Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
kata Ki Jungkar
Sambil tersenyum Ki Buyut menunduk salam
Selamat datang kembali Ki Kamandanu, maaf
kami tidak bisa memberikan penyambutan kata Ki Buyut
Kamandanu Menunduk hormat ah, kami sangat berterimakasih atas apa yang telah Ki Ju
nkar berikan pada kami
ini anaku, Ki Buyut Lanjut Kamandanu
terimalah Salam ku Ki Buyut
Kata Jambu Nada menunduk hormat
Ya Engger
jawab Ki Buyut tersenyum
Pragolopati adalah Putera dari Ki Martan saudagar Permata di daerah ini, sudah du
a tahun ini dia pergi mengembara,baru tiga bulan ke belakang dia kembali
Padukuhan, tapi ada saja perbuatannya yang aneh, ada tiga gadis yang kata nya pe
rnah dekat dengannya, tapi entahlah apakah kebetulan atau bagaimana, setelah
tidak lagi bersama Pragolopati, gadis-gadis itu menjadi kurang waras
Kata Ki Buyut
yang lansung menceritakan pada Kamandanu dan Jambu Nada.
kenapa tidak lansung ditanyakan pada Pragolopati atas ketiga gadis itu Ki ? tanya Jam
bu Nada pada Ki buyut.
tidak ada yang berani Engger, aku sebagai Buyut di Padukuhan ini terlalu lemah dal
am memimpin, hanya bisa memyerahkan pada Hyang Widhi
jawab Ki Buyut
lemah.
Dahi kamandanu bekerut mendengar penjelasan Ki Buyut.
sebenarnya Ki Buyut tidak tinggal diam Engger, pernah Ki Buyut ingin menyelesaikan
masalah di antara salah satu gadis itu, tapi Pragolopati terlalu kuat,
malahan keponakan Ki Buyut tewas di tangan Pragolopati, belum lagi Pragolopati b
ersama orang-orang nya yang selalu meminta bahan Makanan untuk kelompok
mereka, yah warga desa tidak bisa apa-apa, hanya bisa diam dan melihat kelakuan
Pragolopati yang semakin tidak terpuji
Kata Ki Junkar dengan wajah yang
keruh menimpali cerita Ki Buyut.
kenapa tidak di laporkan, ke Majapahit
tanya Jambu Nada
Ki Junkar menghela napas, dia memandang Ki Buyut dengan lemah.
Ki Buyut tersenyum ah sudahlah Ki Kamandanu dan Engger, itu masalah warga disini, a
ku datang hanya mengucapkan selamat datang kembali buat Aki dan Engger
aku adalah orang Kurawan Ki buyut, jadi apa pun masalah warga Kurawan adalah bagia
n dari masalah aku juga
kata Kamandanu
Ki Buyut menghela nafas, mengaanggukan kepalanya pelan. Kemudian memandang Jambu
nada.
kami tidak berani melaporkan hal ini ke Kota Raja Engger, Pragolopati telah mengan
cam kami, aku tidak ingin banyak korban lagi, cukuplah keponakan ku
sebaiknya Ki kamandanu dan Engger untuk sementara untuk tidak berada di Kurawan du
lu, nanti kalau suasana sudah tenang aku sendiri yang akan menjemput
Aki kata Ki Buyut Pada Kamandanu dengan wajah Khawatir.
kenapa begitu Ki Buyut?
tanya Jambu Nada
tadi sebelum mereka meninggalkan Padukuhan, mereka meminta warga menyerahkan orang
yang telah berani mengganggu kerja mereka, kalau tidak mereka akan
datang untuk merusak padukuhan
Kata Ki Junkar pelan mewakili Ki Buyut.
