perkembangannya berbagai tahapan yang
sulit diputus (Suhendi, 2009).
Bioteknologi merupakan cabang
ilmu yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan
lain-lain) maupun produk dari makhluk
hidup (enzim, alkohol) dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan
jasa. Perkembangan bioteknologi tidak
hanya didasari pada biologi semata, tetapi
juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni
lainnya, seperti biokimia, komputer,
biologi molekular, mikrobiologi, genetika,
kimia ,matematika, dan lain sebagainya.
Vaksin malaria merupakan suatu tindakan
yang
diharapkan
dapat
membantu
mencegah penyakit malaria, dalam hal ini
virus cacar air yang kurang aktif di
rekayasa genetika dengan dikombinasikan
menggunakan potongan pada permukaan
plasmodium yang merupakan parasit
dalam penyebab penyakit malaria sendiri
(Wulandari, 2010).

Penyakit Malaria
Malaria merupakan penyakit yang
disebabkan oleh parasit yang bernama

Plasmodium. Penyakit ini dapat ditularkan


melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
parasit tersebut. Di Indonesia terdapat
empat spesies parasit malaria yaitu
Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale,
dan P. malariae. Infeksi Plasmodium
falciparum merupakan penyebab kesakitan
dan kematian tertinggi diantara jenis
malaria lainnya (Harijanto, 2007).
Di dalam tubuh manusia, parasit
Plasmodium akan berkembang biak di
organ hati kemudian menginfeksi sel darah
merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria
akan menunjukan gejala awal menyerupai
penyakit influenza, namun bila tidak
diobati maka dapat terjadi komplikasi yang
berujung pada kematian. Penyakit ini
paling banyak terjadi di daerah tropis dan
subtropis di mana parasit Plasmodium
dapat berkembang baik begitu pula dengan
vektor nyamuk Anopheles. Daerah selatan
Sahara di Afrika dan Papua Nugini di
Oceania merupakan tempat-tempat dengan
angka kejadian malaria tertinggi. Proses
terjadinya penyakit malaria yaitu mulamula Plasmodium bersembunyi di sel hati.
Di sana parasit ini berkembang biak secara
a-seksual, tanpa menimbulkan gejala sakit.
Produk dari perkembang biakan ini,
kemudian menyerang sel-sel darah merah.
Barulah pada stadium ini muncul gejala
penyakit malaria yang khas. Sebagian
parasit tumbuh di dalam sel darah merah
menjadi bentuk yang berkembang biak
secara seksual. Jika sel darah merah yang
mengandung parasit malaria itu disedot
oleh nyamuk Anopheles, selanjutnya
terjadi perkembang biakan seksual di
dalam tubuh nyamuk. Disinilah terbentuk
partikel yang bagi manusia menimbulkan
penyakit infeksi malaria, yakni Sporozoit
yang berbentuk seperti sabit. Untuk
meredam wabah malaria, siklus inilah yang
harus diputuskan. Caranya, dapat dengan
pemberantasan nyamuk inang perantara,

Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

atau juga menumpas Plasmodium di dalam


tubuh manusia, dengan menggunakan
vaksin malaria (harijanto, 2007).

dalam siklus hidupnya: vektor nyamuk dan


inang vertebra.

Gambar : plasmodium (anonymous,


2010).

Gambar : siklus
(wulandari, 2010).

penyakit

malaria

Penularan malaria terjadi melalui


gigitan nyamuk Anopheles betina atau
melalui inokulasi langsung sel-sel darah
merah yang telah terinfeksi. Stadium
infektif Plasmodium disebut sporozoit.
Sporozoit yamg berhasil masuk ke dalam
tubuh manusia sebagian besar mengikuti
aliran darah menuju hepar dan sebagian
kecil dirusak dengan fagositosis oleh
makrofag dalam darah (Harijanto, 2007).
Plasmodium dan Virus Cacar Air
-

Plasmodium

Plasmodium merupakan genus


protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan
oleh genus ini dikenal sebagai malaria.
Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang

Klasifikasi :
Filum : Apicomplexa
Kelas : Aconoidasida
Ordo : Haemosporida
Famili : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
-

Cacar Air

Cacar air merupakan penyakit yang


disebabkan oleh infeksi virus Varicellazoster. Virus ini menginfeksi manusia
dengan sifat sistemik, maksudnya virus ini
menimbulkan reaksi menyeluruh, bukan
bersifat lokal.
Penderita penyakit cacar air menularkan
penyakitnya ke orang lain melalui cara:
1. Droplet (partikel cairan yang
dikeluarkan dari mulut pada waktu
bersin, batuk, atau berbicara yang
mengandung kuman penyakit, yaitu
virus Varicella-zoster) yang masuk
ke tubuh orang sehat.

Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

2. Melalui kontak langsung, yaitu


bersentuhan dengan penderita
Setelah masuk ke tubuh manusia, virus
akan memperbanyak diri dan menyebar ke
jaringan setempat melalui aliran darah dan
aliran getah bening. Virus memperbanyak
diri kembali hingga virus menyebar ke
seluruh tubuh dan terutama mencapai kulit
dan selaput lendir. Periode menular 1-2
hari sebelum, sampai 5-6 hari setelah
timbulnya ruam. Berat ringannya gejala
cacar air sangat ditentukan oleh daya tahan
tubuh, yaitu imunitas tubuh. Tanda awal
umumnya berupa: demam yang tidak
tinggi, tidak enak badan, sakit kepala, yang
dialami 1-3 hari sebelum munculnya ruam
atau plentingan. Ruam berair muncul,
makin lama makin banyak hingga sekujur
tubuh, termasuk di rongga mulut, mata,
telinga, hidung. Munculnya ruam ini tidak
khas dari bagian tubuh tertentu. Bisa
pertama muncul di lengan, punggung, atau
perut. Pada cacar air di seluruh tubuh dapat
ditemukan bermacam-macam bentuk ruam,
ada yang masih berupa ruam kemerahan,
ruam berair yang berisi cairan jernih, ruam
bernanah, hingga ruam yang sudah
menjadi keropeng. Ruam akan berangsur
mengering seluruhnya hingga pulih setelah
1-3 minggu. Penyakit ini lebih berat dan
sering menimbulkan komplikasi pada bayi,
dewasa, dan orang dengan daya tahan
tubuh yang jelek. Setelah sakit, pasien
kebal seumur hidup. Komplikasi bervariasi
antara 5- 10% kasus, dapat mengenai
sistem saraf pusat, paru-paru, telinga
bagian tengah, dan infeksi kulit yang
parah. Penyakit ini dapat sembuh sendiri
(Anonymous, 2010).
Melacak gen yang akan dinon-aktifkan
Salah satu langkah rekayasa yang
paling rumit, adalah melacak gen tertentu

pada Plasmodium yang cocok untuk


dimatikan fungsinya, juga dapat diketahui,
pencegahan paling efektif adalah dengan
memberikan vaksin malaria dalam stadium
Sporozoit. Dalam situasi normal, dalam
stadium inilah bibit penyakit malaria,
dipindahkan dari inang nyamuk ke dalam
tubuh manusia, melalui gigitan nyamuk
bersangkutan. Vaksin dari plasmodium
utuh tersebut, juga harus dapat melakukan
fungsinya, menyerang sel-sel hati untuk
berkembang biak. Di sinilah fase paling
kritis dari penelitian. Sebab, Plasmodium
harus dapat menyerang sel hati, namun
pada saat yang tepat, perkembangan
selanjutnya yakni serangan ke sel-sel darah
merah, harus dicegah. Setelah penelitian
bertahun-tahun, ditemukan gen yang
disebut UIS-3, yang harus dinonaktifkan,
agar stadium serangan ke sel darah merah
dapat dihindarkan.

