Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk serpihan dan
perdarahan akibat pengeluaran hormon estrogen dan progesteron yang turun dan berhenti
sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang segera diikuti vasodilatasi
(Manuaba, 2009). Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah berasal
dari endometrium yang nekrotik (Kusmiyati, dkk, 2008).
Menstruasi yang terjadi setiap bulan secara terus menerus disebut sebagai siklus
menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga
menopause (sekitar usia 45- 55 tahun). Normalnya menstruasi berlangsung selama 3-7
hari. Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki
siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun
beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi
adanya masalah kesuburan. Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode
menstruasi sampai hari dimana perdarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang
kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu satu hari sebelum perdarahan
menstruasi bulan berikutnya dimulai.
B. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indug telur) dan siklus uterus (rahim).
1. Siklus Ovarium
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
a. Fase Folikuler
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi
pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi
pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler,
kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3 30
folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang
terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium
dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan
tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah
keluar ketika menstruasi, darah menstruasi tidak membeku karena adanya fermen
yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan - potongan mukosa.
b. Fase post menstruasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara berangsur angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel
- sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm,
stadium ini dimulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung selama 4 hari.
c. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi
dapat dibagi dalam 2 subfase yaitu :
Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya
karena kehilangan cairan.
Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan
menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang
mengandung glikogen dan lemak. Akhir masa ini, stroma endometrium
berubah kearah sel-sel; desidua, terutama yang ada di seputar
C. Gangguan Menstruasi
1. Disminore
a. Definisi
Suzannec (2001) mendeskripsikan dysmenorrhea sebagai nyeri saat
menstruasi pada perut bagian bawah yang terasa seperti kram. Menurut Manuaba
dkk (2006) dysmenorrhea adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga
dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan
menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah
dan punggung bawah yang terasa seperti kram (Varney, 2004).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dysmenorrhea
Menurut Prawirohardjo (1999), ada beberapa faktor diduga berperan
dalam timbulnya dysmenorrhea yaitu :
Faktor psikis
Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan
ketahanan terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah perkawinan dysmenorrhea
hilang, dan jarang sekali dysmenorrhea menetap setelah melahirkan. Mungkin
kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan
fisiologis pada genitalia maupun perubahan psikis.
Vasopresin
Prostaglandin
menimbulkan
menyebabkan
kontraksi
tekanan
miometrium
intrauterus
yang
hingga
hebat.
400
mmHg
Selanjutnya,
dan
kontraksi
Faktor Hormonal
Wanita
yang
minum
alkohol
selama
menstruasi
karena
alkohol
d. Gejala Dysmenorrhea
Menurut Kasdu (2005), gejala dysmenorrhea yang sering muncul adalah :
akan
Terkadang nyerinya hilang setelah satu atau dua hari. Namun, ada juga wanita yang
masih merasakan nyeri perut meskipun sudah dua hari haid.
Nyeri pada perut bagian bahwa, yang bisa menjalar ke punggung bagian bahwa dan
tungkai.
Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang
terus menerus.
e. Klasifikasi Dysmenorrhea
Karakteristik Gejala dysmenorrhea berdasarkan derajat nyerinya menurut
Manuaba (2001) dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
1) Dysmenorrhea ringan
Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu menstruasi yang
berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan, sembuh hanya dengan cukup
istirahat sejenak, tidak mengganggu aktivitas harian, rasa nyeri tidak menyebar
tetapi tetap berlokasi di daerah peruh bawah.
2) Dysmenorrhea sedang
Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut merasakan nyeri saat
menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari, menyebar di bagian perut bawah,
memerlukan istirahat dan memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah
mengkonsumsi obat anti nyeri, kadang-kadang mengganggu aktivitas hidup
sehari-hari.
3) Dysmenorrhea berat
Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada saat
menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga disertai pusing,
sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea berat memerlukan istirahat
sedemikian lama yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau
lebih, dan memerlukan pengobatan dysmenorrhea.
