Você está na página 1de 11

ANALISA POTENSI HIDROKARBON PADA LAPANGAN X DENGAN

MENGGUNAKAN ATRIBUT SEISMIK


Oleh:
SUWANDI
(08.01.027)
ABSTRAK
Metode seismik merupakan metode geofisika yang cukup handal dalam mencitrakan kondisi
bawah permukaan dengan menggunakan prinsip perambatan gelombang seismik. Metode
seismik ini paling sering digunakan dalam eksplorasi Hidro Karbon, karena mampu
memberikan gambaran struktur bawah permukaan bumi yang baik dengan tingkat keakuratan
yang lebih baik dibandingkan dengan metode geofisika yang lainnya. Selain itu, metode ini juga
dapat mengukur sifat elastis batuan dan mendeteksi variasi sifat-sifat batuan bawah permukaan.
Interpretasi seismik merupakan salah satu tahapan yang penting dalam eksplorasi hidrokarbon
dimana dilakukan pengkajian, evaluasi, pembahasaan data seismik hasil pemrosesan ke dalam
kondisi geologi yang mendekati kondisi geologi bawah permukaan sebenarnya agar lebih
mudah untuk dipahami. Pada tahapan interpretasi seismik ini dibutuhkan pengetahuan dasar
yang baik dari ilmu geofisika dan geologi mengenai keberadaan dan karakterisasi sebuah
reservoar hidrokarbon.
1. PENDAHULUAN
Gelombang seismik adalah rambatan energi
yang disebabkan karena adanya gangguan di
dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan
atau adanya ledakan. Energi ini akan
merambat ke seluruh bagian bumi dan dapat
terekam oleh seismometer.
Metode seismik merupakan salah satu
bagian dari seismologi eksplorasi yang
dikelompokkan dalam metode geofisika
aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan
menggunakan sumber seismic (palu,
ledakan, dll). Setelah usikan diberikan,
terjadi gerakan gelombang di dalam medium
(tanah/batuan) yang memenuhi hukumhukum elastisitas ke segala arah dan
mengalami pemantulan ataupun pembiasan
akibat munculnya perbedaan kecepatan.
Kemudian, pada suatu jarak tertentu,
gerakan partikel tersebut di rekam sebagai
fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah
dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur
di dalam tanah.

Salah satu teknik yang sering digunakan


untuk
membantu
menganalisis
dan
menginterpretasikan gambaran kondisi
geologi bawah permukaan adalah dengan
menggunakan atribut seismik. Atibut
amplitudo merupakan atribut dasar dalam
jejak (trace) seismik yang dapat digunakan
untuk melacak perubahan litologi batuan
yang ekstrim seperti adanya keberadaan
reservoir.
Dalam seismik stratigrafi, atribut seismik
dapat menggambarkan geometri perlapisan
dan
pola
hubungan
lingkungan
pengendapan, namun untuk lapisan batuan
dengan lebar di bawah resolusi vertikal dari
gelombang seismic mengakibatkan jejak
gelombang seismic dari lapisan tersebut sulit
di interpretasikan. Pendekatan dalam
mengatasi hal tersebut adalah dengan
menggunakan teknikspectral decomposition.
De Groot menyatakan bahwa atribut spectral
decomposition.

1.1 Metode Seismik


Metode
seismik
merupakan
cabang
geofisika yang dapat digunakan untuk
memperoleh informasi tentang sifat fisik
batuan yang membentuk kulit bumi sampai
pada analisa struktur dan keadaan stratigrafi
bawah permukaan.

Gambar 1
Sistem Dasar Metode Seismik
Sistem dasar metode seismik dapat dilihat
pada gambar 2. Suatu sumber getar (source)
akan menghasilkan gelombang seismik,
yang bila mengenai suatu permukaan akan
dipantulkan atau dibiaskan atau sebagian
dipantulkan dan sebagian dibiaskan. Suatu
alat penerima (receiver) akan merekam
waktu yang dibutuhkan gelombang tersebut
untuk merambat dari sumber getar ke
penerima.
Berdasarkan travel time tersebut dapat
ditentukan kecepatan gelombang ketika
melalui lapisan batuan. Kecepatan ini
tergantung pada lithologi, umur, kedalaman,
densitas, porositas, kandungan fluida dan
lain-lain.
Intepretasi
seismik
dalam
eksplorasi minyak dan gas bumi, adalah
untuk menentukan ketebalan suatu lapisan
batuan, struktur geologi, stratigrafi dan
penyebaran lapisan batuan, yang akhirnya
dipergunakan
untuk
menggambarkan
struktur bawah permukaan dalam bentuk
peta struktur (structure map) dan peta
ketebalan (isopach map atau isocohron
map).

