Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SKRIPSI
ANDI KURNIAJATURIATAMA
108102000038
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ANDI KURNIAJATURIATAMA
108102000038
Nama
: Andi Kurniajaturiatama
NIM
: 108102000038
Tanda Tangan
Tanggal
: 14 Mei 2013
iii
:
: Andi Kurniajaturiatama
: 108102000038
: Strata-1 Farmasi
: Interaksi Obat Pada Pasien Jantung Ruang Rawat
Inap ICCU RSUP Fatmawati Periode September
November 2012
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Ditetapkan di
Tanggal
: Jakarta
: 27 Mei 2013
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama
: Andi Kurniajaturiatama
iv
ABSTRACT
Name
: Andi Kurniajaturiatama
KATA PENGANTAR
dan
Ibu
staf
pengajar,
serta
karyawan
yang
telah
vi
semangat
berlangsung. Semoga ukhuwah yang telah terjalin tidak pernah putus dan
akan terus berlanjut.
11) Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan
penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan
skripsi ini. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.
Penulis
vii
:
:
:
:
:
Andi Kurniajaturiatama
108102000038
Farmasi
FKIK (Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan)
Skripsi
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 27 Mei 2013
Yang menyatakan,
(Andi Kurniajaturiatama)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. iv
HALAMAN PENGESAHAN v
ABSTRAK.. vi
ABSTRACT.... vii
KATA PENGANTAR viii
HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.. x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL.. xiii
DAFTAR LAMPIRAN.. xiv
BAB I
PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang..........
1.2 Perumusan Masalah..
1.3 Tujuan Penelitian .........
1.4 Hipotesis.......
1.5 Manfaat Penelitian........
1
1
3
3
3
4
5
5
5
6
7
8
10
11
13
14
14
14
15
15
18
18
18
19
19
20
20
20
21
xi
Halaman
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.. 22
4.1 Hasil Penelitian
22
4.1.1 Karakteristik Pasien ICCU yang Mengalami
Interaksi Obat di Ruang Rawat Inap ICCU RSUP
Fatmawati
Periode
September-November
2012.
22
4.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Jantung
Di Ruang Rawat ICCU RSUP Fatmawati Periode
September - November 2012... 26
4.2
Pembahasan. 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 32
5.1 Kesimpulan 32
5.2 Saran.. 32
DAFTAR PUSTAKA. 33
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jenis Obat yang Digunakan oleh Pasien Jantung ICCU
Tabel 4.2 Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi oleh Pasien ICCU..
Tabel 4.3 Jenis Penyakit Lain yang Diderita oleh Pasien Jantung di
ICCU.
Tabel 4.4 Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat
Berdasarkan Literatur.
Tabel 4.5 Jumlah Pasien Jantung yang Mengalami Interaksi Obat
Berdasarkan Hasil Pengamatan..
Tabel 4.6 Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tabel 4.7 Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat
Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.8 Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Usia.
Tabel 4.9 Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat
Berdasarkan Usia...
Tabel 4.10 Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jumlah Obat yang
Digunakan..
Tabel 4.11 Jumlah Obat yang Digunakan oleh Pasien yang Terkena
Interaksi Obat
Tabel 4.12 Jumlah Pasien Berdasarkan Lamanya Waktu Perawatan..
Tabel 4.13 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Literatur.
Tabel 4.14 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan..
Tabel 4.15 Kasus Interaksi Obat dengan Obat
Tabel 4.16 Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit......
xiii
22
23
23
23
24
24
24
24
25
25
25
25
26
26
26
27
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati..... 36
Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data di RSUP Fatmawati.. 37
Informed Consent. 38
Kejadian Interaksi Obat Pada Pasien Jantung di ICCU Menurut
Literatur 39
Lampiran 5. Blanko Tanya Jawab dengan Pasien. 50
Lampiran 6. Hasil Data Laboraturium Pasien yang Mengalami Kejadian Interaksi
Obat di ICCU RSUP Fatmawati 52
Lampiran 7. Kejadian Interaksi obat dengan makanan yang terjadi pada pasien
menurut literatur... 56
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di
Indonesia (sebanyak 31,9%). Dimana paling sering terjadi adalah akibat proses
aterosklerosis, yakni penimbunan lemak dan perkapuran dinding pembuluh darah
yang berlangsung bertahun-tahun, mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan
total pembuluh darah. Bila penyumbatan total terjadi di pembuluh darah koroner
akan mengakibatkan serangan jantung (infark miokard akut) yang mungkin diikuti
kematian mendadak atau gagal jantung. Sedangkan penyumbatan pembuluh darah
otak berakibat strok dan penyumbatan pembuluh darah perifer sering kali harus
diselesaikan dengan amputasi (Riskesdas, 2007).
Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negaranegara sedang berkembang sebagai-mana di Indonesia menyebabkan perbaikan
tingkat hidup. Hal ini menjadikan kesehatan masyarakat meningkat, di samping
itu terjadi pula perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup ini yang
menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi dan rawan gizi ke
penyakit-penyakit degeneratif, diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh
darah (kardiovaskuler) dan akibat kematian yang ditimbulkannya. Salah satu
faktor yang dapat memperburuk penyakit jantung adalah kejadian interaksi obat
(Riskesdas 2007).
Salah satu faktor yang dapat mengubah respon terhadap obat adalah
penggunaan bersamaan dengan obat lain (Katzung, 2007). Interaksi Obat-obat
terjadi sebanyak 6% - 30% dari semua kejadian efek samping obat (Soherwardi,
2012), yang paling banyak berperan terhadap interaksi obat adalah polifarmasi
yang dimana pasien mendapatkan 4 obat atau lebih (Syamsudin, 2011), Sementara
menurut Aslam et al. (2003), kejadian interaksi obat 2,2 30% pada pasien rawat
inap dan 9,2 70% pada pasien di masyarakat.
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 9900 pasien dengan 83200
sediaan obat, 234 (6,5%) dari 3600 reaksi obat yang merugikan yang disebabkan
oleh interaksi obat. Nazari (2006) mengutip dari studi yang dilakukan oleh Galley
et al. bahwa pada resep untuk sejumlah 160 pasien di bangsal penyakit dalam
ditemukan sebanyak 221 interaksi yang terjadi yaitu, 24 (10,85%) interaksi
mayor, 115 (52.03%) interaksi moderat dan 82 (37.12%) interaksi minor.
Interaksi obat dapat memberikan perubahan pada aktivitas obat, baik
dengan meningkatnya efek toksik atau justru menurunkan efek terapi. Selain itu
beberapa interaksi obat juga dapat saling mendukung kerja satu sama lain atau
kebalikannya interaksi obat dapat mengakibatkan kerja satu obat dihambat oleh
obat lain. Terutama untuk pasien yang rentan terhadap interaksi obat, diantaranya
pasien lanjut usia (Aslam et al., 2003).
Hasil penelitian Yasin dkk (2005) menunjukkan bahwa interaksi obat
potensial terjadi pada 99 (90%) pasien rawat inap dan 126 (99,26%) pasien rawat
jalan. Pada pasien rawat inap ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak 20
jenis (50%), interaksi farmakodinamik sebanyak 6 jenis (15%), dan interaksi
dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 14 jenis (35%). Jenis interaksi
yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah furosemid
dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 84 pasien (76,36%), furosemid dengan
asetosal pada 66 pasien (60%), dan ACE inhibitor dengan asetosal pada 57 pasien
(51,82%). Pada pasien rawat jalan ditemukan interaksi farmakokinetika sebanyak
25 jenis (36%), interaksi farmakodinamik sebanyak 11 jenis (32%), dan interaksi
dengan mekanisme yang tidak diketahui sebanyak 8 jenis (32%). Jenis interaksi
yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara berurutan adalah asetosal
ACE inhibitor yang terjadi pada 90 pasien (70,87%), furosemid dengan ACE
inhibitor pada 85 pasien (66,93%), dan ACE inhibitor dengan suplemen kalium
pada 85 pasien (66,93%).
Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian interaksi obat
pada pasien kardiovaskular yang dibatasi pada pasien rawat inap ICCU RSUP
Fatmawati.
1.2
Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka disusunlah
b.
c.
1.3
a.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah :
Mengetahui
gambaran
interaksi
obat
dengan
obat,
obat
dengan
Untuk mengetahui interaksi obat dengan obat yang diberikan pada pasien
penyakit jantung
1.4
a.
Hipotesis
Ada Interaksi antara obat dengan obat yang digunakan pada pasien penyakit
jantung
b.
c.
Ada interaksi antara obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien penyakit
jantung
1.5
Manfaat Penelitian
a.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
tangan dan terletak di dalam dada, batas kanannya tepat sternum kanan dan
apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan
jantung adalah :
Atas
Bawah
: diafragma
Setiap sisi
: paru-paru
Belakang
Atrium Kanan
Berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar dibelakang
sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui Vena Cava Superior pada ujung
atasnya, Vena Cava Inferior pada ujung bawahnya, dan Sinus Coronarius (vena
kecil yang mengalirkan darah dari jantung sendiri).
b.
