Você está na página 1de 12

I.

Pengertian Luka
Luka merupakan suatu kerusakan yang abnormal pada kulit yang menghasilkan
kematian dan kerusakan sel-sel kulit 2. Luka juga dapat diartikan sebagai interupsi
kontinuitas jaringan, biasanya akibat dari suatu trauma atau cedera 4. Perbandingan gambaran
anatomi kulit yang sehat dan terdapat luka dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. (a) Gambaran struktur kulit normal, (b) Gambaran kerusakan struktur kulit
II. Klasifikasi luka
1. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut adalah luka yang sesuai dengan proses penyembuhan yang normal
b.Luka kronis luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena
faktor eksogen dan endogen.
2. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari
tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka
sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan
dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari

saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme
pada luka.
3. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis
seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan
atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi
tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau
tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
II. Tipe Penyembuhan Luka
Luka dapat juga diklasifikasikan berdasarkan dari proses penyembuhan lukanya. Tipe
penyembuhan luka dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu 1,2,3;
a. Penyembuhan primer
Penyembuhan luka dengan alat bantu seperti jaritan, klip atau tape. Pada penyembuhan
primer ini, kehilangan jaringan minimal dan pinggiran luka ditutup dengan alat bantu.
Menghasilkan skar yang minimal. Misalnya; luka operasi, laserasi dan lainnya.
b. Penyembuhan sekunder
Penyembuhan luka pada tepi kulit yang tidak dapat menyatu dengan cara pengisian
jaringan granulasi dan kontraksi. Pada penyembuhan ini, terdapat kehilangan jaringan
yang cukup luas, menghasilkan scar lebih luas, dan memiliki resiko terjadi infeksi.
Misalnya pada leg ulcers, multiple trauma, ulkus diabetik, dan lainnya
c. Penyembuhan primer yang terlambat/ tersier

Ketika luka terinfeksi atau terdapat benda asing dan memerlukan perawatan luka/
pembersihan luka secara intensif maka luka tersebut termasuk penyembuhan primer yang
terlambat. Penyembuhan luka tersier diprioritaskan menutup dalam 3-5 hari berikutnya.
Misalnya luka terinfeksi, luka infeksi pada abdomen dibiarkan terbuka untuk
mengeluarkan drainase sebelum ditutup kembali, dan lainnya.
III. Faktor yang Mempengaruhi Luka
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering
terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diet
kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien
kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan
penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar
lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orangorang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak ebih sulit menyatu,
lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang
dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau
diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau
gangguan

pernapasan

kronik

pada

perokok.

Kurangnya

volume

darah

akan

mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk


penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal

tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel
mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang
disebut dengan nanah (Pus).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada
luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada
pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan proteinkalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka.
Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan
efektif akibat koagulasi intravaskular.
III. Proses Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis 5. Proses ini tidak hanya
terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor
endegon seperti; umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik 6. Fasefase penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase 1,2,5, yaitu;

Gambar 2. Fisiologi penyembuhan luka

Gambar 2. Proses penyembuhan luka

1. Fase inflamasi
Fase yang terjadi ketika awal terjadinya luka atau cedera (0-3 hari). Pembuluh kapiler
yang cedera mengalami kontraksi dan trombosis memfasilitasi hemostasis. Iskemik pada luka
melepaskan histamin dan agen kimia vasoaktif lainnya yang menyebabakan vasodilatasi
disekitar jaringan. Aliran darah akan lebih banyak ke daerah sekitar jaringan dan
menghasilkan eritema, pembengkakan, panas dan rasa tidak nyaman seperti rasa sensasi
berdenyut. Respon pertahanan melawan patogen dilakukan oleh PMN (Polimononuklear)
atau leukosit dan makrofag ke daerah luka. PMN akan melindungi luka dari invasi bakteri
ketika makrofag membersihkan debris pada luka.
2. Fase rekontruksi
Fase ini akan dimulai dari hari ke-2 sampai 24 hari (6 minggu). Fase ini dibagi menjadi
fase destruktif dan fase proliferasi atau fibroblastik fase. Ini merupakan fase dengan aktivitas
yang tinggi yaitu suatu metode pembersihan dan penggantian jaringan sementara. PMN akan
membunuh bakteri patogen dan makrofag memfagosit bakteri yang mati dan debris dalam
usaha membersihkan luka. Selain itu, makrofag juga sangat penting dalam proses
penyembuhan luka karena dapat menstimulasi fibriblastik sel untuk membuat kolagen
Angiogenesis akan terjadi untuk membangun jaringan pembuluh darah baru. Kapiler
baru yang terbentuk akan terlihat pada kemerahan (ruddy), jaringan granulasi tidak rata atau
bergelombang (bumpy). Migrasi sel epitel terjadi diatas dasar luka yang bergranulasi. Sel
epitel bergranulasi dari tepi sekitar luka atau dari folikel rambut, kelenjar keringat atau
kelejar sebasea dalam luka. Mereka nampak tipis, mengkilap (translucent film) melewati
luka. Sel tersebut sangat rapuh dan mudah dihilangkan dengan sesuatu yang lain daripada
pembersihan dengan hati-hati. Migrasi berhenti ketika luka menutup dan mitosis epetilium
menebal ke lapisan ke 4-5 yang diperlukan untuk membentuk epidermis
Fase kontraksi terjadi selama proses rekontruksi yang menggambarkan tepi luka secara
bersamaan dalam usaha mengurangi daerah permukaan luka, sehingga pengurangan jumlah
jaringan pengganti diperlukan. Kontraksi luka terlihat baik diikuti dengan pelepasan selang
drainase luka. Pada umumnya, 24-48 jam diikuti dengan pelepasan selang drain, tepi dari
sinus dalam keadaan tertutup
3. Fase maturasi
Merupakan fase remodeling, dimana fungsi utamanya adalah meningkatkan kekuatan
regangan pada luka. Kolagen asli akan diproduksi selama fase rekonstruksi yang diorganisir
dengan kekuatan regangan yang minimal. Selama masa maturasi, kolagen akan perlahan-