Menurut Jones (2001), dysmenorrhea berdasarkan penyebabnya diklasifikasikan
menjadi dua yaitu :
1) Dysminorrhea primer
Dysmenorrhea primer merupakan nyeri haid tanpa kelainan anatomis genitalis
yang dapat diidentifikasi. Dysmenorrhea primer timbul pada masa remaja, yaitu
sekitar usia 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai maksimal antara usia 15-25
tahun. Akan tetapi, dysmenorrhea primer juga mengenai sekitar 50-70% wanita yang
masih menstruasi. Dysmenorrhea primer diduga sebagai akibat dari pembentukan
prostaglandin yang berlebih, yang menyebabkan uterus untuk berkontraksi secara
berlebihan dan juga mengakibatkan vasospasme anteriolar. Nyeri dymenorrhea primer
seperti mirip kejang spasmodik, yang dirasakan pada perut bagian bawah (area
suprapubik) dan dapat menjalar ke paha dan pinggang bawah dapat juga disertai
dengan mual, muntah, diare, nyeri kepala, nyeri pinggang bawah, iritabilitas, rasa lelah
dan sebagainya. Nyeri mulai dirasakan 24 jam saat menstruasi dan bisa bertahan
selama 48-72 jam (Baradero, 2006 & Suzannec, 2001).
2) Dysmenorrhea sekunder
Dysmenorrhea sekunder merupakan nyeri haid sebelum menstruasi yang
disertai kelainan anatomis genitalis. Dysmenorrhea sekunder terjadi pada wanita
berusia 30-45 tahun dan jarang sekali terjadi sebelum usia 25 tahun. Nyeri
dysmenorrhea sekunder dimulai 2 hari atau lebih sebelum menstruasi, dan nyerinya
semakin hebat serta mencapai puncak pada akhir menstruasi yang bisa berlangsung
selama 2 hari atau lebih. Secara umum, nyeri datang ketika terjadi proses yang
mengubah tekanan di dalam atau di sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran
darah, atau karena iritasi peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi
normal dari menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini
terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa nyeri. Penyebab
dysmenorrhea sekunder seperti: endometriosis, adenomiosis, radang pelvis, sindrom
menoragia, fibroid dan polip dapat pula disertai dengan dispareuni, kemandulan, dan
perdarahan yang abnormal.
f. Patofisiologis Dysmenorrhea
Dysmenorrhea terjadi pada saat fase pramenstruasi (sekresi). Pada fase ini
terjadi peningkatan hormon prolaktin dan hormon estrogen. Sesuai dengan sifatnya,
prolaktin dapat meningkatkan kontraksi uterus. Hormon yang juga terlibat dalam
dysmenorrhea adalah hormon prostaglandin. Prostaglandin sangat terkait dengan
infertilitas pada wanita, dysmenorrhea, hipertensi, preeklamsi-eklamsi, dan anafilaktik
syok. Pada fase menstruasi prostaglandin meningkatkan respon miometrial yang
menstimulasi hormon oksitosin. Dan hormon oksitosin ini juga mempunyai sifat
meningkatkan kontraksi uterus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dysmenorrhea
sebagian besar akibat kontraksi uterus (Manuaba , 2006).
g. WOC
Terlampir
h. Penatalaksanaan Medis
Terapi dysmenorrhea terbagi atas dua macam yaitu :
1) Terapi Farmakologi
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid
(misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat anti peradangan non
steroid akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan
dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi. Untuk mengatasi mual dan muntah bisa
diberikan obat anti mual, tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya
telah teratasi, Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari, maka
diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan progesteron atau
diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk
mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin,
yang selanjutnya akan mengurangi beratnya dysmenorrhea. Jika obat ini juga tidak
efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika
dysmenorrhea sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur
dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas.
2) Terapi Non Farmakologi
Olah raga yang teratur (terutama berjalan). Olah raga mampu meningkatkan
produksi endorphin otak yang dapat menurunkan stress sehingga secara tidak
langsung juga mengurangi nyeri
Pemijitan. Pijatan lembut pada bagian tubuh klien yang nyeri dengan menggunakan
tangan akan menyebabkan relaksasi otot dan memberikan efek sedasi.
Yoga
Kompres hangat di daerah perut. Suhu panas dapat memperingan keluhan. Lakukan
pengompresan dengan handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung
bawah atau mandi dengan air hangat
dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti
irama lagu seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
2. Amenorrhea
a. Definisi
Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. Amenorrhea
adalah suatu keadaan tidak adanya haid, selama 3 bulan atau lebih.
Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi :
Amenorrhea fisiologik : Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi dan
sesudah menopause.
Amenorrhea Patologik
a) Amenorrhea Primer : Wanita umur 18 tahun keatas tidak pernah haid. Penyebab :
kelainan congenital dan kelainan genetik.
b) Amenorrhea Sekunder : Penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat
lagi. Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor,
penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan stress psikologis.
b. Etiologi / Penyebab
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah :
Hymen Imperforata : Selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat
untuk keluar.
Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone-hormone yang tidak mencukupi untuk
membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan
Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
Endometrium tidak bereaksi
Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar dan
ginjal.
c. Gejala Klinis
d. WOC
Terlampir
e. Penatalaksanaan
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab adalah
kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian dapat
dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami,
apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah terapinya, belajar
untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.
Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder
maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan
dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, histerosal Pingografi, histeroskopi dan
Magnetic
Resonance
Imaging
(MRI),
apabila
tidak
didapatkan
tanda-tanda
ini
biasanya
samar,
tetapi
setiap
wanita
dengan
gejala-gejala
gastrointestinal dan tanpa diagnosis yang diketahui harus dievaluasi dengan menduga kanker
ovarium. Flatulens dan rasa penuh setelah memakan makanan kecil dan lingkar abdomen yang
terus meningkat merupakan gejala-gejala signifikan.
Gejala Klinis :
a. Perdarahan haid lebih dari 80-100 ml
b. Lamanya haid lebih dari 8 hari.
d. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon
(GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal
ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus,
pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel
menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah
ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan
berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron.
Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari
setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari peluruhan endometrium sebagai
akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi awal yang
disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa
kondisi patologis. Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi
dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada
korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium
berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan.
e. WOC
Terlampir
f. Penatalaksanaan
Suplemen zat besi (jika kondisi menorhagia disertai anemia, kelainan darah
ibuprofen.
Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
Progesteron (terapi hormon)
Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)
4. Hipomenorea
a. Definisi
Pasien mengeluh nyeri abdomen, pasien mengeluh lemas serta cemas dengan
gangguan menstruasi dan tidak tahu apa yang menyebabkan gangguan tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien bisa saja pernah mengalami gangguan menstruasi sebelumnya atau belum
pernah mengalaminya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Gangguan menstruasi pernah atau tidak pernah dialami anggota keluarga.
e. Riwayat menstruasi
Perawat mengkaji usia klien menarche, banyaknya perdarahan haid, bagaimana
siklusnya, lama haid, hari pertama haid terakhir serta keluhan yang dirasakan.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Pencatatan usia dan berat badan
2. Pemeriksaan speculum
a. Observasi ostium uteri untuk mendeteksi polip.
b. Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan pemeriksaan
sediaan basah.
c. Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu, berdasarkan
riwayat pasien.
3. Pemeriksaan bimanual
a.
b.
c.
d.
Pada pemeriksaan ini akan diperoleh tekanan darah normal, rendah atau
tinggi, akral normal, basah dan dingin
c. B3 (Brain)
Pada pemeriksaan ini akan didapatkan adanya penurunan konsentrasi, pusing
serta konjungtiva anemia
b. B4 (Bladder)
Pada pemeriksaan ini akan didapatkan pengeluaran urin serta jumlah urin
normal atau bermasalah
c. B5 (Bowel)
Pada pemeriksaan ini akan didapatkan ada atau tidaknya nyeri pada abdomen,
nafsu makan menurun atau meningkat
d. B6 (Bone)
Pada pemeriksaan ini akan didapatkan badan mudah capek serta nyeri pada
punggung.
Tanyakan pada klien tentang nilai dan kepercayaan yang diyakininya. Ini sering
kali berpengaruh terhadap intervensi yang akan kita berikan nantinya.
5. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi: peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan secara umum.
3. Kurang pengetahuan tentang proses terjadinya gangguan menstruasi b.d kurang
informasi yang didapat.
4. Ansietas b.d krisis situasi perubahan status kesehatan.
peningkatan
dilaporkan
kontraksi
uterus
saat menstruasi.