apakah Ki Buyut atau Ki Junkar tahu di mana letak Padepokan Sekar Kecubung
Kamandanu
bertanya
Dengan wajah cemas Ki Buyut menjawab
tidak ada yang tahu Ki, warga disini hanya ta
u nama Padepokan itu, tapi tidak tahu letaknya, hanya Pragolopati yang
tahu, ayahnya sendiri sudah tidak bisa menegur anak nya itu lagi
sudahlah Ki Kamandanu, tidak perlulah Aki dan Engger terlibat dalam masalah ini, l
agian aku dan adik ku Ki Parkam mengucapkan terimaksih pada Engger
Jambu Nada yang sudah menyelamatkan Putrinya Untari
lanjut Ki Buyut.
sudah aku katakan KI, apa yang menjadi masalah warga Kurawan adalah juga masalah k
u,karna aku adalah warga kurawan, paling tidak aku pernah lahir dan
besar disini
kata Kamandanu memandang Ki Buyut yang kelihatan cemas
Lanjut Kamandanu berkata
apalagi mereka mencari orang yang mengganggu pekerjaan me
reka, dan Jambu Nada harus mempertanggung jawabkan hal ini pada mereka
Ki Buyut hanya bisa menghela napasnya, walaupun dia tahu Kamandanu adalah bekas
Panglima Majapahit, seoarng yang sangat di Segani pada masanya, namun karna
rasa hormatnya dia tak ingin melibatkan Kamandanu, apalagi mereka baru tiba untu
kuburan kalian
lantang suara Pragolopati dengan wajah yang merah.
Pragolopati, apa yang kau lakukan, tak kah kau ingat mereka itu adalah teman-tema
n spermainan mu, janganlah engkau menjadi penguasa di sini, ada Ki
Buyut yang harus kau hormati
muncul seorang setengah baya, di lihat pakaiinnya nam
pak orang itu orang berada.
ayah jangan turut campur dengan urusan ku
jawab Pragolopati lebih lantang,
tapi perbuatan mu sudah keterlaluan Pragolopati, tidak kah kau ingat bagaimana war
ga bersama-sama membawa ibumu yang sakit tiga tahun lalu pada Ki Dukun,
kau tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolong ibu mu
kembali orang setengah Baya
berpakaian bagus itu menjawab.
cukup ayah, aku tak ingin tangan ku ini meremukan kepala ayah, lagian tetap saja i
bu mati saat itu
geram Pragolopati
Lelaki setengah baya itu menunduk lemah, wajahnya penuh penyesalan ada air yang
mengenang di kelopak mata, tak lah dia takut akan di bunuh Pragolopati
tapi sebuah penyesalan karna sikap anaknya yang sudah jauh dari norma.
cepat katakan, dimana orang itu , jika kalian tetap melindungi orang itu, aku bisa
buktikan padukuhan ini akan menjadi arang, dan tak akan ku biarkan
satu orang pun yang akan keluar dengan selamat dari padukuhan ini
dengan lebih lan
tang Pragolopati mengancam.
Dan tiba-tiba saja dia memukul dada seorang pemuda yang berdiri di bawang banjar
, dengan sekejap pemuda itu tersungkur tak sadrkan diri, terlihat dada
pemuda itu biru dan dari mulutnya keluar darah segar.
Semua warga mengigil ketakutan, wajah mereka pucat pasi tertunduk dalam diam.
aku dan guruku masih memberikan kesempatan pada kalian, tiga hari kedepan saat kam
i datang, orang itu harus sudah ada, jika tidak kalian akan mendapatkan
akibatnya, dan orang itu hanya contoh
lanjut Pragolopati saat melihat warga yang
semakin ketakutan.
Setelah berbicara demikian Pragolopati segera meninggalkan banjar itu, terlihat
di depannya dua orang lelaki setengah baya yang semakin jauh meninggalkan
padukuhan itu.
Suasana hening, nampak jelas di wajah mereka dalam ketakutan, mereka telah memba
yangkan tiga hari ke depan rumah-rumah mereka akan menjadi arang, dan tentu
jiwa mereka terncam, warga tahu siapa Pragolopati dan orang yang ada di belakang
nya,masih teringat jelas dulu tiga bulan kebelakang, keponakan Ki Buyut
merenggang nyawa dari tangan Pragolopati, dan hari ini dengan tangannya Pragolop
ati membuat seorang pemuda tersungkur dengan darah segar di mulut.