lahan digantikan dengan bentuk yang lebih terorganisasi, menghasilkan peningkatan kekuatan
regangan. Ini bertepatan dengan penurunan dalam vaskularisasi dan ukuran skar. Fase ini
biasanya membutuhkan waktu antara 24 hari sampai 1 tahun.
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel.
Proses dasar biokimia dan selular yang sama terjadi dalam penyembuhan semua cedera
jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik (dekubitus dan ulkus tungkai), luka traumatis
(laserasi, abrasi, luka bakar atau luka akibat pembedahan 13. Pada gambar 3 dapat dilihat
proses penyembuhan luka dari fase inflamasi, fase proliferatif dan fase maturasi dan pada
bagan 1 dapat dilihat bagaimana fisiologi penyembuhan luka.

Gambar 3. Proses penyembuhan luka sesuai fase inflamasi (6 jam setelh kecelakaan), fase
proliferatif (hari pertama dan hari kedua), dan fase maturasi (Hari ke tujuh)14
IV. Manajemen Luka
Manajemen luka sebelumnya tidak mengenal adanya lingkungan luka yang lembab.
Manajemen perawatan luka yang lama atau disebut metode konvensional hanya
membersihkan luka dengan normal salin atau ditambahkan dengan iodin povidine, kemudian
di tutup dengan kasa kering. Tujuan manajemen luka ini adalah untuk melindungi luka dari
infeksi 2. Ketika akan merawat luka di hari berikutnya, kasa tersebut menempel pada luka
dan menyebabkan rasa sakit pada klien, disamping itu juga sel-sel yang baru tumbuh pada
luka juga rusak.
Manajemen luka yang dilakukan tidak hanya melakukan aplikasi sebuah balutan atau
dressing tetapi bagaimana melakukan perawatan total pada klien dengan luka. Manajemen
luka ditentukan dari pengkajian klien, luka klien dan lingkungannya serta bagaimana
kolaborasi klien dengan tim kesehatan.

Tujuan dari manajemen luka, yaitu 1;

Mencapai hemostasis
Mendukung pengendalian infeksi
Membersihkan (debride) devaskularisasi atau material infeksi
Membuang benda asing
Mempersiapkan dasar luka untuk graft atau konstruksi flap.
Mempertahankan sinus terbuka untuk memfasilitasi drainase
Mempertahankan keseimbangan kelembaban
Melindungi kulit sekitar luka
Mendorong kesembuhan luka dengan penyembuhan primer dan penyembuhan
sekunder
Beberapa dekade ini, metode konvensional sudah tidak digunakan lagi, walaupun