Ventrikel Kanan
Yaitu ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian besar sisi depan
jantung. Lubang pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis berada pada ujung atas
ventrikel dan dikelilingi oleh valve pulmonalis, terdiri dari tiga daun katup
semilunaris.
c.
Atrium kiri
Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian
belakang jantung. Dua vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi,
membawa darah dari paru. Atrium membuka ke bawah ke ventrikel kiri melalui
lubang atrioventrikular.
d.
Ventrikel kiri
Adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang jantung.
e.
Myocardium
Membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium tersusun dari
serat-serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu sama lain
oleh cabang-cabang muscular.
f.
Endocardium
Melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada kedua
sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan jaringan
ikat; licin dan mengikat.
g.
Pericardium
Merupakan kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung. Pericardium
merupakan kantong berlapis dua: kedua lapisan saling bersentuhan dan saling
meluncur satu sama lain dengan bantuan cairan yang mereka seksresikan dan
melembabkan permukaannya. Jumlah cairannya normal adalah 20 mL terdapat
lapisan lemak diantara pericardium dan myocardium.
h.
Arteria coronaria
Fungsi dari arteri coronaria adalah menyuplai darah untuk jantung. Arteri
ini keluar dari aorta tepat diatas katup aorta dan berjalan ke bawah masing-masing
pada permukaan sisi kanan dan sisi kiri jantung, memberikan cabang ke dalam
myocardium.
2.1.2
sistem arteri paru pada tekanan sekitar satu pertujuh yang di arteri sistemik. Darah
kemudian melewati kapiler paru, dimana karbon dioksida di darah dilepaskan dan
oksigen diambil. Darah kaya O2 kembali melewati pembuluh paru ke atrium kiri,
dimana itu dipompa dari ventrikel ke perifer, sehingga menyelesaikan siklusnya.
2.2
a.
matriks tunika intima, yang diikuti oleh oleh pembentukan jaringan ikat pada
dinding pembuluh arteri, contoh Coronary Artery Disease (CAD).
Atherotrombosis adalah proses pembentukan thrombus yang dicetuskan
oleh kerusakan plak atheroskerosis.
b.
Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah
serikat, dilaporkan setiap menit ada satu orang yang meninggal akibat PJK. Di
Indonesia juga dilaporkan hal yang hampir serupa hasil berbagai studi
menunjukan bahwa penyebab utama PJK adalah lesi atherosclerosis pada
pembuluh darah koroner, walaupun pada sebagian kasus bisa juga disebabakan
oleh sifilis, arteritis, embolus atau penyakit kolagen pada pembuluh darah
koroner. Klasifikasi PJK yang spesifik sampai saat ini belum ada, karena
manifestasi kliniknya kadang-kadang sangat berbeda antara penderita yang satu
dengan yang lain. Maka dari itu penderita PJK mungkin dapat mengalami salah
satu kejadian dibawah ini yaitu : tanpa gejala, angina pectoris stabil, angina
pectoris tak stabil, infark miokard akut, gagal jantung, aritmia atau mati
mendadak.
d.
Aritmia
Aritmia (atau disritmia) adalah gangguan urutan irima, atau gangguan
Keadaan ini dapat disertai dengan atau tanpa penyakit jantung, dapat juga dengan
atau tidak dengan gejala klinis.
e.
hemeostatis,
atau
mekanisme
kompensasi
melalui
perubahan
Angina Pektoris
Angina pektoris atau disebut juga angin duduk adalah penyakit jantung
Obat-obat Antiaritmia
Obat kelas I (Penyekat Kanal Na+), seperti Lidokain, Kuinidin, dan
Fleakainid.
Kelas II (Penyekat -adrenoreseptor), seperti Esmolol, Propranolol, dan
Metoprolol.
Kelas III (Penyekat Kanal K+), seperti Amiodaron dan Sotalol.
Kelas IV (Penyekat Kanal Ca++), seperti Diltiazem dan Verapamil.
Obat-obat antiaritmik lain, seperti Adenosin dan Digoksin.
c.
Obat-obat Antiangina
Nitrat organik (Isosorbid dinitrat, Nitrogliserin)
Penyekat (Propranolol)
Penyekat Kanal Kalsium (Diltiazem, Verapamil Nifedipin)
d.
Obat-obat Antihipertensi
Diuretik (Furosemid, Spironolakton, Hidroklortiazid)
Penyekat (Labetalol, Metoprolol, propranolol)
Inhibitor ACE (Kaptoril, Quinapril, Ramipril)
Antagonis Angiotensin II (Losartan)
e.