NIC
Manajemen Nyeri
Aktivitas:
1.
karakteristik,
tindakan keperawatan
Melapor nyeri
Frekuensi nyeri
Nafsu makan normal
Respon tubuh
Ekspresi wajah saat 3.
ketidaknyamanan
secara
yang
tidak
bisa
mengkomunikasikannya
secara
efektif
Pastikan
pasien
mendapatkan
nyeri
Kontrol Nyeri
frekuensi,
Indikator:
Kaji
durasi,
4.
Gunakan
komunikasi
yang
Definisi :
Perilaku seseorang untuk
terapeutik
nyeri
Gunakan catatan nyeri
pengalamannya
Indikator :
Penggunaan analgesic
dapat
yang tepat
Laporkan tanda nyeri
pasien
menyatakan
mengontrol nyeri
tindakan keperawatan
agar
makan,
aktivitas,
mood,
kesadaran,
hubungan
sosial,
7.
Mendorong
pasien
dalam
Mengajarkan
klien
nonfarmakologi
teknik
seperti
terapi
Tentukan
tingkat
kebutuhan
menjadi
menyakitkan
(puncak nyeri)
Pemberian Analgesic
Aktivitas:
1. Menentukan lokasi , karakteristik,
mutu, dan intensitas nyeri sebelum
mengobati pasien
2. Periksa
order/pesanan
medis
TTV
sebelum
dan
pasien
dengan
obat
analgesik.
2
Intoleransi
aktivitas
kelemahan
umum.
Toleran Aktivitas
Manajemen Energi
b.d Definisi:
Aktivitas:
secara
Respon fisiologis terhadap 1. Observasi
gerakan konsumen energi
dengan kegiatan sehari-hari
adanya
pembatasn
kelelahan
4. Tentukan apa dan berapa banyak
aktivitas yang diperlukan untuk
Indikator:
membangun ketahanan
5. Monitor energi dan sumber energi
yang adekuat
Frekuensi nadi normal
6.
Monitor adanya kelelahan fisik dan
RR dalam beraktivitas
emosi secara berlebihan
normal
7.
Ajar mengatur aktivitas dan teknik
Tekanan sistolik saat
beraktivitas normal
Tekanan diastolik saat
beraktivitas normal
Mampu
melekukan
aktivitas hidup seharihari
Terapi Aktivitas
Aktivitas:
1. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur pasien.
2. Kaji tanda
dan
menunjukkan
gejala
yang
ketidaktoleransian
aktivitas.
3. Bantu pasien
untuk
memilih
kemampuan
fisik,
Kurang
pengetahuan
tentang
proses jam
pasien
terjadinya
tentang
gangguan
Pengetahuan:
menstruasi
kurang
mengetahui Aktivitas:
1. Berikan penilaian tentang tingkat
Proses
yang didapat
dari
penyakit
penyakit
Mendeskripsikan proses
fisiologi
3. Gambarkan
Mendeskripsikan faktor
Mendeskripsikan faktor
Mendeskripsikan
penyakit
tanda
dan
gejala
kemungkinan
resiko
patofisiologi
penyebab
penyakit
efek
Mendeskripsikan
tanda
dan gejala
yang tersedia
Mendeskripsikan
9. Diskusikan
perjalanan penyakit
untuk
untuk
mencegah komplikasi di
progresifitas penyakit
Mendeskripsikan
Mendeskripsikan
dan
tanda
gejala
dari
komplikasi
manajemen terapi
12. Dukung
pasien
pencegahan
untuk komplikasi
pasien
dan
melaporkan
Tidak
sulit
tekanan
Peningkatan
denyut
1. Instruksikan
pemberi
pasien
untuk
kecemasan
3. Dorong
pada
untuk
berkonsentrasi
Peningkatan
gejala
Aktivitas:
mengenai
perawatan kesehatan
Pengurangan Kecemasan
untuk
second opinion
Mendeskripsikan
tindakan
gaya
menurunkan
komplikasi
perubahan
Mendeskripsikan
tindakan
pemakaian
mekanisme
pasien
yang
mengidentifikasi
mempercepat
Tidak berkeringat
ketika
terjadi
Gangguan tidur: tidak 5. Identifikasi
perubahan level kecemasan
ada
kecemasan
ungkapan
perasaan,
Perubahan pola makan : 6. Dorong
persepsi dan ketakutan
tidak ada
Peningkatan Koping
Koping
Aktivitas:
Indikator :
1. Hargai pemahaman pasien tentang
Menunjukkan
proses penyakit
fleksibilitas peran
2. Hargai dan diskusikan alternative
Keluarga menunjukkan
respon terhadap situasi
fleksibilitas peran para 3. Gunakan pendekatan yang tenang
anggotanya
dan memberikan jaminan
Melibatkan
angoota 4. Dukung keterlibatan keluarga
keluarga
membuat keputusan
Mengekspresikan
perasaan
dalam
dan
kebebasan emosional
Menunjukkan strategi
startegi
untuk
postif
gaya
hidup
atau
perubahan peran.
