Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh :
1. Umi Marifa
142010300191
2. Fitri Rohmawati
142010300219
3. Lutfi Indiyani
142010300235
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniaNya kepada penulis, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Muhammadiyah
Sebagai Gerakan Sosial yang diajukan sebagi tugas dari mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan 3 ini dengan baik.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai nilai-nilai ajaran sosial kemanusiaan
organisasi Muhammadiyah yang berangkat dari teologi Al-Man serta revitalisasi
gerakan social Muhammadiyah. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan di masa depan.
Tim Penyusun
ii
ABSTRAK
Organisasi MUHAMMADIYAH berdiri pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah
bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta. Sebagai organisasi Islam
modern terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, Muhammadiyah bergerak dalam
berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi dan sosial. Teologi Al-Maun yang
menjadi dasar Muhammadiyah berkiprah di bidang sosial-kemanusiaan mengandung
nilai-nilai ajaran yang tidak memisahkan antara urusan dunia dan akhirat, nilai-nilai
keikhlasan dan kesediaan untuk menolong sesama dengan sekecil apapun bentuk
bantuan yang dimiliki. Sebagai organisasi yang telah berdiri lebih dari dua abad,
Muhammadiyah perlu merevitalisasi gerakan-gerakannya agar tetap mampu
menjawab tantangan zaman. Revitalisasi tersebut harus dilakukan dalam berbagai
aspek seperti aspek teologi, ideologi, pemikiran, kepemimpinan, organisasi, amal
usaha dan aksi. Banyak kendala dan kritik yang harus dihadapi Muhammadiyah. Oleh
karena itu, diperlukan solusi-solusi untuk menghadapi dan menjadikan kritikan
sebagai cambuk penyemangat agar Muhammadiyah dapat terus memberikan
kontribusi bagi umat.
Kata kunci : Teologi Al-Maun, sosial, revitalisasi
iii
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Abstrak .................................................................................................................. iii
Daftar Isi................................................................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.
3.
4.
5.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 21
B. Saran-saran ............................................................................................... 21
C. Penutup .................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi MUHAMMADIYAH berdiri pada tanggal 18 November
1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta.
Sebagai gerakan sosial keagamaan, menurut (alm) Nurcholish Madjid
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern tebesar di dunia. Dilihat
dari
segi
kelembagaannya,
Muhammadiyah
juga
dikatakan
sangat
gerakan
tajrih
(pemurnian)
dan
tajdid
(pembaharu),
justru
dengan
amal
usaha
yang
semakin
banyak,
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teologi Al-Man (Al-Maunisme)
Teologi berasal dari kata Yunani theos yang berarti Tuhan dan logia
yang berarti kata-kata, ucapan, atau wacana. Teologi adalah wacana yang
berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan2. Websterds New
Word
Dictionary
(dalam
https://hendarriyadi.wordpress.com/risalah-2/),
https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi
Surat Al-Maun
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang
miskin. Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
terhadap shalatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberikan) bantuan.
(Al-Maun:1-7)
Surat Al-Maun termasuk dari surat-surat pendek yang ada di juz 30.
Surat yang terdiri dari tujuh ayat tersebut termasuk Makkiyah (diturunkan di
Mekkah). Adapun mengenai surath tersebut, salah satu ulama tafsir, seperti
Syeikh Jamaluddin Abdur Rahman bin Ali bin Muhammad Al-Jauzi (W.597)
dalam kitabnya Zaadal Masiir fi Ilmi Tafsir; ayat tersebut turun berkenaan
dengan orang-orang munafiq (Pendapat Ibnu Abbas), Umar bin Aidz
(Pendapat Ad-Dzihak), Walid bin Al-Mughirah (Pendapat As-Sidi), Ash bin
Wail (Pendapat Ibnu Saib), Abi Sufyan bin Harb (Pendapat Ibnu Jarij), Abi
Jahal (Pendapat Al-Mawardi).3
Ketika menjelaskan tafsir surat ini, Prof. Dr. H. Quraish Shihab dalam
Tafsir
Al-Misbah,
Volume
15
hal.643
sd
658
(Abdul
Rahman,
http://htq.uin-malang.ac.id/2015/03/08/kajian-tafsir-al-quran-1-surat-al-maun/
yatim itu malah dihardik dan diusir. Inilah peristiwa yang melatar belakangi
turunnya surat Al-Ma`un.
