Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. KASUS
Bapak NA (64 tahun ,158 cm, 90 kg) dibawa ke UGD oleh keluarganya segera setelah
merasakan sakit yang amat sangat didada bagian tengah, disertai mual, muntah dan keringat
dingin. Bapak NA mempunyai riwayat penyakit hipertensi.
Riwayat pengobatan : aspirin 325 mg /hari
Losartan 50 mg/hari
Hasil pemeriksaan fisik:
BP : 140/90 mmHg
HR : 88 beats/min
Hasil pemeriksaan ECG menunjukan adanya 2-mm ST segment elevation
Nilai troponin I : negatif (tidak ada peningkatan kadar troponin)
SeCr : 1 mg/dl
Di UGD bapak NA segera diberi:
Aspirin 325 mg p.o
Nitrogliserin sublingual 0.4 mg
Clopidogrel 300 mg
Nitrogliserin 5 microgram/min (i.v)
Metoprolol 5mg (i.v)
Diagnosis: ST elevation ACS
Rumah Sakit dimana bapak NA dirawat tidak mempunyai sarana PCI
Pertanyaan
1. Berikan rekomendasi terapi untuk bapak NA
2. Hitung TIMI score Bapak NA
3. Rekomendasikan pengobatan yang harus diberikan untuk Bapak NA pada
saat dia pulang dari rumah sakit.
B. TUJUAN PENATALAKSANAAN TERAPI KASUS
Mahasiswa mampu melakukan seleksi terapi obat rasional berdasarkan kondisi pasien
pada penyakit acute coronary syndrome, serta monitoring terapi dan konselingnya sesuai
perkembangan bidang kesehatan dan kefarmasian terkini.
C. DESKRIPSI DAN ANALISIS KASUS
A. Subjektif
Bapak NA (64 tahun ,158 cm, 90 kg) dibawa ke UGD oleh keluarganya segerasetelah
merasakan sakit yang amat sangat didada bagian tengah, disertai mual, muntah dan keringat
dingin. Bapak NA mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Riwayat pengobatan : Aspirin 325
mg /hari; Losartan 50 mg/hari.
Riwayat pengobatan Di UGD :
Aspirin 325 mg p.o
Nitrogliserin sublingual 0.4 mg
Clopidogrel 300 mg
Nitrogliserin 5 microgram/min (i.v)
Metoprolol 5mg (i.v)
B. Obyektif
Hasil pemeriksaan fisik:
BP : 140/90 mmHg
HR : 88 beats/min
Hasil pemeriksaan ECG menunjukan adanya 2-mm ST segment elevation
Nilai troponin I : negatif (tidak ada peningkatan kadar troponin)
SeCr : 1 mg/dl
E. PEMILIHAN TERAPI YANG RASIONAL
Pemilihan terapi rasional meliputi :
1. Tepat obat : suatu obat dinyatakan tepat obat berdasarkan pertimbangan manfaat
dan keamanan obat tersebut.
2. Tepat indikasi : ketepatan pengobatan berkaitan dengan penentuan perlu tidaknya
suatu obat diberikan pada suatu kasus tertentu.
3. Tepat pasien : dikatakan tepat pasien jika obat tidak berkontraindikasi dengan
kondisi pasien dan tidak riwayat alergi.
4. Tepat dosis : penggunaan obat dikatakan tepat dosis jika sesuai dengan standar
pengobatan.
5. Waspada efek samping : paham dan mengerti akan efek samping obat (Sukandar,
2008).
Adapun pendekatan umum yang digunakan untuk terapi Acute Coronary Sindrome
terbagi menjadi 2, yaitu :
Terapi non farmakologi
Penderita ACS sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup,
termasuk penurunan berat badan jika kelebihan berat badan, melakukan diet
makanan yang diambil DASH ( Dietary Appraches to Stop hypertension ),
mengurangi asupan natrium hingga lebih kecil sama dengan 2,4 gram /hari ( 6
gram/ hari NaCl ), melakukan aktivitas fisik seperti aerobik (Sukandar, 2008).
