Você está na página 1de 30

BAB IV

ETIKA, MORAL DAN


AKHLAK

A. KONSEP ETIKA, MORAL DAN AKHLAK


1. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak
Secara substansial etika, moral dan akhlak adalah
sama. Yakni ajaran tentang kebaikan dan keburukan
menyangkut perilaku manusia dalam hubungannya
dengan Allah, sesama manusia dan alam. Yang
membedakan satu dengan yang lainnya adalah
dasar/ukuran kebaikan dan keburukan itu sendiri.
Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu
sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, Etika lebih
banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu
yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal
manusia. Jika dibandingkan dengan moral, maka etika
lebih bersifat teoritis sedangkan moral bersifat praktis.
Moral bersifat lokal atau khusus dan etika bersifat
umum.

Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat


kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik
buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu
adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan.(moral
merupakan suatu nilai dari perbuatan manusia).
Akhlaq berasal dari bahasa arab khuluq.kata khuluq
sering diartikan dengan moral, budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian
dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta
erat hubungan dengan Khaliq yang berarti pencipta dan
makhluk yang berarti diciptakan.
Kata khuluq ditemui dalam al-Quran pada surat al-Qalam
ayat 4 :
Sesungguhnya engkau
(muhammad) benar-benar memiliki akhlaq yang mulia.

Imam Al-Gazali mengartikan akhlaq sebagai suatu sifat


yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat
melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan,
tanpa terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran yang
lama.
Lima ciri perbuatan akhlaq, yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah
tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
Kedua, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa
ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak
adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan,
pilihan dan keputusan yang bersangkutan.

Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan


yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan mainmain atau karena bersandiwara.
Keempat, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan
akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan
yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena
Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin
mendapatkan suatu pujian.
Kelima, akhlaq memiliki sandaran yang jelas yaitu alQuran dan sunnah. Sehingga ukuran baik tidaknya
sebuah akhlaq berdasarkan ketersesuaiannya dengan
al-quran dan sunnah.

Meskipun akhlaq memiliki kedekatan makna dengan


moral, budi pekerti,etika, tetapi pada dasarnya memiliki
perbedaan dan ketidaksamaan. Antara lain :
1. Akhlaq dalam Islam senantiasa berdasarkan nilai-nilai alQuran dan sunnah. Sebab itu, ia bersifat universal.
Misalnya akhlaq orang Islam Amerika sama dengan
akhlaqnya orang Islam di Arab, Afrika, maupun di
Indonesia. Berbeda dengan moral, etika atau budi
pekerti adalah kebaikan yang lahir dari kesepakatan
budaya sekelompok manusia tertentu. Sebab itu,
kadangkala ada perbuatan menurut orang Amerika
adalah baik dan beretika, tetapi tidak bagi orang Asia.
2. Akhlaq dilaksanakan dengan keikhlasan diri yang
tujuannya semata mengharapkan ridha Allah swt.
Sedangkan budi pekerti, etika tidak selamanya demikian.

3. Yang baik menurut akhlaq adalah segala sesuatu yang


berguna sesuai dengan nilai dan norma agama Islam
dan memberikan kebaikan bagi diri dan orang lain.
sedangkan yang menentukan baik buruknya suatu
perbuatan menurut etika dan moral adalah adat istiadat
dan kebiasaan sekelompok orang tertentu di waktu
tertentu.
4. Akhlaq bersifat mutlak dan berlaku selamanya,
sedangkan etika, moral dan budi pekerti bersifat nisbi
atau relatif