1.2 Jenis Jenis Seismik


Ide dasar dari pekerjaan seismik sebenarnya
cukup sederhana. Energi yang dihasilkan
dari sumber dan dipancarkan kedalam bumi
sebagai gelombang seismik, pada saat
bertemu dengan bidang perlapisan yang
berfungsi sebagai reflektor, akan memantul
kembali kepermukaan dan kemudian akan
dideteksi oleh geophone yang terekam
dipermukaan bumi.
Jenis seismik ada dua macam, yaitu seismik
bias (refraction) dan seismik pantul
(reflection).
1. Seismik bias (refraction)
Seismik refraksi digunakan untuk penelitian
yang dangkal (< 30 km). Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi kecepatan
rambat seismic gelombang seismik refraksi
adalah :
- Densitas batuan
- Ketetatapan elastik media
- Jenis batuan
- Porositas dan permeabilitas
- Fluida yang mengisi pori-pori batuan
- Umur batuan
2. Seismik pantul (reflection)
Seismik refleksi digunakan untuk penelitian
geologi atau geofisika yang dalam (> 30
km). Karena hal ini lebih efektif sehingga
seismik refleksi dapat mencapai inti bumi
bagian dalam (inner core). Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi kecepatan
rambat gelombang seismik pantul sama
dengan seismik bias.
Dobrin (1976), membagi gelombang seismik
menjadi empat jenis, yaitu :
a. Gelombang kompresi
Gelombang partikel yang berasosiasi dengan
gelombang ini adalah merapat dan
meregangnya jarak antar partikel. Arah
pergerakan partikel selalu searah dengan
arah penjalaran gelombang. Gelombang
kompresi mempunyai kecepatan rambat

gelombang terbesar dibanding dengan


gelombang elastik lainnya. Gelombang
kompresi dapat merambat pada segala
media. Dalam operasi gelombang ini disebut
sebagai gelombang primer atau gelombang
longitudinal.
b. Gelombang shear
Partikel pada gelombang shear bergerak
tegak lurus terhadap arah penjalaran
gelombang. Gelombang ini disebut juga
gelombang sekunder atau gelombang
transversal.
c. Gelombang Raleigh
Gelombang ini hanya bergerak pada
permukaan bidang batas material padat.
Gerakan partikel selalu pada bidang vertikal,
bersifat elip dan berlawanan arah dengan
arah penjalaran gelombang. Amplitudo
gelombang
ini
akan
turun
secara
eksponensial sesuai dengan kedalaman.
Gelombang relaigh berperan sebagai ground
roll, yaitu salah satu jenis gelombang
pengganggu didalam operasi seismik
dilapangan.
d. Gelombang love
Gelombang
ini
merambat
didekat
permukaan bumi, dan hanya teramati jika
ada kontak antara lapisan berkecepatan
rendah dan lapisan berkecepatan tinggi.
Gerakan partikel selalu horizontal dan
bersifat dispersi, yaitu sangat dipengaruhi
oleh frekuensi dan panjang gelombang.
Love membuktikan bahwa gelombang ini
menjalar karena ada pantulan berganda
antara atas dan bawah lapisan berkecepatan
rendah. Gelombang ini jarang teramati
didalam rekaman seismik karena gerakan
partikelnya selalu horizontal.
1.3 Operasi Perekaman Seismik (Field
Works)
Secara berurutan kegiatan-kegiatan survei
seismik dilapangan dibagi tiga kelompok
utama yaitu : surveying, drilling dan