Gambar : Sel darah merah yang terinfeksi


oleh P.vivax (anonymous, 2011).
Rekayasa genetika dalam arti
paling luas adalah penerapan genetika
untuk kepentingan manusia. Dengan
pengertian ini kegiatan pemuliaan hewan
atau tanaman melalui seleksi dalam
populasi dapat dimasukkan. Demikian pula
penerapan mutasi buatan tanpa target dapat
pula dimasukkan. Walaupun demikian,

Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

masyarakat
ilmiah
sekarang
lebih
bersepakat dengan batasan yang lebih
sempit, yaitu penerapan teknik-teknik
biologi molekular untuk mengubah
susunan genetik dalam kromosom atau
mengubah sistem ekspresi genetik yang
diarahkan pada kemanfaatan tertentu.
Obyek rekayasa genetika mencakup
hampir semua golongan organisme, mulai
dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah,
hewan tingkat tinggi, hingga tumbuhtumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi
paling banyak berinvestasi di bidang yang
relatif baru ini. Sementara itu bidang lain,
seperti ilmu pangan, kedokteran hewan,
pertanian (termasuk peternakan dan
perikanan), serta teknik lingkungan juga
telah melibatkan ilmu ini untuk
mengembangkan bidang masing-masing.
Vaksin malaria
Vaksin malaria merupakan suatu
tindakan yang diharapkan dapat membantu
mencegah penyakit ini, tetapi adanya
bermacam-macam stadium pada perjalanan
penyakit malaria menimbulkan kesulitan
pembuatannya. Pengobatan yang tepat dan
efektif untuk malaria adalah yang berbasis
artemisinin dengan terapi kombinasi.
Namun, pencegahan malaria tetap lebih
baik jika dibandingkan dengan pengobatan
penyakit tersebut maka dari itu terus
dilakukan pembuatan vaksinnya. Penelitian
pada pembuatan vaksin malaria ditujukan
pada 2 jenis vaksin, yaitu
1. Proteksi terhadap ketiga stadium
parasit:
1. Sporozoit yang berkembang
dalam nyamuk dan menginfeksi
manusia.
2. Merozoit yang menyerang
eritrosit.
3. Gametosit yang menginfeksi
nyamuk

2. Rekayasa genetika atau sintesis

polipeptida yang relevan. Jadi,


pendekatan pembuatan vaksin yang
berbeda-beda mempunyai suatu
kelebihan dan kekurangan masingmasing, tergantung tujuan mana
yang akan dicapai. Vaksin dari
sporozoit Plasmodium falciparum
merupakan vaksin yang pertama
kali diuji coba, dan apabila telah
berhasil, vaksin dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas malaria
tropika terutama pada anak dan ibu
hamil. Dalam waktu dekat akan
diuji coba vaksin dengan rekayasa
genetika.
Konsep memori imunologik dan
transfer imunitas lewat serum atau
imunoglobulin tampaknya berperan pada
proses terbentuknya kekebalan terhadap
malaria. Individu yang sudah terpapar
Plasmodium dalam waktu yang lama
mungkin sudah lebih dulu membangun
imunitas sehingga gejala infeksi tidak
begitu nyata, walaupun dari analisis darah
tebal sudah ditemukan Plasmodium. Selain
itu apabila serum darah seorang dewasa
yang sudah sering terpapar Plasmodium
diberikan kepada orang lain yang belum
pernah terpapar, maka resipien serum itu
akan memperoleh sejumlah imunitas.
Karena itu, prinsip vaksinasi adalah
membuat seseorang yang tidak pernah
terpapar Plasmodium menjadi imun
dengan cara memaparkannya pada
Plasmodium yang dilemahkan. Dalam hal
ini sporozoit adalah bentuk yang terpenting
karena sesuai dengan bentuk Plasmodium
yang dimasukkan nyamuk ke dalam tubuh
manusia. Konsep ini sudah dicoba pada
tahun 1970-an dengan melemahkan
sporozoit lewat radiasi, namun kendala
perbedaan spesies Plasmodium yang amat
bervariasi membuat konsep ini tidak terlalu

Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

berkembang pada saat itu. Sedangkan pada


masa sekarang, permasalahan utama
adalah resistensi parasit yang berkembang
dengan cepat (Suhendi, 2009)
Selain pada fase sporozoit, ada
kemungkinan konsep vaksin bekerja pada
tahap lain dalam siklus hidup Plasmodium.
Secara teoritis setiap tahap perkembangan
Plasmodium dalam tubuh manusia dapat
dibuatkan vaksin. Vaksin preeritrositer
(hepatik) dibuat berdasarkan konsep
penghambatan pelepasan trofozoit dari
skizon hati, yaitu dengan menginduksi
limfosit T sitotoksik untuk merusak sel-sel
hati yang terinfeksi. Vaksin eritrositer
diharapkan dapat menghambat multiplikasi
trofozoit yang dilepaskan skizon hati atau
mencegah invasi trofozoit menuju eritrosit.
Ada pula konsep pembuatan vaksin yang
mampu mencegah perlekatan eritrosit ke
dinding pembuluh darah. Fase seksual juga
dapat dijadikan dasar pengembangan
vaksin. Fase ini tidak berperan imunologis
pada manusia, namun berperan dalam
mencegah penularan lebih lanjut lewat
nyamuk.
Pengembangan vaksin malaria pada
saat ini ditujukan untuk dua kelompok
besar. Yang pertama kepada populasi di
daerah endemik malaria, dan yang kedua
ditujukan untuk turis dari negara
nonendemik yang berkunjung ke negara
endemik.
Berikut ini adalah beberapa kandidat
vaksin malaria yang pernah diuji.
1. Pada tahun 1987 dikembangkan
kandidat vaksin SPf66, dengan
menggunakan antigen permukaan
sporozoit dan merozoit Plasmodium
falciparum. Uji klinik terhadap vaksin
ini gagal di fase III, di mana
efektivitasnya turun dari 75% menjadi
60%.

2. CSP adalah suatu vaksin terhadap


Plasmodium
falciparum
yang
menggunakan rekombinan terhadap
komposisi protein permukaan sporozoit
(circumsporozoite
protein)
yang
berikatan dengan toksin Pseudomonas
aeruginosa. Uji klinik terhadap vaksin
ini gagal di fase I, karena efek
protektifnya tidak begitu kuat.
3. Vaksin multifase NYVAC-Pf7 yang
mengkombinasikan7,antigenP.falciparu
m. Vaksin ini mengandung CSP dan
PfSSP2 (antigen permukaan sporozoit)
yang berfungsi protektif pada fase
sporozoit; 4 antigen LSA1 (beberapa di
antaranya AMA-1, antigen serin, MSP1) yang protektif di fase eritrositer; dan
1 antigen fase seksual (Pfs25). Uji
klinik terhadap vaksin ini gagal
memicu
terbentuknya
antibodi
protektif pada manusia.
4. RTS,S merupakan kandidat vaksin
rekombinan yang mengandung protein
permukaan sporozoit P.falciparum dari
fase preeritrositer yang digabungkan
dengan antigen permukaan virus
hepatitis B; sehingga diharapkan
imunogenisitasnya meningkat. Bahan
adjuvan yang teruji klinis cukup baik
imunogenisitasnya adalah monofosforil
A dan QS21 (SBAS2). Hasil uji
efektivitas kandidat vaksin ini cukup
baik, terutama bagi anak-anak.
Efektivitas vaksin pada anak-anak
ditemukan sebesar 53% untuk adjuvan
AS01E (Bejon et.al; 2008) dan 65.2%
untuk adjuvan AS02D (Abdulla et.al;
2008).
5. PvRII (Plasmodium vivax region II)
merupakan kandidat vaksin yang
ditujukan untuk mengikat protein
reseptor untuk P.vivax; yaitu antigen
Duffy.
6. Sanaria PfSPZ adalah kandidat vaksin
lainnya yang menggunakan sel utuh

Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

Plasmodium dari p.falciparum yang


dilemahkan sebagai pemicu respons
imunitas. Prinsip dasarnya yaitu sama
dengan metode yang iradiasi nyamuk,
mengandung Plasmodium falciparum
untuk melemahkan parasit, yang
pernah dikembangkan pada tahun
1970-an.
Prinsip pembuatan rekayasa genetika
dalam pembuatan vaksin malaria adalah
sebagai berikut :