10
f.
2.4
Interaksi Obat
Interaksi obat yang potensial adalah keadaan di mana suatu efek obat yang
kemungkinan dapat diubah oleh penggunaan bersamaan dengan obat lain dan
dapat diamati pada kondisi farmakokinetik dan farmakodinamik. Dalam intervensi
farmakokinetik, obat mengubah penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi
dari obat lain, dan dalam intervensi farmakodinamik, kerja dari sebuah yang obat
spesifik diubah oleh obat lain (Rafiei, 2012).
Interaksi obat dengan obat merupakan peristiwa interaksi obat yang terjadi
sebagai akibat penggunaan bersama-sama dua macam obat atau lebih. Interaksi ini
dapat menghasilkan efek yang menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat
menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian
interaksi obat dengan efek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya
dan makin seringnya penggunaan apa yang dinamakan Polypharmacy atau
Multiple Drug Therapy (Katzung, 2007).
Penggunaan obat rasional dalam pelayanan kesehatan Indonesia masih
merupakan masalah. Penggunaan polifarmasi dimana seorang pasien yang
jumlahnya lebih dari 50% menerima 4 atau lebih obat untuk setiap lembar
resepnya, penggunaan antibiotika berlebihan (43%), waktu konsultasi yang
singkat yang rata-rata berkisar hanya 3 menit saja serta tidak adanya kepatuhan
pasien dalam meminum obat merupakan pola umum yang terjadi pada
penggunaan obat tidak rasional di Indonesia dengan meningkatnya kompleksitas
obat-obat yang digunakan dalam pengobatan saat ini, dan berkembangnya
polifarmasi maka kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar. Interaksi
obat perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi respons tubuh pada
pengobatan (Syamsudin, 2011).
11
Mekanisme Farmakokinetik
Absorbsi
Absorbsi dari obat di saluran pencernaan dapat dipengaruhi oleh
pemakaian yang bersamaan dari senyawa lain yang memiliki luas permukaan
yang besar dimana obat dapat diserap, mengikat atau khelat, mengubah PH
lambung, mengubah motilitas GI, atau mempengaruhi perpindahan protein,
contohnya P-glycoprotein.
Distribusi
Mekanisme yang menyebabkan perubahan interaksi obat pada proses
distribusi obat adalah kompetisi pada plasma protein yang terikat, terjadi
perpindahan tempat pengikat jaringan, dan perubahan pada jaringan
pelindung lokal, contoh penghambat P-glycoprotein di pelindung darah otak.
Metabolisme
Metabolisme obat dapat distimulasi atau dihambat oleh terapi yang
bersamaan. Rangsangan pada isozime sitokrom P450 di hati dan usus kecil
dapat disebabkan oleh obat seperti barbiturat, karbamazepin, phenitoin,
rifampin dan lain-lain. Penginduksi enzim dapat juga menigkatkan aktivitas
dari fase II metabolisme glucoronidasi. Hasil induksi enzim tak dapat bekerja
dengan cepat, efek maksimalnya biasanya terjadi setelah 7-10 hari dan
memerlukan waktu yang sama atau lebih lama untuk menghilang setelah
penginduksi enzim dihentikan. Obat yang mampu menghambat metabolisme
sitokrome P450 dari obat lain termasuk klorampenikol, eritromisin, isoniazid,
dan omeprazole.
Ekskresi
Ekskresi obat aktif di ginjal dapat juga dipengaruhi oleh terapi obat
yang bersamaan. Eksresi obat-abatan tertentu di ginjal yang termasuk
golongan asam lemah atau basa lemah dapat dipengaruhi oleh obat-obatan
lain yang mempengaruhi pH urin.
b.
additif maupun sinergis biasanya terjadi pada dua obat yang dapat atau tidak dapat
12
bereaksi pada reseptor yang sama untuk menghasilkan efek yang sama. Secara
langsung, obat dengan efek farmakologis yang berlawanan dapat menurunkan
respon dari satu atau kedua obat tersebut. Interaksi obat farmakodinamik agak
biasa terjadi pada kegiatan klinis, tapi efek yang merugikan biasanya dapat
diminimalisasi jika seorang yang mengerti farmakologi obat tersebut ikut
berperan. Pada saat ini, interaksi dapat diantisipasi dan penanggulangan yang
tepat diambil. Kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi :
Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ
(sinergisme).
Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme).
Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.
c.