Dalam keheningan itu tiba-tiba saja seorang pemuda berwajah garang berteriak nya
ring
Ki Buyut, serahkan orang itu pada kami ,kami akan meringkusnya
dan memberikannya pada Pragolopati, kami tak ingin rumah-rumah kami di bumi hang
uskan oleh orang Sekar Kecubung, aku baru saja menikah bulan lalu, aku
masih ingin menikmati hidupku
katanya dengan lantang.
Hening sesaat, selang berikutnya warga mulai berteriak
iya Ki Buyut serahkan orang
itu, kalau tidak kami akan mengeledah rumah Ki Buyut untuk menemukan
orang itu
aku yakin anak muda dan lelaki tua yang selalu bersamanya itulah orangnya, semenja
k mereka datang padukuhan kita menjadi tidak tenang
kata pemuda berwajah
garang tadi.
iya,iya benar
sahut yang lain
Tapi beliau adalah Gusti Arya Kamandanu
sahut lelaki Tua yang berdiri di sebelah kan
an halaman Ki Buyut.
ah, itu sudah lam dan dia bukan lagi panglima majapahit
sahut pemuda yang di tengah
Serahkan mereka Ki Buyut
sahut yang lainnya lagi
Gaduh lah sudah halaman Ki Buyut, warga yang lembut tiba-tiba berwajah beringas,
mereka maju bersama-sama untuk naik di banjar dan menggeledah pondok Ki
Buyut.
Ki buyut hanya bisa terdiam tak tahu harus berbuat apa atas kelakuan warganya, s
egeralah warga menggeledah rumah Ki Buyut, dengan penuh amarah karna dalam
tekanan mereka membongkar apa saja yang ada dalam pondok Ki Buyut.
Setelah puas mengobrak abrik pondok Ki Buyut, dengan kecewa mereka menghardik Ki
Buyut, karna Ki Buyut yang tidak bisa menjawab satu pukulan melesat di
tubuh KI Buyut, di susul oleh pukulan yang lain, sehingga Ki Buyut tersungkur di
banjar Pondoknya. Nyi Buyut hanya bisa meraung-raung memohon mereka menghentika
n
tindakan mereka.
Dalam kegaduhan itu, seorang pemuda berteriak nyaring semua orang menoleh, berdi
ri di sana seorang pemuda tampan dengan tubuh bidang, alis yang tebal,
berdagu belah, dan nampak kedua lesung pipitnya saat anak muda itu bicara, ya pe
muda itulah yang mereka cari pemuda yang mereka kenal dengan nama Jambu
Nada, anak dari Ki Kamandanu.
apa yang kalian lakukan terhadap KI Buyut, apa salahnya, tak kah ada rasa hormat p
ada orang yang selama ini memimpin kalian, yang memberikan arahan pada
kalian
Semua warga seperti tersentak oleh ribuan cambuk, dengan wajah tegang beberapa o
rang mundur.
hei anak muda, kau lah penyebab dari masalah ini, kedatanganmu dan orang tua itu t
elah membawa bencana di Padukuhan kami
jawab seorang Pemuda dengan
wajah merah.
hah, apa katamu aku penyebab dari masalah ini, aku yang membuat bencana ini
? tanya
Jambu Nada dengan suara yang tenang. Bukan kah kau yang membuat
bencana di Padukuhan ini, lihat pondok Ki Buyut, kalian obrak abrik isi nya, tid
ak puas kalian pun beramai-ramai memukul Ki Buyut, orang yang seharusnya
kalian hormati tapi kalian jadikan bulan-bulanan, kalian anggap Ki Buyut penjaha
t besar, kalian anggap Ki Buyut lah yang telah mengambil anak, adik gadis
kalian lanjut Jambu Nada dengan lebih lantang.
