Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
B. LANDASAN TEORI
Menurut Basu Swastha DH dan Ibnu Sukotjo W (Liberty, 1988), lingkungan
perusahaan adalah keseluruhan faktor-faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi
perusahaan baik organisasi maupun kegiatannya. Berdasarkan tingkat pengaruh pada
perusahaan maka lingkungan bisnis atau lingkungan perusahaan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) kategori, yaitu Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal. Berikut ini adalah
penjelasan dari kedua macam lingkungan bisnis tersebut.
1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah faktor-faktor yang ada di dalam organisasi yang
berpengaruh terhadap manajemen organisasi.
Tahun
Laba Operasional
2011
92.347.588
2012
173.489.875
87,87
2013
62.942.065
(63,72)
2014
(399.313.006)
(734,41)
-4-
Naik/Turun (%)
Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa kinerja Garuda Indonesia pada tahun 2014 menurun
tajam menjadi rugi USD 399 juta atau sebesar Rp 4,8 T.
Akar permasalahan (kerugian) yang dialami Garuda Indonesia dapat dibagi dalam 2
faktor yaitu dari faktor eksternal dan faktor internal, sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal
Persaingan yang semakin ketat di wilayah domestik dan regional terkait dengan
gencarnya pertumbuhan LCC (Low Cost Carrier). Hal ini menyebabkan banyak
penumpang yang beralih pada penerbangan dengan biaya yang lebih murah.
-5-
Penurunan tingkat isian penumpang dapat terlihat dari tabel berikut, dimana
tingkat isian penumpang menurun dari 74,1 % di 2013 menjadi 71,8 % di 2014.
2013
2014
2012
2. Faktor Internal
Beberapa rute atau jadwal penerbangan kurang profitable. Misalnya rute BpnMdc-Bpn yang kurang profitable karena seringnya penerbangan tidak full terjual.
Atau rute Bpn-Jkt-Bpn sebanyak 5 kali dalam sehari, namun tidak full terjual pada
setiap penerbangannya.
Selain itu Garuda Indonesia mengembangkan rute-rute baru, terutama pada rute
perintis yang diterbangkan dengan pesawat ATR72-600, namun dalam setiap
penerbangannya masih belum dapat terjual penuh. Hal ini karena penerbangan
perintis Garuda Indonesia masih kalah bersaing dengan maskapai-maskapai
pesawat perintis terdahulu, seperti Susi Air, Kalstar, Trigana Air, atau Wings Air.
Kondisi ini selain menyebabkan peningkatan biaya bahan bakar, namun juga
-6-
kenaikan dalam biaya perawatan dan pemeliharaan pesawat, biaya bandara dan
biaya per unit penerbangan lainnya.
Review kondisi keuangan Garuda Indonesia tahun 2014 berkaitan dengan adanya faktor
eksternal dan faktor internal di atas adalah sebagai berikut.
Peningkatan beban operasional (meningkat 17,2% dibandingkan 2013) tidak diikuti oleh
peningkatan pendapatan operasional yang signifikan, yaitu hanya 4,63 %. Berikut ini data
pendapatan dan beban operasional perusahaan pada 2012 2014.
Keterangan
2014
2013
2012
Pendapatan
3.933.530.272
3.759.450.237
3.508.077.977
Biaya
4.332.843.278
3.696.508.172
3.334.588.104
Laba Operasional
(399.313.066)
62.942.065
173,489,875
Dari data di atas persentase beban operasional adalah sebesar 110% dibandingkan pendapatan
operasional, sedangkan pada tahun 2013 dan 2012 adalah sebesar 98% dan 95%
dibandingkan pendapatan operasionalnya.
Pendapatan dari penerbangan berjadwal meningkat sebesar 6,8% pada 2014 menjadi
USD3.384,3 juta. Pendapatan ini mendominasi pendapatan usaha di 2014, yaitu
mencakup 86,0% dari total pendapatan usaha yang disebabkan oleh kenaikan
penumpang penerbangan berjadwal sebesar 6,5% dari USD2.995,3 juta di 2013
menjadi USD3.147,7 juta di 2014.
Pendapatan usaha lainnya membukukan penurunan sebesar 8,8% dari USD373,4 juta
pada 2013 menjadi USD345,4 juta pada 2014. Penurunan ini terutama berasal dari
penurunan pendapatan biro perjalanan sebesar 18,2%, dari USD82 juta di 2013
-7-
menjadi USD67 juta pada 2014 akibat penurunan jumlah Passenger Tour di 2014
serta penurunan pendapatan hotel sebesar 10,8% seiring penurunan occupancy rate
dari 74,7% di 2013 menjadi 70,8% di 2014.
Peningkatan beban operasional (17,2%) pada tahun 2014 di atas, berasal dari:
-
Beban tiket, penjualan dan pemasaran pada 2014 tercatat sebesar USD354,8 juta,
meningkat sebesar 5,7% dibandingkan dengan 2013 sebesar USD335,9 juta.
Peningkatan ini terutama akibat peningkatan beban komisi seiring peningkatan
penumpang di 2014.
Beban bandara pada 2014 tercatat sebesar USD339 juta, meningkat sebesar 14,1%
dibandingkan 2013 sebesar USD297 juta. Kenaikan ini disebabkan oleh
peningkatan jumlah penerbangan menjadi 228.329 pada 2014 dari 196.403 pada
2013, serta pembukaan kantor cabang dan rute baru di 2014.