recording.
a. Kegiatan surveying
Kegiatan ini bertujuan mempersiapkan
daerah telitian bagi survei lintasan untuk
membuat rintisan line seismik. Penyelidikan
seismik ini memerlukan penetuan koordinat
dan elevasi dari posisi setiap titik tembak
secara tepat. Dengan demikian posisi
lintasan dan titik tembak dapat digambarkan
dalam peta.
Kegiatan ini meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
- pembuatan lintasan, rintis, bridging
dan step
- pembuatan bench mark
- penempatan titik tembak dan interval
group geophone
- pengukuran topografi, elevasi,
kordinat dan pembuatan peta
Regu rintis bertugas membuat lintasan
seismik dan menentukan patok-patok titik
tembak (shoot point) serta interval group
geophone. Bila melalui sungai, rawa mereka
perlu membangun asteps dan step ladder.
Kadang-kadang diperlukan pula membangun
helipad.
Regu survei topografi bertugas :
- Mengukur elevasi dan koordinat
patok-patok titik tembak.
- Mengukur interval group geophone.
- Memasang pengukur bench mark.
- Memasang plat aluminium pada
pohon ditiap-tiap lima titik tembak,
menurut nomor titik tembak
bersangkutan.
Bench mark dengan besi cor beton, sengaja
dipasang ditiap-tiap ujung lintasan atau
ditempat yang dikenal dengan mudah
dilapangan, misalnya ditepi sungai dan
hampir umum terdapat disetiap intersection.
Sekarang ini dengan cara peletakan susunan
geophone dan pola penembakan tertentu
(system mulfold) dapat kita peroleh posisi

CDP (Cammon Depth Point) yang artinya


setiap titk pada satu bidang pantul akan
beberapa kali dilalui oleh gelombang
seismik dengan sudut dating yang berbedabeda.
b. Pemboran lubang tembak
Pada eksplorasi didarat, regu pemboran
bertugas membuat lubang tembak (shoot
hole) ditiap-tiap patok yang telah disiapkan
oleh regu perintis. Hal ini dimaksudkan
untuk menempatkan dinamit sebagai sumber
energy dibawah zona pelapukan, umumnya
lubang dibuat dengan kedalaman 15 meter
sampai 30 meter.
c. Perekaman seismik (seismic recording)
Dalam
tahap
perekaman
diperlukan
kerjasama antar regu, baik regu penembak,
dinamit, kabel, geophone, instrument dan
lain-lain. Juga perlu diperhatikan apakah
instrument sudah siap dioperasikan, jenis
dinamit dan jenis rentangan kabel sudah
tepat dengan kondisi lapangan. Secara
singkat
jalannya
perekaman
dapat
diterangkan sebagai berikut :
Gelombang seismik yang dipancarkan oleh
ledakan dinamit menembus kedalam bumi.
Sebagian gelombang tersebut akan terpantul
kembali kepermukaan bila bertemu dengan
bidang lapisan (reflector). Gelombang pantul
ini yang masih bercampur dengan noise
ditangkap oleh geophone dan diteruskan ke
instrument. Noise yang menyertainya
disaring oleh system di instrument, sesudah
itu diubah menjadi digital. Dan kemudian
masuk unit pengontrol. Dari sini signal
digital diteruskan kepada tape transport
untuk direkam dalam pita magnetik. Hasil
rekaman ini
kemudian diproses untuk
memperoleh hasil akhir berupa penampang
seismik(seismic section).
1.4 Proses Pengolahan Data Seismik
Hasil perekaman masih merupakan data
mentah yang harus diolah lebih lanjut. Hal