Kata al-ma`un yang terdapat, dalam bahasa Arab berarti: bantuan,
membantu dengan bantuan yang jelas (baik dengan alat-alat maupun dengan
fasilitas), yang memudahkan tercapainya sesuatu yang diharapkan. Al-ma`un
juga bisa bermakna: zakat, harta benda, alat-alat rumah tangga, air, keperluan
sehari-hari, seperti periuk, piring, pacul, dan sebagainya. Dalam makna yang
lebih luas al-ma`un dimaknai membantu dengan sesuatu yang kecil dan
dibutuhkan oleh orang lain.
Dalam www.khazanahalquran.com dijelaskan, pada awal surat ini, Allah
memulainya dengan sebuah pertanyaan. Sebenarnya, bisa saja Allah langsung
mengabarkan tentang orang-orang yang mendustakan agama, seperti
Ketahuilah orang-orang yang mendustakan agama. Tapi Allah tidak
menggunakan cara itu, Allah memakai bentuk pertanyaan sebagai cara
menggugah pendengar agar lebih siap menerima informasi. Tentu berbeda
ketika kita mendengar Ada seorang yang berbuat keji dengan Tahukah
engkau, ada orang yang berbuat keji.
Kata Ad-Din dalam ayat ini memiliki banyak arti. Ada yang memberi arti
agama secara mutlak, yaitu orang-orang yang mendustakan agama Islam itu
sendiri. Walau dhohirnya terlihat muslim, tapi dia sedang mendustakan
agamanya sendiri. Ada pula yang mengartikannya sebagai Hari Pembalasan.
Yaitu orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat dan Hari Pembalasan.
Walaupun mengingkari Kiamat sama dengan mengingkari agama. Karena
Percaya pada Hari Akhir termasuk dalam Ushuluddin yang harus diyakini.
--
Maka itulah orang yang menghardik anak yatim (Al-Maun:2)
Tipe pertama yang mendustakan agama yakni orang yang berlaku
sewenang-wenang terhadap anak yatim, menganiaya haknya dan tidak
memberinya makan serta tidak memperlakukannya dengan perlakuan
yang
baik
(Ibnu
Katsir,
2015).
Menurut
Quraish
(http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/),
Shihab
terjemahan
juga
bersahabat dengan mereka. Yang jelas ayat ini melarang membiarkan dan
meninggalkan mereka dalam kondisi apapun dan dimanapun, termasuk
mengabaikan anak yatim.
Kata al- yatim berarti kesendirian. Kematian ayah membuat mereka
kesendirian, atau dalam kesendirian, sebatang kara, oleh karena itu
mereka disebut anak yatim. Walaupun ayat ini membahas tentang anak
yatim, namun maknanya bisa diperluas sehingga semua orang yang lemah
dan membutuhkan pertolongan adalah termasuk kelompok terpinggirkan
dalam kesendirian, yang perlu mendapat perhatian.
b. Orang yang Tidak Saling Menganjurkan Untuk Memberi Makan Orang
Miskin
--
Dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. (AlMaun:3)
Shihab
(http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-
http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-1
--
--
. Hal ini dapat ditafsirkan
tersebut berarti telah mendapat bagian dari apa yang diancamkan oleh
ayat ini. Dan barang siapa yang menyandang semua dari sifat-sifat
tersebut, maka telah sempurnalah baginya bagiannya dan jadilah dia
seorang munafik dalam amal perbuatannya.
d. Orang yang Riya
--
yang berbuat riya.(Al-Maun:6)
Riya adalah melakukan sesuatu perbuatan bukan diniatkan karena
Allah, melainkan agar orang lain yang melihatnya akan merasa takjub
dengan perbuatannya (Ibnu Katsir, 2015). Setiap manusia suka dan ingin
disanjung orang. Oleh karena itu, seorang muslim harus bisa menata niat
agar amal ibadahnya hanya ditujukan untuk Allah semata.