13
Obat 2
Aspirin
Captopril
Aspirin
Clopidogrel
Ranitidin
Simvastatin
Efek Interaksi
Obat
Menurunkan
efek dari
Captopril dan
dapat
memperburuk
CHF dengan
Aspirin
Bersifat aditif
(GI blood loss)
Antasida
Bioavaibilitas
dari Ranitidin
berkurang,
menurunnya
efek
farmakologis
Verapamil
Level plasma
dan toksisitas
Simvastatin
akan meningkat.
Level, efek
farmakologi dan
toksisitas
Verapamil akan
meningkat
Manajemen
Jenis Interaksi
Hindari jika
bisa, pantau
tekanan darah
Farmakodinamik
Monitor Hb
dan Ht
Tidak
diperlukan
kewaspadaan
atau
pemberian
jarak dalam
pemakaian
selama 2 jam
atau lebih
Jika
penggunaan
kedua obat
tak bisa
dihindari,
atur dosis
seperlunya.
Farmakodinamik
Farmakokinetik
Farmakokinetik
14
2.4.3.
a.
Level 1
Hindari kombinasi, risiko yang merugikan pasien lebih besar dari manfaat.
a.
Level 2
Sebaiknya hindari kombinasi, penggunaan kombinasi hanya dapat
dilakukan pada keadaan khusus. Penggunaan obat alternatif dapat dilakukan jika
memungkinkan. Pasien harus dipantau dengan sebaik-baiknya jika obat tetap
diberikan.
b.
Level 3
Minimalkan Risiko, ambil tindakan yang perlu untuk meminimalkan
risiko.
c.
Level 4
Tak dibutuhkan tindakan. Risiko yang mungkin timbul relatif kecil.
Potensi bahaya pada pasien rendah dan tidak ada tindakan spesifik yang
direkomendasikan. Tetap waspada pada kemungkinan terjadinya interaksi obat.
d.
Level 5
Diragukan terjadi interaksi, tidak ada bukti yang baik dari efek klinis yang
berubah.
2.5
b.
c.
15
d.
b.
c.
d.
16
2005
berdasarkan
1243/MENKES/SK/VIII/2005
Keputusan
RSUP
Menteri
Fatmawati
Kesehatan
ditetapkan
No.
sebagai
Unit
tahun
2011,
RSUP
Fatmawati
telah
menyandang sertifikat
Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 : 2007. Dan sedang menuju
untuk mendapatkan sertifikat JCI (Join Commission International) pada tahun
2013.
dan
penelitian
diseluruh
disiplin
ilmu,
dengan
c.
17
d.
e.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep
Interaksi
Obat
Non-Interaksi
Penyakit Lain
Interaksi
Pasien Jantung
Obat
Efek
Makanan
Non-Interaksi
Interaksi
Penyakit
Non-Interaksi
3.2
a.
Definisi Operasional
Pasien Jantung
Pasien yang memiliki diagnosa penyakit Jantung dan mendapat obat
Jenis Obat
Setiap nama generik dan paten obat yang digunakan oleh seorang pasien
Jenis Penyakit
Setiap Penyakit yang diderita oleh seorang pasien pada satu waktu
pengobatan.
d.
18
e.
Obat Jantung
Obat yang diresepkan oleh dokter jantung yang memiliki efek terapi untuk
dengan yang tertulis di literatur pada pasien yang menderita penyakit jantung di
Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati.
g.
efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di literatur pada pasien yang menderita
penyakit jantung di Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati.
h.
pasiennya semua mengidap penyakit jantung dan merupakan ruang rawat inap
intensif yang berada di RSUP Fatmawati.
3.3
Desain Penelitian
Metode penelitian bersifat Observasional dengan pengamatan Prospektif
selama 2 bulan, Pengambilan data pasien diperoleh dari rekam medis dan
wawancara langsung dengan pasien dan dianalisa dengan deskriptif.
3.4
19
3.5
3.5.1
Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap dengan
diagnosa jantung di ICCU RSUP Fatmawati selama bulan September
November 2012.
3.5.2
Sampel
Sampel adalah semua pasien jantung yang memenuhi kriteria
inklusi dengan total 51 pasien.
3.6
Kriteria Sampel
3.6.1
3.6.2
3.7
Cara Kerja
1.
Pengambilan
data
primer
dengan
wawancara
pasien
dan
di
ICCU. Data yang diambil dari resep obat dan rekam medis meliputi
nama, jenis kelamin, umur, obat yang diresepkan, dan diagnose
penyakit pasien.
2.
Melakukan analisis
interaksi
obat
terhadap obat-obat
yang
20
3.