ini diakibatkan oleh beberapa sebab antara


lain :
a. Selalu ikut terekamnya bermacammacam gangguan yang disebabkan
noise bersamaan dengan sinyal seismik
yang dikehendaki. Noise ini dapat
disebabkan oleh bermacam-macam hal,
antara lain sumber getaran seismic yang
menjalar
kelintasan
yang
tidak
diinginkan, sumber getaran lain diluar
sumber getaran seismik sebenarnya.
Dengan kata lain noise adalah sesuatu
yang selalu terdapat pada rekaman
seismik, tetapi sama sekali tidak ada
hubungannya dengan struktur bawah
permukaan.
b. Sinyal seismik setelah menjalar melalui
lapisan-lapisan bawah tanah akan
mengalami perubahan bentuk karena
pengaruh karakteristik batuan. Akibat
bentuk sinyal tadi akan mengalami
kombinasi
atau
konvulasi
yang
meregangkannya
menjadi
bentuk
gelombang yang lain.
c. Suatu rekaman seismik yang terlihat
pada monitor merupakan data mentah
yang
belum
dikoreksi
terhadap
pengaruh topografi (koreksi stratik) dan
pengaruh oleh sebab perbedaan offset
(jarak shoot point terhadap geophone),
yang disebut koreksi dinamik.
d. Adanya fenomena migrasi horizon yang
mengakibatkan titik-titik dilapisan
bawah tanah yang memantulkan tidak
tepat dibawah shoot point yang
bersangkutan, walaupun data seismik
tersebut telah mengalami
koreksi
dinamik.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka
harus dilakukan pengolahan data lapangan.
Teknik prosesing data ini pada prinsipnya
akan meliputi :
- Editing : yaitu mengatur dan
meniadakan trace-trace yang bisa
mengacau langkah- langkah proses

berikutnya.
Filtering terhadap noise.
Pe-convolusi, untuk menghilangkan
efek dari lapisan dangkal yang
menimbulkan revibrasi.
Koreksi statik, untuk menghilangkan
pengaruh topografi dan lapisan yang
lapuk dipermukaan. Koreksi ini
bertujuan membawa posisi titik
tembak dan geophone kesatu bidang
datar yang sama (datum paine).
Analisa kecepatan dari lapisan-lapisan
pemantul.
Koreksi dinamik, dimaksudkan untuk
mengusahakan agar semua trace pada
rekaman seismik seolah-olah terjadi
pada peristiwa pantulan normal,
sehingga tidak tergantung lagi pada
offset yang berlain-lainan.

Prosedur pengambilan dan pengolahan data


terus dikembangkan guna meningkatkan
kualitas rekaman, meningkatkan rasio signal
terhadap noise. Signal adalah rekaman
getaran seismik, sedangkan noise adalah
rekaman gelombang yang tidak diinginkan,
yang dapat berasal dari gerakan angin, lalu
lintas, aktivitas industri dan lain-lain.
Susunan geophone yang digunakan untuk
menangkap gelombang seismic disebut
spread. Intepretasi seismogram akan lebih
mudah dilakukan bila geophone disusun
pada garis lurus.
Proses pengambilan data yang dilakukan
dapat dilihat pada gambar 2 suatu sumber
getar diledakkan dalam lubang, getarannya
ditangkap oleh geophone dan dialirkan ke
recorder yang menyimpannya dalam bentuk
seismogram.

Gambar 2
Ilustrasi Proses Pengambilan Data
Lapangan

Gambar 3
Contoh Hasil Seismogram
1.5 Teknik Intepretasi Seismik
Tujuan terpenting dalam intepretasi seismik
adalah mengolah data seismic menjadi
informasi geologi sebanyak mungkin,
terutama dalam bentuk struktur struktur
geologi. Intepretasi yang dilakukan sangat
memerlukan pengalaman dalam membaca
pola-pola seismik yang menunjukkan
adanya patahan, lipatan
dan kondisi
stratigrafi tertentu.
Penampang seismik yang dihasilkan
merupakan penampang waktu (time section).
Penampang ini dapat dikonversi ke
kedalaman (depth section). Namun konversi
ini terkadang tidak tepat karena tidak
akuratnya perhitungan yang dilakukan.
Karena itu para intepreter umumnya bekerja
dengan time section. Bila informasi tentang

kedalaman dibutuhkan untuk beberapa


bagian yang khusus, perhitungan tambahan
dapat dilakukan.
1.
Beberapa penampang seismik menghasilkan
citra yang dapat dengan mudah diintepretasi.
Patahan ditunjukkan oleh refleksi yang
diskontinyu. Bidang patahan umumnya
miring, yang akan terlihat jelas pada
penampang seismik yang searah dengan arah
kemiringan patahan tersebut. Untuk patahan
dengan kemiringan kurang dari 400, agak
sulit deteksi dengan penampang seismik.
Patahan mendatar (strike slip fault) yang
menyebabkan
perpindahan
sepanjang
patahan juga sulit untuk dideteksi. Hal ini
baru akan terlihat jika ada penyimpangan
bentuk struktur utama.
Refleksi yang bergelombang menunjukkan
lapisan yang terlipat. Tetapi banyak pula
penampang
seismik
yang
cukup
membingungkan. Untuk mengintepretasi
keadaan stratigrafi dari penampang seismik
dibutuhkan pengetahuan tentang seismik
eksplorasi, sedimentologi dan perubahan
relatif muka laut, juga geomorfologi.
Untuk mengungkapkan fenomena data
seismik pantul dalam arti geologi, seorang
interpreter harus menguasai faktor data
dan penguasaan ilmu geologi. Integrasi
dalam intepretasi memerlukan pertimbangan
berbagai aspek seperti :
- Pertimbangan pengaruh kondisi
geologi dan topografi terhadap mutu
data.
- Integrasi penampang geologi dan
penampang-penampang seismik.
- Pertimbangan dari segi stratigrafi,
lithologi, facies dan yang lainnya
yang dimaksudkan untuk memilih
horizon.
- Pertimbangan geologi regional, pola
tektonik regional, posisi cekungan
dan lain-lain.

2.

3.

4.

Langkah-langkah yang diambil untuk


intepretasi penampang seismik pada
prinsipnya meliputi :
Korelasi dengan sumur pengikat (tie well)
- Adalah
untuk
membandingkan
horizon atau garis pada penampang
seismik dengan formasi yang telah
diketahui kedalamannya dari sumur
pemboran.
- Harga kedalaman yang diukur, dari
sea level sebagai datum.
Penentuan horizon yang dipetakan
- Horizon seismik yang ditentukan,
sebaiknya pada atau berdekatan
dengan lapisan yang di perkirakan
produktif atau mewakili parameter
marker stratigrafi, dan horizon
tersebut menerus sepanjang lintasan.
- Bila horizon hanya bersifat lokal
(setempat), harus dicarikan horizon
lainnya,
yang
penyebarannya
menerus.
- Memiliki karakter amplitudo yang
mudah dikenal.
Tracing atau mengikuti lapisan yang
dipetakan sepanjang penampang
seismik dan diberi warna tertentu.
- Dalam tracing harus dikenali adanya
patahan dari gejala-gejala nampak
ada pada penampang seismik, seperti
adanya pergeseran horizon dan lain
sebagainya.
- Pencantuman harga didaerah up
block dan down block, untuk
menggambarkan throw patahan.
Seluruh garis seismik yang telah di trace,
harga TWT (two way time) yang
didapatkan, diplot pada peta dasar
lintasan seismik. Titik yang sama
nilainya
dihubungkan
dengan
membentuk garis kontur.
Gejala-gejala adanya sesar dapat dikenali
pada
penampang
seismik
dengan
memperhatikan :
- Ketidakmenerusan horizon

- Adanya pola difraksi


- Perubahan pola mendadak horizon
- Adanya perubahan penebalan atau
penipisan diantara dua horizon
- Rusaknya data didaerah patahan atau
menimbulkan shadow
Data sumur yang dipakai untuk pengenalan
dan penamaan horizon :
- Lithologic log
- Well log
- Penetration rate
- Well velocity survey
- Synthetic Seismogram
dimana x(t) adalah data seismik itu sendiri
(data yang biasa anda gunakan untuk
interpretasi geologi). Sedangkan y(t) adalah
quadraturenya, yakni fasa gelombang x(t)
digeser 90 derajat. U (t) dapat diperoleh
dengan menggunakan tranformasi Hilbert
pada data seismik, dimana komponen
realnya adalah data seismik itu sendiri dan
quadratur-nya merupakan kompo nen
imaginer.

Gambar 4
Impedansi Akustik Relatif Dari Data
Seismik Tanpa Ikatan Data Sumur
1.6 Atribut seismik
Atribut seismik adalah informasi-informasi
dasar yang merupakan derivative dari suatu
pengukuran seismik. Menurut Brown,
informasi-informasi
dasar
tersebut
diklasifikasikan menjadi informasi waktu,
amplitudo, frekuensi dan atenuasi. Atribut
seismik waktu akan memberikan informasi
mengenai struktur seperti patahan. Atribut
seismik amplitudo dan frekuensi dapat
memberikan informasi mengenai stratigrafi
dan reservoir Sementara atribut seismik
atenuasi
berguna
untuk
memahami
informasi mengenai permebilitas.
u(t) = x(t) + i y(t)

Terdapat beberapa macam seismik attribute:


instantaneous
energy
(envelope),
instantaneous
phase,
instantaneous
frequency, dll. (Jenis-jenis attribut tersebut
dijelaskan lebih lanjut pada blog ini dengan
masing-masing subject).
1.6.1 Envelope
Envelope merepresentasikan total energi
sesaat (instantaneous), nilai ampitudonya
bervariasi antara nol sampai amplitude
maksimum tras seismik. Secara matematis
envelope dituliskan sebagai berikut:
E(t)= (x(t)^2 +y(t)^2)^0.5
Envelope berhubungan langsung dengan
kontras impedansi akustik yang bermanfaat
untuk melihat kontras impedansi akustik,
bright spot, akumulasi gas, batas sekuen,
efek ketebalan tuning, ketidakselarasan,

perubahan lithologi, perubahan lingkungan


pengendapan, sesar, porositas, dll.

1.6.2 Frekuensi Gelombang Seismik


Frekuensi gelombang seismik yang 'berguna'
biasanya berada dalam rentang 10 sampai
70Hz dengan frekuensi dominan sekitar
30Hz.

Gambar 6
Berikut menunjukkan tipikal spektrum
amplitudo gelombang seismik (tras
ditunjukkan di sebelah kiri).
Terlihat rentang frekuensi gelombang
seismik 10-70Hz dengan frekuensi dominan
30Hz, juga karakter spektrum amplitudo
wavelet yang digunakan. Komponen
frekuensi rendah data sumur
1.6.3 Metode Atribut Trace Kompleks
A E. Barnes pada tahun 1993 telah
mendefinisikan sebuah instantaneous
bandwith sebagai perbandingan perubahan
magnitude ( atribut kuat reflaksi), sebagai
berikut:

Gambar 5
Perbandingan antara tras data real (x),
quadrature (y) dan envelope (E) serta
perbandingan antara data sesmik dengan
envelope untuk data lapangan.

Barnes juga telah mendefinisikan persamaan


diatas sebagai instantaneous decayrate.
Faktor ini hamper sama dan berhubungan
dengan parameter yang disebut rise time.
Oleh karena itu parameter rise time kurang
lebih akan berasosiasi dengan factor

pengurangan, dengan bandwidth yang lebih


besar. Bandwidth ini dapat diestimasi
sebagamana perhitungan pada factor
Gaussian.
Persamaan untuk menghitung instantaneous
Q adalah

Diaman i adalah instantaneous attribute dan


f(t) adalah atribut instantaneous frequency.
Tanda negative pada persamaan diatas
menandakan
pengurangan
amplitudo.
Parameter diatas diterapkan pada rumus
perhitungan Q melalui metode complex
trace atribut sehingga didapat Q, baik dua
dimensi atau tige dimensi.

atribut trace kompleks, diantaranya atribut


kuat refleksi, fasa dan frekuensi sesaat.
Terlihat bahwa nilai Q yang didapat tidak
begitu dipengaruhi oleh kuat reflaksi.
1.6.4 Inversi Seismic
Terdapat beberapa metode dalam melakukan
inversi seismik, yaitu:
1. Metode InversiRecursive
Metode recursive sering disebut juga band
limited inversion. Metode ini mengabaikan
efek dari wavelet dan memperlakukan tras
seismik koefiisien yang telah difilter oleh
zero phase wavelet.
2. Metode Inversi Sparse Spike
Metode
inverse
sparse
spike
ini
mengasumsikan
bahwa
reflektifitas
sebenarnya merupakan sebuah deretan
reflektifitas kecil yang tersimpan di dalam
deretan reflektifitas yang lebih besaryang
secara geologi berhubungan dengan
ketidakselarasan atau batas litologi utama.
3. Metode Inversi Model Based (Blocky)
Metode ini dilakukan dengan cara
membandingkan data seismik sintetik yang
telah dibuat dari hasil konvolusi reflektifitas
(model geologi) dengan wavelet tertentu
dengan data seismik riil. Penerapan metode
ini dimulai dengan dugaan awal yang
diperbaiki secara iteratif. Metode ini dapat
dilakukan dengan anggapan tras seismik dan
wavelet diketahui, noise tidak berkorelasi
dan acak.