Kembali warga tersentak, Ki Buyut adalah orang yang selama ini memberikan arahan
pada mereka, yang selalu berusaha melindungi mereka, yang selama ini selalu
tampil di depan untuk menyelesaikan masalah mereka, tapi apa yang di lakukan ter
hadap Ki Buyut , Pondok nya bersama-sama mereka obrak abrik , tidak hanya
itu Ki buyut pun telah menjadi Korban, orang tua itu telah tersungkur di tanah k
arna pukulan yang mereka layangkan pada sekujur tubuh orang tua yang baik
hati itu, bukan Ki Buyut lah yang mengambil gadis-gadis di padukuhan mereka,mala
han keponakan Ki Buyut pun telah menjadi korban.
Warga kembali terdiam tak tahu harus berbuat apa-apa, tiba-tiba saja seorang pem
uda berseru dengan keras,
ayo kita tangkap anak muda dan orang tua itu,
merekalah yang di cari orang Sekar Kecubung, dengan menyerahkan mereka padukuhan
kita akan selamat dari arang
Sejenak warga terdiam, orang-orang tua tahu bahwa orang tua di samping anak muda
itu adalah Bekas panglima majapahit, namanya tetap terpahat di hati mereka,oran
g
yang di anggap orang yang perkasa membela Panji-panji majapahit. Mereka tidak be
gerak ketika pemuda-pemuda yang telah marah beramai-rami maju dan kemudian
memukul anak muda dan orang Tua yang mereka kenal itu.
Tubuh Arya Kamandanu dan Jambu Nada menjadi bulan-bulanan amarah pemuda Padukuha
n Kurawan, dengan beringas mereka menubruk, menendang, dan mendorong ke
dua orang itu. Hampir saja Jambu Nada akan membalas, tapi dengan cepat Kamandanu
menyentuh tubuh Jambu Nada sambil menggelengkan kepalanya. Setelah beberapa
saat di pukul beramai-ramai nampak Kamandanu menoleh Jambu Nada sambil menganggu
kan kepalanya.
Dengan sekali hentakan Jambu Nada melompat mundur kebelakang
cukup hentikan
kata Jambu Nada dengan suara yang nyaring.
Namun pemuda-pemuda itu tidak ingin berhenti bersama-sama mereka mengejar Jambu
Nada. Tapi tiba-tiba saja mereka di kejutkan oleh apa yang di lakukan oleh
Jambu Nada, pohon kelapa yang di dekat Jambu Nada telah tercabut dan terangkat d
alam pelukan Jambu Nada. Pemuda-pemuda padukuhan Kurawan seperti tersihir,
dengn mata tebelalak mereka melihat anak muda yang telah mereka pukul bersama-sa
ma mengangkat pohon kelapa itu dengan mudahnya, dan tak lama kemudian pohon
itu hancur yang tersisa hanya debu bekas pohon kelapa itu. Dan mereka hanya bisa
diam bengong dengan wajah yang pucat.
maaf aku membuat kalian terkejut, aku tak bermaksud menyombongkan diri
sesat Jambu t
erdiam menghela nafas.
spertinya kalian hanya akan mendengarkan
orang yang mampu membuat kalian takut baru kalian akan mendengar apa yang dikata
kan orang itu, dengan kata-kata yang baik kalian tidak pernah menggubrisnya,
apakah kalian lupa bahwa kalian itu adalah orang yang beradab, orang yang mengen
al aturan, kesopanan
kembali Jambu Nada menarik nafas, memberikan kesempatan
pada anak muda padukuhan itu untuk mencerna apa yang di katakannya.
apa kah salah ku terhadap kalian, apakah aku mengambil adik atau mbokyu kalian?
kemb
ali Jambu Nada berkata.