Secara garis besar akhlaq digolongkan oleh ulama ke


dalam dua golongan yaitu akhlaq mahmudah (terpuji)
dan akhlaq mazmumah (tercela).
Akhlaq terpuji ialah segala macam sikap dan tingkah
laku baik yang dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang
terpendam dalam jiwa manusia. Di antara sifat-sifat
mahmudah adalah; amanat (setia, dan dapat dipercaya),
jujur, adil, pemaaf dll.
Ada beberapa bentuk akhlaq mahmudah (terpuji) yaitu:
1. Bersifat sabar. Mengendalikan diri dari musibah.
Kesabaran ada dua macam ; Pertama, kesabaran yang
berkaitan dengan fisik, seperti ketabahan dan ketegaran
memikul dengan beban. Kedua, kesabaran yang
berkaitan dengan jiwa dalam menahan diri dari berbagai
keinginan tabiat dan tuntutan hawa nafsu

2. Jujur. Adalah kesamaan dan keseimbangan antara yang


rahasia dg yang nyata, antara yang dzahir dan yang batin,
dimana keadaan seorang hamba tidak mendustakan
perbuatannya dan perbuatannya tidak mendustakan
keadaannya.
3. Amanah. Amanat dalam arti sempit , memelihara titipan dan
mengembalikan kepada pemiliknya dalam bentuk semula.
Sedangkan dalam arti luas ialah menyembunyikan rahasia,
ikhlas dalam mberi nasehat kepada orang yang
memintanya, dan menunaikan tugas yang dibebankan
kepadanya.
4. Bersifat hemat. Hemat artinya menggunakan segala
sesuatu yang tersedia dari harta bendanya, waktunya,
maupun tenaganya menurut ukuran keperluanya.
5. Memelihara kesucian diri (afifah). Artinya menjaga diri dari
segala keburukan dan memelihara kehormatan di setiap
waktunya

Akhlak mazmumah (tercela) antara lain :


a. Ananiah berarti keakuan. Sifat ananiah biasa disebut
egois, yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri
sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan
kepentingan orang lain.egois merupakan sifat tercela
yang dibenci oleh Allah swt. dan manusia karena
cenderung berbuat sesuatu yang dapat merusak tatanan
pergaulan kehidupan bermasyarakat. Orang yang egois
biasanya membangga-banggakan diri sendiri,
mengganggap orang lain hina dan rendah. Padahal Allah
swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membanggakan diri.

b. Ghadab (marah) secara bahasa artinya keras, kasar,


dan padat. Orang yang marah (pemarah) di sebut gadib.
Gadab merupakan antonim(lawan kata)dari rida dan
hilm(murah hati). Secara istilah, gadab berarti sikap
seseorang yang mudah marah karena tidak senang
terhadap perlakuan atau perbuatan orang lain. Amarah
selalu mendorong manusia bertingkah laku buruk atau
jahat. Seorang pemarah tergolong lemah imannya
karena berpandangan picik dan tidak dapat
mengendalikan hawa nafsunya.
c. Namimah berarti mengadu domba. Secara istilah,
namimah berarti mengadu domba atau menyabar fitnah
antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan agar
saling bermusuhan.

d. Hasad (dengki) secara bahasa berarti menaruh perasaan


benci, tidak suka karena iri yang amat sangat kepada
keberuntungan orang lain. Secara istilah ialah usaha
seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya tidak
senang terhadap orang yang memperoleh keberuntungan
atau karunia dari Allah swt. Hasad biasanya timbul karena
adanya permusuhan dan atau persaingan untuk saling
menjatuhkan.
e. Ghibah(menggunjing) ialah membicarakan keburukan
(keaiban)orang lain. Dengan maksud mencari kesalahankesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlaq
ataupun bentuk lahiriyahnya. Ghibah tidak terbatas melalui
lisan saja, namun bias terjadi dengan tulisan atau gerakan
tubuh. Apabila hal ini berhubungan dengan agama
seseorang ia akan mengatakan bahwa ia pembohong, fasik
,munafik dan lain-lain.