Orang yang riya termasuk dalam golongan orang yang
mendustakan agama. Karena mereka tidak yakin dengan balasan Allah
SWT, hingga harus berharap dilihat oleh orang lain. Jika dia yakin, pasti
ia akan beramal hanya untuk-Nya.5
e. Orang yang Enggan Memberikan Bantuan
--
Dan enggan (memberikan) bantuan.(Al-Maun:7)
Tipe pendusta agama yang terakhir dalam surat Al-Maun adalah
mereka yang enggan memberi bantuan walaupun berupa hal-hal yang
remeh. Al-Maun dalam bahasa arab bermakna sesuatu yang kecil dan
remeh. Sesuatu yang tidak berharga yang bisa dipinjamkan kepada orang
lain. Menurut Ibnu Katsir (2015), makna ayat ini yakni mereka yang tidak
5
http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-2
menyembah Allah SWT dengan baik dan tidak mau pula berbuat baik
dengan sesama makhluk-Nya, sehingga tidak pula memperkenankan
dipinjam sesuatunya yang bermanfaat dan tidak mau menolong orang lain
dengannya.
B. Nilai-nilai Ajaran Sosial-Kemanusiaan Muhammadiyah
Surat al-Ma`un walaupun hanya terdiri dari 7 ayat, tetapi pesan yang
terkandung di dalamnya pada hakekatnya sangat penting. Antara lain:
a. Menjelaskan secara tegas dan jelas bahwa ajaran Islam tidak pernah
memisahkan ibadah ritual dengan ibadah sosial antara duniawi dan
ukhrowi, atau membiarkan ibadah tersebut berjalan sendiri-sendiri.
Sebagai contoh orang yang rajin sholat tetapi tidak peduli dengan
tetangganya dan penderitaan orang lain, orang ini juga belum dikatakan
sempuna imannya, sebagaimana Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa
siapa saja yang beriman kepada Allah SWT hendaklah dia berbuat dengan
tetangga atau tamunya.
b. Keikhlasan. Ikhlas memang sulit didefenisikan. Beda orang, beda pula
definisi. Banyak orang mengatakan ikhlas berarti tanpa pamrih, atau
mengerjakan sesuatu hanya mengharap ridho Allah Swt. Apa pun defenisi
ikhlas dikembalikan kepada kita semua, karena keihklasan seseorang, yang
tahu hanya orang yang bersangkutan dan Allah SWT. Ikhlas ini adalah
puncaknya ibadah atau kenikmatan suatu ibadah. Orang yang ikhlas adalah
orang yang tidak pernah menghitung-hitung kebaikan yang dilakukannya
kepada orang lain, atau mungkin dia melupakan sama sekali kalau dia telah
berbuat baik kepada orang lain, baik secara nyata atau pun tidak nyata.
Orang yang ihklas adalah orang yang tidak pernah mendongkol kalau tidak
diberi, atau menyebut-nyebut kebaikan yang telah dilakukannya kepada
orang lain dan seterusnya.
10
11
Asuhan dan Rumah Sakit PKU tahun 1923 adalah salah satu perwujudan dari
aksi sosial ini.
Surat Al-Maun adalah salah satu di antara surat-surat Makkiyah. Surat
ini tidak tanggung-tanggung mengategorikan sebagai pendusta terhadap
agama mereka yang tidak peduli atas nasib anak yatim dan orang miskin.
Rupanya Ahmad Dahlan telah menangkap isyarat Al-Quran itu sehingga kajian
tafsirnya perlu diulang-ulang sampai para muridnya benar-benar memahami
betul tentang apa tujuan pengulangan itu.7
C. Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah
Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan
(transformasi) yang mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan
terhadap aspek-aspek yang selama ini dimiliki (proses potensial) maupun
dengan melakukan pengembangan (proses aktual) menuju pada keadaan yang
lebih baik dan lebih maju dari kondisi sebelumnya. Revitalisasi sebagai proses
perubahan
yang
direncanakan
meliputi
tahapan-tahapan
penataan,
12
1.