Dengan tenag Jambu Nada berkata apakah aku salah jika aku tak terima dan melarang
orang yang semena-mena mangambil gadis di padukuhan ini, yang aku lakukan
hanyalah ikut menjaga padukuhan ini dari orang-orang yang telah berbuat tak sesu
ai dengan norma, kenapa aku yang kalian adili, kenapa kalian berani memukul
Ki Buyut orang yang telah membela kalian, kenapa kalian tidak berani pada Pragol
opati dan teman-temannya, bukan kah dia juga manusia seperti kita juga,
yang pasti akan merasa sakit bila di pukul, aku yakin dengan bersama-sama seluru
h pemuda di padukuhan ini akan mampu membuat Pragolopati akan takut untuk
berbuat semena-mena di padukuhan ini, bukan kah sudah menjadi kewajiban bersama
untuk menjaga padukuhan ini dari orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Bergetar dada pemuda-pemuda padukuhan mendengar anak muda yang dengan tenang ber
bicara itu, mereka menilik mereka sendiri, mereka bukanlah orang yang lemah,
mereka juga mengenal Ilmu Kanuragan untuk menjaga diri, kenapa harus takut denga
n Padepokan Sekar Kecubung, dengan bersama-sama mereka yakin akan dapat
melawan Padepokan itu, kalaupaun mereka mati, bukan kah itu mati yang mulia, mat
i membela tanah milik mereka sendiri, tempat mereka lahir, tempat mereka
besar, tempat mereka bermain, sudikah mereka membiarkan orang-orang merusak tana
h yang memberi mereka hidup.
aku hanya ingin membela tanah kelahiran nenek moyangku, disini Ayah ku di lahirkan
dan di besarkan, disini pula makan Eyang Empu Rengga Reksa dan Juga
Eyang Putri, sadarkah kalian telah membiarkan orang-orang itu berbuat semena-men
a terhadap tanah kita, gadis-gadis mereka ambil, adik-adik kita mereka
ambil, padi yang kita tanam dengan susah payah dengan keringatpun mereka ambil
kem
baali Jambu Nada berkata.
apakah kita akan membiarkan hal itu ?
tanya Jambu Nada Lantang
tidak
jawab pemuda berwajah garang , kemudian di sahut yang lain
tidak, kami tidak aka
n membiarkan mereka mengambil hak kami, tak akan kami membiarkan
mereka berbuat semena-mena pada tanah kami
ya, tidak.....
bergemuruh yang lain sahut menyahut seakan terbangun dari tidur yang
di dalamnya terdapat mimpi yang buruk.
Jambu Nada tersenyum, dia menarik nafas lega
nah orang-orang Kurawan, apakah kita akan menyerahkan orang yang telah membela tan
ah kita itu ?
Tanya Ki Buyut di sela-sela gemuruh.
Semua warga kembali terdiam, diam dengan rasa bersalah terhadap orang yang telah
semena-mena mereka pukul, orang yang selama ini di hormati, orang yang
selama ini mengayomi mereka. Mendidih hati pemuda-pemuda itu pada Pragolopati da
n teman-temannya.
jawablah orang kurawan, apakah kita akan menyerahkan keluarga kita ini pada mereka
? kembali Ki Buyut bertanya
Tidak ki Buyut , jawab orang dengan gemuruh
terus apa yang akan kita lakukan ,jika besok lusa mereka datang dengan pedang terh
unus?
kita akan melawan Ki buyut
kata Pemuda yang berdiri di depan Ki buyut
iya Ki Buyut, kita akan melawan
sahut yang lainnya
apakah kalian tidak takut, jika nanti nyawa kalian akan terputus oleh pedang-pedan
g mereka?
kembali Ki Buyut Bertanya.
Dengan penuh semnagat pemuda yang berdiri di belakang menjawab
kami tidak takut K
i Buyut, kalaupun kami mati, maka kami mati membela tanah kami sendiri,
mempertahankan tanah kelahiran kami sendiri
jawab pemuda itu
Benar, iya benar
sahut yang lain,kembali dengan gemuruh di halaman Ki Buyut itu.
Ki Buyut mengangguk kecil, dengan senyuman di wajahnya, walaupun badannya terasa
perih dan sakit, tapi rasanya melihat warganya yang penu semangat nampak
di wajahnya terasa cerah, cerah dari hari-hari sebelumnya.