4.
3.8
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
a.
Tabel 4.1. Jenis Obat yang Digunakan oleh 51 Pasien Jantung di ICCU RSUP
Fatmawati
Jenis Obat
Jumlah
%
ACE Inhibitor
52
11,65
Nitrat Organik
21
4,70
Penyekat Kanal Kalsium
16
3,59
Beta Bloker
23
5,16
Glikosida Jantung
12
2,70
Diuretik
9
2,02
Obat Penyakit Saluran Pencernaan
31
6,93
Vitamin, Mineral dan Suplemen
65
14,57
Antibiotik
19
4,24
Antikoagulan, Antitrombotik dan
82
18,36
Hemostatik
Analgetik
8
1,80
Obat Penyakit Saluran Pernafasan
46
10,31
Obat Diabetes Melitus
40
8,95
Antikonvulsan dan Antiepileptik
22
4,91
446
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa obat Antikoagulan, Antitrombotik dan
Hemostatik merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh pasien jantung
di ICCU yaitu 18,36% dari 446 jumlah jenis obat yang digunakan.
22
Tabel 4.2. Jenis Makanan dan Minuman yang Dikonsumsi oleh 51 Pasien ICCU
RSUP Fatmawati
Makanan dan Minuman
Jumlah Pasien
Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah, air putih,
23
susu, teh)
Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah, air putih,
18
susu)
Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah (non
2
pisang), air putih)
Makanan & Minuman (lauk pauk, buah, air putih)
Makanan & Minuman (nasi, lauk pauk, buah (nonpisang), air putih)
51
Makanan yang dikonsumsi oleh pasien jantung ; nasi, lauk pauk (sop, sayur bening
bayam, sayur tahu tempe), buah (melon, jambu klutuk, pisang, semangka).
Tabel 4.3. Jenis Penyakit Lain yang Diderita oleh 51 Pasien Jantung di ICCU
RSUP Fatmawati
Jenis Penyakit
Jumlah Kasus
%
Penyakit Paru
18
39,13
Diabetes Mellitus
13
28,26
Penyakit Hati
8
17,40
Penyakit Ginjal
3
6,52
Hematologi
2
4,35
Penyakit Saluran
2
4,35
Pencernaan
46
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyakit paru merupakan penyakit yang paling
banyak diderita oleh pasien di ICCU selain penyakit kardiovaskular yaitu sekitar
39,13% dari 46 jumlah jenis penyakit.
23
Tabel 4.5. Jumlah Pasien Jantung yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan
Hasil Pengamatan
Pasien
N
%
Dengan Interaksi Obat
5
9,09
Tanpa interaksi Obat
46
90,91
51
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan,
didapatkan 9,09% dari 51 pasien ICCU mengalami interaksi obat.
c.
Jenis Kelamin
Tabel 4.7. Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin
N
%
Laki laki
3
60
Perempuan
2
40
5
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 5 pasien ICCU yang mengalami
interaksi obat, 60% adalah laki-laki dan 40% adalah perempuan.
d.
Usia
24
Tabel 4.9. Jumlah Pasien ICCU yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Usia
Usia (Tahun)
Jumlah
%
20 40
1
20
40 60
3
60
> 60
1
20
5
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari pasien ICCU yang mengalami interaksi
obat, 60% pasien berada di antara umur 40-60 tahun.
e.
Tabel 4.10. Jumlah Pasien ICCU Berdasarkan Jumlah Obat yang Digunakan
Jumlah Macam Obat
Jumlah Pasien
%
2
34
3
5,88
5
48
94,11
51
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 51 pasien ICCU yang diamati, 94%
mendapatkan 5 macam obat dan selebihnya mendapatkan 3-4 macam obat.
Tabel 4.11. Jumlah Obat yang Digunakan oleh Pasien yang Terkena Interaksi
Obat
Jumlah
Jumlah Macam Obat
%
Interaksi
2
3-4
5
5
100
5
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 5 pasien ICCU yang mengalami interaksi
obat, 100% mendapatkan 5 macam obat.
f.
Jumlah
29
20
1
1
51
%
56,86
39,22
1,96
1,96
100
25
Efek
Level
Jumlah
Kemaknaan
Kasus
Klinis
50
50
10
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 10 kejadian kasus interaksi obat
dengan obat yang efeknya terjadi pada pasien jantung di ICCU sesuai dengan
26
Efek
Level
Jumlah
Kemaknaan
Kasus
Klinis
Terjadi
peningkatan
Captopril -Penyakit ginjal kadar serum ureum
dan serum kreatinin
66,67
Terjadi
peningkatan
Aspirin - Penyakit ginjal kadar serum ureum
dan serum kreatinin
33,33
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga kejadian kasus interaksi obat
dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien sesuai dengan yang tertulis di
literatur, dimana sekitar 67% adalah interaksi antara Captopril dengan penyakit
ginjal dan sekitar 33% adalah interaksi antara Aspirin dengan penyakit ginjal.