Beban administrasi dan umum pada 2014 tercatat sebesar USD246 juta,
meningkat sebesar 8,4% dibandingkan 2013 sebesar USD227 juta. Kenaikan ini
disebabkan oleh kenaikan beban gaji dan tunjangan terkait kenaikan jumlah
pegawai, kenaikan beban pajak, dan beban pemeliharaan dan perbaikan.
-8-
Beban operasional hotel pada 2014 tercatat sebesar USD34,1 juta, meningkat
sebesar 0,9% dibandingkan 2013 sebesar USD33,8 juta. Hal ini merupakan
dampak dari meningkatnya beban pegawai dan bahan baku makanan.
Beban operasional transportasi dan operasi jaringan pada 2014 tercatat sebesar
USD34,6 juta, menurun masing-masing sebesar 10,2% atau USD2,0 juta dan
6,9% atau USD1,2 juta, dibandingkan dengan 2013 yang tercatat sebesar
USD37,8 juta. Hal ini merupakan dampak dari penurunan biaya operasional
entitas anak yang bergerak di bidang transportasi dan operasi jaringan.
Depresiasi nilai Rupiah dan naiknya harga bahan bakar pesawat terbang.
Depresiasi Rupiah terhadap USD sangat berpengaruh bagi Garuda Indonesia,
mengingat sebagian besar rute Garuda Indonesia memberikan pendapatan dalam
Rupiah sedangkan pembiayaan hampir didominasi dalam USD. Persentase beban
bahan bakar pesawat terbang cukup besar berkontribusi pada total beban
operasional perusahaan yaitu sebesar 36%.
yang memiliki subsidi dan dukungan promosi dari pemerintahnya, dan juga di
kawasan Asia-Pasifik sudah memasuki situasi oversupply, sehingga persaingan
penurunan harga semakin gencar dilakukan.
-
2. Aspek Hukum
Dari aspek hukum kerugian Garuda Indonesia dapat disebabkan karena adanya
kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Beberapa peraturan dan
kebijakan yang ikut memberikan kontribusi dalam kerugian yang dialami Garuda
Indonesia adalah :
-
Belum adanya regulasi yang mengatur Tarif Batas Bawah sehingga banyak
maskapai yang menjual tiket dengan harga murah, yang pada akhirnya
menimbukan persaingan yang kurang sehat pada industri penerbangan. Kebijakan
tentang Tarif Batas Atas (sekaligus kebijakan Tarif Batas Bawah tiket pesawat)
baru keluar pada tanggal 30 Desember 2014 berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor 91 tahun 2014 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 tahun 2014 tentang Mekanisme
- 10 -
- 11 -
G. ANALISA SWOT
Berdasarkan permasalahan dan aspek-aspek lingkungan bisnis Garuda Indonesia di
atas dapat dianalisa kelebihan, kelemahan, peluang dan tantangan (analisasi SWOT) yang
dihadapi perusahaan, yaitu :
1. Kelebihan (strength)
-
Garuda Indonesia didukung oleh karyawan yang profesional, terknologi yang upto-date dan manajemen yang dinamis membuat Garuda Indonesia berpotensi
untuk terus berkembang.
2. Kelemahan (weakness)
-
3. Peluang (opportunity)
-
Garuda Indonesia saat ini telah memasuki pasar penerbangan dunia, khususnya
pasar Asia Pasifik dan Eropa. Banyak penghargaan-penghargaan tingkat dunia
yang telah diraih Garuda Indonesia. Untuk itu Garuda Indonesia berpotensi untuk
bersaing lebih baik lagi dalam industri penerbangan tingkat dunia. Hal ini perlu
- 12 -
4. Tantangan/ancaman (threat)
-
H. REKOMENDASI
Dari penjelasan solusi dan analisa SWOT di atas, selanjutnya rekomendasi yang dapat
diberikan kepada Garuda Indonesia adalah :
-
Sebagai perusahaan milik negara, Garuda Indonesia dapat menjajaki kerjasama dengan
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Daerah dalam hal penyediaan jasa transportasi
udara dengan biaya yang lebih murah.
- 14 -
REFERENSI
Griffin, Ricky W., Ebert, Ronal J. 2007. Business Essentials. Pearson Educational
International, New Jersey, USA.
Swastha, Basu DH, Sukotjo, Ibnu. 1988. Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern. Liberty,
Yogyakarta.
Budiarta, Kustoro. 2010. Pengantar Bisnis. Mitra Wacana Media, Medan.
Gitosudarmo, Indriyo. 1996. Pengantar Bisnis. BPFE, Yogyakarta.
Garuda Indonesia. 2015. Laporan Tahunan 2014 Elevating Value of Journey. Diunduh dari
www.garuda-indonesia.com pada tanggal 03 Maret 2015.
Garuda Indonesia. 2013. Laporan Tahunan 2012 Delivering Indonesias Best To The World.
Diunduh dari www.garuda-indonesia.com pada tanggal 03 Maret 2015.
Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Indonesia. 2015. Perkembangan
Ekonomi
Makro
dan
Realisasi
APBNP
Tahun
2014.
Diakses
melalui
melalui
http://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20141216112858-92-18413/
- 15 -
- 16 -