Yang menyebabkan hati manusia menjadi baik atau


menjadi buruk. Menurut Ibnu Arabi, di dalam diri
manusia ada tiga nafsu;
1) Nafsu Syahwaniyah, yaitu nafsu yang ada pada manusia
dan binatang, nafsu ini cenderung kepada kelezatan
jasmaniyah, misalnya makan, minum dan nafsu seksual.
Jika nafsu ini tidak terkendali maka manusia menjadi
tidak ada bedanya dengan binatang, sikap hidupnya
menjadi hedonisme.
2) Nafsu Ghodlobiyah, nafsu ini juga ada pada manusia
dan binatang, yaitu nafsu yang cenderung pada amarah,
merusak dan senang menguasai dan mengalahkan yang
lain. Nafsu ini lebih berbahaya daripada nafsu
syahwaniyah jika tidak terkendali, karena dapat
mengalahkan akal.

3) Nafsu Nathiwah, yaitu nafsu yang membedakan manusia


dengan binatang. Dengan nafsu ini manusia mampu
berfikir dengan baik, berdzikir, mengambil hikmah dan
memahami fenomena alam. Nafsu ini menjadikan
manusia dapat membedakan mana yang baik dan yang
buruk. Jika manusia dapat mengoptimalkan nafsu ini
untuk mengendalikan kedua nafsu tadi, maka manusia
akan dapat menjadi lebih unggul dan mulia. Pada
akhirnya lahirlah al-akhlaq al-karimah.

ALQURAN TELAH MEMBAGI TIGA TINGKATAN


NAFSU MANUSIA:
1. Nafs Ammarah
Sumber pertama yang merupakan pangkal dan
daripadanya timbul semua keadaan thobii (Keadaan
alamiah) manusia, Alquran menamakan-nya nafs
ammarah, sebagaimana dikatakan-Nya:


Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong
kepada kepada kejahatan.. (Q.S 12:53)
Ciri khas nafs ammarah adalah membawa manusia
kepada keburukan yang bertentangan dengan
kesempurnaannya serta bertolak belakang dari keadaan
akhlaknya dan ia menginginkan manusia supaya
berjalan pada jalan yang tidak baik dan buruk.

Ringkasnya, melangkahnya manusia ke arah


pelanggaran dan keburukan adalah suatu keadaan yang
secara alami menguasai dirinya, sebelum ia mencapai
keadaan akhlaki. Sebelum manusia melangkah dengan
dinaungi oleh akal dan makrifat (pengetahuan), keadaan
ini dinamai keadaan thobii (pembawaan alami).
Bahkan seperti halnya hewan-hewan berkaki empat, di
dalam kebiasaan mereka makan minum, tidur bangun,
menunjukkan emosi dan naik darah, dan begitu juga
kebiasaan kebiasaan lainnya, manusia ikut kepada
dorongan thobiinya. Dan manakala manusia tunduk
kepada akal dan makrifat serta memperhatikan timbang
rasa, maka saat itu keadaan ketiga tersebut tidak lagi
dinamakan keadaan-keadaan thobii, melainkan saat itu
keadaan-keadaan ini disebut keadaan-keadaan akhlaki.

2. Nafs Lawwamah
Sebagaimana firman Allah Taala di dalam Alquran Suci:

Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali
dirinya sendiri. (Q.S 75:2)
Yakni, nafs (jiwa) yang menyesali dirinya sendiri atas
perbuatan buruk dan setiap pelanggarannya. Nafs
lawwamah ini merupakan sumber kedua bagi keadaan
keadaan manusia yang daripadanya timbul keadaan
akhlaki, dan sesampainya ke martabat itu manusia
terlepas dari keadaan yang menyerupai keadaan hewan
hewan lainnya. Dinamai lawwamah karena dia mencela
manusia atas keburukannya dan tidak senang kalau
manusia bertingkah-laku sewenang-wenang dalam
memenuhi keinginan-keinginan thobii-nya dan menjalani
hidup seperti hewan-hewan berkaki empat.