13
14
dalam
konteks
Muhammadiyah
karena
pelemahan
ideologis
tuntutan-tuntutan
dan
di
kalangan
pertimbangan-
versus
liberal,
pemurnian
versus
pembaruan
atau
struktural
versus
kultural
menggambarkan
masih
15
d. Revitalisasi Organisasi
Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan
sistem pengelolaan kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut
penataan struktur dan fungsi organisasi, birokrasi, pengelolaan dan
pelayanan administrasi, hingga pengembangan organisasi yang
mengarah pada peningkatan kualitas, efisiensi-efektivitas, dan
menjadikan organisasi sebagai instrument gerakan untuk kemajuan dan
pencapaian tujuan Muhammadiyah.
e. Revitalisasi Kepemimpinan
Revitalisasi kepemimpinan merupakan langkah penguatan kualitas
fungsi efektivitas pimpinan persyarikatan diseluruh lini, termasuk di
lingkungan organisasi otonom dan amal usaha, yang secara langsung
menjadi kekuatan dinamik dalam menggerakan Muhammadiyah.
Kepemimpinan Muhammadiyah juga tidak cukup dikonstruksi dengan
idealis normatif semata seperti mengenai hak akhlaq dan standarstandar ideal kepemimimpinan, tetapi juga harus disertai format
aktualisasi kepemimpinan yang nyata (bukan kepemimpinan yang
berumah diatas angin tetapi harus membumi), karena kepemimpinan
Muhammadiyah merupakan kepemimpinan sistem dan bukan
kepemimpinan figur. Faktor figur pun tidak dapat dikonstruksikan
sekadar dari kejauhan sebagaimana konsep kepemimpinan pesona Ratu
adil. Kepemimpinan Muhammadiyah juga bukan sekadar domain
diniyyah (aspek-aspek kemampuan aktual dalam mengelola kehidupan
yang dipimpin), sehingga dapat menjalankan misi kerisalahan islam.
16
17
masjid
wakaf
Muhammadiyah
sebagai
basis
Kritik
dan
Kelemahan-kelemahan
terhadap
Gerakan
Sosial
Muhammadiyah
Muhammadiyah sering menuai kritik sebagai gerakan sosial yang
mulai terjangkit penyakit elitisme. Perkembangan Muhammadiyah yang
kian pesat dari hari ke hari dalam banyak hal menyebabkan terjadinya
pergeseran orientasi, termasuk orientasi gerakan sosialnya. Jika pada
mulanya, amal usaha Muhammadiyah, khususnya dalam bidang sosial
18
19
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teologi Al-Maun yang merupakan dasar ajaran nilai sosial-kemanusiaan
Muhammadiyah mengajarkan bahwa ajaran Islam tidak pernah memisahkan
ibadah ritual dengan ibadah sosial antara duniawi dan ukhrowi, atau
membiarkan ibadah tersebut berjalan sendiri-sendiri. Selain itu, teologi AlMaun juga mengajarkan arti keikhlasan, dan kesediaan untuk mengulurkan
bantuan kepada orang-orang lemah yang membutuhkan dalam bentuk apa pun
dan sekecil apapun. Bahkan KH Ahmad Dahlan merasa perlu harus
mengulang-ulang tafsir dari surat Al-Maun tersebut agar murid-muridnya
benar-benar memahami ajaran dalam surat Al-Maun, apakah sekadar untuk
dibaca atau langsung diamalkan sebagai aksi sosial.
Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara
yang telah berdiri selama dua abad dan memiliki banyak bidang yang
dijalankan,
Muhammadiyah
dihadapkan
pada
berbagai
persoalan.
terhadap
tantangan
zaman.
21
merevitalisasi
gerakannya
agar
dapat
menghadapi
tantangan
22
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Ismail Ibnu Kasir.2015.Tafsir Ibnu Kasir Terj. Cet
Ke-6.Bandung:Sinar Baru Algensindo
Ahmad,Bojes. Makna Muhammadiyah dalam Gerakan Sosial.www.academia.edu
Batutah,
Ridwan.
Makalah
Revitalisasi
Gerakan
Muhammadiyah
Kel.12.
http://dokumen.tips/documents/makalah-revitalisasi-gerakan-muhammadiyahkel12.html
Biyanto.Revitalisasi Ideologi Muhammadiyah
Biyanto
November 2009.pdf.
http://eprints.uinsby.ac.id/47/
https://hendarriyadi.wordpress.com/risalah-2/
http://htq.uin-malang.ac.id/2015/03/08/kajian-tafsir-al-quran-1-surat-al-maun/
https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi
http://staincurup.ac.id/orang-yang-mendustakan-agama/
http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-1
http://www.khazanahalquran.com/tafsir-surat-al-maun-bag-2
23