Diagnosa Keperawatan
Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan
Diagnosa
.
1.
Keperawatan
Nyeri akut b.d
Level Nyeri
Manajemen Nyeri
peningkatan
Indikator :
Aktivitas :
kontraksi
uterus saat
menstruasi
NOC
Melaporkan nyeri
Panjang episode nyeri
Ekspresi wajah saat nyeri
Ketegangan otot tidak ada
Tidak ada berkeringat
Nafsu makan normal
Kontrol Nyeri
Indikator :
NIC
Kekurangan
Keseimbangan Elektrolit
gejala
Manajemen Cairan
volume cairan
Aktivitas:
b.d
Indikator :
Hitung haluran
Monitor
perdarahan
Denyut jantung
Irama jantung
Pernapasan
Irama napas
Hidrasi
Indikator :
status
hidrasi
(seperti
Hidrasi kulit
Kelembaban
mukosa
Oedem peripheral (-)
Asites (-)
Haus yang abormal (-)
Perubahan suara napas (-)
Napas pendek (-)
Mata yang cekung (-)
Demam (-)
Keringat
Pengeluaran urin
Tekanan darah
Hematokrit
membran
Monitor TTV
Monitor
adanya
indikasi
Monitor
respon
pasien
untuk
3.
Ansietas
Kontrol Kecemasan
Kriteria Hasil :
Aktivitas :
Diagnosa
.
1.
Keperawatan
Ansietas
NOC
NIC
Kontrol Kecemasan
Penurunan Kecemasan
Kriteria Hasil :
Aktivitas :
Daftar Pustaka
Bobak, Lowdermik dan Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta :
EGC.
Hamitton, Persis Mary. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Edisi 6.
Jakarta : EGC.
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/5/jhptump-a-intanayuan-208-2-babii.pdf
Reeder dkk.2013.keperawatan Maternitas kesehatan wanita,bayi dan keluarga,volume 1.jakarta:
EGC
Mitayani.2011.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta : Salemba Medika
Herdman,T.H.2012(ed).NANDA International Nursing Diagnosis: Defenition and
classification,2012 2014. Oxford: wiley blackwell.
Gloria,dkk.2013(ed).Nursing Interventions Classification sixth edition.united states:elsevier.
Moorhead,sue , dkk.2013(ed).Nursing Outcome Classification.fifth edition.united states:elsevier.
Lampiran
PATHWAY AMENORE
PATHWAY DISMENORE
Pathway Hipermenorea
LH
Korpus
luteum tidak
terbentuk
Progesteron
tidak
disekresi
Gangguan
hormon
estrogen
Pertumbuhan
endometrium
terganggu
Produksi
prolaktin
berlebih
Hipotalamus
terganggu
Sindrom
polikista
Sekresi
gonadotropin tidak
normal
Peluruhan
endomentrium
memanjang
Terganggunya
mekanisme
pengumpulan
darah
Androgen
berlebih
HIPERMENOREA
Perdarahan berlebih
(> 8 hari)
Infeksi
berat
Kehilangan darah
> 80-100 ml
MK: Kekurangan
volume cairan
Anovulasi
Korpus luteum
tidak terbentuk
Penyebab
organik (luka
uterus, polip,
hyperplasia
endometrial
dan maligna
Pathway Hipomenore
Gangguan
hormonal
Hormon tiroid
rendah
Insulin,
prolaktin,
androgen
Kurang gizi
Faktor psikologi
(stres)
Kesuburan
endometrium
kurang
lapisan endomaterial
gagal untuk berkembang
Estrogen dan
progesteron rendah
HIPOMENORE
MK :
Ansietas