3. Nafs Muthmainnah
Alquran Suci menyebut sumber ini nafs muthmainnah,
sebagaimana dikatakannya:

Hai jiwa yang tenteram dan mendapat ketenteraman


dari Tuhan! Kembalilah kepada Rabb mu! Kamu senang
kepada Nya dan Dia senang kepadamu. Maka
bergabunglah dengan hamba hamba Ku dan masuklah
ke dalam surga Ku. (Q.S. 89:27 30).
Inilah martabat dimana jiwa manusia memperoleh najah
(keselamatan) dari segala kelemahan, lalu dipenuhi oleh
kekuatan kekuatan rohaniah dan sedemikian rupa
melekat jadi satu dengan Allah Taala sehingga ia tidak
dapat hidup tanpa Dia.

B. HUBUNGAN TASAWUF DENGAN AKHLAK


Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah
dengan cara mensucikan hati (tashfiyat al-qalbi). Hati
yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Allah tapi
malah dapat mengenal Allah (al-marifah). Menurut Dzun
Nun Al-Misri, ada tiga macam pengetahuan tentang Allah,
yaitu :
Pengetahuan Awam: Allah Esa dengan perantaraan
kalimat syahadat
Pengetahuan Ulama : Allah Esa menurut logika akal.
Pengetahuan Kaum Sufi : Allah Esa dengan
perantaraan hati sanubari.

Tasawuf, berasal dari kata suf, yang berarti bulu domba


kasar, disebut demikian karena orang yang memekainya
disebut orang sufi/mutasawif, hidup dalam kemiskinan
dan kesederhanaan.
Tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat
mungkin dg Tuhan shg ia dapat melihat Nya dgn mata
hati bahkan rohnya dapat bersatu dgn roh Tuhan.
Landasan filsafat tasawuf adl bhw Tuhan bersifat
immateri dan Maha suci,maka unsur manusia yg dapat
bertemu dg Tuhan adl unsur immateri manusia, yaitu ruh
yg suci.

Menurut Taftazani, pengamat dan peneliti tasawuf, dalam


bukunya pengantar ke Tasawuf Islam, ada lima ciri
tasawuf Islam:
1. memiliki nilai nilai moral.
2. pemenuhan fana (sirna, lenyap)dalam realitas
mutlak
3. pengetahuan intuitif (berdasarkan bisikan hati) langsung.
4. timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah dalam
diri sufi karena tercapainya maqamat (beberapa
tingkatan perhentian) dalam perjalanan sufi mendekati
Allah.
5. penggunaan lambang2 pengungkapan (perasaan) yang
biasanya mengandung pengertian harfiah dan tersirat.

Tasawuf dalam Al-quran dan Hadis :


Dalam Al-Quran Surat Qof ayat 16 ;


dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya,..

. Hadis dari Ubadah bin Shamit, RA. Berkata : Rosulullah


SAW bersabda : yang paling utama iman seseorang
adalah ia mengetahui bahwa Allah besertanya
dimanapun ia berada. (HR.Thabrani).

Station (maqamat) yang biasanya dilalui oleh para sufi


antara lain :
1.Tobat, adalah meminta ampunan kpd Allah atas dosa2 yg
telah diperbuat dan tidak mengulangi perbuatan dosa
lagi. Tobat dalam dunia tasawuf adl lupa kpd segala hal
kecuali kepada Allah SWT.
2. Zuhud adalah sikap tidak tertarik atau tidak peduli dg
kesenangan duniawi. Zuhud merupakan langkah awal
dlm perjalanan untuk menuju kehidupan seorang sufi.
3.Wara yaitu meninggalkan segala sesuatu yg di dalamnya
terdapat subhat (keragu-raguan) tentang halalnya
sesuatu.
4.Kefakiran adalah tidak meminta lebih dari apa yg telah
ada pada diri kita, yg penting halal betapapun sedikitnya
rizki yg telah didapat.