Gambar : Proses pembuatan vaksin malaria


(Pratiwi, 2006).
a. Mengisolasi (memisahkan) gengen dari organisme penyebab
penyakit
Memisahkan gen - gen dari pembawa
penyakit malaria yaitu plasmodium yang
berperan menghasilkan antigen yang
merangsang limfosit untuk menghasilkan

antibody. Antigen diambil dari (sebagian


atau seluruh) bakteri atau virus penyebab
penyakit, antigen bibit penyakit ini, yang
sebelumnya telah diolah sedemikan rupa,
sehingga tidak akan menimbulkan penyakit
lagi, bila disuntikkan kembali ke dalam
tubuh kita, namun akan merangsang sistim
imunologi tubuh untuk memberi reaksi dan
membuat zat antibody yang diperlukan
untuk melawan dan mematikan bibit
penyakit yang sama bila invasi masuk
dalam tubuh kita sehingga kita terhindar
dari penyakit dan kita menjadi kebal /
imun terhadap penyakit tersebut.
b. Mengekstraksi DNA di permukaan
plasmodium dan DNA pada virus
cacar air yang kurang aktif.
Tipe kloning ada dua macam
meliputi reproduktif dan therapeutic. Tipe
kloning reproduktif, DNA yang berasal
dari sel telur manusia atau hewan
dihilangkan dan diganti dengan DNA yang
berasal dari sel somatik (kulit, rambut, dan
lain-lain) hewan atau menusia dewasa
yang lain. Tipe kloning therapeutic
bertujuan menghasilkan suatu Stem cell
(sel yang belum terdiferensiasi) antara lain
dua jenis stem cell, yaitu totipotent stem
cell (TSC) dan pluripotent stem cell (PSC)
yang memiliki potensi besar untuk
berkembang menjadi organ-organ tubuh
jaringan untuk kepentingan penggantian
organ atau jaringan yang rusak pada
manusia akibat suatu penyakit tertentu
(degeneratif) tanpa adanya penolakan
respon kekebalan tubuh dari penerima
(Muladno, 2002).
Kloning gen meliputi serangkaian
proses isolasi fragmen DNA spesifik dari
genom suatu organisme, penentuan sekuen
DNA, pembentukan molekul DNA
rekombinan, dan ekspresi gen target dalam
sel inang(Kimbal, John W. 1989

Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

c. Menyisipkan gen-gen yang telah di


isolasi tersebut (DNA plasmodium)
ke tubuh organisme yang kurang
pathogen yaitu virus cacar air.
Gen yang mengkode senyawa
penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari
mikrobia yang bersangkutan. Kemudian
gen ini disisipkan pada plasmid bakteri
yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak
berbahaya). Bakteri atau mikroba ini
menjadi tidak berbahaya karena telah
dihilangkan bagian yang menimbulkan
penyakit, misalnya lapisan lendirnya.
Bakteri yang telah disisipi gen ini akan
membentuk antigen murni. Bila antigen ini
disuntikkan
pada
manusia,
sistem
kekebalan manusia akan membuat
senyawa khas yang disebut antibodi.
Munculnya
antibodi
ini
akan
mempertahankan tubuh dari pengaruh
senyawa asing (antigen) yang masuk
dalam tubuh.
d. Mengkulturkan organisme hasil
rekayasa sehingga menghasilkan
antigen dalam jumlah banyak.
Ketika plasmodium masuk ke
dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk, plasmodium akan memproduksi
molekul yang dikenal sebagai antigen.
Munculnya antigen ini memungkinkan
sistem kekebalan tubuh mengenali adanya
proses infeksi dan merangsang respon
kekebalan tubuh menghasilkan antibodi
terhadap plasmodium. Antibodi adalah
suatu zat yang mampu menetralisir benda
asing seperti, bakteri, virus, dan juga
parasit (plasmodium). Gagasan pemberian
vaksin malaria didasari dari mekanisme
alamiah ini. Vaksin berisi antigen yang
bertindak sebagai target respon dari sistem
kekebalan tubuh. Vaksin malaria akan
dibuat dari antigen yang didapat dari
tahapan siklus hidup plasmodium, dengan
harapan
tubuh
manusia
dapat
menghasilkan antibodi melawan parasit.

Pemberian vaksin diharapkan akan


menjadi satu alternatif dalam mengatasi
masalah malaria. Antigen dari plasmodium
yang ditemukan di dalam tubuh manusia
yang terinfeksi sangatlah beragam
jenisnya, hal ini disebabkan karena di
dalam tubuh manusia, parasit mengalami
beberapa kali perubahan bentuk sesuai
tahapan siklus hidupnya, yang berdampak
pada beragamnya antigen yang dihasilkan.
Respon imun terhadap antigen
stadium sporozoit (bentuk infektif) dan
stadium hepatosit diharapkan dapat
mencegah terjadinya infeksi sporozoit ke
dalam sel hati dan menghambat
pertumbuhan parasit di dalam sel hati
tersebut . respon imun terhadap bbeberapa
antigen stadium eritrositik selain dapat
mencegah infeksi merozoit ke dalam
eritrosit dan menghambat pertumbuhan
parasit, ada juga yang dapat mencegah
terjadinya gejala klinis dan komplikasi
yang berat pada infeksi malaria. Vaksin
malaria dapat dihasilkan dari plasmodium
yang direkayasa genetika yaitu dengan
dikombinasikan gen dari plasmodium yang
merupakan vector dari penyakit malaria
sendiri dengan virus cacar air yang kurang
aktif dengan mengisolasi plasmodium dari
penderita kemudian mengekstraksi DNA
dan memisahkan gen khusus yang akan di
hubungkan dengan DNA dari virus cacar
air yang kurang aktif, hasil dari rekayasa
genetika ini akan disuntikkan ke manusia
penderita malaria dan dapat diekspresikan
dengan kekebalan manusia antibody akan
melawan plasmodium sehingga penyakit
yang mematikan ini dapat dikurangi.
e. Mengekstraksi antigen yang akan
digunakan sebagai vaksin malaria.
Antigen dalam pembuatan vaksin
ini berasal dari bakteri yang dipergunakan
sebagai zat aktif yang dikandung didalam
vaksin, dan antigen ini bertujuan untuk

Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

merangsang sistim imunologi tubuh atau


sistim pertahanan tubuh, untuk membuat
zat antibody yang diperlukan untuk
melawan dan membasmi bibit penyakit
yang invasi masuk dalam tubuh kita.
Antigen ini diambil dari (sebagian atau
seluruh) bakteri atau virus penyebab
penyakit, antigen bibit penyakit ini, yang
sebelumnya telah diolah, sehingga tidak
akan menimbulkan penyakit lagi, bila
disuntikkan kembali ke dalam tubuh kita,
namun akan merangsang sistim imunologi
tubuh untuk memberi reaksi dan membuat
zat antibody yang diperlukan untuk
melawan dan mematikan bibit penyakit
yang sama bila invasi masuk dalam tubuh
kita sehingga kita terhindar dari penyakit
dan kita menjadi kebal imun terhadap
penyakit tersebut. Cara mengolah antigen
bibit penyakit agar supaya aman untuk
dipergunakan dalam vaksin bisa dengan
cara mematikan bibit penyakit tersebut
dengan cara pemanasan/heating, dengan
cara penyinaran/radiasi, kemudian dengan
zat kimia/chemical substant misalnya
fenol, alkohol dan lain-lain, proses ini
disebut Inaktivasi / inactivation, artinya
vaksin ini mngandung antigen bakteri atau
virus yang telah di matikan, sehingga tidak
bisa menularkan penyakit yang sama lagi
bila dipakai sebagai vaksin, dikenal
sebagai vaksin mati (Killed Vaccine /
Inactivated Vaccine) Atau bisa juga dengan
cara mengembang biakkan bakteri atau
virus tersebut kedalam medium tertentu
yang mirip dengan medium habitat bibit
dari
penyakit
tersebut,
kemudian
pengembangbiakan ini diteruskan hingga
mencapai tahapan dimana sifat asli bibit
penyakit yaitu sifat keganasan hilang,
namun secara genetik tetap akan dikenali
oleh sistim imunologi tubuh kita sebagai
bibit penyebab penyakit tertentu dan akan
merangsang tubuh membuat zat antibody
untuk bibit penyakit tersebut.