27
4.2
Pembahasan
Penelitian tentang interaksi obat pada pasien jantung ini dilakukan di
Instalasi Rawat Inap ICCU RSUP Fatmawati selama periode bulan September
sampai November 2012 dan didapatkan 51 orang pasien jantung yang memenuhi
kriteria inklusi sebagai sampel. Metode penelitian bersifat Observasional dengan
pengamatan prospektif selama 2 bulan, pengambilan data pasien diperoleh dari
rekam medis dan wawancara langsung dengan pasien dan dianalisa dengan
deskriptif. Penelitian observasional adalah penelitian dimana peneliti hanya
melakukan observasi, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan
diteliti, serta pengamatan prospektif merupakan penelitian epidemiologik noneksperimental yang dianggap paling kuat, dalam hal mengkaji hubungan antar
faktor resiko dengan suatu efek penyakit (Machfoedz, 2008). Hasil pengamatan
menunjukkan bahwasanya obat-obat golongan antiplatelet dan antikoagulan
merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh pasien jantung, dimana
terlihat juga bahwa penyakit yang paling banyak diderita adalah penyakit
Coronary Artery Disease atau CAD (tabel ada pada lampiran 6).
Berdasarkan identifikasi interaksi obat secara literatur, didapatkan pasien
jantung yang mengalami interaksi obat lebih banyak, yaitu 40 pasien
dibandingkan dengan pasien jantung yang tidak mengalami interaksi obat.
Sementara pada hasil pengamatan langsung pada pasien jantung didapatkan
bahwa pasien jantung yang tidak mengalami interaksi obat (46 pasien) jauh lebih
banyak dibandingkan dengan pasien jantung yang mengalami interaksi obat (5
pasien). Umur pasien jantung yang mengalami interaksi obat lebih banyak
berkisar pada umur >40 tahun yaitu dengan 4 pasien, sedangkan 1 pasien ada di
interval umur 20-40 tahun. Pasien yang mengalami interaksi obat mendapatkan
obat lebih dari 5 atau yang disebut polifarmasi karena dengan banyaknya obat
yang diberikan maka kemungkinan terjadi interaksi obat juga semakin besar.
Sesuai dengan faktor resiko yang terjadi pada pasien penyakit jantung yang
mengalami interaksi obat yang teramati di ICCU yaitu; umur, hipertensi, stress,
merokok, lingkungan, dan perilaku dan kebiasaan.
Interaksi obat pada pasien jantung yang diamati adalah interaksi obat
dengan obat, interaksi obat dengan makanan dan minuman dan interaksi obat
dengan penyakit. Dari hasil identifikasi interaksi obat berdasarkan literatur
28
didapatkan 207 kasus interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan
dan minuman, dan interaksi obat dengan penyakit, sedangkan hasil pengamatan
menunjukkan adanya 13 kasus interaksi obat dengan obat dan interaksi obat
dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien jantung di ruang rawat inap
ICCU sesuai dengan yang tertulis di literatur.
Perbedaan jumlah interaksi obat yang diidentifikasi berdasarkan literatur
dengan jumlah interaksi obat hasil pengamatan dilapangan ini disebabkan karena
beberapa dari interaksi yang diidentifikasi berdasarkan literatur efeknya dapat
diamati tetapi tidak terjadi pada pasien jantung yang diamati, selain itu
juga disebabkan karena tidak semua efek dari interaksi obat yang teridentifikasi
secara literatur efeknya dapat diamati dan dapat diukur oleh peneliti. Selain itu
literatur yang digunakan peneliti merupakan literatur yang dibuat berdasarkan
faktor fisiologi dan genetik orang Eropa atau Amerika yang memiliki perbedaan
dengan orang Indonesia pada umumnya, contohnya pola dan gaya hidup.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dari 10 kejadian kasus interaksi
obat dengan obat yang yang efeknya terjadi pada pasien jantung sesuai dengan
yang tertulis di literatur, 5 diantaranya adalah interaksi antara aspirin dengan
clopidogrel. Secara teoritis, aspirin dan clopidogrel memiliki efek farmakologis
yang sama namun memiliki cara kerja yang berbeda, sehingga memberikan
peningkatan efek dari kedua obat yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan
pada saluran pencernaan dan dapat menurunkan kadar hemoglobin dan hematokrit
dari pasien. Hasil pengamatan menunjukkan 5 orang pasien dengan interaksi obat
ini mengalami penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit selama penggunaan
obat secara bersamaan. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan
bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level kemaknaan klinis 1,
dimana seharusnya pemberian obat ini tidak diberikan bersamaan. Jika tidak bisa
dihindari, adapun tindakan yang direkomendasikan adalah pemantauan PT
(Protrombin Time), pengaturan dosis, penggantian atau bahkan penghentian
penggunaan obat tersebut pada pasien.