masih ada rumah sakit tertentu terutama di daerah yang jauh dari kota masih menerapkannya.
Manajemen luka yang lama diganti dengan manajemen luka terbaru yang memiliki tujuan
salah satunya yaitu menciptakan lingkungan luka yang lembab untuk mempercepat proses
penyembuhan luka (moist wound healing).
Perkembangan moist wound healing diawali pada tahun 1962 oleh Winter, yang
melakukan penelitian eksperimen menggunakan luka superfisial pada babi 2. Setengah dari
luka ini dilakukan teknik perawatan luka kering dan sebagian ditutupi polythene sehingga
lingkungan luka lembab. Hasilnya menunjukkan bahwa perawatan luka dengan polythene
terjadi epitelisasi dua kali lebih cepat dari pada perawatan luka kering. Hal tersebut
menunjukkan bahwa lingkungan luka yang kering menghalangi sel epitel yang migrasi di
permukaan luka, sedangkan dengan lingkungan lembab sel-sel epitel lebih cepat migrasinya
untuk membentuk proses epitelisasi 1,2.
Moist wound healing merupakan suatu metode yang mempertahankan lingkungan luka
tetap lembab untuk memfasilitasi proses penyembuhan luka 1,7. Lingkungan luka yang
lembab dapat diciptakan dengan occlusive dressing/ semi-occlusive dressing 8. Dengan
perawatan luka tertutup (occlusive dressing) maka keadaan yang lembab dapat tercapai dan
hal tersebut telah diterima secara universal sebagai standar baku untuk berbagai tipe luka.
Alasan yang rasional teori perawatan luka dengan lingkungan luka yang lembab adalah 6:

Fibrinolisis; Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dengan cepat dihilangkan
(fibrinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

Angiogenesis; Keadaan hipoksi pada perawatan tertutup akan lebih merangsang lebih
cepat angiogenesis dan mutu pembuluh kapiler. Angiogenesis akan bertambah

dengan terbentuknya heparin dan tumor nekrosis faktor alpha (TNF-alpha)


Kejadian infeksi lebih rendah dibandingkan dengan perawatan kering (2,6% vs 7,1%)
Pembentukan growth factors yang berperan pada proses penyembuhan dipercepat
pada suasana lembab. Epidermal Growth Factor (EGF), Fibroblast Growth Factor
(FGF) dan Interleukin 1/Inter-1 adalah substansi yang dikeluarkan oleh magrofag
yang berperan pada angiogenesis dan pembentukan stratum korneum. Platelet
Derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-beta)

yang dibentuk oleh platelet berfungsi pada proliferasi fibroblast


Percepatan pembentukan sel aktif; Invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,
monosit, dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Keuntungan lainnya menggunakan moist wound healing juga akan mengurangi biaya

perawatan pada klien dan mengefektifkan jam perawatan perawat di rumah sakit 2. Untuk
menciptakan kelembaban lingkungan luka maka diperlukan pemilihan balutan luka atau
dressing yang tepat. Dressing yang ideal digunakan untuk menciptakan lingkungan lembab,
yaitu occlusive dressing/ semi-occlusive dressing 8.
Occlusive dressing adalah penutupan luka dengan menggunakan balutan tertentu
seperti transparan film atau hidrokoloid untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab
2,10. Occlusive dressing memberikan pengaruh pada luka dengan menjaga kelembaban di
dasar luka. Kelembaban tersebut akan melindungi permukaan luka dengan mencegah
kekeringan (desiccation) dan cedera tambahan 11. Selain itu, balutan tertutup juga dapat
mengurangi risiko infeksi. Menurut penelitian Holm (1998) pada luka pembedahan
abdominal ditemukan perbedaan signifikan angka kejadian infeksi pada perawatan luka
dengan occlusive dressing (3%) dan perawatan luka konvensional (14%) 12. Penelitian yang
dilakukan oleh Kim et al pada tahun 1996, menunjukkan bahwa balutan hidrokoloid dengan
occlusive dressing lebih efektif, efisiensi waktu dan cost efektif daripada kasa basah dan
kering 15.
Tujuan manajemen luka selain mempertahankan keseimbangan kelembaban (moist
wound healing) dengan occlusive dressing adalah mempersiapkan dasar luka sebelum
dilakukan pemasangan graft atau flap konstruksi. Menurut Scnultz et al (2003),
mempersiapkan dasar luka atau disebut wound bed preparation adalah manajemen luka untuk
mempercepat penyembuhan endogenous atau untuk memfasilitasi keefektifan pengukuran

terapeutik lainnya 1. Falanga (2004) menyatakan bahwa manajemen luka dengan wound bed
preparation memiliki tahapan-tahapan yang disingkat dengan TIME, yaitu; tissue
management (manajemen jaringan), infection or inflammation