Firman Allah Q.S Al-Furqon ayat 2


yang menjelaskan segala sesuatu yang
diciptakan oleh Allah SWT dipermukaan
bumi ini terdapat berbagai jenis hewan dari
ukuran mikro sampai dengan ukuran
makro yang membawa mashlahat bagi
umat.

Pada ayat lain Allah SWT berfirman :

Artinya: Dan Dia telah menundukkan


untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat)
daripada-Nya. Sesungguhnya padayang
demikian itu benar-benar terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir. (QS. Al-Jaatsiyah 45: 13).
Ayat di atas menunjukkan bahwa
manusia dapat memanfaatkan segala
sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT,
termasuk bakteri untuk kemaslahatan
kehidupan manusia. Para ahli bahasa
menerangkan bahwa kata memudahkan
atau menundukkan pada ayat di atas ialah
sesuatu yang dapat kita tundukkan atau
kita taklukkan yang berarti memudahkan
(menundukkan) segala isi alam semesta
untuk kepentingan manusia. Karena di
dalam alam semesta dilangit dan dibumi,
tidak ada sesuatu pun yang sukar untuk

Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

dipergunakan oleh manusia itu, asal saja ia


suka menggunakan akal fikrian serta ilmu
pengetahuannya dan suka menggusahakan
untuk diambil manfaatnya, serta mengerti
bagaimana mengembangkan kebaikankebaikan yang berasal dari benda tersebut.

KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit yang
disebabkan oleh parasit yaitu Plasmodium.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan
nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut,
pada abad berkembag teknologi seperti
sekarang ini, pengobatan dapat dilakukan
dengan menggunakan rekayasa genetika
dalam pembuatan vaksin, vaksin di
produksi dengan mengkombinasikan DNA
dari plasmodium yang telah diisolasi dari
tubuh penderita dengan DNA virus cacar
air yang kurang aktif, dengan langkah
akhir yaitu mengekstraksi antigen yang
kemudian digunakan sebagai vaksin
malaria dan dapat memberi proteksi untuk
melawan plasmodium yang di dalam
tubuh, vaksin malaria merupakan suatu
tindakan yang diharapkan dapat membantu
mencegah penyakit malaria tersebut
dengan rekayasa genetika vektor penyebab
penyakit malaria yaitu plasmodium.

Keempat
.Jakarta:
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Pp: 1732- 1744.
Kimbal, John W. 1989. Biologi .Edisi
kelima
cetakan
kedua.
Jakarta:Penerbit Erlangga
Pratiwi, D.A. 2006. Biologi. Jakarta :
penerbit erlangga
Muladno, 2002. Seputar Teknologi
Rekayasa Genetika. Bogor :
Penerbit Pustaka Wirausaha Muda.
Suhendi.
2009.
Vaksin
malaria.
http://www.mikrokontrol.com/ju
rnal/iptek/penelitian-vaksin
malaria.html. diakses tanggal 5
oktober.2012
Wulandari.2010. penyakit malaria.
http://ifhaajasmin.blogspot.com/2
012/05/vaksin-malaria.html.
diakses tanggal 5 oktober 2012.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2011.
Plasmodium.
http://id.wikipedia.org/wiki/Plasmo
dium. diakses tanggal 6 oktober
2012
Anonymous.2010.
virus
cacar
air.
http://id.wikipedia.org/wiki/cacar
air . diakses tanggal 5 oktober
2012
Harijanto, P. N. 2007. Malaria. Dalam :
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Jurnal Online Biosains Volume 1 Tahun 2013 hal 53-62

10

Você também pode gostar