Terapi farmakologi
Terapi obat yang diberikan untuk terapi pasien ACS dapat diberikan obat
golongan :
1. Antiplatelet
Antiplatelet bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet,
sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri
dimana antikoagulan kurang dapat berperan. Klopidogrel digunakan untuk
mencegah kejadian iskemik pada pasian dengan riwyat gejala penyakit
iskemik. Klopidogrel dalam kombinasi asetosal dosis rendah digunakan
untuk sindrom koroner akut tanpa elevasi segmen ST.
2. blocker
Golongan obat ini menghambat adrenoseptor ( blocker)
menghambat adrenoreseptor di jantung pembuluh darah perifer, bronkus,
pankreas dan hati. Penggunaan blocker pada anak masih sangat terbatas.
Saat ini tersedia banyak bloker yang pada umumnya menunjukkan
efektifitas yang sama. Namun terdapat perbedaan diantara berbagai
bloker yang akan mempengaruhi pilihan dalam mengobati penyakit atau
pasien tertentu. Aktifitas simpatomimetik intrinsik menunjukkan kapasitas
bloker untuk merangsang maupun memblok reseptor adrenergik.
Metoprolol memiliki efek yang kurang efektif pada reseptor 2 atau
bronkial, karena itu relatif kardioselektif tetapi tidak kardiospesifik.
bloker tersebut lebih sedikit menimbulkan resistensi saluran nafas
(Anonima, 2008).
2. Metoprolol
I : Hipertensi, aritmia, angina, profilaksis migrain, tirotoksikosis.
D : umumnya dosis oral untuk hipertensi awalnya 50 mg sehari, penunjang
50-100 mg sehari dalam 1-2 dosis terbagi. Tetapi dalam kasus ini kita
menggunakan 25-50 mg, 1-2 jam, selama 60 menit. Sedangkan untuk dosis
maintenance DO: 100-120 mg/hari dengan dosis tunggal pagi atau terbagi
dalam 2 dosis (pagi dan malam). Bisa juga digunakan injeksi intravena 5
mg yang diulangi setiap 5 menit dengan total dosis 15 mg. Tetapi dalam
kasus ini kita menggunakan rekomendasi terapi Bapak Na selama dirumah
sakit menggunakan dosis 5 mg i.v setiap 5 menit sebanyak 3 x dan diikuti
dengan dosis maintenence 25 mg p.o setiap 1 jam selama 6 jam.
Sedangkan rekomendasi pengobatan pada saat Bapak Na keluar dari
rumah sakit adalah metoprolol dengan dosis 100 mg perhari 1x sehari pada
pagi hari selama 6 bulan (Dipiro, 2000).
KI : Astma, gagal jantung yang tak terkendali, bradikardia, hipotensi,
sindrom penyakit sinus, blok AV derajat 2 atau 3, Syok kardiogenik;
feokromasitoma.arang ruam kulit dan mata kering.
ES : Bradikardia, gagal jantung, hipotensi, gangguan konduksi,
bronkospasme, vasokonstriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue,
gangguan tidur, eksaserbasi psoriasis.
IO : Chatekolamin-dephleting drugs, blocker lain, Ca antagonis, obat
antiaritmia kelas I, profafenon, nitrogliserin, obat anastesi inhalasi,
prazosin, digitalis, obat simpatomimatik NSAID, klonidin, insulin, OHO,
lidocain dan alkohol.
K/H: Tablet salut selaput 100 mg x 5 x 10 (Rp 486.751) (Anonimb , 2008).
Monitoring
1. Monitoring subjektif
Menjaga tekanan darah arteri dibawah 140/90 mmHg guna mencegah
terjadinya hipertensi, dilakukan evaluasi gejala yang timbul seperti nyeri
dada dibagian tengah.
2. Monitoring objektif
Tekanan darah ambulatory dapat digunakan efektif untuk pengontrolan 24
jam. Pembacaaan sebaiknya dilakukan 2-4 minggu setelah terapi awal atau
perubahan terapi. Selain itu juga harus dilihat heart rate yaitu antara 60-80
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pasien
1. Klopidogrel