control (pengendalian

infeksi), moisture balance (keseimbangan kelembaban), dan edge of wound (pinggiran luka).
Pelaksanaan wound bed preparation dengan TIME, yaitu;
1. Manajemen jaringan
Cara melakukan manajemen jaringan adalah dengan debridemen surgikal (sharp
debridement), conservative sharp wound debridement (CSWD), enzimatik debridemen,
autolitik debridemen, mekanik debridemen, kimiawi debridemen dan biologikal atau parasit
debridemen
2. Mengendalikan infeksi dan inflamasi
Dapat mengenal dan mengatasi tanda inflamasi (tumor, rubor, calor, dolor) dan tanda
infeksi (eksudat purulen). Balutan yang dapat digunakan untuk mengembalikan
keseimbangan bakteri yaitu; cadexomer iodine powder/paste/sheet dressing, povidine iodine
impregnated tulle gras, chlorhexidine impregnated tulle gras, madu luka, silver impregnated
dressing.
3. Mempertahankan keseimbangan kelembaban
Berdasarkan penelitian Winter tahun 1962, menyatakan kelembaban pada lingkungan
luka akan mempercepat proses penyembuhan luka. Dengan demikian, untuk menciptakan
lingkungan luka yang lembab maka diperlukan pemilihan balutan atau dressing yang tepat.
Pemilihan balutan akan dipengaruhi oleh hasil pengkajian luka yang dilakukan, seperti;
apakah luka kering, eksudat minimal, sedang atau berat, oedem yang tidak terkontrol. Berikut
balutan yang dapat mengoptimalkan keseimbangan kelembaban yang dapat digunakan secara
occlusive/ tertutup atau compression/ kompresi;

Luka kering; hidrogel, hidrokoloid, interaktif balutan basah


Minimal eksudat; hidrogel, hidrokoloid, semipermeabel film, kalsium alginate
Eksudat sedang; kalsium alginat, hidrofiber, hidrokoloid pasta, powder dan sheet,

foams
Eksudat berat; balutan hidrofiber, foam sheet/cavity, ektra balutan absorben kering,
kantung luka/ostomi

4. Kemajuan tepi luka


Epitelisasi pada tepi luka memerlukan perhatian khusus terhadap adanya pertumbuhan
kuman dan hipergranulasi yang dapat menghambat epitelisasi dan penutupan luka. Beberapa

cara yang dapat digunakan untuk mengontrol hipergranulasi sehingga tepi luka dapat
menyatu, antara lain;

Pemberian topikal antimikroba untuk mengtasi keseimbangan bakteri


Hipertonik impregnated dressing untuk mengendalikan edema dan keseimbangan

bakteri
Tekanan lokal menggunakan foam dressing dan perban kompresi atau tape fiksasi
Konservatif debridemen luka tajam (CSWD)
Kimiawi debridemen dengan silver nitrat atau cooper sulfate (dapat menimbulkan

ketidaknyamanan dan nekrosis jika tidak digunakan hati-hati)


Topikal kortikosteroid

VII. Komplikasi Penyembuhan Luka


Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan
dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan,
infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia
mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin
harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah
itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin
diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah
terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui
daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal
untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,mempertinggi resiko klien
mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi sebelum
kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera
ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

Pasien datang ke IGD dengan keluhan luka di jari ke 2 dan 3 tangan kiri kira-kira 1 jam
SMRS. Luka pada pasien disebabkan karena tersangkut rantai sepeda motor. Pasien juga
mengeluhkan rasa nyeri dan kebas pada daerah luka. Menurut pengakuan pasien terdapat
banyak darah yang keluar dari luka.

Você também pode gostar

  • Abses Tuba Ovarium
    Abses Tuba Ovarium
    Documento14 páginas
    Abses Tuba Ovarium
    Muhammad Bayu Zohari Hutagalung
    Ainda não há avaliações
  • Revisi Modalitas
    Revisi Modalitas
    Documento14 páginas
    Revisi Modalitas
    Muhammad Bayu Zohari Hutagalung
    Ainda não há avaliações
  • Penatalaksanaan Demensia-Modul Nakeswa
    Penatalaksanaan Demensia-Modul Nakeswa
    Documento37 páginas
    Penatalaksanaan Demensia-Modul Nakeswa
    Muhammad Bayu Zohari Hutagalung
    Ainda não há avaliações
  • Tabel AKG 2013 PDF
    Tabel AKG 2013 PDF
    Documento6 páginas
    Tabel AKG 2013 PDF
    Dian
    Ainda não há avaliações
  • Diare Idai
    Diare Idai
    Documento36 páginas
    Diare Idai
    Muhammad Bayu Zohari Hutagalung
    100% (10)
  • Bab III Ppok
    Bab III Ppok
    Documento4 páginas
    Bab III Ppok
    Muhammad Bayu Zohari Hutagalung
    Ainda não há avaliações
  • 553 610 1 PB
    553 610 1 PB
    Documento11 páginas
    553 610 1 PB
    Nauli Panjaitan
    Ainda não há avaliações
  • Attitude
    Attitude
    Documento20 páginas
    Attitude
    Muhammad Bayu Zohari Hutagalung
    Ainda não há avaliações