5. Sabar yaitu sabar dalam menjalankan perintah2


Allah,menjauhi larangan2-Nya.rasa rindunya pada Allah
dalam segala keadaan.
6. Tawakkal yaitu menyerah diri kepada qada dan putusan
Allah. Menerima pemberian dg rasa syukur, bersikap
sabar dan menyerahkan pada qada dan qadar Allah.
7. Kerelaan yaitu tidak menentang terhadap qada dan
qadar Allah SWT, melainkan menerima dg senang hati.
Baik ketika mendapat nikmat maupun menerima
malapetaka.
8. Mahabbah adalah cinta kepada Allah yang di tampilkan
dalam bentuk kepatuhan, penyerahan diri secara total,
dan pengosongan hati dari segala sesuatu kecuali yg
dikasihi yaitu Allah.

9. Makrifat : mengetahui atau mengenal Allah swt. dimaknai


dengan pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan
manusia dekat dengan Allah, mengenalkan rintangan dan
gangguan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri
kepada Allah.
10. Al-Fana wal Baqa,di station ini marifat seorang sufi
telah dekat sekali dengan Tuhan,tetapi ia belum puas
sehingga ingin lebih dekat lagi dan bersatu dgn Tuhan.
11.Al-Ittihad adalah satu tingkatan tasawuf dimana seorang
sufi merasa dirinya telah menyatu dgn Tuhan.

Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah


dengan cara mensucikan hati (tashfiyat al-qalbi). Hati
yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Allah tapi
malah dapat mengenal Allah (al-marifah).
Pengetahuan yang hakiki tentang Allah adalah
pengetahuan yang disertai dengan kesucian hati. Telah
dijelaskan bahwa akhlak adalah sifat hati yang mendasari
perilaku manusia. Jika hatinya bersih dan suci maka
yang akan keluar adalah perbuatan/perilaku yang baik
dan mulia (al-akhlaq al-karimah). Dan tasawuf adalah
cara untuk membersihkan dan mensucikan hati. Maka
hubungan antara tasawuf dan akhlak menjadi sangat erat
dan penting karena satu sama lain saling mendukung.

C. AKTUALISASI AKHLAK
1. Indikator Manusia Berakhlak
Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluq) adalah
tertanamnya iman dalam hati dan teraplikasikannya
taqwa dalam perilaku. Sebaliknya manusia yang tidak
berakhlak (su al-khuluq) adalah manusia yang ada nifaq
(kemunafikan) didalam hatinya. Nifaq adalah sikap
mendua terhadap Allah. Tidak ada kesesuaian antara
hati dan perbuatan.
Taat akan perintah Allah dan tidak mengikuti keinginan
hawa nafsu dapat mengilaukan hati, sebaliknya
melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati.
Barangsiapa melakukan dosa hitamlah hatinya, dan
barangsiapa melakukan dosa tetapi menghapusnya
dengan kebaikan tidak akan gelaplah hatinya, hanya
saja cahaya itu berkurang.

Salah seorang sufi mengemukakan tanda-tanda manusia


berakhlak, antara lain adalah : memiliki budaya malu
dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti
orang lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam
ucapannya, tidak banyak bicara tetapi banyak berbuat,
penyabar, tenang, hatinya selalu bersama Allah, suka
berterima kasih, ridlo terhadap ketentuan Allah,
bijaksana, hati-hati dalam bertindak, disenangi teman
dan lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu
domba, sedikit makan dan tidur, tidak pelit dan hasad,
cinta karena Allah dan benci karena Allah.

Akhlaq dan Aktualisasinya Dalam Kehidupan


Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat
mengimplentasikan iman yang dimilikinya dan
mengaplikasikan seluruh ajaran Islam dalam setiap
tingkah laku sehari-hari. Dan cakupan akhlak meliputi :
a. Akhlak terhadap Allah
b..Akhlak terhadap Rasulullah
c. Akhlak terhadap diri sendiri
d. Akhlak terhadap sesama makhluk

Você também pode gostar