Dengan penuh kesadaran pemuda-pemuda padukuhan Kurawan bertekad akan membela tan
ah kelahiran mereka dari ancaman Pragolopati dan Padepokan Sekar Kecubung.
Semenjak hari itu di bawah binbingan Ki Jagabaya Padukuhan Kurawan mereka mengad
akan latihan-latihan, tidak ketinggalan Arya kamandanu turut serta memberikan
arahan berbagai gelar perang, bagaimanapun juga dia adalah bekas Panglima Majapa
hit, banyak perang-perang yang di lewati, salah satunya berperang dengan
ribuan pasukan Negeri Gelang-gelang Kediri, dan juga ikut berbagai perang dalam
menjaga Kedaulatan Majapahit yang baru berdiri di masa itu, banyak peristiwa
yang bertentangan dengan naluri hatinya, tapi demi kedaulatan Majapahit dia haru
s menepiskan keraguan hatinya seperti terpaksa menumpas pemberontakan Rangga
Lawe di sungai Tambak beras dan berselang lima tahun kemudian harus menumpas pem
berontakan Lembu sora.
Kita pusatkan gelar di luar pedukuhan, kita jadikan gerbang padukuhan sebegai ben
teng terakhir, sebagian berada di luar, sebagian di atas bukit , kemudian
sebagian di dalam yang akan kita jadikan sebagai pasukan cadangan
kata kamandanu m
enjelaskan gelar perang yang akan mereka lakukan.
Ki Jagabaya akan memipin pemuda di luar gerbang, Ki buyut tetap di dalam bersama s
ebagian pemuda, jika kita perlukan maka Ki Buyut akan memimpin pemuda
untuk membantu, di bukit akan di pimpin putera Ki Buyut Pirong
lanjut Kamandanu me
njelaskan.
Ki Buyut mengangguk kecil, dan mereka yang bergumpul di banjar Ki Buyut menyetuj
ui cara gelar yang di sampaikan Arya Kamandanu.
Selanjutnya Kamandanu kembali mengatakan
sebelum terjadi bentrokan, kita akan usah
akan jalan damai, karna mereka ingin bertemu dengan Aku dan anaku,
maka biarlah kami bertemu dengan mereka dulu, semoga tidak banyak korban yang ak
an jatuh kelak .
baiklah, aku rasa penjelasan Ki Kamndanu telah dapat di pahami, jadi silakan kalia
n kembali berlatih, semoga apa yang kita lakukan ini akan selalu mendapat
perlindunganNya
kata Ki Buyut setelah mereka merasa cukup mendengarkan penjelasan
Kamandanu.
Satu persatu pemuda meninggalkan banjar Ki Buyut, beberapa pembantu padukuhan ju
ga telah meninggalkan banjar itu.
Sementara itu di Padepokan Sekar Kecubung, Ki Ponco telah mendapat kabar bahwa p
adukuhan Kurawan telah bersiap untuk menghadapi mereka, maka dengan itu
para murid dan cantrik telah di persiapkan Kakang Ponco, mereka akan di bawa ke
Kurawan. Mereka akan menghancurkan padukuhan itu, mereka merasa padukuhan
itu telah tidak menghormati Sekar Kecubung, dengan beraninya padukuhan itu menen
tang Sekar Kecubung.
apakah kita perlu menghadap Guru, Kakang
tanya Adi Pangger
Guru pasti datang kalau kita dalam maslah, tapi aku rasa ini hanya masalah kecil
jaw
ab Kakang Ponco.