Interaksi obat dengan obat lainnya yang terjadi adalah interaksi antara
aspirin dengan captopril. Secara teoritis, aspirin adalah obat antiplatelet atau obat
yang mencegah penggumpalan darah dan captopril adalah obat yang disebut
angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, yang bekerja dengan cara
29
mengurangi zat kimia yang menyempitkan pembuluh darah. Interaksi ini terjadi
karena adanya penghambatan pada sintesis prostaglandin yang menyebabkan efek
hipotensif dari captopril berkurang. Hasil pengamatan menunjukkan empat orang
pasien yang menggunakan kedua obat ini secara bersamaan, pasien tersebut tidak
mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan. Dari hasil penelitian dapat
diambil kesimpulan bahwa interaksi obat ini termasuk dalam interaksi level
kemaknaan klinis 2, dimana sebisa mungkin penggunaan kedua obat ini dihindari.
Tindakan yang direkomendasikan adalah ganti dengan antiplatelet yang lain,
contoh Dipiridamol.
Adapun kasus interaksi obat dengan penyakit yang efeknya terjadi pada
pasien jantung ICCU sesuai dengan yang tertulis di literatur adalah interaksi yang
melibatkan penyakit ginjal dengan beberapa obat, yaitu captopril dan aspirin.
Interaksi ini terjadi karena obat-obat tersebut dapat memperburuk penyakit ginjal
yang telah ada sebelumnya yang terlihat dari meningkatnya kadar serum ureum
dan serum kreatinin (Lacy et al., 2009). Hasil pengamatan menunjukkan 2 orang
yang menggunakan captopril dan satu orang yang menggunakan aspirin,
mengalami peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin selama 3 hari
penggunaan obat-obat tersebut. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan
bahwa semua interaksi obat dengan penyakit yang terjadi ini termasuk dalam
interaksi level kemaknaan klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk
meminimalkan
risiko
dari
interaksi
tersebut.
Adapun
tindakan
yang
30
menimbulkan efek
pasien.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1) Pada penelitian ini, didapatkan adanya interaksi antara obat dengan obat
dan interaksi antara obat dengan penyakit pada pasien jantung di ICCU
RSUP Fatmawati dan tidak didapatkan adanya interaksi antara obat dengan
makanan dan minuman.
2) Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa:
Ada 10% dari seluruh subjek penelitian (pasien jantung di ICCU)
yang mengalami interaksi obat..
Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien jantung di ICCU
yaitu interaksi antara captopril dengan aspirin dan aspirin dengan
clopidogrel.
Kasus interaksi obat dengan makanan dan minuman tidak terjadi pada
pada pasien jantung di ICCU
Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien jantung di
ICCU yaitu interaksi antara penyakit ginjal dengan captopril dan aspirin.
5.2
Saran
1) Dokter dapat lebih berhati-hati dalam menulis resep terutama untuk obatobat kombinasi sehingga risiko terjadinya interaksi obat dapat diminimalkan.
2) Apoteker lebih berhati-hati dalam melayani resep, perlu dilihat apakah
terdapat interaksi obat pada resep tersebut, sehingga interaksi obat yang
terjadi dapat teridentifikasi lebih awal.
3) Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
interaksi obat yang terjadi pada pasien ICCU di RSUP Fatmawati.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
34
Stockley, IH. 2008. Drug Interaction 8th Edition. London : The Pharmaceutical
Press
Syamsudin. 2011. .Interaksi obat konsep dasar dan klinis. Jakarta : UI-Press
Tatro, DS. 2009. Drug Interaction Fact, A Wolters Kluwers Company, St Loius
Missouri
Undang-Undang Republik Indonesia No.44 pasal 1 dan 3 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Yasin, Munif N. 2005. Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2005. Jogjakarta.
Fakultas Farmasi UGM
Yuliani, Eva. 2012. Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita
Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November
2012. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah