Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap organisasi berkepentingan terhadap kinerja terbaik yang mampu
dihasilkan oleh rangkaian sistem yang berlaku dalam organisasi tersebut. Manajemen
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor kunci untuk mendapatkan kinerja
terbaik, karena selain menangani masalah ketrampilan dan keahlian, manajemen SDM
juga berkewajiban membangun perilaku kondusif karyawan untuk mendapatkan
kinerja terbaik. Pada dasarnya kinerja karyawan merupakan hasil
proses yang
kompleks,baik berasal dari diri pribadi karyawan ( internal factor ) maupun upaya
strategis dari perusahaan. Faktor-faktor internal misalnya motivasi, tujuan, harapan
dan lain-lain, sementara contoh faktor eksternal adalah lingkungan fisik dan non fisik
perusahaan. Kinerja yang baik tentu saja merupakan harapan bagi semua perusahaan
dan institusi yang mempekerjakan karyawan, sebab kinerja karyawan ini pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Dalam upaya memberdayakan karyawan dan pengembangan karyawan, pihak
manajerial
selalu
berupaya
melakukan
tugas
fungsinya
melalui
planning,
dengan
serikat
pekerja,
upaya
manajemen
untuk
untuk memelihara
yang
akan
menjadi
pokok
dalam
filsafat
tersebut
ialah:
kepedulian
organisasi secara teknis dan manusiawi membawa kepada kualitas kehidupan kerja
yang lebih baik (Luthansm, 1995 dalam Noor Arifin, 1999).
Konsep kualitas kehidupan kerja mengungkapkan pentingnya penghargaan
terhadap manusia dalam lingkungan kerjanya. Dengan demikian peran penting dari
kualitas kehidupan kerja adalah mengubah iklim organisasi agar secara teknis dan
manusiawi membawa kepada kualitas kehidupan kerja yang lebih baik ( Luthans,
1995).Kualitas kehidupan kerja merumuskan bahwa setiap proses kebijakan yang
diputuskan oleh perusahaan merupakan sebuah respon atas apa yang menjadi
keinginan dan harapan karyawan mereka, hal itu diwujudkan dengan berbagi
persoalan dan menyatukan pandangan mereka ( perusahaan dan karyawan ) ke dalam
tujuan yang sama yaitu peningkatan kinerja karyawan dan perusahaan.
Kualitas kehidupan kerja merupakan suatu bentuk filsafat yang diterapkan oleh
manajemen dalam mengelola organisasi pada umumnya dan sumberdaya manusia
pada khususnya. Sebagai filsafat, kualitas kehidupan kerja merupakan cara
pandang manajemen tentang manusia, pekerja dan organisasi. Unsur-unsur pokok
dalam filsafat tersebut adalah : kepedulian manajemen tentang dampak pekerjaan
pada
oleh
manajemen team ( bentuk lain dari kualitas kehidupan kerja ) menunjukkan dampak
positif pada kinerja karyawan.
Ada delapan indikator dalam pengukuran
dikembangkan oleh Walton ( dalam Zin 2004 ) tetapi dalam penelitian ini hanya akan
digunakan empat indikator saja, yaitu :
Pertumbuhan dan pengembangan,
yaitu
terdapatnya
kemungkinan
memungkinkan
mereka
untuk
memuaskan
berbagai
2.1.2
menyebabkan
berkurangnya
Kepuasan kerja dipandang sebagai perasaan senang atau tidak senang yang
relatif, yang berbeda dari pemikiran objektif dan keinginan perilaku. Karena
perasaan terkait dengan sikap seseorang, maka kepuasan kerja dapat didefinisikan
sebagai sikap umum seseorang terhadap pekerjaan dan harapannya pada organisasi
tempat ia bekerja. Kepuasan kerja menunjukkan pada sikap emosional positif yang
berdasar pada pengalaman kerja seseorang ( Locke dalam Luthans 1998 ). Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa karyawan yang puas lebih menyukai situasi kerjanya
daripada tidak menyukai. Lebih lanjut kepuasan kerja juga merupakan salah satu
komponen dari kepuasan hidup. Sehingga hal tersebut menjadi sangat penting untuk
diperhatikan dalam pengembangan dan pemeliharaan tenaga kerja. Karena jika
karyawan tidak mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya, maka motivasi mereka
akan menurun, absensi dan keterlambatan meningkat dan akan sulit untuk bekerjasama
dengan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja seseorang akan ikut
menjadi penentu kelangsungan operasional suatu perusahaan. Smith ( dalam Robbin,
2001) menyatakan terdapat 5 dimensi yang mempengaruhi respon afektif seseorang
terhadap pekerjaannya, yaitu :
Pekerjaan
itu
sendiri,
yaitu
sejauh
mana
pekerjaan
menyediakan
Secara jelas dapat dikatakan bahwa kualitas kehidupan kerja dan kepuasan kerja
sangat penting karena hal tersebut telah terlibat, berhubungan dengan hasil akhir
positif organisasional yang lain. Sebagai contoh, pekerja yang puas dengan pekerjaan
mereka memiliki tingkat absensi yang lebih rendah dan keinginan untuk pindah kerja
yang kecil. Mereka juga lebih senang untuk menujukkan perilaku sebagai anggota
organisasi tersebut dan puas dengan kualitas kehidupan kerja dalam organisasi tersebut
secara keseluruhan.
6
Variabel yang
Internet self-aided
teams, kualitas
diteliti
Metode
analisis
Regresi
kehidupan kerja,
Hasil Penelitian
Program IASM mengembangkan
kualitas kehidupan kerja dan kinerja
karyawan
Pertumbuhan dan
Analisis
Organisasi
Stephen K. Johnson (
profitabilitas,
komparatif
1999 )
produktivitas, turn
over, Kualitas
Kehidupan kerja
melaksanakan
Clifford P.McCue
Kepuasan Kerja,
Regresi
dan Gerasimos A.
Kinerja Karyawan
Berganda,
Korelasi
Spearman
Meta-analysis
Gianakis ( 1997 )
M.M. Petty, Gail
JDI Measures of
W.McGee, Jerry W.
Job Satisfaction ,
Linear
yang
kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan ( May dan Lau,
1999 ) Adanya kualitas kehidupan kerja juga menumbuhkan keinginan para karyawan untuk
tetap tinggal dalam organisasi. Penelitian juga menunjukkan adanya hubungan positif
antara praktek kualitas kehidupan kerja dengan kinerja karyawan ( Elmuti dan Kathawala,
1997 ).Oleh karena itu hipotesis yang diajukan sebagai berikut :
Hipotesis 2 : Kualitas kehidupan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
karyawan
c. Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan
Faktor-faktor
motivator
dalam
kepuasan
kerja
secara
tidak
langsung
pegawai
yang
puas
dapat
memilih
pegawai
dengan
predisposisi
memperoleh kepuasan atau menciptakan lingkungan kerja yang memfasilitasi kepuasan, atau
semuanya dengan terlebih dahulu membangun kualitas kehidupan kerja. Oleh karena itu
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis 3 : Kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
d. Kualitas kehidupan kerja dan Kinerja karyawan dengan kepuasan sebagai
mediasi
Secara jelas dapat dikatakan bahwa kualitas kehidupan kerja dan kepuasan kerja sangat
penting karena hal tersebut telah terlibat, berhubungan dengan hasil akhir positif
organisasional yang lain. Sebagai contoh, pekerja yang puas dengan pekerjaan mereka
memiliki tingkat absensi yang lebih rendah dan keinginan untuk pindah kerja yang kecil.
Mereka juga lebih senang untuk menujukkan perilaku sebagai anggota organisasi tersebut
dan puas dengan kualitas kehidupan kerja dalam organsiasi tersebut secara keseluruhan.
Hipotesis 4 : Kualitias Kehidupan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
karyawan dengan kepuasan sebagai mediasi.
II. METODELOGI PENELITIAN
2.1 Jenis Data
Berdasarkan sifatnya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam
data kualitatif dan data kuantitatif yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Data Kuantitatif (Sugiyono, 2010:14) adalah data yang dinyatakan dalam
bentuk angka. Yang termasuk data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data
8
hasil kuesioner yang telah diberi angka dan pada masing-masing jawaban yang
diperoleh dari penyebaran kuesioner.
b. Data Kualitatif (Sugiyono, 2010:15) adalah data yang tidak dinyatakan dalam
bentuk angka, seperti lokasi penelitian, dan karakteristik responden (nama,
jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan).
2.2 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode asosiatif. Penelitian asosiatif menurut Sugiyono
(2010:55) adalah dugaan tentang adanya hubungan antar variabel dalam populasi yang
diuji.
2.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penelitian ini dilakukan di Airnav Indonesia Cabang Denpasar
yang berlokasi di areal Bandara I Gusti Ngurah Rai. Yang merupakan satu satunya
perusahaan yang mengelola navigasi penerbangan di wilayah Bali.
2.4 Definisi operasional variabel
a. KUALITAS KEHIDUPAN KERJA ( X )
Indikator dalam kualitas kehidupan kerja menurut Walton ( 1974 , dalam Zin 2004 )
X1.1
Pertumbuhan
dan
pengembangan,
yaitu
terdapatnya
kemungkinan
Indikator
Pengukuran
Kualitas
X1.1 Partisipasi
Kehidupan Kerja
(independen
variabel)
X1.4Pertumbuhan dan
( sangat setuju)
pengembangan
10
Kepuasan Kerja
Y1.1 Bayaran
Kinerja
Y2.1 Kualitas
( sangat setuju)
1-5 poin skala digunakan
(dependen
Y2.2 Kuantitas
variabel)
Ketrampilan
( sangat setuju)
2.5 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2010:115). Pengambilan sampel akan dilakukan dengan teknik purposive
sampling yang bertujuan untuk memilih responden yang terseleksi oleh peneliti sesuai dengan
kriteria yang sudah ditetapkan.
2.6 Ukuran Sampel
Sugiyono (2010:130) memberikan saran untuk pengambilan sampel penelitian apabila
jumlah populasi tidak diketahui secara pasti yaitu: ukuran sampel yang layak dalam penelitian
adalah antara 30 sampai dengan 500. Lebih lanjut menurut Ferdinand (2002:75) adalah
ukuran sampel yang representatif antara 100-200 sampel, sehingga sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 responden.
2.7 Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Responden
yang
dijadikan
karyawan bagian fillet di AIRNAV INDONESIA CABANG DENPASAR, yakni sejumlah 200
karyawan. Karakter responden berdasarkan jenis kelamin terdapat pada Tabel 1, berdasarkan
usia terdapat pada Tabel 2, dan berdasarkan masa kerja terdapat pada Tabel 3.
JENIS KELAMIN
LAKI- LAKI
JUMLAH
175 ORANG
PRESENTASE
60%
PEREMPUAN
125 ORANG
40%
JUMLAH
200 ORANG
100%
NO
1
2
3
KELOMPOK USIA
20-30 tahun
31-40 tahun
>41 tahun
JUMLAH
JUMLAH
5 ORANG
100 ORANG
95 ORANG
200 ORANG
PRESENTASE
5%
50%
45%
100%
MASA KERJA
1
<10 tahun
2
11-15 tahun
3
>15 tahun
JUMLAH
JUMLAH
5 ORANG
100 ORANG
95 ORANG
200 ORANG
PRESENTASE
5%
50%
45%
100%
teoritis
yang
dikembangkan.SEM
digunakan
bukan
untuk
KUALITAS
KEHIDUPAN KERJA
KINERJA
b. Bootstrapping
Bootsrapping adalah pendekatan nonparametrik untuk menguji hipotesis indirect
effect, yang tidak membutuhkan asumsi mengenai bentuk distribusi variabel atau
distribusi sampling dari indirect effect. Pendekatan ini juga tidak didasarkan pada teori
sampel besar atau large-sample theory, yang berarti cocok untuk sampel kecil
(Preacher and Hayes., 2004; Preacher, Rucker and Hayes., 2007). Bila indirect effect
dalam 95% confidence intervals, tidak mengandung nol maka indirect effect atau
pengaruh tak langsung variabel independen terhadap variabel dependen melalui
variabel mediator dan signifikan pada taraf signifikansi 0,05 yang berarti dukungan
terhadap adanya mediasi (Preacher and Hayes., 2004; Wuensch., 2009).
IV.PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Evaluasi Model SEM
Metode analisis SEM akan menggunakan input matriks kovarians dan menggunakan
metode estimasi maximum likelihood. Pemilihan input dengan matriks kovarian adalah
karena matriks kovarian memiliki keuntungan dalam memberikan perbandingan yang
valid antar populasi atau sampel yang berbeda, yang kadang tidak memungkinkan jika
menggunakan model matriks korelasi. Sebelum membentuk suatu full model SEM,
terlebih dahulu akan dilakukan pengujian
terhadap
faktor-faktor
yang
membentuk
muncul
adalah
masalah
Apabila
masalah-masalah
tersebut muncul dalam analisis SEM, maka mengindikasikan bahwa data penelitian
tidak mendukung model struktural yang dibentuk. Dengan demikian model perlu direvisi
dengan mengembangkan teori yang ada untuk membentuk model yang baru. Secara
keseluruhan terdapat tiga jenis ukuran goodness of fit, yaitu Absolute fit indices,
incremental fit indices, dan parsimony fit indices. Hasil analisis struktural dapat dilihat
pada Gambar 1.1
Selanjutnya pada Tabel 4, menunjukkan bahwa keseluruhan pengukura goodnessof-fit model penelitian sesuai dengan kriteria nilai kritis, model secara keseluruhan
adalah fit dengan data.
14
Goodness of Fit
Nilai Kritis
Nilai Model
Kesimpulan
Index
Chi Square
< 46,194
40,789
Fit
Significance
> 0,05
0,137
Fit
Probability
GFI
0,90
0,961
Fit
CMIN/DF
2,00
1,275
Fit
TLI
0,95
0,955
Fit
CFI
0,95
0,968
Fit
RMSEA
< 0,08
0,037
Fit
AGFI
0,90
0,933
Fit
Standardized
Estimate
1,21
,105
,068
S.E
,573
,111
,044
C.R.
2,116
,954
1,563
P
,034
,340
,118
15
dahulu
melewati
komitmen
dan
kepuasan
kerja
yang
Kinerja
Kualitas
Kepuasan
kehidupan
kerja
0,123
Kepuasan
Kualitas
Kepuasan
Kualitas
Kepuasan
kerja
kehidupan
kerja
kehidupan
kerja
0,269
0,015
Berdasarkan Tabel 6, nilai Standardized indirect effects adalah 0,123 dan nilai lower
bound dan upper bound dari hubungan kualitas kehidupan terhadap kinerja berada di rentang
0,033 0,269 pada 95% confidence interval dan rentang niai dari upper bound ke lower
bound tidak melewati nol dan nilai standardized indirect effects sebesar 0,123 berada di antara
lower bound dan upper bound, sehingga dapat dikatakan karena nol tidak terkandung dalam
confidence interval dan nilai standardized indirect effects berada di antara rentang interval
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa indirect effect signifikan pada taraf signifikansi 5%.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja berhasil memediasi pengaruh kualitas
kehidupan kerja terhadap kinerja.
4.4 Pembahasan hasil penelitian
4.4.1 Pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap kepuasan kerja
16
karyawannya
adalah
kehidupan kerjanya. Menurut Husnawati (2006), secara jelas dapat dikatakan bahwa
kualitas kehidupan kerja dan kepuasan kerja sangat penting karena hal tersebut
4.4.2
4.4.3
4.4.4 Peran kepuasan kerja dalam memediasi pengaruh kualitas kehidupan kerja
terhadap kinerja
Dari hasil pengujian variabel mediasi dengan menggunakan bootstrapping
diperoleh hasil bahwa kepuasan kerja berhasil memediasi pengaruh kualitas kehidupan
kerja terhadap kinerja. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat kehidupan kerja
karyawan maka tingkat kepuasan kerja karyawan, sehingga hal tersebut akan
meningkatkan kinerja karyawan di Airnav Indonesia Cabang Denpasar.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dari ke empat hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini hanya 2 (dua ) hipotesis yang diterima
a. Kualitas kehidupan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja
karyawan di Airnav Indonesia Cabang Denpasar
b. Kualitas kehidupan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja karyawan
di Airnav Indonesia Cabang Denpasar
c. Kepuasan kerja berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja karyawan di
Airnav Indonesia Cabang Denpasar
17
18