Gambar 7
Perhitungan attribute kompleks yang
menggunakan anttribute envelove, fasa dan
frekuansi sesaat.
Gambar diatas merupakan contoh beberapa
attribute yang digunakan dalam metode

2. DATA SESIMIK DAN DATA WELL


Data ini berupa 3D post stack migrated.
Seismic cube ini memiliki 576 inline (175150) dan 6161 Xline (95-710). Selain data
seismic, sebagai penunjang juga digunakan
data sumur yaitu A1, B1 dan A3 ( sumur
vertical),
ketiga
sumur
mempunyai
ckeckshot.
3. PEMBAHASAN

Dari perkaliaan log Vp dan log densitas akan


diperoleh log impedansi akustik dan
selanjutnya diinversi menjadi koefisien
reflaksi.
Setelah
tahap
pembuatan
seismogram sintetik dilaksanakan, maka
tahap selanjunya adalah pengikatan data
sumur terhadap data sseismik. Pengikatan
data sumur terhadap data seismic dilakukan
pada ketiga sumur yaitu sumu A1, B1 dan
A3.

Gambar 8
Well seismic pada A1, B1 dan B3
Selanjutnya yaitu menentukan crossplot

antara lain unutk mengetahui trend yang


dapat membedakan antara lotologi pada
daerah target dan diharapkan dapat
mengetahui nilai akustik impedansi reservoir
dimasing-masing sumur.

Gambar 9
Crossplot antara densitas terhadap PImpedance a) pada sumur A1, b) sumur B1,
dan c) sumur A3
Dengan analisa atribut atenuasi diperoleh:

jelas pada sumur A3, sedangakan pada


sumur A1 dan B1 anomali zona gas tidak
begitu jelas dipetakan.

(a)

(b)

4. KESIMPULAN
1. Sumur A3 mempunyai potensi
adanya reservoir dibanding dengan
sumur A1 dan B1
2. Metode atribut atenuasi tidak
berhasil
dengan
baik
unutk
memetakan reservoir gas.
3. Pemetakan sumur A1 dan B1 kurang
baik karena ketebalan reservoirnya
sangat tipis, selain itu juga
disebabkan karena metode estimasi
Q ini sangat sensitife terhadap
kualitas data.
4. Seismik atribut memberikan hasil
properti reservoir yang cukup akurat
DAFTAR PUSTAKA
Sukmono. 2000. Seismic Inverse Untuk
Karakteristik
Reservoir.
Teknik
geofisika. Institut teknologi bandung.
Bandung
Sukmono. S. 2002. Interpretasi seismic
reflaksi. Teknik Geofisika. Institut
Teknologi Bandung. Bandung

(c)
Gambar 10
Penampang inverse seimik dan kualitas
seismic, a) sumur A1, b) sumur B1 dan c)
sumur A3
Dengan menggunakan metode atribut trace
kompleks, warna biru menunjukkan nilai Q
yang rendah sedang warna merah
menunjukkna nilai Q yang tinggi. Anomali
berupa zona gas dapat dipetakan dengan

Supema Erik. 2007. Interpretasi Siesmik


Dan Analisa Karakteristik Reservoir
Zone Spm Dengan Attribute Avo
Pada Lapangan Rambuns Cekungan
Sumatra Utara. Teknik Geologi. Institut
Teknologi Bandung. Bandung
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007
/06/seismik-attribute.html
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007
/06/envelope.html
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007
/06/frekuensi-gelombang-seismik.html

Você também pode gostar