Dengan mendengus Kakang Ponco geram
aku yakin , orang itu telah mempengaruhi Pend
uduk, sebelum orang itu menguasai Kurawan dan pedukuhan lainnya kita
harus bergerak cepat, besok malam kita akan berangkat, dan kita akan membakar po
ndok-pondok padukuhan itu
Demikianlah ratusan orang cantrik dan murid-murid padepokan Sekar Kecubung yang
dipimpin oleh Kakang Ponco, begerak menuju Kurawan, dengan gelora amarah
Kakang ponco melecut kudanya.
selamat malam Ki Jagabaya, kenapa begitu banyak pemuda berkumpul disini
kata Pragolo
pati bertanya dengan suara sinis.
kami hanya menyambut kedatangan Engger bserta orang-orang padepokan Sekar Kecubung
, bukan Engger juga membawa banyak teman Engger disini
jawab Ki Jagabaya
tenang.
Kakang Ponco tertawa lepas sampai tubuhnya terguncang, kemudian dia turun dari k
uda hitam miliknya,
terimaksih Ki Jagabaya atas penyambutan ini, bagaimana
dengan permintaan kami tiga hari yang lalu ?
Ki Jagabaya tersenyum
ternyata dia sendiri yang ingin bertemu dengan Aki ,dia jug
a turut membawa kami sebagai temannya, dan kami dengan senag hati menemani
dia
terimaksih Ki Buyut, aku tak tahu kata apakah yang pantas untuk aku ucapkan atas k
ebaikan yang luar biasa kami dapatkan, kebaikan dari orang-orang yang
akan kami bunuh dan kami bakar kehidupannya, selayaknya di bumi ini tak ada temp
at yang pantas untuk kami jejaki, karna tubuh kami yang telah penuh dengan
nanah kekotoran
sambil terseguk dalam tangis orang itu pelan berucap.
Lima tahun yan
g lalu padepokan kami adalah padepokan yang sangat menjunjung norma
kehidupan, padepokan kami tempat berbagi ilmu, baik kedigdayaan, kejiwaan, maupu
n kebutuhan kehudpan yang fana ini. Beberapa padukuhan yang dekat dengan
padepokan kami selalu mengirim pemuda-pemudanya untuk beljar di padepokan kami.
Di bawah bimbingan Ki Ajar Tesa padepokan kami di segani dan di hormati,
tapi itulah hidup selalu saja ada yang merasa tidak senang dengan keadaan pedepo
kan Sekar Kecubung yang telah harum namanya, dan itu datang dari adik kandung
Ki Ajar Tesa sendiri, Ki Ponco Tesa dengan bantuan orang yang dipanggil Eyang Gu
ru, Ki Ajar Tesa beserta keluarganya tewas, kami sangat marah ingin membalas
perbuatan mereaka, tapi apa daya, kekuatan kami hanya se ujung ireng pun tak sam
pai di hadapan mereka, kami hanya bisa pasrah dan mengikuti apapun yang
mereka perintahkan, awalnya sangat sulit, tapi lama kelaman kami pun menikmati j
alan hidup seperti mereka. Disini kami mendapatkan kami kembali, kami yang
telah lama hilang, dan hanya rasa syukur yang bisa kami ucapkan. Panjang lebar oar
ang itu becerita, dengan tetesan air mata, dan wajah yang penuh penyesalan.
baiklah , aku putuskan kalian untuk sementara tinggal di pedukuhan ini, kalian bol
eh membuka hutan kecil di utara pedukuhan Kurawan ini untuk di jadikan
tempat tinggal dan membuka lahan pertanian untuk mencukupi kebetuhan kalian seha
ri-hari, kami para warga dengan senang hati membantu jika kalian membutuhkan
bantuan kami, jika kelak kalian tidak betah dan ingin kembali ke tempat asal kal
ian kami pun akan izinkan tapi tentunya dengan melihat sikap kalian selama
tinggal di pedukuhan kami
ujar Ki Buyut lembut dan tegas.
Demikianlah, segala masalah di Pedukuhan Kurawan akhirnya dapat diselesaikan, de
ngan bantuan dan arahan Kamandanu bserta warga pedukuhan, orang-orang bekas
padepokan membuka lahan hutan kecil di utara. Dan mereka memulai hidup baru, den
gan penuh semangat dan tekad mereka berusaha memperbaiki diri mereka.